Anda di halaman 1dari 45

KEPERAWATAN GERONTIK PADA PASIEN DENGAN

DIAGNOSA DIAGNOSA DIABETES MELLITUS

Disusun Oleh :

1. ELOK INDRIYANI
2. ROSITA
3. UUN UNAERI

AKADEMI KEPERAWATAN SAIFUDDIN ZUHRI

Jl. Pahlawan No.45 (Bunderan Kijang)

Telp./.Fax.(0234)274357 Indramayu 45212

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah yang maha Esa . yang telah
melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik. Adapun judul Makalah ini yang kami ambil adalah
“Asuhan Keperawatan gerontik Pada Lansia Individu dengan Diabetes Mellitus”

Adapun tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai salah satu
metode pembelajaran bagi mahasiswa-mahasiswi Akper Saifuddin Zuhri program studi
keperawatan. Ucapan terima kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari atas kekurangan kemampuan penulis dalam pembuatan Karya


Tulis Ilmiah ini, sehingga akan menjadi suatu kehormatan besar bagi penulis apabila
mendapatkan kritikan dan saran yang membangun agar Karya Tulis Ilmiah ini
selanjutnya akan lebih baik dan sempurna serta komprehensif.

Demikian akhir kata dari penulis, semoga makalah ilmiah ini bermanfaat bagi
semua pihak dan pembelajaran budaya khususnya dalam segi teoritis sehingga dapat
membuka wawasan ilmu budaya serta akan menghasilkan yang lebih baik di masa yang
akan datang.

Indramayu, 03 Januari 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................3
1.1. Latar Belakang.........................................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah....................................................................................................3
1.3. Tujuan......................................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................5
2.1. Pengertian.................................................................................................................5
2.2. Etiologi.....................................................................................................................5
2.3. Klasifikasi Diabetik Melitus....................................................................................6
2.4. Patofisiologi.............................................................................................................7
2.5. Manifestasi klinis.....................................................................................................9
2.6. Pemeriksaan penujang..............................................................................................9
2.7. Penatalaksanaan.....................................................................................................10
2.8. Komplikasi Diabetes Melitus.................................................................................13
2.9. Konsep Asuhan Keperawatan Gerontik pada Lansia dengan Diabetes Melitus....13
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................44

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang terjadi baik saat pankreas
tidak menghasilkan cukup insulin atau bila tubuh tidak dapat secara efektif
menggunakan insulin yang dihasilkan. Peningkatan glukosa darah yang tidak
terkontrol dapat menyebabkan kerusakan serius pada jantung, pembuluh darah,
mata, ginjal dan saraf (WHO, 2016). Banyak orang yang masih menganggap
penyakit ini merupakan penyakit orang tua atau penyakit yang hanya timbul
karena faktor keturunan. Banyak orang yang tidak menyadari dirinya mengidap
penyakit ini (Shanty, 2011: 23).
Di dunia sekitar 425 juta orang atau 8,8% dewasa berusia 20-79 tahun
diperkirakan menderita diabetes. Sekitar 79% tinggal di negara berpenghasilan
rendah dan menengah. Jumlah penderita meningkat menjadi 451 juta jika
umurnya bertambah hingga 18-99 tahun. Diperkirakan pada tahun 2045, akan
meningkat menjadi 693 juta orang pada usia 18-99 tahun atau 629 juta orang pada
usia 20-79 tahun (IDF, 2017).
Indonesia menempati peringkat ke tujuh tertinggi bersama dengan China,
India, Amerika Serikat, Brazil, Rusia, dan Meksiko dengan jumlah penderita
diperkirakan sebesar 10 juta (IDF Atlas, 2015).Di Jawa Tengah Jumlah kasus baru
penyakit tidak menular tahun 2016 seb..esar 943.927 kasus. Penyakit diabetes
mellitus menjadi urutan ke dua terbanyak setelah penyakit hipertensi yaitu sebesar
16,42 % (Profil Kesehatan Jateng, 2016).

1.2. Rumusan Masalah


1) Apa Pengertian dari penyakit Diabetes Melitus ?
2) Apa Etiologi dari penyakit Diabetes Melitus ?
3) Bagaimanakah klasifikasi penyakit Diabetes Melitus ?
4) Bagaimana patofisiologi penyakit Diabetes Mellitus ?
5) Apa manifestasi klinis dari penyakit Diabetes Melittus ?

3
6) Apa saja pemeriksaan penunjang untuk penyakit Diabetes Melitus ?
7) Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit Diabetes melitus ?
8) Apa saja komplikasi dari Diabetes Melitus ?
9) Apa Konsep Asuhan Keperawatan Gerontik pada Lansia dengan Diabetes
Melitus ?

1.3. Tujuan
1) Agar Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari penyakit Diabetes Melitus
2) Agar mahasiswa dapat mengetahui Etiologi penyakit Diabetes Melitus
3) Agar Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi dari penyakit Diabetes Melitus
4) Agar Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi dari Diabetes melitu
5) Agar mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis dari penyakit diabetes
melitus
6) Agar mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan penunjang dari penyakit
diabetes melitus
7) Agar mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan dari penyakit Diabetes
melitus
8) Agar Mahasiswa dapat mengetahui apa saja komplikasi dari penyakit
Diabetes Melitus
9) Agar mahasiswa dapat mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan Gerontik
pada Lansia dengan Diabetes Melitus
a.

4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian
Menurut American Diabetes Association, 2010 (dalam Ernawati, 2013, p.
10), Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya. Tabel 2.1 Kriteria diagnostik gula darah menurut Shanty (2011, p.
25). Bukan Diabetes Pra Diabetes Diabetes Puasa 126 Sewaktu 2000

Diabetes Melitus Tipe II adalah gangguan metabolik yang ditandai oleh


hiperglikemia (kenaikan kadar glukosa) akibat kurangnya hormon insulin,
menurunnya efek insulin atau keduanya. (kowalak, dkk. 2016 ). Diabetes melitus
merupakan penyebab hiperglikemi. Hiperglikemi disebabkan oleh berbagai hal,
namun hiperglikemi paling sering disebabkan oleh diabetes melitus. Pada diabetes
melitus gula menumpuk dalam darah sehingga gagal masuk kedalam sel.
Kegagalan tersebut terjadi akibat hormoninsulin jumlahnya kurang atau cacat
fungsi. Hormoninsulin merupakan hormon yang membantu masuknya gula darah
(WHO, 2016).

2.2. Etiologi
Etiologi Diabetes mellitus menurut Padila (2012, p. 1), adalah : a. Diabetes
mellitus tipe 1 1) Faktor Genetik Penderita tidak mewarisi diabetes tipe 1 itu
sendiri, tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah
terjadinya diabetes mellitus tipe 1. 7 2) Faktor-faktor Imunologi Adanya respon
otoimun dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
3) Faktor Lingkungan Virus atau toksik tertentu dapat memicu proses otoimun
yang menimbulkan destruksi sel beta. b. Diabetes mellitus tipe II Mekanisme
yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes
tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses

5
terjadinya resistensi insulin. Faktor-faktor risiko : 1) Usia (resistensi insulin
cenderung meningkat pada usia di atas 65 th). 2) Obesitas (kegemukan). 3)
Riwayat keluarga.

