Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persalinan normal merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi

yang dapat hidup dalam uterus melalui vagina ke dunia luar yang terjadi

pada kehamilan yang cukup bulan 37-42 minggu dengan ditandai adanya

kontraksi uterus yang menyebabkan terjadinya penipisan, dilatasi serviks,

dan mendorong janin keluar melalui jalan lahir dengan presentase belakang

kepala tanpa alat atau bantuan (lahir spontan) serta tidak ada komplikasi

pada ibu dan janin (Puspita, 2014). Post partum merupakan suatu periode

dalam minggu-minggu pertama setelah kelahiran. Lamanya “periode” ini

tidak pasti, sebagian besar menganggapnya antara 4 sampai 6 minggu.

Walaupun merupakan masa yang relatif tidak kompleks dibandingkan

dengan kehamilan, nifas ditandai oleh dengan banyaknya perubahan

fisiologis. Beberapa dari perubahan tersebut mungkin hanya sedikit

mengganggu ibu baru, walaupun komplikasi serius juga sering terjadi.

(cunningham, F, et al, 2013).

Post partum yaitu setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat

kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Proses pemulihan

kesehatan pada masa nifas merupakan hal yang sangata penting bagi ibu

setelah melahirkan, sebab selama masa kehamilan dan bersalin terjadi

perubahan fisik terutama reproduksi (Rullyni, 2014). Ada juga jalan lahir
yaitu serviks, vulva dan vagina yang akan mengalami penekanan serta

peregangan yang sangat besar selama proses sehingga menyebabkan

mengendurnya organ ini bahkan robekan yang memerlukan penjahitan.

Darah nifas hingga hari kedua terdiri dari darah segar bercampur sisa

ketuban hingga keluar cairan bening diakhir masa nifas. Darah nifas yang

berbau sangat amis atau busuk dapat menjadi salah satu petunjuk adanya

infeksi dalam rahim (Wahyuni dkk, 2016).

Infeksi dan kehamilan kurang bulan adalah komplikasi yang sering

terjadi pada KPD (Purwaningtyas, 2018). Ketuban pecah dini (KPD) atau

sering disebut premature repture of the membrane (PROM) didefinisikan

sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya melahirkan

(Rohmawati, 2018). Ketuban pecah dini sering menyebabkan dampak yang

serius pada morbiditas dan mortalitas ibu serta bayinya, terutama pada

kematian perinatal yang cukup tinggi (Legawati, 2018).

Ketuban pecah dini (KPD) yaitu pecahnya ketuban sebelum adanya

tanda-tanda persalinan yang ditandai dengan pembukaan serviks 3 cm pada

primipara atau pada 5cm atau multipara (Maryunani, 2013). Ketuban pecah

dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan atau

dimulainya tanda inpartu (Kemenkes RI, 2015).

Salah satu masalah yang sering mengancam kehamilan yaitu adanya

indikasi ketuban pecah dini. Sampai saat ini, belum ada cara pasti untuk

mencegah kebocoran kantung ketuban. Namun , untuk menurunkan

risikonya adalah dengan berhenti merokok dan menghindari lingkungan


perokok agar tidak menjadi perokok pasif. Disamping itu, pemberian

suplemen Vitamin C dapat membantu para ibu mencegah terjadinya ketuban

pecah dini, sehingga ehamilan dapat dipertahankan hingga tiba masa

persalinan ( Legawati, 2018).

Masalah ketuban pecah dini (KPD) Praterm didunia dan di Indonesia

memerlukan perhatian yang khusus. Penyebab kematian ibu masih

didominasi dengan kejadian oleh hipertensi 28%, perdarahan 29% dan KPD

10,7% dari seluruh persalinan.

Menurut World Health Organization (WHO) angka kejadian KPD di

dunia pada tahun 2017 sebanyak 50-60% (Wulandari et al., 2019).

Bedasarkan data di Indonesia sebanyak 65% terjadinya ketuban pecah dini

pada tahun 2020, angka kejadian ketuban pecah dini di Jawa Barat pada

tahun 2017 sebanyak 230 kasus dari 4834 (4,75%) (Hartina, 2017).

