Anda di halaman 1dari 13

PERATURAN KEPALA BADAN INTELIJEN KEAMANAN

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 2 TAHUN 2013

TENTANG

PENGAMANAN INTELIJEN
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA BADAN INTELIJEN KEAMANAN


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa pengamanan merupakan salah satu kegiatan Intelijen dalam


rangka menjamin terpeliharanya kondisi keamanan yang kondusif dan
dinamis dengan cara memperkecil dan meniadakan kesempatan dan
peluang bagi pihak lain/oposisi yang akan mengganggu stabilitas
ketertiban atau dapat menghambat kelangsungan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia;

b. bahwa untuk mencapai keberhasilan penyelenggaraan tugas


pengamanan Intelijen Kepolisian secara optimal, maka perlu didukung
oleh personel yang profesional, sarana dan prasarana serta dukungan
anggaran yang memadai, aspek legalitas serta ketentuan-
ketentuan/petunjuk yang menyangkut sistem, metode dan teknik yang
berlaku bagi penyelenggaraan kegiatan Pengamanan Intelijen
Kepolisian;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf


a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Intelijen
Keamanan Kepolisian Negara Republik Indonesia tentang
Pengamanan Intelijen Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Mengingat . . . . .
2

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara


Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4168);

2. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 21


Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Satuan
Organisasi pada Tingkat Markas Besar Kepolisian Negara Republik
Indonesia;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN INTELIJEN KEAMANAN KEPOLISIAN


NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAMANAN INTELIJEN
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan:

1. Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat Polri adalah alat
negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan
kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.

2. Badan Intelijen Keamanan Polri yang selanjutnya disingkat Baintelkam Polri adalah
unsur pelaksana tugas pokok yang bertugas membantu Kapolri dalam membina dan
menyelenggarakan fungsi intelijen keamanan bagi kepentingan pelaksanaan tugas
dan manajemen Polri secara umum guna mendukung pelaksanaan tugas-tugas
pemerintahan dalam rangka mewujudkan keamanan dalam negeri.

3. Intelijen Keamanan Polri yang selanjutnya disebut Intelkam Polri adalah Intelijen yang
diimplementasikan dalam penyelenggaraan fungsi Kepolisian dalam rangka
mewujudkan keamanan dalam negeri.

4. Bahan Keterangan adalah tanda-tanda, gejala-gejala, fakta, masalah, peristiwa


sebagai hasil usaha mempelajari, mengetahui, menghayati dengan menggunakan
panca indera tentang suatu situasi dan kondisi.

5. Pengamanan . . . . .
3

5. Pengamanan intelijen adalah segala usaha, pekerjaan, kegiatan yang dilakukan


secara terencana, terarah dan tertutup untuk mencegah, dan menangkal serta
menemukan jejak, menggagalkan usaha-usaha, pekerjaan dan kegiatan pihak
lain/oposisi dalam melakukan sabotase, spionase / pencurian bahan keterangan dan
yang dapat mengancam perikehidupan masyarakat dan pelaksanaan pembangunan
nasional.

6. Pengamanan intelijen kepolisian adalah pengamanan yang dilakukan secara tertutup


oleh organ intelijen kepolisian.

7. Objek Vital Nasional adalah kawasan/lokasi, bangunan/instansi dan/atau usaha yang


menyangkut hajat hidup orang banyak, kepentingan negara dan/atau sumber
pendapatan negara yang bersifat strategis sehingga dapat dinilai sebagai suatu
sumber dan kekuatan nasional.

8. Pengamanan Kegiatan Masyarakat adalah segala usaha, pekerjaan dan kegiatan


yang dilakukan secara tertutup ditujukan untuk melindungi dan mengamankan
kegiatan masyarakat dari tindakan dan perbuatan yang dapat mengganggu,
mengancam dan merusak.