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insuline dan


gangguan sekresi insuline pada diabetis tipe II masih belum diketahui. Faktor
genetik diperkirakan memegang peran dalam proses terjadinya resistensi insuline.
Selain itu terdapat pula faktor-faktor risiko tertentu yang berhubungan dengan
proses terjadinya diabetes tipe II. Faktor-faktor ini adalah:
1) Obesitas. Obesitas menurunkan jumlah reseptor insulin dari sel target
diseluruh tubuh sehingga insulin yang tersedia menjadi kurang efektif dalam
meningkatkan efek metabolik.
2) Usia.Resistensi unsilen cendrung Cenderung meningkat pada usia atas
65 tahun
3) Gestasional diabetes mellitus dengan kehamilan (diabetes melitus
gaestasional (DMG) adalah kehamilan normal yang di sertai dengan
peningkatan insulin resistensi (ibu hamil gagal mempertahankan
euglycemia). Pada golongan ini, kondisi diabetes di alami sementara selama
masa kehamilan Artinya kondisi diabetes atau intoleransi glukosa pertama kali
di dapat selama kehamilan, biasanya pada trimester kedua atau ketiga
(Brunner & suddarth.2015).

2.3. Klasifikasi Diabetik Melitus


Menurut American diabetes Asociation adalah sebagai berikut

1) DM Tipe I Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin


absolute, Autoimun, Idiopatik.
2) Tipe II Bervariasi mulai dari yang dominan resistensi insulin disertai
defisiensi insulin relatif sampai defek insulin diserta resistensi insulin.
3) Tipe Lain : Defek genetik fungsi sel beta, Defek genetik kerja insulin:
resistensi insulin tipe A, leprechaunisme, sindrom rabson Mendenhal,
Penyakit eksokrin pancreas: pancreatitis, trauma/pankreatektomi,
neoplasma, fibrosis kistik, Endokrinopati: akromegali, sindrom cushing,

6
feokromositoma, Obat atau zat kimia: vacor, pentamidin, asam nikotinat,
glukokortikoid, hormone tiroid, diazoxid, tiazid, Infeksi: rubella congenital ,
Imunologi (jarang): sindrom stiff-man, anti bodi anti reseptor insulin ,
Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM
4) Diabetes Melitus Gestasional (Gestational diabetes melitus) GDM. 5% -
10% penderita diabetes adalah tipe I Kurang lebih 90% hingga 95%
penderita mengalami diabetes tipe I, yaitu diabetes yang tidak tergantung
insulin. awetan mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30%. Diabetes tipe
II terjadi akibat penurunan sensitivitas insulin (yang disebut resistensi
insulin) atau akibat penurunan jumlah produksi insulin. Diabetes melitus
tipe II umumnya disebabkan oleh obesitas dan kekurangan olahraga faktor
yang mempengaruhi timbulnya diabetes melitus secara umum yaitu usia
lebih dari 40 tahun, obesitas dan riwayat keluarga. (Brunner dan Suddarth,
2000).

2.4. Patofisiologi
Diabetes tipe I terjadi akibat ketidakmampuan sel-sel pankreas
memproduksi insulin yang biasanya disebabkan oleh rusak nya sel-sel pankreas
akibat proses autoimun. Ketika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi,
ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar,
akibatnya glukosa tersebut diekskresikan dalam urin (glukosuria). Kondisi
tersebut akan disertai dengan dieresis osmotik yaitu pengeluaran cairan dan
elektrolit yang berlebihan dengan meningkatnya frekuensi dalam berkemih
(poliuri) sehingga pasien juga akan merasa sering haus (polidipsi). Pada Diabetes
Mellitus tipe II terjadi penurunan sensitivitas jaringan terhadap insulin (resistensi
insulin). Hal ini diperberat oleh bertambahnya usia yang mempengaruhi
berkurangnya jumlah insulin dari sel-sel beta, lambatnya pelepasan insulin dan
atau penurunan sensitifitas perifer terhadap insulin. Akibat defisiensi insulin
adalah pemecahan lemak menjadi asam-asam lemak dan gliserol. Asam lemak
bebas Akan diubah menjadi badan keton oleh hati. Badan keton 15 bersifat asam
dan bila bertumpuk dalam sirkulasi darah akan menimbulkan asidosis metabolic.

7
Ketosis dan asidosis menimbulkan gejala gastrointestinal seperti anoreksia, mual,
muntah, dan nyeri abdomen. (Smeltzer & Bare, 2002 dalam Fady, 2015;
Rumahorbo, 2014; Ernawati, 2013)

PATHWAY

8
2.5. Manifestasi klinis
1) Poliuri
Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melaluimembrane dalam
sel menyebabkan hiperglikemia sehinggaserum plasma meningkat atau
hiperosmolariti menyebabkancairan intrasel berdifusi kedalam sirkulasi atau
cairanintravaskuler, aliran darah ke ginjal meningkat sebagai akibatdari
hiperosmolaritas dan akibatnya akan terjadi diuresis osmotic
(poliuria)

2) Polidipsia
Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam vaskuler
menyebabkan penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah dehidrasi sel.
Akibat dari dehidrasi sel mulut menjadi kering dan sensor haus teraktivasi
menyebabkan seseorang haus terus dan ingin selalu minum (polidipsia).

3) Poliphagia

Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar
insulin maka produksi energi menurun, penurunan energi akan menstimulasi rasa
lapar. Maka reaksi yang terjadi adalah seseorang akan lebih banyak makan
(poliphagia).

4) Penurunan berat badan


Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel kekurangan
cairan dan tidak mampu mengadakan metabolisme, akibat dari itu maka sel akan
menciut, sehingga seluruh jaringan terutama otot mengalami atrofidan penurunan
secara otomatis.

5) Malaise atau kelemahan


Kesemutan, Lemas dan Mata kabur. (Brunner & Suddart, 2015)

2.6. Pemeriksaan penujang


Pemeriksaan yang dapat dilakukanmeliputi 4 hal yaitu:

9
B. Postprandial : Dilakukan 2 jam setelah makan atau setelah minum. Angka
diatas 130mg/dl mengindikasikan diabetes.
C. Hemoglobin glikosilat: Hb1C adalah sebuah pengukuran untuk
menilaikadar gula darah selama 140 hari terakhir. Angka Hb1C yang
melebihi 6,1% menunjukkan diabetes.
D. Tes toleransi glukosa oral: Setelah berpuasa semalaman kemudian pasien
diberi air dengan 75 grgula, dan akan diuji selama periode 24 jam. Angka
gula darah yang normal dua jam setelah meminum cairan tersebut harus <
dari 140 mg/dl.
E. Tes glukosa darah, yaitu jari ditusuk dengan Sebuah jarum, sample darah
diletakkan pada sebuah strip yang dimasukkan kedalam celah pada mesin
glukometer, pemeriksaan ini digunakan hanya untuk memantau kadar
glukosa yang dapat dilakukan dirumah.