Data ibu bersalin dengan KPD di RSUD Indramayu sebanyak 22%

tahun 2016 dari 2848 persalinan normal dan SC. Mengalami penurunan

pada tahun 2017 menjadi 21% dari 2745 persalinan, serta banyaknya kasus

kematian ibu. (dikutip dari jurnal Nur Fitriani Eneng Solihah, s.ST.M.Keb

Irna Trisnawati,S,KM M.KM Rahayu Pertiwi, S,KM M.KM, 2018). Dilihat

dari data AKI dari nasional sampai kabupaten Indramayu, penyebab

kematian langsung ibu karena komplikasi adalah infeksi dan KPD ( Dinas

Kesehatan Kabupaten Indramayu, 2018 ).

Masalah yang sering dialami oleh ibu post partum yang

menyebabkan rasa nyeri pada masa nifas salah satunya adalah luka pada
daerah perineum yang terjadi pada waktu proses persalinan. Kejadian

rupture perineum pada ibu bersalin di dunia pada tahun 2015 terdapat 2,7

juta kasus di mana anggka ini di perkirakan akan mencapai 6,3 juta pada

tahun 2020 jika tidak mendapatkan perhatian dan penaganan yang baik. Di

Indonesia laserasi perineum di alami oleh 75% ibu melahirkan pervaginam.

Pada tahun 2017 menemukan bahwa dari total 1951 kelahiran spontam

pervagina, 57% ibu mendapat jahitan perineum( 28% karena episiotomy dan

29% kerena robekan spontan ) ( Depkes RI, 2017). Data dari medical record

RSU dr. Soekardjo Tasikmalaya periode 2019 adalah 1.881 kasus di ruang

cempaka (Susilawati & Ilda, 2019).

Maka kebijakan Program Nasional Masa Nifas yaitu kunjungan

masa nifas paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk

menilai status kesehatan ibu dan bayi baru lahir (Nurliana Mansyur, 2014).

Kunjungan masa nifas adalah salah satu tahapan dalam asuhan keperawatan

pada ibu post partum dengan tujuan untuk mengetahui kesehatan ibu apakah

normal atau tidak normal. Asuhan masa nifas diawali dengan melakukan

pengkajian dari melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, kemudian pada

kepala dan wajah, mata, hidung, mulut, telinga, leher, thorak dan payudara,

abdomen, perineum dan vagina, ekstremitas atas, ekstremitas

bawah.pengkajian fokus pada ruptur perineum dan ekstremitas.

(Kurniaarum, 2016).

Peran perawat dalam perawatan masa nifas atau post partum adalah

memberikan asuhan keperawatan untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi


serta mencegah terjadinya komplikasi pasca persalinan. Oleh karena itu

Asuhan Keperawatan ibu post partum pada persalinan normal atau spontan

dilakukan dengan tujuan bahwa setiap orang mempunyai kemampuan untuk

merawat diri sendiri sehingga membantu individu memenuhi kebutuhan

hidup, memelihara kesehatan dan kesejahteraan.

RSUD Pantura M.A Sentot Patrol adalah Rumah Sakit umum

Daerah milik Pemerintah dan merupakan salah satu rumah sakit tipe C yang

terletak di Wilayah Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Rumah Sakit ini

memberikan pelayanan di bidang kesehatan yang didukung oleh layanan

Dokter spesialis serta di tunjang dengan fasilitas medis lainnya. Selain itu

RSUD Pantura M.A Sentot Patrol juga sebagai rumah sakit rujukan dari

faskes tingkat 1, seperti Puskesma atau Klinik.

Berdasarkan uraian diatas besarnya angka kejadian ketuban pecah

dini membuat peneliti tertarik untuk menyusun karya tulis ilmiah sebagai

syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Diploma III Keperawatan

dengan mengambil kasus diRSUD Pantura M.A Sentot Patrol Indramayu

yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SPONTAN

INDIKASI KETUBAN PECAH DINI (KPD) DENGAN NYERI POST

HECTING RUPTUR PERINEUM DI RUANG ETONG RSUD PANTURA

M.A SENTOT PATROL INDRAMAYU TAHUN 2022”.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum


Untuk mendapatkan pengalaman secara nyata dalam memberikan

Asuhan Keperawatan pada pasien post partum spontan indikasi ketuban

pecah dini (KPD) dengan gangguan nyeri post hecting rupture perineum

derajat 3 di Ruang Etong RSUD Pantura M.A Sentot Patrol Indramayu

Tahun 2022 dengan menggunakan pola pikir ilmiah melalui pendekatan

proses keperawatan.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Penulis mampu melakukan pengkajian pada pasien Post Partum

Spontan Indikasi Ketuban Pecah Dini (KPD) dengan Nyeri Post

Hecting Rupture Perineum yang dirawat di Rumah Sakit RSUD Pantura

M.A Sentot Patrol Indramayu Tahun 2022.