9. Very Very Important Person yang selanjutnya disingkat VVIP adalah seseorang yang
karena jabatan dan pekerjaan yang ditentukan oleh negara merupakan orang yang
perlu diberikan pengamanan ekstra khusus, karena dalam melaksanakan jabatan dan
pekerjaannya akan beresiko mendapat ancaman dan gangguan baik pada dirinya
sendiri maupun keluarganya.

10. Pengamanan VVIP adalah segala usaha, pekerjaan dan kegiatan yang dilakukan
secara tertutup ditujukan untuk melindungi dan menyelamatkan VVIP dari tindakan
dan perbuatan yang dapat mengganggu, mengancam dan membahayakan jiwa raga.

11. Very Important Person yang selanjutnya disingkat VIP adalah seseorang yang karena
jabatan dan pekerjaan yang ditentukan oleh negara merupakan orang yang perlu
diberikan pengamanan, karena dalam melaksanakan jabatan dan pekerjaannya akan
beresiko mendapat ancaman dan gangguan.

12. Pengamanan VIP adalah segala usaha, pekerjaan dan kegiatan yang dilakukan
secara tertutup ditujukan untuk melindungi dan menyelamatkan VIP dari tindakan dan
perbuatan yang dapat mengganggu, mengancam dan membahayakan jiwa raga.

13. Kontra intelijen adalah segala usaha, pekerjaan, kegiatan dan tindakan yang dilakukan
dalam rangka menangkal upaya/tindakan sasaran/oposisi dalam melemahkan
kegiatan sendiri.

14. Pengamanan dokumen adalah segala upaya, kegiatan dan tindakan yang dilakukan
untuk mengamankan dokumen dan data rahasia dari upaya pencurian/perampasan
oleh pihak oposisi/lawan.

15. Pengamanan . . . . .
4

15. Pengamanan internal Polri adalah segala usaha, pekerjaan, kegiatan dan tindakan
yang dilakukan dalam rangka mengamankan institusi Polri dari upaya-upaya pihak lain
yang berupaya melemahkan dan menjatuhkan wibawa Polri.

Pasal 2

Tujuan peraturan dan kegunaan pengamanan Intelijen Polri:


a. sebagai pedoman dalam penyelenggaraan pengamanan Intelijen di lingkungan Polri;
dan
b. tercegah dan terungkapnya usaha-usaha, pekerjaan dan kegiatan pihak lain yang
berniat melakukan suatu perbuatan yang dapat menimbulkan, gangguan, ancaman
terhadap stabilitas keamanan ketertiban masyarakat.

Pasal 3

Prinsip pengamanan Intelijen kepolisian meliputi:

a. kerahasiaan/clandestine, yaitu pengamanan dilakukan secara tertutup dan hanya


diketahui oleh orang tertentu atau yang bersangkutan saja;

b. ketelitian, yaitu pengamanan dilakukan secara cermat dan saksama;

c. kedisiplinan, yaitu pengamanan dilakukan dengan dilandasi oleh kesadaran terhadap


semua peraturan dan tata tertib yang telah ditetapkan;

d. keamanan, yaitu pengamanan dilakukan secara berhati-hati;

e. keberanian, yaitu pengamanan dilakukan dengan hati yang mantap dan rasa percaya
diri dalam menghadapi kesulitan; dan

f. Mengutamakan sumber informasi di sasaran utama (primer) secara langsung dan


hindari sumber informasi kedua (sekunder).

BAB II

SASARAN PENGAMANAN

Pasal 4

Sasaran pengamanan Intelijen Polri meliputi:


a. orang/personel;
b. benda/material/instalasi /tempat/lokasi;
c. kegiatan; dan
d. bahan keterangan/informasi.
Pasal 5 . . . . .
5

Pasal 5

Sasaran pengamanan terhadap orang meliputi:

a. VVIP;
b. VIP terdiri dari:
1. Pejabat tinggi negara;
2 Menteri/Pejabat setingkat menteri; dan
3. Pejabat asing setingkat menteri;

c. orang asing;

d. masyarakat;dan

e. anggota Polri dan keluarga besar Polri.

Pasal 6

Sasaran pengamanan terhadap benda/material/instalasi /tempat/lokasi meliputi:

a. benda berharga milik negara meliputi:


1. cagar alam;
2. cagar budaya;
3. monumen bersejarah;
4. museum; dan
5. situs bersejarah.
b. benda milik masyarakat;
c. senjata api, bahan peledak dan bahan-bahan berbahaya lainnya;
d. instalasi pemerintah, swasta dan masyarakat; dan
e. objek vital nasional.

Pasal 7

Sasaran pengamanan terhadap kegiatan meliputi:

a. masyarakat;.
b. pemerintah; dan
c. internal Polri.

Pasal 8 . . . . .
6

Pasal 8

Sasaran pengamanan terhadap bahan keterangan/informasi meliputi:

a. surat rahasia;
b. data-data rahasia; dan
c. informasi rahasia.

Pasal 9

Bentuk ancaman terhadap sasaran pengamanan Intelijen Polri meliputi:

a. potensi gangguan;

b. ambang gangguan; dan

c. gangguan nyata di bidang Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial Budaya dan Keamanan.

BAB III

PELAKSANAAN PENGAMANAN

Bagian Kesatu
Sifat Pengamanan

Pasal 10

Pengamanan intelijen dilakukan melalui :

a. pengamanan administrasi; dan

b. pengamanan operasional.

Pasal 11

(1) Pengamanan administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a merupakan


pengamanan melalui pelayanan administrasi intelijen.

(2) Pengamanan operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf b merupakan


pengamanan yang dilakukan melalui tahap-tahap, taktik dan teknik operasional
pengamanan intelijen.

Bagian . . . . .
7

Bagian Kedua
Pengamanan Orang/Personel

Pasal 12

(1) Tahap persiapan pengamanan orang / personel:

a. menerima Unsur-Unsur Utama Keterangan (UUK);


b. pengarahan awal (briefing);
c. perencanaan pengamanan (Renpam);
d. penjabaran tugas (Bargas);
e. melakukan pengumpulan data melalui data administrasi, pengamatan sepintas
(cassing) dengan menggunakan samaran (cover) untuk:
1. menentukan daerah ambang gangguan;
2. menentukan daerah potensi gangguan;
3. menentukan jalan pintas dalam rangka penyelamatan (escape);
4. kondisi lingkungan masyarakat di daerah sasaran; dan
5. permasalahan yang dapat menimbulkan ancaman.
f. membuat data pengamatan sepintas (data cassing);
g. membuat perkiraan keadaan khusus (kirsus);
h. melakukan koordinasi dengan Paspampres (khusus VVIP); dan
(2) Tahap persiapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan 1 (satu) hari dan atau
beberapa hari sebelum hari H jam J.

Pasal 13

(1) Tahap pelaksanaan pengamanan orang / personel:


a. melakukan biodata investigasi terhadap orang-orang terdekat sasaran melalui
data administrasi dan taktik penjejakan (surveillance);
b. Kanit melakukan ploting anggotanya di tempat-tempat yang dianggap rawan
(daerah ambang ganggung dan daerah potensi gangguan) dengan bentuk Sket A
dan Sket B;
c. dalam pelaksanaan pengamanan menggunakan pengelabuan (desepsi) dan
penyusupan (infiltrasi) untuk melakukan penggalangan terhadap pihak lawan
minimal tidak menggangu jalannya pengamanan maksimal membantu kelancaran
giat pengamanan dan melakukan kontra intelijen dengan metode mengontrol
(monitoring) yang didukung oleh teknologi intelijen; dan
d. koordinasi komuniti intelijen.
(2) Pelaksanaan pengamanan Intelijen dilakukan sesuai jadwal kegiatan dan Renpam yang
dibuat.