2.7. Penatalaksanaan

1). Terapi Non Farmakologi

a). Diet untuk pasien Diabetes Melitus meliputi :


Tujuan Diet Penyakit Diabetes melitus adalah membantu pasien
memperbaiki kebiasaan makan dan olahraga untuk mendapatkan kontrol
metabolik yang lebih baik, dengan cara:

a. Mempertahankan kadar glukosa darah supaya mendekati normal dengan


menyeimbangkan asuhan makanan dengan insulin, Mencapai dan
mempertahankan kadar lipida serum normal, Memberi cukup energi untuk
mempertahankan atau mencapai berat badan normal

b. Menghindari atau menangani komplikasi akut pasien yang menggunakan


insulin seperti hipoglikemia, meningkatkan derajat kesehatan secara
keseluruhan melalui gizi yang optimal
Syarat diet: Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat
badan normal, Kebutuhan protein normal, yaitu 10-15% dari kebutuhan

10
energi total, Kebutuhan lemak sedang, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi
total, Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energi total, yaitu
60-70%, Penggunaan gula alternatif dalam jumlah terbatas,

c. Asupan serat dianjurkan 25g/hari dengan mengutamakan serat larut air


yang terdapat dalam sayur dan buah, Pasien DM dengan tekanan darah
normal diperbolehkan mengonsumsi natrium dalam bentuk garam dapur
seperti orang sehat yaitu 3000mg/hari. Cukup vitamin dan mineral.

d. Bahan makanan yang boleh dianjurkan untuk diet DM:


Sumber karbohidrat kompleks : Seperti nasi, Roti, Kentang, Ubi, Singkong
dan sagu, Sumber Protein Redah Lemak : seperti ikan, ayam tanpa kulit,
susu skim, tempe dan kacang-kacangan, Sumber lemak dalam jumlah
terbatas. Makanan terutama dengan cara
dipanggang, dikukus, disetup, direbus dan dibakar.

e. Bahan-bahan makanan yang tidak dianjurkan (Dibatasi/dihindari):


Mengandung banyak gula sederhana seperti : Gula pasir, Gula Jawa, sirop,
jeli, buah-buahan yang diawetkan dengan gula, susu kental manis,
minuman botol ringan dan es krim, Mengandung banyak lemak seperti
cake, makanan siap saji, gorengan-gorengan,
Mengandung banyak natrium : seperti ikan asin, makanan yang diawetkan.

b). Latihan Jasmani


Pada penyandang diabetes tipe II yang obesitas, latihan dan
penatalaksanaan diet akan memperbaiki metabolisme glukosa serta
meningkatkan penghilang lemak tubuh. Latihan yang digabung dengan
penurunan BB akan memperbaiki sensitivitas insulin dan menurunkan
kebutuhan pasien terhadap insuline atau obat hipoglikemia oral. Pada
akhirnya, toleransi glukosa dapat kembali normal. Penderita diabetes tipe
II yang tidak mengguanakan insuline mungkin tidak memerlukan makanan
ekstra sebelum melakukan latihan.

11
c). Pendidikan kesehatan
Edukator bagi pasien diabetes yaitu pendidikan dan pelatihan
mengenai pengetahuan dan keterampilan yang bertujuan menunjang
perubahan perilaku untuk meningkatkan pemahaman pasien akan
penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai keadaan sehat yang optimal.
Penyesuaian keadaan psikologik kualifas hidup yang lebih baik. (Bare &
Suzanne, 2002)

2). Terapi Farmakologi

1. Sulfonilurea. Obat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara :


Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan, Menurunkan ambang
sekresi insulin.Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan
glukosa. Obat golongan ini biasanya diberikan pada pasien dengan BB
normal dan masih bisa dipakai pada pasien yang beratnya sedikit lebih.
2. Insulin: Indikasi pengobatan dengan insulin adalah: Semua penderita DM
dari setiap Umur (baik IDDM maupun NIDDM) dalam keadaan
ketoasidosis atau pernah masuk kedalam ketoasidosis, DM dengan
kehamilan/ DM gestasional yang tidak terkendali dengan diet
(perencanaan makanan), DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat
hipoglikemik oral dosif maksimal. Dosis insulin oral atau suntikan dimulai
dengan dosis rendah dan dinaikkan perlahan – lahan sesuai dengan hasil
glukosa darah pasien. Bila sulfonylurea atau metformin telah diterima
sampai dosis maksimal tetapi tidak tercapai sasaran glukosa darah maka
dianjurkan penggunaan kombinasi sulfonylurea dan insulin.

Dosis pemberian insulin pada pasien dengan DM:


Jenis obat :Kerja cepat (rapid acting) retensi insulin 5-15 menit
puncak efek 1-2 jam, lama kerja 4-6 jam. Contoh obat: insuli lispro(humalo),
insulin aspart, Kerja pendek (sort acting) awitan 30-60 menit, puncak efek 2-4
jam, lama kerja 6-8 jam, kerja menengah (intermediate acting) awitan 1,5-4
jam, puncak efek 4-10 jam, lama kerja 8-12 jam), awitan 1-3 jam, efek puncak

12
hampir tanpa efek, lama kerja 11-24jam.
Contoh obat: lantus dan levemir.Hitung dosis insulin Rumus insulin:
insulin harian total = 0,5 unit insulin x BB pasien ,Insulin prandial total( IPT) =
60% , Sarapan pagi 1/3 dari IPT, Makan siang 1/3 dari IPT, Makan malam 1/3
dari IPT .

2.8. Komplikasi Diabetes Melitus


Komplikasi Diabetes Mellitus Komplikasi yang dapat disebabkan oleh
diabetes menurut Pudiastuti (2013, p. 56), yaitu : a. Komplikasi yang dapat terjadi
adalah serangan jantung dan stroke, Kerusakan pada pembuluh darah
matamenyebabkan gangguan penglihatan akibat kerusakan pada retina mata
(retinopati diabetikum), Kelainan fungsi ginjal dapat menyebabkan gagal ginjal. b.
Kerusakan pada saraf menyebabkan kulit lebih sering mengalami cedera. 9 c.
Berkurangnya aliran darah ke kulit dapat menyebabkan ulkus (borok) dan semua
penyembuhan luka berjalan lambat. d. Gangguan pada saraf dapat bermanifestasi
dalam beberapa bentuk. Jika satu saraf mengalami kelainan fungsi
(mononeuropati), maka sebuah lengan atau tungkai bisa secara tiba-tiba menjadi
lemah. e. Jika saraf yang menuju tangan, tungkai dan kaki mengalami kerusakan
(polineuropati diabetikum), maka pada lengan dan tungkai dapat dirasakan
kesemutan atau nyeri seperti terbakar dan kelemahan.

2.9. Konsep Asuhan Keperawatan Gerontik pada Lansia dengan Diabetes


Melitus
Pengkajian

A. Identifikasi Data Pengkajian terhadap data umum keluarga menurut Sulistyo


Andarmoyo, 2012 meliputi:

1) Nama kepala keluarga (KK) Identifikasi siapa nama KK sebagai penanggung


jawab penuh terhadap keberlangsungan keluarga.

2) Alamat dan telepon Identifikasi alamat dan nomor telepon yang bisa dihubungi
sehingga memudahkan dalam pemberian asuhan keperawatan.

13
3) Pekerjaaan dan pendidikan KK Identifikasi pekerjaaan dan latar belakang
pendidikan Kepala Keluarga dan anggota keluarga yang lainnya sebagai dasar
dalam menentukan tindakan keperawatan selanjutnya.

4) Komposisi keluarga Komposisi keluarga menyatakan anggota keluarga yang


diidentifikasi sebagai bagian dari keluarga mereka.

5) Genogram Genogram keluarga merupakan sebuah diagram yang


menggambarkan konstelasi keluarga atau pohon keluarga dan genogram
merupakan alat pengkajian informatif yang digunakan untuk mengetahui keluarga,
dan riwayat, serta sumber-sumber keluarga

6) Tipe keluarga Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau
masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.

7) Suku bangsa Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta


mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.

8) Agama Mengkaji agama yang dianut keluarga serta keperacayaan yang dapat
mempengaruhi kesehatan.

9) Status sosial ekonomi keluarga Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh
pendapatan baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu
status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang
dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga. Dalam
hal ini pertanyaan yang diajukan adalah status ekonomi :

1) Berapa jumlah pendapatan per bulan?

2) Darimana sumber-sumber pendapatan perbulan?

3) Berapa jumlah pengeluaran perbulan?

4) Apakah sumber pendapatan mencukupi kebutuhan keluarga?

5) Bila tidak, bagaimana keluarga mengaturnya?

14
Rekreasi keluarga Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja
keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu, namun
dengan menonton TV dan mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi.

B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini Tahap perkembangan keluarga


ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti.

2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Menjelaskan tugas


perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas
perkembangan tersebut belum terpenuhi.

3) Riwayat keluarga inti Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga


inti, dijelaskan mulai lahir hingga saat ini yang meliputi riwayat penyakit
keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap
pencegahan penyakit, sumber pelayananan kesehatan yang biasa digunakan
keluarga serta pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan kesehatan, termasuk
juga dalam hal ini riwayat perkembangan dan kejadian-kejadian dan pengalaman
kesehatan yang unik atau yang berkaiatan dengan kesehatan (perceraian,
kematian, hilang, dll) yang terjadi dalam kehidupan keluarga.

4) Riwayat keluarga sebelumnya/asal Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan


pada keluarga dari pihak suami dan istri/keluarga asal kedua orang tua seperti apa
kehidupan keluarga asalnya, hubungan masa silam dan saat dengan orang tua dari
ke dua orang tua)

C. Data Lingkungan Data lingkungan meliputi seluruh alam kehidupan keluarga


mulai dari pertimbangan bidang-bidang yang paling sederhana seperti aspek
dalam rumah hingga komunitas yang lebih luas dan kompleks di mana keluarga
tersebut berada.

15
1) Karakteristik rumah

1. Gambar tipe tempat tinggal (rumah, apartemen, sewa kamar, dll). Apakah
keluarga memilki sendiri atau menyewa rumah ini.

2. Gambarkan kondisi rumah (baik interior maupun eksterior rumah). Interior


rumah meliputi jumlah kamar dan tipe kamar, penggunan kamar dan bagaimana
kamar tersebut diatur.

3. Di dapur, amati suplai air minum, penggunaan alat masak.

4. Di kamar mandi, amati sanitasi air, fasilitas toilet, ada tidaknya sabun dan
handuk.

5. Kaji pengaturan tidur di dalam rumah.

6. Amati keadaan umum kebersihan dan sanitasi rumah.

7. Kaji perasaan-perasaan subjektif keluarga terhadap rumah

8. Evaluasi pengaturan privasi dan bagaimana keluarga merasakan privasi mereka


memadai.

9. Evaluasi ada dan tidak adanya bahaya-bahaya terhadap keamanan


rumah/lingkungan.

10. Evaluasi adekuasi pembuangan sampah.

11. Kaji perasaan puas/tidak puas dari anggota keluarga secara keseluruhan
dengan pengaturan/penataan rumah.

2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW

1. Apa karakteristik-karakteristik fisik dari lingkungan yang paling dekat dan


komunitas yang lebih luas?

2. Bagaimana mudahnya sekolah-sekolah di lingkungan atau komunitas dapat


diakses dan bagaimana kondisinya?

16
3. Fasilitas-fasilitas rekreasi yang dimiliki daerah ini?

4. Bagaimana insiden kejahatan di lingkungan dan komunitas?

5. Apakah ada masalah keselamatan yang serius?

3) Mobilitas geografi keluarga Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan


kebiasaan berpindah tempat

1. Sudah berapa lama keluarga tinggal di daerah ini?

2. Apakah sering berpindah-pindah tempat tinggal?

4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Menjelaskan mengenai


waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga
yang ada dan sejauh mana keluarga interaksinya dengan masyarakat.

1. Siapa di dalam keluarga yang sering menggunakan fasilitas pelayanaan


kesehatan?

2. Berapa kali atau sejauh mana mereka menggunakan pelayanan dan fasilitas?

3. Apakah keluarga memanfaatkan lembaga-lembaga yang ada di komunitas


untuk kesehatan keluarga?

4. Bagaimana keluarga memandang komunitasnya?

5) Sistem pendukung keluarga Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga


adalah sejumlah keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga
untuk menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis
atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari
masyarakat setempat.

D. Struktur Keluarga

1) Pola komunikasi keluarga Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar


anggota keluarga.

17
2) Struktur kekuatan keluarga Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan
mempengaruhi orang lain untuk mengubah perilaku.

3) Struktur peran Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik


cara formal maupun informal.

4) Nilai atau norma keluarga Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut
oleh keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.

5) Fungsi keluarga

1. Fungsi Afektif

Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota
keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan
bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.

2. Fungsi sosialisasi

Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga,
sejauh mana anggota keluarga belajar dispilin, norma, budaya dan perilaku.

3. Fungsi perawatan kesehatan

Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,


perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana
pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit. Kesanggupan keluarga di dalam
melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga
melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal
masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan
perawatan terhadap anggota yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat.

4. Fungsi reproduksi

a. Berapa jumlah anak?

18
b. Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anak?

c. Metode apa yang digunakan keluarga dalan mengendalikan jumlah anak?

5. Fungsi perawatan keluarga Fungsi ini penting untuk mempertahankan keadaan


kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.

6) Stres dan koping keluarga Stresor jangka pendek dan panjang

1. Sebutkan stressor jangka pendek (< 6 bulan) dan stresor jangka panjang (> 6
bulan) yang saat ini terjadi pada keluarga. Apakah keluarga dapat mengatasi
stresor biasa dan ketegangan sehari-hari?

2. Bagaimana keluarga mengatasi tersebut? Jelaskan Strategi koping apa yang


digunakan oleh keluarga untuk menghadapi masalah-masalah? (koping apa yang
dibuat?) Apakah anggota keluarga berbeda dalam cara–cara koping terhadap
masalah-masalah mereka sekarang? Jelaskan

Pemeriksaan Fisik Data selanjutnya yang harus dikumpulkan oleh perawat


adalah data tentang kesehatan fisik. Tidak hanya kondisi pasien, melainkan
kondisi kesehatan seluruh anggota keluarga.

a. Status kesehatan umum

Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat


badan dan tanda-tanda vital. Biasanya pada penderita diabetes didapatkan berat
badan yang diatas normal/obesitas.

b. Kepala dan leher

Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, apakah ada pembesaran pada leher,
kondisi mata, hidung, mulut dan apakah ada kelainan pada pendengaran. Biasanya
pada penderita diabetes mellitus ditemui penglihatan yang kabur/ganda serta
diplopia dan lensa mata yang keruh, telinga kadang-kadang berdenging, lidah
sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah
bengkak dan berdarah.

19
c. Sistem integumen

Biasanya pada penderita diabetes mellitus akan ditemui turgor kulit


menurun, kulit menjadi kering dan gatal. Jika ada luka atau maka warna sekitar
luka akan memerah dan menjadi warna kehitaman jika sudah kering. Pada luka
yang susah kering biasanya akan menjadi ganggren.

d. Sistem pernafasan

Dikaji adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Biasanya pada
penderita diabetes mellitus mudah terjadi infeksi pada sistem pernafasan.

e. Sistem kardiovaskuler

Pada penderita diabetes mellitus biasanya akan ditemui perfusi jaringan


menurun, nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi,hipertensi,
aritmia, kardiomegalis.

f. Sistem gastrointestinal

Pada penderita diabetes mellitus akan terjadi polifagi, polidipsi, mual,


muntah, diare, konstipasi, dehidrasi,perubahan berat badan, peningkatan lingkar
abdomen dan obesitas.

g. Sistem perkemihan

Pada penderita diabetes mellitus biasanya ditemui terjadinya poliuri,


retensi urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.

h. Sistem muskuluskletal

Pada penderita diabetes mellitus biasanya ditemui terjadinya penyebaran lemak,


penyebaran massa otot, perubahan tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri,
adanya gangren di ekstremitas.

i. Sistem neurologis

20
Pada penderita diabetes mellitus biasanya ditemui terjadinya penurunan sensoris,
anastesia, letargi, mengantuk, kacau 64 mental, disorientasi dan rasa kesemutan
pada tangan atau kaki.

Diagnosa Keperawatan :

1. Ketidakstabilan glukosa dalam darah berhubungan dengan Hiperglikemia

2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Kelelahan

3. Resiko Ketidakseimbangan Elektrolit berhubungan dengan Poliuri

4. Resiko Jatuh berhubungan dengan Pandangan kabur

PERENCANAAN

N Diagnosa Perencanaan Keperawatan


Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi
o Keperawatan
1. Ketidakstabil Setelah dilakukan tindakan Obsevasi
an glukosa keperawatan selama X 24 jam 1. Identifikasi kemungkinan
dalam darah diharapkan Kesimbangan penyebab hiperglikemia
berhubungan kadar glukosa dalam darah 2. Identifikasi situasi yang
dengan membaik dengan kriteria hasil menyebabkan kebutuhan
Hiperglikemi : insulin meningkat
a a. Pusing 3. monitor kadar glukosa
menurun darah , jika perlu
b. Rasa haus 4. monitor tanda dan gejala
menurun hiperglikemia ( mis, Poliuri,
c. Keluhan lapar polipagi, kelemahan,
membaik makanan, pandangan kabur,
d. Kadar glikosa sakit kepala )
dalam darah Terapeutik
membaik 1. Berikan asupan cairan
e. Lelah dan lesu oral
menurun 2. Konsultasi dengan medis

21
jika tanda dan gejala
hiperglikemia tetap ada
Edukasi
1.Anjurkan menghindari
olahraga saat kadar glukosa
darah lebih dari 250 mg/dl
2. Anjurkan monitor kadar
glukosa darah secara
mandiri
3. anjurkan kepatuhan
terhadap dan dan olahraga
4. Anjurkan pengelolaan
diabtes ( mis. Penggunaan
insulin, obat oral, monitor
asupan cairan)
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
insulin
2. kolaborasi pemberian
cairan IV, Jika perlu
3. Kolaborasi pemberian
kalium, jika perlu
I2 Intolerasi Setelah dilakukan tindakan Observasi
. Aktivitas keperawatan selama X 24 jam  Identifikasi
berhubungan diharapkan Toleransi aktivitas gangguan fungsi
dengan menurun dengan kriteria tubuh yang
kelelahan hasil : mengakibatkan
1. Frekuensi nadi membaik kelelahan
2. tingkat kesadaran  Monitor kelelahan
meningkat fisik dan emosional
3. kelulahan lelah  Monitor lokasi dan

22
4. kemudahan dalam ketidaknyamanan
melakukan aktivitas sehari selama melakukan
hari meningkat aktivitas
5. perasaan lemah meningkat Terapeutik
 Sediakan lingkungan
yang nyaman dan
rendah stimulus
( mis. Cahaya, suara
dna kunjungan)
 Fasilitasi duduk
disamping tempat
tidur
Edukasi
 Anjurkan tirah
baring
 Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
 Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan
asupan makanan
3. Risiko Setelah dilakukan tindakan Observasi
ketidakstabil keperawatn selama X 24 jam  Identifikasi
an elektrolit diharapkan keseimbangan kemungkinan
berhubungan elektrolit meningkat dengan penyebabketidaksei

23
dengan kriteria hasil : mbangan Eleketrolit
poliuri 1. serum natrium meningkat  Monitor kadar
2. serum kalium elektrolit serum
3. serum natrium  Monitor mual,
4. serum magnesium muntah dan diare
 Monitor kehilangan
cairan, jika perlu
 Monitor tanda dan
gejala hiperkalemia
Atur interval waktu
Terapeutik
 Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi
pasien
 Dokumentasikan
hasil pemantauan
 Jelaskan tujuan dan
prosedur
pemantauan
 Informasikan hasil
pemantauan,jika
perlu
4. Resiko Jatuh Setelah dilakukan tindakan Observasi
berhubungan selama x 24 jam diharapkan  Identifikasinfaktor
dengan tingkat jatuh menurun dengan resiko jatuh (mis.
pandangan kriteria hasil : Usia lebih dari 60
kabur 1. Jatuh dari tempat tidur tahun dan gangguan
menurun penglihatan)
2. Jatuh saat berdiri  Identifikasi resiko
menurun jatuh setidaknya

24
3. Jatuh saat duduk sekali setiap sift atau
menurun sesuai dengan
4. Jatuh saat berjalan kebijakan institusi
menurun  Identifikasi faktor
lingkungan yang
meningkatkan resiko
jatuh
Terapeutik
 Orientasi ruangan
pada pasien dan
keluarga
 Pasang handrail
tempat tidur
 Tempatkan pasien
beresiko tinggi jatuh
dengan dekat
pemantauan perawat
dari nurstation
 Gunakan alat bantu
berjalan
Edukasi
 Anjurkan
memanggil perawat
jika membutuhkan
bantuan untuk
berpindah
 Ajarkan cara
menggunakan bel
pemanggil untuk
memanggil perawat

25
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELOMPOK

Fasilitas Yankes No. Register

Nama Perawat yang Mengkaji Tanggal Pengkajian

Nama Kelompok Alamat

1. DATA DASAR ANGGOTA KELOMPOK 2. STATUS KESEHATAN ANGGOTA KELOMPOK


Alat
Analisis
Riwayat Bantu/
Keada TTV Status Gizi Pola Ket Lain Masalah
Pendid Penyakit Protes
No Nama JK TTl Pekerjaan Agama Suku an Kesehatan
ikan a
Umum
TD N P S TB B Konjungti Olahraga Tidur
B va
RW : 05
Mengeluh nyeri
1. Ny. Esih P 62 SMP Pedagang Islam Jawa CM 150/89 75 22 36 158 77 Ananemis Hipertensi - Jarang Cukup tengkuk Hipertensi
Klien memiliki
riwayat merokok
RW : 04
Pensiunan
2. Ny. Heti P 65 S1 Islam Jawa CM 122/72 93 20 36 163 63 Anemis DM - Sering Cukup Mengeluh gampang DM
Guru
lelah dan badan lemas
RW: 04
3. Ny. Rati P 71 SMP - Islam Jawa CM 147/81 82 22 36 159 37 Ananemis DM - Sering cukup Mengeluh mnata DM
berkunang-kunang
RW : 04
4 Ny. Sari P 67 SD - Islam Jawa CM 97/61 82 20 36 152 54 Anemis DM - Sering cukup Mengeluh pandangan DM
mata buram
RW : 05
Mengeluh pusing,
Susah
5 Ny. Sri P 61 SMP Pedagang Islam Jawa CM 145/76 78 20 36 158 55 Ananemis DM - Jarang lemas . DM
tidur
Klien memiliki
riwayat merokok

26
RW : 04
Mengeluh nyeri di
6 Ny. Siti P 68 SMA Pedagang Islam Jawa CM 147/87 82 22 36 162 50 Ananemis DM - Sesekali Cukup kaki kanan karena DM
terdapat luka basah
dan keluar nanah
RW : 04
Pensiunan
7 Ny. Mina P 73 S1 Islam Jawa CM 153/70 77 20 36 154 67 ananemis DM - Sering Cukup Mengeluh sering pipis DM
PNS
dan mudah lapar
RW : 05
10
8 Ny. Asih P 67 SMP Pedagang Islam Jawa CM 136/82 20 36 155 67 Ananemis Vertigo - Sering Cukup Mengeluh sering Vertigo
0
pusing kliyengan
RW : 05
9 Ny. Muti P 64 SMA - Islam Jawa CM 127/69 88 20 36 149 69 Anemis DM - Jarang Cukup Mengeluh sering pipis DM
di malam hari
RW : 04
Tukang
10 Ny. Karti P 59 SD Islam Jawa CM 143/81 82 20 36 162 54 Ananemis DM - Jarang Cukup Mengeluh BB turun DM
Sapu
dan mudah lapar
RW : 04
Ny.
11 P 67 SMA - Islam Jawa CM 143/81 82 22 36 148 48 Ananemis Hipertensi - Sesekali Cukup Mengeluh mudah Hipertensi
Kinanti
marah dan gelisah
RW : 05
Mengeluh sulit tidur di
Pensiunan Susah
12 Ny. Tri P 65 S1 Islam Jawa CM 148/92 92 20 36 158 76 Ananemis Hipertensi - Sering malam hari Hipertensi
Guru tidur
Klien memiliki
riwayat merokok
RW : 04
Pensiunan Susah Mengeluh mudah
13 Ny. Parni P 74 S1 Islam Jawa CM 126/90 83 22 36 153 70 Anemis DM - Sering DM
Guru tidur lapar tetapi BB
menurun
RW : 05
Mengeluh telinga
14 Ny. Rosi P 63 SMA Pedagang Islam Jawa CM 147/71 90 22 36 163 90 Ananemis Hipertensi - Sering Cukup Hipertensi
sering berdengan dan
mudah lelah
RW : 04
15 Ny. Mita P 57 SMP ART Islam Jawa CM 125/72 94 20 36 152 52 Anemis Hipertensi - Sering Cukup Mengeluh stress dan Hipertensi
kepala pusing
RW : 05
Mengeluh nyeri
16 Ny. Wati P 60 SMA Pedagang Islam Jawa CM 178/75 97 22 36 147 58 Ananemis Hipertensi - Sesekali Cukup tengkuk Hipertensi
Klien memiliki
riwayat merokok
17 Ny. Luki P 53 SMA Karyawan Islam Jawa CM 131/90 10 22 36 154 76 Ananemis DM - Sering Susah RW : 05 DM

27
Mengeluh mudah haus
Toko 5 Tidur
dan sering pipis
RW : 05
18 Ny. Ipah P 67 SMA - Islam Jawa CM 150/74 87 18 36 159 64 Ananemis DM - Sering Cukup Mengeluh mata buram DM
sebelah
RW : 04
Ny. 10
19 P 65 SD - Islam Jawa CM 138/82 18 36 160 66 Ananemis DM - Jarang Cukup Mengeluh nyeri kepala DM
Jenab 6
dan pandangan kabur
RW : 05
Susah Mengeluh mudah
20 Ny. Surti P 61 SMP - Islam Jawa CM 154/92 98 20 36 154 58 Ananemis Hipertensi - Jarang Hipertensi
Tidur stress dan gampang
marah
RW : 04
Mengatakan sulit
21 Ny. Ani P 64 SMP - Islam Jawa CM 142/82 88 24 46 165 55 Ananemis DM - Jarang Cukup DM
tidur dan gelisah serta
badan kurus
Pensiunan RW : 05
22 Ny. Kati P 54 S1 Islam Jawa CM 151/83 90 20 36 159 59 Anemis DM - Sering Cukup DM
PNS Mengeluh mudah lelah
RW : 05
Ny. 10 Mengeluh sering
23 P 59 SMA Pedagang Islam Jawa CM 146/96 18 36 157 67 Ananemis DM - Jarang Cukup DM
Riska 0 pusing dan mudah
lelah
RW : 04
Susah
24 Ny. Deri P 62 SD Pedagang Islam Jawa CM 145/76 76 20 36 159 45 Ananemis DM - Jarang Mengeluh mudah DM
Tidur
lapar dan BB turun
RW : 05
Mengeluh sesak napas
25 Ny. Elin P 68 SMA Pedagang Islam Jawa CM 178/75 97 22 36 147 58 Ananemis Hipertensi - Sesekali Cukup dan gelisah Hipertensi
Klien memiliki
riwayat merokok

28
3. UPAYA PENINGKATAN KESEHATAN
No Uraian Pengkajian Penilaian Gambaran Kondisi No Uraian Penilaian Gambaran Kondisi
Pengkajian
Ada Tidak Ada Tidak

A Fasilitas pelayanan E Status ekonomi


kesehatanyang
tersedia untuk
kelompok

1. Posyandu  Posyandu dekat 1. Sumbangan  Sumbangan dari pemerintah berupa bansos


dengan lingkungan (asal sumber
masyarakat, sebagian pendanaan)
masyarakat juga tidak
sering kontrol dan
jarang memeriksakan
keadaannya

2. Tenaga kesehatan  Tenaga kesehatan 2. Jenis  Rata-rata pedagang, pensiunan guru, Karyawan
yang berpraktik puskesmas melakukan pekerjaan toko,
penyuluhan kepada
masyarakat ART

3. Puskesmas dan  Puskesmas dapat 3. Rata-rata  Satu bulan kurang lebih 1.000.000,-
jaringannya dijangkau oleh pendapatan
masyarakat perbulan

29
4. Klinik  Klinik dapat 4. Lainnya 
dijangkau masyarakat

1. Rumah Sakit  Rumah sakit dekat


dengan RSUD

2. Lainnya 

B Pelayanan kesehatan F Status sosial


yang dimanfaatkan budaya spiritual
oleh kelompok

1. Imunisasi dasar  Imunisasi dilakukan 3. Sarana ibadah  Ada tempat ibadah disetiap gang
lengkap diposyandu atau
dipuskesmas

2. Imunisasi ibu hamil  Imunisasi pada ibu 4. Kegiatan  Ada pengajian mingguan
hamil biasanya keagamaan
dilakukan diklinik
bidan

3. Makanan tambahan  Makanan tambahan 5. Kepercayaan  Tidak ada kepercayaan seperti itu
yaitu sayuran dan yang
buah,terkadang di beri bertentangan
dengan
oleh puskesmas
penanggulang
makanan seperti bubur an masalah
kacang dan susu dll kesehatan

30
6. Vitamin tambahan  Lansia tidak 4. Kegiatan  Ada arisan ibu-ibu dan pengajian
mendapatkan vitamin sosial
tambahan (kerjabakti,
arisan, dll)
5. Pelayanan  Ada puskesmas untuk
kesehatan melayani lansia

6. Lainnya Lansia tidak


mengkonsumsi obat
penurun gula darah

C Fasilitas pendidikan G Komunikasi

1. Fasilitas pendidikan Ada paud disekitar 1. Alat


yang tersedia untuk komunikasi
 lingkungan  Sudah tidak menggunakan telephone
kelompok yang
f. Playgroup masyarakat digunakan 
g. TK  dalam Lagi
h. SD kelompok 
 Ada tk disekitar
i. SMP/ MTs  sehari-hari
j. SMA/ MA lingkuan masyarakat b. Telepon
a. Universit c. Handphon
as/ Ada sd dekat jalan e
Sekolah d. Faximile
besar dan dapat
Tinggi e. Lainnya
k. Lainnya dijangkau

Ada smp dekat jalan

31
dan dapat dijangkau

Ada deket dari


masyarakat

Tidak ada jauh

2. Fasilitas pendidikan  Di balai desa ada 2. Efektivitas Adanya efektifitas kelompok kominikasi karena
yang dimanfaatkan tempat untuk proses menggunakan bahasa sehari-hari (jawa)
untuk kelompok bermusyawarah dan komunikasi
untuk kegiatan antar anggota
juga dekat dengan sd
penyuluhan dalam
kesehatan, tempat pengganti jika kelompok
pembelajaran di ada kegiatan
kelompok, dll penyuluhan

D Lingkungan sekitar H Fasilitas rekreasi


tempat tinggal yang tersedia
anggota kelompok untuk kelompok

1. Sumber air bersih  Ada pdam dan juga 1. Taman  Tidak jauh dari perkampungan
sebagian makai sumur

2. Dapur umum  Tidak di sedikian 2. Pantai  Tidak jauh dari perkampungan

3. Tempat  Ada di setiap blok 3. Sarana  Tidak jauh dari perkampungan


pembuangan seperti tempat khusus olahraga

32
sampah yang di tembok

4. Sarana MCK  Tidak ada karena 4. Lainnya


(berapa jumlahnya) seudah memiliki
masing masing di
setiap rumah

5. Saluran  Di selokan terbuka


pembuangan limbah
6. Lainnya 

I Kebiasaan /
Perilaku dalam
kelompok

1. Pemeliharaan  Sebagian Lansia mampu melakukan


kebersihan
diri kebersihan secara mandiri dan juga

ada yang di bantu oleh keluarga

2. Pengelolaan  Keluarga mengelola makanan dengan


makanan
bersih dan Baik tapi sebagian tidak karena
sehat
Faktor ekonomi

33
MENGETAHUI :

Nama Koordinator Tanggal/ Tandatangan

34
F. Analisis Data
No. Data Etiologi Masalah

1.  Sebanyak 68 % klien lansia Kurangnya motivasi Resiko terjadinya


mengalami kasus Diabetes dalam menjaga peningkatan kejadian
Mellitus di Kelurahan kesehatan. penyakit
Poman degeneratif :
 Sebanyak 28 % klien lansia
Diabetes Mellitus
mengalami kasus
Hipertensi di Kelurahan pada lansia
Poman
 Hanya 4 % klien lansia
mengalami kasus vertigo di
Kelurahan Poman
 .Tidak ada diet khusus pada
kelompok lansia
 Terdapat sarana olahraga
namun lansia jarang
memanfaatkannya
 Lansia tidak mendapatkan
vitamin tambahan
 Sebanyak 20 % lansia
memliki kebiasaan merokok

2. DS: Ketidakpatuhan lansia Risiko kekambuhan


 Kader mengatakan sebagian dalam mengikuti Diabetes Mellitus
lansia jarang mengikuti posbindu
posbindu yang
diselengarakan
 Kader mengatakan klien
tidak mengkonsumsi obat
penurun gula darah

DO :
 Lansia hanya berada
dirumah setiap harinya
 Lansia jarang berolahraga
seperti senam dan jalan
santai
 Lansia mengkonsumsi
makanan manis berlebih

G. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko terjadinya peningkatan kejadian penyakit degeneratif: Diabetes Mellitus pada
lansia berhubungan dengan Kurangnya motivasi dalam menjaga kesehatan.
2. Risiko kekambuhan Diabetes Mellitus berhubungan dengan ketidakpatuhan lansia dalam
mengikuti posbindu

35
H. Kriteria Penapisan
Kriteria Penapisan
Dx. Kep
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Jumlah

Dx. 1 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 42

Dx. 2 4 3 3 4 3 4 2 3 3 3 3 4 39

Keterangan:
1. Sesuai degan peran perawat komunitas. 7. Sesuai program pemerintah
2. Jumlah yang beresiko 8. Sumber daya tempat
3. Besarnya resiko 9. Sumber daya waktu
4. Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan 10. Sumber daya dana
5. Minat masyarakat 11. Peralatan
6. Kemungkinan untuk diatasi 12. Sumber daya manusia
Skor:
1 = Sangat rendah 4 = Tinggi
2 = Rendah 5 = Sangat tinggi
3 = Cukup

36
No. Masalah Tujuan Strategi Aktifitas Standar/Kriteria

1 Resiko terjadinya TUPAN :  Memfasilitasi terlaksananya  Melakukan pemeriksaan  Pemeriksaan gula


peningkatan kejadian kegiatan pemeriksaan Gula Tekanan Darah secara rutin darah secara rutin
penyakit degeneratif : Tidak terjadi peningkatan
Darah secara rutin melalui posbindu. dilakukan
Diabetes Mellitus ditandai angka penyakit degeneratif
 Memfasilitasi terlaksananya  Melakukan penyuluhan  Penyuluhan
dengan : TUPEN : penyuluhan tentang Diabetes tentang Diabetes Mellitus tentang Diabetes
Mellitus  Melakukan koordinasi Mellitus telah
 Sebanyak 68 % klien Setelah dilakukan intervensi
 Memfasilitasi terlaksananya dengan Ibu Kader, Ibu RT, dilakukan, lansia
lansia mengalami kasus keperawatan komunitas
Diabetes Mellitus di kegiatan senam lansia secara Ibu RW untuk hadir dalam acara
selama 1 bulan diharapkan rutin penyelenggaraan senam penyuluhan
Kelurahan Poman
 Sebanyak 28 % klien  Lansia mengetahui  Memfasilitasi kegiatan jalan lansia secara rutin tersebut
lansia mengalami kasus santai untuk lansia  Adanya kegiatan jalan  Senam lansia
tanda-tanda dan
Hipertensi di Kelurahan  Memfasilitasi penanaman santai untuk lansia dilakukan secara
Poman penanganan penyakit
tanaman obat keluarga  Menggalakan kembali rutin minimal
 Hanya 4 % klien lansia Diabetes Mellitus
TOGA pada tiap RW. 1x/minggu
mengalami kasus vertigo  Lansia dapat melakukan
di Kelurahan Poman  Lansia dapat
senam lansia secara rutin
 .Tidak ada diet khusus pada  Lansia dapat melakukan mengikuti jalan
kelompok lansia santai dengan
jalan santai secara rutin
 Terdapat sarana olahraga penuh kesadaran
namun lansia jarang dan partisipatif
memanfaatkannya  Lansia dapat
 Sebanyak 20 % lansia
menyediakan
memliki kebiasaan
merokok TOGA di rumah
masing-masing
2 Risiko kekambuhan Diabetes TUPAN :  Melakukan penyuluhan  Kegiatan

37
Mellitus berhubungan dengan tentang Diabete Mellitus peningkatan
ketidakpatuhan lansia dalam  Melakukan koordinasi pengetahuan
Tidak terjadi kekambuhan
dengan Ibu Kader, Ibu RT, tentang Diabetes
mengikuti posbindu penyakit Diabetes Mellitus
Ibu RW dan keluarga untuk Mellitus dilakukan
 Kader mengatakan sebagian TUPEN : pengecekan gula darah  Pengecekan gula
lansia jarang mengikuti secara rutin seminggu secara rutin darah
posbindu yang Setelah dilakukan intervensi sekali pada lansia
diselengarakan keperawatan komunitas  Menggalakan kembali dilakukan
 Kader mengatakan klien selama 2 bulan diharapkan :
tidak mengkonsumsi obat TOGA pada tiap Rt. seminggu sekali
penurun gula darah secara  Lansia dapat
 Lansia mengetahui tanda-
rutin menyediakan
tanda dan penanganan TOGA di rumah
 Lansia hanya berada
dirumah setiap harinya penyakit hipertensi masing-masing
 Lansia jarang berolahraga  Lansia dapat melakukan
seperti senam dan jalan pengontrolan tekanan
santai darah secara rutin
 Lansia mengkonsumsi  Lansia rutin setiap
makanan manis berlebih bulannya menghadiri
 Kader posyandu kegiatan posbindu yang
mengatakan sebanyak 68%
diadakan
lansia yang menderita
Diabetes Mellitus jarang  Lansia dapat melakukan
datang dengan alasan sibuk senam lansia secara rutin
bekerja dan merasa  Lansia dapat melakukan
penyakitnya tak akan jalan santai secara rutin
sembuh.

Implementasi dan Evaluasi

38
NO MASALAH KEGIATAN WAKTU TEMPAT HASIL HAMBATAN PENDUKUNG TINDAK LANJUT

1. Resiko Kegiatan
terjadinya
1. Penyuluhan 03 Jan Balai  Kegiatan diikuti oleh  Motivasi  Dukungan  Perlu dilakukan
peningkatan
kesehatan 2022 Gotong 25 orang masyarakat dari tokoh sosialisasi kegiatan
kejadian
tentang Royong  Peserta yang hadir masih masyarakat dan posbindu dan
penyakit
Penyakit RW 04 antusias dan aktif kurang kader cukup pembenahan tempat
degeneratif
Hipertensi di  Peserta dapat  Ruangan tinggi kegiatan
pada lansia.
Posbindu memahami materi kurang  Adanya penyuluhan
kelurahan yang disampaikan refresentatif secara berkala dari pihak
paoman
puskesmas dan pihak lain
terkait
 Perlu dilakukan
sosialisasi kegiatan
posbindu dan
pembenahan tempat
kegiatan

2. Kegiatan Balai  Kegiatan  Adanya penyuluhan


pengecekan gula diikuti oleh 23 Motivasi  Dukungan secara berkesinambungan
03 Jan Gotong
darah secara rutin masyarakat
orang dari tokoh yaitu senam lansia

39
seminggu sekali 2022 Royong  Peserta aktif masih masyarakat dan 1. Perlu ada pemeriksaan
kelurahan paoman dan antusias kurang kader cukup kesehatan untuk lansia
 Peserta dapat tinggi secara berkala, terutama
memahami mengenai hipertensi
kegiatan yang 2. Perlu terus dicari bentuk

diberikan kerjasama dengan


 Kegiatan berbagai pihak untuk
dilaksanakan upaya pemeriksaan dan
bekerjasama pelayanan kesehatan lain
dengan pihak
puskesmas
setempat
 Hasil
pemeriksaan
dijelaskan
pada peserta
4 Jan 2022  Kegiatan diikuti oleh
10 orang lansia
3. Refressing/ Kantor  Motivasi
 Semua materi
kader RW 04 masyarakat
diberikan sesuai

40
Posbindu RW (tingkat dengan rencana masih  Perlu sosialisasi lagi
04 dan RW 05 kelurahan)  Peserta aktif dan kurang agar kegiatan senam dapat
antusias  Tempat diikuti oleh banyak lansia
kurang dan berkelanjutan
refresentatif  Kader dapat
 Motivasi mengaplikasikan materi
kader masih yang didapat
kurang  Puskesmas memberikan
bimbingan dan
pengawasan terhadap
pelaksanaan posbindu
dan pelaporan kegiatan

2 Risiko Kegiatan Balai  Kegiatan diikuti oleh  Motivasi Dukungan dari  Perlu sosialisasi lagi
kekambuhan 1. Penyuluhan Gotong 15 orang lansia masyarakat tokoh agar kegiatan
Diabetes kesehatan Royong  Semua materi masih masyarakat, penyenyuluhan
03 Jan
Mellitus tentang kelurahan diberikan sesuai kurang kader cukup mengenai penyakit
2022
berhubungan perawatan pada paoman dengan rencana  Tempat tinggi Diabetes Mellitus dapat
dengan klien Diabetes  Peserta aktif dan kurang diikuti oleh banyak
ketidakpatuh Mellitus di antusias refresentatif lansia dan berkelanjutan

41
an lansia Posbindu
dalam kelurahan
mengikuti paoman
posbindu

 Motivasi
kader
masih
kurang
 Kurangnya
2. Kegiatan
1. Kegiatan diikuti oleh dana
Senam
03 Jan
23 orang  Dukungan
Lansia
2022 dari tokoh
2. Peserta aktif dan
antusias masyarakat,

3. Peserta dapat kader, pihak

memahami kegiatan setempat cukup

yang diberikan tinggi

4. Kegiatan
dilaksanakan
bekerjasama dengan

42
pihak puskesmas
setempat
5. Hasil pemeriksaan
dijelaskan pada
peserta

3. Refressing/ 04 Jan Balai  Kader dapat


 Kegiatan diikuti oleh
kader 2022 Gotong  Dukungan mengaplikasikan materi
15 orang lansia  Motivasi
Royong dari tokoh yang didapat
 Semua materi kader
kelurahan masyarakat,  Puskesmas memberikan
diberikan sesuai masih
paoman kader, pihak bimbingan dan
dengan rencana kurang
 Kurangnya setempat cukup pengawasan terhadap
 Peserta aktif dan
dana tinggi pelaksanaan posbindu
antusias
dan pelaporan kegiatan

43
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association. (2017). “Standards of Medical Care in Diabetes


2017”. Vol. 40. USA : ADA

International Diabetes Federation (IDF). 2015. IDF Diabetes Atlas - 7th Edition.
www.diabetesatlas.org

Kemenkes Ri. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang


Kemenkes Ri

Kowalak, dkk. 2016. Buku Ajar Patofisiologi. Terjemahan oleh Renata Komalasari.
2011. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

World Health Organization. Diabetes mellitus WHO: WHO; 2016 [cited 2016 20
February]. Available from: www.who.int.

44

Anda mungkin juga menyukai