2. Penulis mampu melakukan analisa data dengan tepat sehingga dapat

menegakan diagnosa keperawatan pada pasien Post Partum Spontan

Indikasi Ketuban Pecah Dini (KPD) dengan Nyeri Post Hecting

Rupture Perineum yang dirawat di Rumah Sakit RSUD Pantura M.A

Sentot Patrol Indramayu tahun 2022.

3. Penulis mampu melakukan perencanaan dengan tepat pada pasien Post

Partum Indikasi Ketuban Pecah Dini (KPD) dengan Nyeri Post Hecting

Rupture Perineum yang dirawat di Rumah Sakit RSUD Pantura M.A

Sentot Patrol Indramayu tahun 2022.

4. Penulis mampu melakukan tindakan keperawatan pada pasien post

partum indikasi ketuban pecah dini (KPD) dengan Nyeri Post Hecting
Rupture Perineum yang dirawat di Rumah Sakit RSUD Pantura M.A

Sentot Patrol Indramayu tahun 2022.

5. Penulis mampu melakukan evaluasi pada pasien Post Partum Spontan

Indikasi Ketuban Pecah Dini (KPD) dengan Nyeri Post Hecting

Rupture Perineum yang dirawat di Rumah Sakit RSUD Pantura M.A

Sentot Patrol Indramayu tahun 2022.

6. Penulis mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien

Post Partum Spontan Indikasi Ketuban Pecah Dini (KPD) dengan Nyeri

Post Hecting Rupture Perineum yang dirawat di Rumah Sakit RSUD

Pantura M.A Sentot Patrol Indramayu tahun 2022.

7. Penulis mampu menganalisis kesenjangan teori dan kasus pada

pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien Post Partum Indikasi

Ketuban Pecah Dini (KPD) dengan Nyeri Post Hecting Rupture

Perineum yang dirawat di Rumah Sakit RSUD Pantura M.A Sentot

Patrol Indramayu tahun 2022.

1.3 Manfaat

1.3.1 Teoretis

Dari hasil penelitian ini diharapkan menambah wawasan ilmu

pengetahuan di bidang kesehatan khususnya keperawatan maternitas

1.3.2 Praktis

1. Bagi Penulis

Manfaat dari hasil penelitian ini dapat membantu meningkatkan

wawasan pengetahuan bagi peneliti tentang Asuhan Keperawatan pada


pasien Post Partum Spontan Indikasi Ketuban Pecah Dini (KPD) dengan

Nyeri Post Hecting Rupture Perineum yang dirawat di Rumah Sakit

RSUD Pantura M.A Sentot Patrol Indramayu Tahun 2022.

2. Bagi Perawat

Semoga hasil penelitian ini bisa bermanfaat dalam upaya peningkatan

mutu pelayanan dalam memberikan Asuhan Keperawatan secara

komprehensif pada pasien post partum spontan indikasi ketuban pecah

dini (KPD) dengan nyeri post hecting rupture perineum yang dirawat di

Rumah Sakit.

3. Bagi rumah sakit

Untuk perawat dapat melakukan SOP dan tindakan yang tepat dalam

pemberian asuhan keperawatan pada pasien Post Partum Spontan

indikasi KPD dengan Nyeri Post Hecting Rupture Perineum sehingga

dapat memenuhi dan mempertahankan kesehatan pasien.

4. Bagi institusi

Penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan ilmiah, sebagai kerangka

perbandingan untuk mengembangkan ilmu keperawatan dan menambah

keluasan ilmu di bidang keperawatan maternitas

5. Bagi pasien dan keluarga pasien

Pasien dan keluarga pasien dapat memperoleh pengetahuan tentang

Post Partum indikasi KPD dengan Nyeri Post Hecting Rupture

Perineum, lebih peduli tentang kesehatan menjaga gaya hidup sehat

serta meningkatkan kemandirian dan pengalaman dalam menolong diri


sendiri serta sebagai acuan bagi keluarga untuk merawat pasien Post

Partum indikasi KPD dengan Nyeri Post Hecting Rupture Perineum.