Pasal 14 . . . . .
8

Pasal 14

Tahap pengakhiran pengamanan orang / personel:


a. melakukan kegiatan deteksi (detection) dengan samaran (cover) untuk mengetahui
kisaran suara masyarakat pasca pelaksanaan pengamanan orang / personel;
b. unit membuat laporan informasi tentang jalannya kegiatan pengamanan orang /
personel dan tentang penilaian (assesment) masyarakat terhadap kegiatan tersebut;
dan
c. unit melakukan pengarahan kembali setelah pelaksanaan tugas (debrifing) dan
membuat laporan penugasan.

Bagian Ketiga
Pengamanan Benda/Material/Instalasi/Tempat/Lokasi

Pasal 15

(1) Tahap persiapan pengamanan benda/material/intalasi/tempat/lokasi:


a. menerima Unsur-Unsur Utama Keterangan (UUK);
b. pengarahan awal (briefing);
c. perencanaan pengamanan (Renpam);
d. penjabaran tugas (Bargas);
e. melakukan pengumpulan data melalui data administrasi pengamatan sepintas
(cassing) dengan menggunakan samaran (cover) untuk:
1. menentukan tempat yang dianggap vital dan rawan dari sasaran dengan
bentuk Sket A dan Sket B;
2. menentukan tempat umum yang ada di sekitar daerah sasaran dengan
bentuk Sket A dan Sket B;
3. menentukan jalan pintas dalam rangka penyelamatan (escape) dengan
membuat sket;
4. menentukan tempat-tempat untuk antisipasi apabila terjadi kecelakaan
(insident); dan
5. menginventalisir permasalahan yang mungkin akan menimbulkan ancaman
dan tempat-tempat yang mendukungnya (potensi gangguan);
f. membuat data pengamatan sepintas (data cassing);dan
g. membuat perkiraan keadaan khusus (Kirsus).

(2) Persiapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan 1 (satu) hari dan atau
beberapa hari sebelum hari H jam J.

Pasal 16 . . . . .
9

Pasal 16

(1) Tahap pelaksanaan pengamanan benda/material/instalasi/tempat/lokasi:


a. mendatakan (inventarisir) orang-orang yang berkepentingan dengan sasaran;
b. Kanit melakukan ploting anggotanya dan memberi peringatan (warning) terhadap
pihak sendiri, di tempat-tempat yang dianggap rawan (daerah ambang gangguan
dan daerah potensi gangguan);
c. dalam pelaksanaan pengamanan menggunakan kegiatan penyusupan (infiltrasi)
dan melakukan pembentukan jaringan (Tukjar) dengan melalui wilayah pengaruh
(P), wilayah binaan (B) dan wilayah akvifitas (A) agar mendapatkan baket yang
dibutuhkan pengguna (user) dari sumbernya, yang didukung oleh teknologi
intelijen;
d. mendatakan (dokumentasi) terhadap orang-orang yang terkait dengan sasaran
secara pengawasan (censorship); dan
e. memilah wilayah sasaran misalnya wilayah hijau (umum), kuning (terbatas) dan
merah (sangat terbatas) untuk mempermudah pengawasan (censorship).
(2) Pelaksanaan pengamanan dilakukan sesuai jadwal kegiatan dan Renpam yang dibuat.

Pasal 17

Tahap pengakhiran pengamanan benda/material/instalasi/tempat/lokasi:


a. melakukan kegiatan deteksi (detection) dengan samaran (cover) untuk mengetahui
kisaran suara masyarakat pasca pelaksanaan pengamanan benda/material/intalasi;
b. unit membuat laporan informasi tentang jalannya kegiatan pengamanan
benda/material/intalasi dan tentang penilaian (assesment) masyarakat terhadap
kegiatan tersebut;
c. unit melakukan pengarahan kembali setelah pelaksanaan tugas (debrifing) dan
membuat laporan penugasan; dan
d. mengkoordinasikan hasil pengamanan kepada sasaran / instansi.

Bagian Keempat
Pengamanan Kegiatan

Pasal 18

(1) Tahap persiapan pengamanan kegiatan:


a. menerima Unsur-Unsur Utama Keterangan (UUK);
b. pengarahan awal (briefing);
c. perencanaan pengamanan (Renpam);
d. penjabaran tugas (Bargas);
e. melakukan pengumpulan data melalui data administrasi, pengamatan sepintas
(cassing) dengan menggunakan samaran (cover) untuk:
1. melakukan . . . . .
10

1. melakukan penjejakan (survaillance) terhadap rencana jalur (route)


perjalanan dari sasaran (massa, kelompok, perorangan);
2. menentukan daerah ambang gangguan;
3. menentukan daerah potensi gangguan;
4. menentukan jalan pintas dalam rangka penyelamatan (escape);
5. kondisi lingkungan masyarakat di daerah sasaran;
6. inventarisir permasalahan yang dapat menimbulkan ancaman;
7. inventarisir tempat-tempat obyek vital (Obvit) dalam mendukung sasaran
kegiatan;
8. inventarisir jumlah, jenis massa (Ormas/LSM/elemen masyarakat) yang akan
menjadi target Pam kegiatan;
9. inventalisir tempat/daerah yang menjadi titik kumpul massa;
f. membuat data pengamatan sepintas (data cassing);
g. membuat perkiraan keadaan khusus (kirsus);dan
h. melakukan koordinasi dengan Paspampres (khusus VVIP).

(2) Pelaksanaan dilakukan 1 (satu) hari dan atau beberapa hari sebelum hari H jam J.

Pasal 19

(1) Tahap pelaksanaan pengamanan kegiatan:


a. melakukan biodata investigasi terhadap orang-orang yang tidak berkepentingan
mendekati objek vital (Obvit) dengan cara penjejakan (surveillance);
b. Kanit melakukan ploting anggotanya di tempat-tempat yang dianggap rawan
(daerah ambang ganggung dan daerah potensi gangguan) dengan membuat Sket
A dan Sket B;
c. dalam pelaksanaan pengamanan menggunakan pengelabuan (desepsi) dan
penyusupan (infiltrasi) untuk melakukan penggalangan terhadap pihak lawan
minimal tidak mengganggu jalannya pengamanan maksimal membantu
kelancaran kegiatan dan melakukan pembentukan jaringan (Tukjar) dengan
melalui wilayah pengaruh (P), wilayah binaan (B) dan wilayah aktivitas (A) secara
bertahap agar mendapatkan baket yang dibutuhkan pengguna (user) dari
sumbernya, yang didukung oleh teknologi intelijen;
d. melakukan kegiatan kontra intelijen selama kegiatan berlangsung melalui tahap
deteksi (detection), tahap investigasi (investigation), tahap penggalian sumber
(eksploitation) dan tahap pengakhiran (negasi);
e. mendatakan (dokumentasi) terhadap orang-orang yang terkait dengan sasaran
kegiatan;
f. memilah wilayah sasaran misalnya wilayah hijau (umum), kuning (terbatas) dan
merah (sangat terbatas) untuk mempermudah pengawasan dalam sasaran
kegiatan;
g. koordinasi . . . . .
11

g. koordinasi komuniti intelijen; dan


h. membuat perkiraan cepat (Kirpat) apabila diperlukan.

(2) Pelaksanaan dilakukan sesuai jadwal kegiatan dan Renpam yang dibuat.

Pasal 20

Tahap pengakhiran pengamanan kegiatan:


a. melakukan kegiatan deteksi (detection) dengan samaran (cover) untuk mengetahui
kisaran suara masyarakat pasca pelaksanaan pengamanan kegiatan;
b. melakukan kegiatan kontra intelijen selama kegiatan berlangsung melalui tahap deteksi
(detection), tahap investigasi (investagion), tahap penggalian sumber (eksploitation) dan
tahap pengakhiran (negasi);
c. unit membuat laporan informasi tentang jalannya kegiatan pengamanan kegiatan dan
tentang penilaian (assesment) masyarakat terhadap kegiatan tersebut;
d. unit melakukan pengarahan kembali setelah pelaksanaan tugas (debrifing) dan
membuat laporan penugasan.

Bagian Kelima
Pengamanan Bahan Keterangan/Informasi

Pasal 21

Tahap persiapan pengamanan bahan keterangan/informasi:


a. pengarahan awal (briefing);
b. perencanaan pengamanan (Renpam);
c. penjabaran tugas (Bargas);
d. melakukan identifikasi dan pengumpulan data tentang bahan keterangan dan informasi
yang penting;
e. menentukan tempat aman bagi Baket (safe place); dan
f. menentukan kualifikasi dan uji kompetensi personel.

Pasal 22

Tahap pelaksanaan pengamanan keterangan/informasi:


a. pencatatan (recording) yaitu penulisan bahan keterangan sebagai hasil kegiatan
intelijen baik secara tertutup maupun terbuka dalam bentuk tulisan atau
menggambarkan dalam bentuk grafik dan mempersatukan persoalan-persoalan yang
ada hubungannya antara satu dengan yang lain;
b. penyimpanan (filing);
c. pengiriman (sending);
d. melakukan kegiatan kontra intelijen bilamana ditemukan aktivitas intelijen lawan
terhadap bahan keterangan; dan
e. dalam . . . . .
12

e. dalam pelaksanaan pengamanan menggunakan pengelabuan (desepsi).

Pasal 23

Tahap pengakhiran pengamanan bahan keterangan/informasi:

a. melakukan analisa dan evaluasi terhadap bahan keterangan / informasi; dan

b. pelaporan pelaksanaan pengamanan.

BAB IV

KOORDINASI DAN ADMINISTRASI

Pasal 24

(1) Pelaksana Pengamanan Intelijen yang bersifat terbuka melakukan koordinasi dengan
objek/sasaran pengamanan.

(2) Pelaksana Pengamanan Intelijen yang bersifat tertutup dilakukan dalam rangka
kegiatan kontra intelijen terhadap sasaran.

Pasal 25

(1) Penyelenggaraan administrasi berpedoman pada administrasi produk Intelijen.

(2) Dukungan logistik menggunakan sarana prasarana sesuai kebutuhan.

(3) Dukungan anggaran disesuaikan dengan indeks dan kebutuhan kegiatan/Operasi


Pengamanan Intelijen.

BAB V

PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

Pasal 26

(1) Pengawasan dan pengendalian dalam penyelenggaraan pengamanan intelijen secara


struktural dilakukan oleh pejabat Intelkam Polri.

(2) Pengawasan dalam penyelenggaraan pengamanan intelijen secara fungsional


dilakukan mulai dari sponsor (SP), Agen Pengendali/Agent Handler (AH), Agen
Utama/Principal Agent (PA), Agen Pendukung/Support Agent (SA) dan Agen
Pelaksana/Agent Action (AA).

BAB VI . . . . .
13

BAB VI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 27

Peraturan Kabaintelkam Polri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 2013

KEPALA BADAN INTELIJEN KEAMANAN POLRI,

Drs. SUPARNI PARTO S, M.M.


KOMISARIS JENDERAL POLISI

Disahkan di Jakarta
pada tanggal 2013

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

Drs. TIMUR PRADOPO


JENDERAL POLISI

REGISTRASI SETUM POLRI NOMOR TAHUN 2013

Paraf :

1. Kabagbinfung :.....

2. Karorenmin :.....

3. Wakabaintelkam :.....

4. Kadivkum Polri :.....

5. Kasetum Polri :.....

6. Wakapolri :.....

Anda mungkin juga menyukai