1.4 Metode Penelitian


1.4.1 Metode Penelitian
Laporan ini ditulis menggunakan metode deskriptif dan metode

studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan dalam proses

pengumpulan data.

1.4.2 Lokasi dan Waktu Pengumpulan Data


Penulis melakukan pengumpulan data di ruang Etong RSUD

Pantura M.A Sentot Patrol Indramayu pada tanggal 01 sampai 03 Juni

Tahun 2021.

1.4.3 Teknik Pengumpulan Data


1. Wawancara

Wawancara merupakan bentuk percakapan tersusun antara

perawat dengan pasien dan informasi mengenai penyakit sekarang.

Wawancara selanjutnya memungkinkan perawat mempelajari lebih

banyak mengenai kondisi pasien dan fokus pada lingkup masalah

spesifik. Wawancara dapat membantu pasien menghubungkan

interpretasi dengan pemahaman mengenai kondisinya. Proses

wawancara terdiri dari tiga fase yaitu orientasi, kerja, dan terminasi

(Nursalam, 2016).

2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah investigasi pada tubuh untuk menentukan

status kesehatan yang dilakukan dengan 4 cara yaitu: inspeksi, palpasi,

perkusi, dan auskultasi (Nursalam, 2016).

3. Observasi

Observasi berlangsung selama perawat melakukan wawancara

terhadap pasien secara langsung. Aspek penting observasi meliputi

tingkat fungsional pasien dalam aspek fisik, pertumbuhan, psikologis,

sosial di kehidupan sehari- hari, respon emosi serta aman dan nyaman.

Tujuan dilakukan observasi yaitu untuk membantu perawat

mendapatkan data objektif sekunder guna menghasilkan kesimpulan

yang akurat tentang kondisi pasien, meliputi kasus fisik dan mental

pasien (Nursalam, 2016).

4. Studi dokumentasi

Metode ini dapat diartikan sebagai cara pengumpulan data dengan

cara memanfaatkan data-data berupa buku, catatan (dokumen)

sebagaimana dijelaskan oleh Sanapiah Faesal (2012) sebagai berikut:

metode dokumenter, sumber informasinya berupa bahan-bahan tertulis

atau tercatat. Seperti pemeriksaan diagnostik digunakan untuk

melengkapi dan menunjang hasil pengkajian yang sudah didapatkan,

mendukung tegaknya diagnosis, mengetahui kemajuan hasil terapi

serta mengetahui status kesehatan terkini pasien. Perawat dapat

membandingkan data laboratorium dengan hasil normal yang ada


sesuai, dengan jenis pemeriksaan , kelompok umur dan jenis kelamin

(Oda Debora, 2013. Dan Induniasih & Sri hendrasih, 2017).

5. Studi Pustaka

Studi kepustakan adalah teknik pengumpulan data dengan

tinjauan pustaka ke perpustakaan dan pengumpulan buku-buku, bahan-

bahan tertulis serta referensi-referensi yang relevan dengan penelitian

yang sedang dilakukan. Studi kepustakaan juga menjadi bagian

penting dalam kegiatan penelitian karena dapat memberikan informasi

tentang modal sosial bank plecit secara lebih mendalam (Oda Debora,

2013. Dan Induniasih & Sri hendrasih, 2017).

1.5 Sistemik Penulisan

Karya tulis ilmiah ini terdiri dari 5 BAB, disertai dengan lampiran- lampiran

dan daftar pustaka yang disusun secara sistemik:

BAB I : PENDAHULUAN yaitu menjelaskan latar belakang, tujuan,

manfaat, penulisan, metode penulisan dan teknik

pengumpulan data serta sitematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, yaitu menguraikan sebagai berikut:

1. Konsep penyakit konsep: Post Partum, KPD, Ruptur

Perineum.

2. Kebutuhan Dasar Manusia: Nyeri

3. Konsep Asuhan Keperawatan

BAB III : TINJAUAN KASUS, yaitu menjelaskan dan menerangkan


mengenai asuhan keperawatan mulai dari pengkajian,

diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, tindakan

keperawatan dan evaluasi keperawatan

BAB IV : PEMBAHASAN, yaitu penjelasan dan menguraikan adanya

kesenjangan antara teori dengan data yang ditemukan di

lapangan secara langsung

BAB V : SIMPULAN DAN SARAN yaitu menjelaskan tentang

kesimpulan dan saran penulis data menyusun karya tulis

ilmiah.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai