Anda di halaman 1dari 15

BAB - 4

PROSES KEGAGALAN
DALAM ISOLASI ZAT PADAT

4.1 Pendahuluan

Bahan isolasi padat secara luas digunakan dalam semua jenis jaringan listrik,
misalnya pada peralatan dan perlengkapan Gardu Induk. Ukuran peralatan dan batas
operasinya diikuti oleh jenis dan jumlah bahan yang dibutuhkan untuk isolasi. Mulai
dari industri listrik, teknisi yang beradaptasi dengan vernis, dammar alam, residu
petroleum sebagai saturent dan lapisan untuk pita yang digunakan untuk membungkus
inti dan kabel. Saat ini, dengan munculnya polimer dan juga terdapatnya berbagai
macam kaca, keramik, bahan isolasi ini tersedia dalam jumlah yang besar dan
berlimpah. Bahan isolasi padat mempunyai kekuatan breakdown listrik yang tinggi bila
dibandingkan dengan isolasi cair dan gas. Bahan isolasi yang baik, disamping
mempunyai kekuatan dielektrik yang tinggi, mempunyai rugi-rugi dielektrik yang
rendah dan kekuatan mekanikal yang tinggi serta kekakuan, bebas dari masuknya gas
dan uap lembab dan tahan terhadap panas, dan keburukan kimia. Dielektrik padat
sebaiknya tidak peka terhadap terhadap keadaan sekeliling dimana bahan ini digunakan.
Mempunyai daya tahan terhadapp ozon, tidak dapat tembus, daya kenyal hygrokopis,
peyerapan air rendah, stabilitas radiasi, dan diantara bahan isolasi lainnya sebagai
kebuhan tambahan. Effisien dalam penggunaan dan dan perbaikan unjuk kerja pada
setiap bahan, karenya tidak hanya membantu pengetahuan yang rinci tentang sifat-sifat
dasarnya tetapi juga sifat-sifat mekanisnya yang menyebabkan degradasi dan
kegagalannya.

4.2 Jenis-jenis Isolasi Padat

Sebagian besar bahan isolasi komersial yang digunakan dalam peralatan listrik
adealah jenis isolasi padat. Dengan munculnya bahan-bahan isolasi yang baru pada tiga
dekade lampau, banyak isolasi konvensional yang lebih dahulu yang biasanya
digunakan pada peralatan-peralatan listrik seperti mesin-mesin listrik, kabel dan
kapasitor yang sekarang tidak lagi digunakan.

37
Secara umum bahan isolasi padat dapat digolongkan berdasarkan komposisi
bahan kimia yang digunakan seperti organic, anorganik dan polimer sitesis. Kalsifikasi
beberapa jenis dielektrik padat komersial ditunjukkan pada Tabel 4.1. Dalam
penggunaanya bahan isolasi padat dibagi lagi kedalam tiga kategori yaitu ; a) campuran
termoplastik, b) campuran thermosetting dan c) campuran pembungkus dan perekat.

Tabel 4.1
Klasifikasi Dielektrik Padat Komersial

Bahan Bahan Polimer Sintesis


Organik Anorganik Thermoplastik Thermosetting
Amber Keramik Perspek Damar epoxy
Kertas Kaca Polyetilen Phenolic
Pressboard Mika Polypropilen Melamin
Karet Fiber glass Polydtyrene Urea formaldehyde
Kayu Email Polyvinyl Cloride Crosslinked Polyetilen
Polyamid Elastomers
Polycarbonate

4.2.1 Bahan Organik

Bahan organik diperoleh dari bahan nabati atau hewani, bahan-bahan ini
mempunyai sifat isolasi yang baiki. Bahan-bahan ini akan memburuk dengan cepat
jikasuhu pengoperasiannya diatas 1000 C. Bahan isolasi organik kebanyakan digunakan
sesudah perlakuan dengan pernis atau diisi minyak. Misalnya pada setiap isolator
termasuk kertas dan karton tebal biasanya digunakan pada peralatan yang diisi minyak
seperti kabe, kapasitor , papan panel dan transformator. Contoh bahan isolasi padat yang
berasal dari bahan organic adalah : amber , kertas, pressboard ,karet dan kayu.
Isolasi kertas dan papan dihasilkan dari berbagai macam bahan termasuk kayu,
kapas, serat organik. Perbedaan kertas dan papan adalah, kertas mempunyai ketebalan <
0,8 mm dan papan diatas > 0.8 mm. Untuk ketebalan lebih dari 6 mm, kertas dilapisi
dengan dengan bahan perekat untuk mendapatkan ketebalan yang diinginkan. Kertas
disebut juga sebagai karton atau papan pengisi. Kertas yang biasa digunakan adalah
kertas kraft. Kertas dengan kepadatan rendah (0,8 g/cm 3) digunakan untuk kapasitor
frekuensi tinggi dan kabel, sedangkan kertas dengan kepadatan menegah digunakan
pada kapasitor daya dan kepadatan tinggi digunakan pada untuk kapasitor penyimpan
energy dan untuk isolasi mesin DC.
Karena kertas mempunyai sifat kelembaban, maka kertas harus berada dalam
keadaan kering dan diisi dengan minyak mineral, minyak sistesis atau minyak nabati.
Kertas yang digunakan dalam bentuk. hardboard dan pressboard. Jenis hardboard
digunakan sebagai bahan penyangga dan penghalang isolasi dan jenis pressboard
digunakan sebagai bahan pengisi pada trafo dan busbar.

4.2.2 Bahan An-organik

38
Bahan anorganik merupakan bahan isolasi yang tidak menyerap minyak atau
venis, dimana dielektriknya baik dengan susunan fisik yang padat. Contoh bahan
anorganik adalah : keramik, kaca, mika, fiber glass dan email. Bahan ini dapat
menahan suhu kerja sampai 250o C .
Keramik adalah bahan anorganik yang diproduksi oleh bahan penguat dalam
bagian terbesar dengan perlakuan pans pada suhu yang tinggi. Keramik d terdiri dari
dua bagian tergantung pada konstanta dielektrinya. Keramik dengan kerapatan rendah
( er <12 ) digunakan pada isolator, dan keramik dengan kerapatan yang tinggi ( er > 12)
digunakan pada kapasitor dan tranduser.
Kebanyakan mika digunakan untuk tujuan isolasi adalah pada kejadian alami
zat anorganik. Mika terjadi dalam bentuk cristallin mineral cilicates dari alumunium dan
garam. Mika dapat retak dalam lapisan datar yang sangat tipis. Sifat-sifat listrik dari
mika adalah : mempunyai kekuatan dielektrik tinggi, rugi-rugi dielektrik rendah, dapat
menahan suhu yang tinggi dan mempunyai kekuatan mekanik yang baik. Karena sifat-
sifatnya ini mika banyak digunakan peralatan listrik yang mengalami suhyu tinggi.
Table 4.2 memperlihatkan sifat-sifat elektrik dari mika yang digunakan untuk tujuan
isolasi

Tabel 4.2 Sifat-sifat Elektrik dari Isolasi Mika

Sifat Mika Alam Mika Sintesis


Kekuatan dielektrik
1000 kV/mm 1000 kV/mm
pada 200C
Konstanta dielektrik Tg
6,5 – 8,7 6,5
δ (1kHz-3GHz)
Rugi-rugi dielektrik
0,03 -
- 50 Hz
0,001 0,0002
- 1 MHz
Resistivitas permukaan -
1012 - 1014 μm
pada kelembaban 60 %
Resistivitas volume
1015 - 1017 μm 1015 - 1017 μm
(kontanta sampai 200μC
Suhu operasi maksimum 540μC 540μC

Kaca adalah bahan isolasi an-organik yang didefenisikan sebagai suatu cairan
yang telah didinginkan kesuatu benda padat dan kaku tanpa kristalisasi. Pada suhu
dibawah suhu transisi kaca, kaca dalam kondisi kaku dan menampilkan kelengkapan
dalam bentuk pengkristalan. Pada suhu diatas suhu transisi, kaca menjadi plastic dan
lentur. Eglass dgunakan untuk memproduksi fiberglass yang digunakan untuk
memperkuat bahan plastic untuk memenuhi kekuatan mekanis yang tinggi. Konstanta
dilelektrik gelas berkisar antara 3,7 – 10 , dan kerapatannya bervariasi antar 2.2 s/d 6
g/cm3. Pada temperature ruang ketahanan volume dari gelas bervariasi antar 10 14 s/d
1022 ohm-m., kekuatan dielektrik berkisar antara 3 s/d 5 MV/cm. Isolasi kaca jenis
fiberglass digunakan sebagai pembalut inti trafo. Gelas yang terbuat dari bahan dasar
kertas digunakan untuk berbagai isolasi. Isolasi ini disusun dari mikrofiberglass. Jika

39
terjadi hal diluar rencana jika stabilitas panas melebihi 538oC. Sifat-sifat lainnya adalah
daya hantar panas tinggi, daya resap rendah, dan tahan terhadap zat kimia.

4.2.3 Bahan Polimer Sintesis

Bahan polimer sintesis terdiri dari dua jenis yaitu termoplastik dan
thermosetting, termoplastik mempunyai suhu peleburan rendah 100 – 1200C, dan
digunakan untuk bahan isolasi kabel tegangan tinggi karena sifatnya fleksibel. Contoh
bahan termoplastik : perspek, polyetilen, polypropilen, polyamid, dll. Sedangkan
thermosetting isolasi padat untuk menghindari panas, dapat digunakan pada suhu kerja
2000C. Contoh bahan thermosetting : phenolic, melamin, elastomers, dammar epoxi, dll

4.3 Teori Kegagalan Zat Padat

Pada prinsipnya dan dalam kondisi percobaan tertentu, mekanisme kegagalan


dalam zat padat sama dengan proses yang terjadi di gas dan udara. Perbedaannya,
kegagalan dalam zat padat sedikit lebih rumit, karena dalam hal terakhir ini ada
mekanisme kegagalan lain yang tidak dijumpai pada kegagalan dalam gas. Nilai suatu
zat padat tergantung dari cara dan kondisi pengukuran. Banyak teori yang telah
dikemukakan untuk menjelaskan secara kuantitatif jenis-jenis kegagalan yang dialami
oleh zat dielektrit padat. Pembahasan dalam bab ini bersifat kualitatif dan menyangkut
mekanisme yang dewasa ini dianggap benar.

Gambar 4.1 Mekanisme kegagalan zat padat dari beberapa jenis


menurut waktu penerapan tegangannya

Mekanisme kegagalan zat padat terdiri dari beberapa jenis menurut waktu
penerapan tegangannya sebagi berikut (lihat gambar 4.1)

(a) kegagalan asasi (intrinsik)


(b) kegagalan elektromekanik

40
(c) kegagalan streamer
(d) kegagalan termal
(e) kegagalan erosi
Dari gambar 4.1 dapat dilihat bahwa makin tinggi tegangan kegagalannya maka
makin singkat waktu terjadinya kegagalan tersebut. Hal ini sesuai dengan asas pokok
yang berlaku dalam bidang tegangan tinggi. Seperti diketahui setiap zat padat terdiri
dari molekul-molekul. Setiap molekul terdiri dari atom-atom, yang juga terdiri dari
elektron-elektron. Jika pada zat padat tersebut diterapkan suatu medan listrik E, maka
zat padat tersebut akan mengalami tekanan listrik (electric stress).

Tekanan listrik ialah gaya yang bekerja pada suatu elektron yang mempunyai
muatan sebesar 1 coulomb.

arena : F=e.E 4.1

Dimana F = gaya yang bekerja pada elektron


E = muatan elektron
E = kuat medan listrik

Maka ; F = E (jika e = 1 ) 4.2

Dari persamaan 4.2 dapat dikatakan bahwa tekanan yang yang bekerja pada suatu zat
padat adalah sama dengan kuat medan listrik yang diterapaan pada zat padat tersebut.
Karena adanya gaya yang bekerja pada elektron, maka akan timbul suatu kerja
(work). Jika akibat gaya tersebut elektron akan bergerak sejauh dx, maka besarnya
usaha untuk 1 satuan muatan adalah :

W   Edx 4.3

Dari persamaan 4.3 dapat dinyatakan bahwa untuk memindahkan 1 satuan muatan
sejauh dx diperlukan usaha sebesar W. Dari ketentuan tentang beda potensial antara 2
titik A dan B, maka dapat dikatakan bahwa besarnya usaha yang diperlukan
memindahkan elektron dari A ke B adalah :
B

 Edx  V
A
AB
4.4

Sehingga besarnya kuat medan atau tekanan listrik adalah :


V
E 4.5
x

Disamping tekanan listrik, didefenisikan juga kekuatan listrik atau kuat listrik (electric
strength), yaitu tekanan listrik maksimum yang dapat ditahan oleh suatu bahan isolasi.
Defenisi ini bersifat kualitatif. Jika kekuatan listrik (strength) lebih kecil dari tekanan
listrik (stress), maka akan terjadi kegagalan dalam zat padat tersebut. Defenisi kuat
listrik secara kunatitatif rumit, karena kuat listrik ini dipengaruhi oleh, antara lain :

41
tekanan (atm), suhu, jenis bahan elektroda, konfigurasi medan listrik, bentuk tegangan
yang diterapkan, umur bahan yang diharapkan, ketidak murnian dalam bahan dan
adanya kantong-kantong udara dalam zat padat.
4.3.1 Keagagalan Intrinsik (Asasi)

Kegagalan intrinsik atau kegagalan asasi adalah kegagalan yang berasal dari
atau disebabkan oleh jenis dan suhu bahan, dengan menghilangkan pengaruh faktor-
faktor luar, seperti tekanan, bahan elektroda, ketidakmurnian, kantong-kantong udara.
Kegagalan intrinsik terjadi jika tegangan yang diterapkan pada bahan dinaikkan
sehingga tekanan listriknya mencapai nilai tertentu, yaitu 106 volt/cm dalam waktu yang
sangat singkat yaitu 10-8 detik. Karena waktu gagal yang sangat singkat, maka jenis
kegagalan ini disebut kegagalan elektronik. Kegagalan intrinsik merupakan bentuk
kegagalan yang paling sederhana. Beberapa pendekatan telah dilakukan untuk
meramalkan nilai kritis medan yang menyebabkan terjadinya kegagalan asasi tetapi
hingga kini belum diperoleh penyelesaian yang memuaskan

4.3.2 Kegagalan Elektromekanik

Terjadinya kegagalan elektromekanik disebabkan oleh adanya perbedaan


polaritas antara elektroda yang mengapit zat isolasi padat. Jika pada zat padat yang
terletak diantara elektroda pelat yang diberikan tegangan dengan polaritas yang berbeda,
maka akan timbul tekanan (stress) listrik pada bahan tersebut. Tegangan listrik yang
terjadi akan menyebabkan timbulnya tekanan (pressure) mekanis. Tekanan mekanis
terjadi akibat gaya tarik-menarik F antara kedua elektroda tersebut lihat gambar 4.2.
untuk tekanan listrik sebesar 106 volt/cm akan dihasilkan tekanan mekanis sebesar 2-6
kg/cm2.

Gambar 4.2
Tekanan atau tarikan mekanis berupa gaya yang bekerja pada sutau zat padat
berhubungan dengan modulus Young, yang besarnya adalah (lihat gambar 4.3).

42
Gambar 4.3
F/A
Y  4.6
L / L

Dimana : y = Modolus Young


F = Gaya yang bekerja pada zat padat
A = Luas permukaan yang dikenai gaya
∆L = Pertambahan panjang zat padat
L = Panjang zat padat

Hubungan antara Modulus Young dengan tegangan yang diterapkan pada zat isolasi
padat dapat dinyatakan dengn suatu rumus dari STARK dan GARTON sbb :
2

 V
0 r 2
 Y ln do 4.7
2d d
Untuk mendapatkan nilai maksimum dari tegangan sebagai fungsi dari tebal bahan,
didiferensiasikan V terhadap d :
V
0 4.8
d
yang menghasilkan
 d   0.5

   0,6 4.9

d
 0
Persamaan 4.9 menunjukkan keadaan yang sangat kritis, artinya, jika kekuatan
asasi (intrinsic) tidak tercapai pada (d/d0 ) = 0,6 maka zat isolasi akan gagal bila
tegangan V dinaikkan lagi. Jadi, kekuatan listrik maksimum adalah :

V Y
E   0,6 4.10
d
d 0 0 r

4.3.3 Kegagalan Streamer

43
Dalam keadan tertentu yang terkendali, dan dalam medan yang benar-benar
seragam dengan elektroda yang terbenam dalam zat padat (yang diuji), kegagalan dapat
terjadi sesudah satu banjiran (avalanche). Sebuah elektron yang memasuki ban hantaran
(conduction band) isolator dikatoda akan bergerak menuju anoda dibawah pengaruh
medan memperoleh energi antara benturan dan kehilangan energi pada waktu
membentur. Kadang-kadang lintasan bebas cukup panjang sehingga tambahan energi
yang diperoleh melebihi pengionisasi latis (lattice). Akibatnya, dihasilkan tambahan
sebuah elektron pada waktu benturan. Proses ini diulangi oleh dua elektron ini dan
mungkin membentuk banjiran elektron seperti pada gas Seitz mengemukakan bahwa
kegagalan akan terjadi jika banjiran tersebut melebihi suatu ukuran tertentu, dan
menjabarkan rumusan untuk kekuatan gagal banjiran tunggal. Konsepnya serupa
dengan teori kolom cahaya (streamer) yang dikembangkan oleh LOEB dan MeEEK
untuk kegagalan dalam gas.
Dalam praktek, sistem sederhana dengan elektroda terbenam sepenuhnya dalam
bahan padat seperti diuraikan diatas jarang terjadi. Zat padat itu biasanya tertekan
berdampingan dengan satu atau lebih zat lainnya. Jika zat yang berdekatan adalah gas
atau zat cair, maka kegagalan akan dipengaruhi oleh gas atau zat cair tersebut dari pada
oleh zat padat, karen akegagalan yang terjadi dimulai pada bagian yang mempunyai
kekuatan listrik lebih rendah. Kegagalan itu kemudian akan merembet seperti kolom
cahaya keseluruh bagian zat padat.
Jika diterapkan tegangan V pada zat padat yang terapit oleh elektroda bola-
bidang (lihat gambar 4.4), maka pada medium yang berdekatan, misalnya gas atau
udara, timbul tegangan yang besarnya adalah:

d V
V 1
 1

  4.11
d    d
1 2

 
1
2

Gambar 4.4

Gas mempunyai permitivitas yang lebih rendah dari zat padat, sehingga gas akan
mengalami tekanan listrik yang besar. Akibatnya gas atau udara tersebut akan
mengalami kegagalan lebih dahulu, sebelum zat padat mencapai kekuatan asasinya.
Karena kegagalan tersebut maka akan jatuh sebuah muatan pada permukan zat padat

44
(titik A), sehingga medan yang tadinya seragam akan terganggu seperti pda keadaan
elektron titik bidang. Konsentrasi muatan pada ujung pelepasan ini dalam keadaan
tertentu dapat mengakibatkan timbulnya medan lokal yang cukup tinggi (sekitar
MV/cm). Karena medan ini lebih besar dari kekuatan intrinsik, maka akn terjadi
kegagalan pada zat padat tersebut. Proses kegagalan pada zat padat ini terjadi sedikit
demi sedikit sehingga akhirnya zat padat gagal seluruhnya.

Gambar 4.5
Dalam kenyataannya, bukan hanya satu saluran kegagalan yang terjadi seperti
diuraikan diatas, melainkan lebih dari satu, dan berbentuk seperti cabang-cabang pohon
lihat gambar 4.5
Bentuk cabang pohon ini ditunjukkan oleh Cooper dilaboratorium dengan
tegangan impuls diterapkan, saluran pelepasan diamati dengan mikroskop. Tidak semua
penerapan tegangan impuls menghasilkan saluran pelepasan. Pada gambar 4.5 angka-
angka n= 1,2,3 manunjukkan akhir dari saluran ke – n
.
4.3.4 Kegagalan Termal

Bila suatu medan diterapkan dalam suatu zat padat pada suhu normal, maka
arus konduksi yang terjadi dalam bahan pada umumnya kecil. Dalam hal ini tidak akan
terjadi apa-apa dalam zat padatnya, walaupun E sudah cukup besar. Panas yang
dibangkitkan oleh arus sebahagian akan digunakan untuk menaikkan suhu bahan.
Tetapi, jika kecepatan pembangkitan panas disuatu titik dalam bahan melebihi laju
pembuangan panas keluar, maka akan terjadi keadadan tidak stabil dan pada suatu saat
bahan akan mengalami kegagalan. Kegagalan ini disebut kegagalan termal.
Mekanisme kegagalan termal mengikuti hukum konversi energi, yaitu panas
yang dibangkitkan sama dengan panas yang disalurkan keluar melalui elektroda ke
medium sekelilingnya ditambah dengan panas yang digunakan untuk menaikkan suhu
bahan dari T1 dan T2, atau dalam bentuk persamaan (lihat gambar 4.6).

45
Gambar 4.6

Uo = U1 + U 2 4.12

Dimana : Uo = panas yang dibangkitkan


U1 = panas yang disalurkan keluar
U2 = panas yang digunakan untuk menaikkan suhu bahan.

Secara lengkap persaman 4-12 dapat ditulis sebagai :

dT
E d  k grad T   C
2
 iv v
4.13
dt

Dimana :
Cv = panas spesivik
K = konduktivitas thermal
σ = konduktifitas listrik
E = tekanan listrik ( electic stress)
`Bila laju panas yang masuk (U o) jauh melebihi panas yang keluar (U 1), maka
akan terjadi akumulasi panas dalam bahan tersebut. Selajutnya, akumulasi panas yang
berlebihan dalam zat tersebut akan menyebabkan timbulnya keadaan yang tidak stabil,
yang khusus untuk medan arus bolak-balik ada hubungan langsung antara konduktivitas

  
dengan ferkuensi dan permitivitas :

 
 1 0
'
r
 r
 j

4.14

Dimana : ε0 = konstanta dielektrik


εr = permitivitas dielektrik

Karena adanya faktor ini, maka rugi-rugi pada medan arus bolak-balik lebih besar dari
pada rugi-rugi medan searah akibatnya, kuat gagal termal pada medan arus bolak-balik
lebih kecil daripada kuat gagal termal medan arus searah, juga, kuat gagal termal untuk
medan bolak-balik menurun dengan naiknya frekuensi tegangan yang diterapkan.

46
Sebagai contoh, mika mempunyai kuat gagal termalbolak-balik sebesar 8-18 MV/cm,
sedangkan kuat gagal searahnya adalah 24 MV/cm.
Persamaan 4.13 digunakan untuk mengetahui kegagalan termal secara teoritis.
Namun mengingat bahwa dalam praktek harga-harga cv, k dan σ adalah fungsi dari
temperatur, sedangkan σ adalah fungsi dari E, makasangat sulit memecahkan persamaan
kegagalan termal tersebut secara tepat. Karena itu perlu diadakan penyederhanaan
melalui dua kasus sebagai berikut :

(a) KASUS PERTAMA : disini dianggap tidak ada kenaikan panas dalam
bahan, karena panas seluruhnya dapat disalurkan keluar melalui elektroda yang
cukup luas. Maka
dT
cv dt  0 4.15

Menurut Whitehead tegangan gagal termal minimum Vm adalah :


T M 8k
 
V m   d dT
2
 7.16
T0
Dimana :
To = suhu pada permukaan bahan (atau dalam hal ini sama dengan
suhu keliling)
Tm = suhu kritis dimana bahan gagal
d = tebal bahan, yang merupakan juga jarak antar elektroda
Untuk harga d yang kecil, tegangan gagal menjadi :
Vm   7.17
(b) KASUS KEDUA : keadaan ini terjadi jika medan naik dengan cepat sekali,
sehingga tidak ada waktu untuk menyalurkan panas keluar. Rugi-rugi panas
karena konduksi karena konduksi panas dapat diabaikan, dan semua panas
digunakan untuk menaikkann suhu zat padat. Ini berarti bahwa :

Div ( k grad T) = 0 7.18


dT
E
2
 cv
dt
7.19

Contoh keadaan ini ialah penerapan gelombang impuls, dimana harga dE/dt besar
sekali dan terjadi dalam waktu yang singkat. Persamaan ini mendefinisikan kuat
gagal impuls termal.
Konduktifitas σ pada umumnya naik dengan suhu dan keadaan tidak stabil terjadi
bila laju pemanasan melebihi laju pendinginan. Jika lajupendinginan tidak dapat
berlangsung lebih cepat dari pada laju pemanasan, maka akan terjadi kegagalan
dalam bahan tersebut. Hal ini dijelaskan dalam Gambar 4.7 dimana pendinginan
dinyatakan sebagai garis lurus dan pamanasan dinyatakan dengan lengkung
dengan bebagai kuat medan dan lereng semakin terjal.

47
Gambar 4.7

Jika zat padat diterapkan tegngan impuls yang menghasilkan kuat medan E 1
maka akan terjadi pemanasan menurut lengkung yang bersangkutan. Pda suhu
terjadi keseimbangan, karena pemanasan yang terjadi sama dengan
pendinginannya. Pada suhu T > T1, keadaan bahan tetap stabil karena
pendinginanlebih besar dari pemanasan. Karena itu bahan tidak pernah akan
gagal. Sebaliknya, kuat medan E2 keseimbangn terjadi pada suhu T2. tetapi T>T2
bahan menjadi panas dan terjadi keadaan tidak stabil yang selanjutnya akan
menyebabkan terjadinya kegagalan. Pada kuat medan E3 keadaan seimbang
tidak pernah tercapai.

4.3.5 Kegagalan Erosi

Terjadinya kegagalan erosi disebabkan oleh keadaan zat isolasi padat yang tidak
sempurna. Ketidak sempurnaan tersebut misalnya berupa lubang-lubang atau rongga-
rongga dalam bahan isolasi tersebut (lihat gambar 4.8), sehingga akan terisi oleh gas
atau cairan yang berkekuatan gagalnya lebih rendah dari pada di dalam zat padat.
Disamping itu, konstanta dielektrit didalam rongga sering lebihh rendah dari ε r dalam
zat padat, sehingga itensitas medan dalam rongga lebih besar daripada itensitas dalam
zat padat. Oleh karena itu, mungkin saja akan terjadi tegangan kegagalan didalam
rongga tersebut, meskipun pada waktu itu diterapkan tegangan kerja normal pada zat
padat.

48
Gambar 4.8. Lubang-lubang atau rongga-rongga dalam bahan isolasi padat

Keadaan dalam bahan isolasi padat tersebut diatas (gambar 4.8) dapat
dinyatakan dengan rangkaian setara Gambar 4.9 dimana :
C1 = kapasitansi rongga yang tebalnya t
C2 = kapasitansi zat padat yang tebalnya d

Gambar 4.9 Rangkaian setara dari Gambar 4.8

Untuk t<d yang mencerminkan keadaan sebenarnya, dan bila rongga terisi oleh gas,
maka tegangan pada C1 dinyatakan oleh

t
V1 r V 7.20
d a

dimana V1 = tegangan pada rongga


Va = tegangan yang diterapkan
εr = permitivitas relatif zat isolasi padat.

Jika tegangan bolak-balik Va yang diterapkan tidak menghasilkan kegagalan,


maka bentuk gelombang yang terjadi pada rongga adalah V1 pada gambar 4.10. tetapi
jika tegangan V1 tersebut sudah cukup besar untuk rongga tersebut, maka akan terjadi
kegagalan pada tegangan V1. pada waktu terjadi lucutan dengan tegangan V1, maka
pada rongga timbul busur api. Busur api yang terajdi diiringi oleh jatuhnya tegangan
sampai V1” dan mengalirnya arus. Busur api kemudian padam. Tegangan pada rongga
kemudian naik lagi sampai terjadi kegagalan berikutnya pada tegangan V 1. hal ini juga

49
terjadi pada setengah gelombang berikutnya yaitu yang negatif. Rongga akan melucut
pada waktu tegangan rongga mencapai – V1’.

Gambar 4.10. Karakteristik tegagan bolak-balik pada Kegagalan Erosi

Pada waktu gas dalam rongga gagal, permukaan zat isolasi padat merupakan
katoda anoda (lihat gambar 4.11) Benturan-benturan elektron pada anoda akan
mengakibatkan terlepasnya ikatan kimiawi zat padat. Demikian pula, pemboman katoda
oleh ion positif akan mengakibatkan rusaknya zat isolasi padat karena kenaikan suhu,
yang kemudian mengakibatkan ketakstabilan termal. Keadaan ini menyebabkan dinding
zat padat lama-kelamaan rusak, rongga menjadi makin besar dan zat padat bertambah
tipis. Proses ini disebut erosi dan kegagalan yang diakibatkannya disebut kegagalan
erosi.

Gambar 7.11
Kalau proses ini terjadi, maka umur dari pada bahan akan berkurang tergantung
dari tegangan yang diterapkan. Hubungan antara tegangan lucutan dengan umur bahwa
dinyatakan oleh persamaan.

V n
L A( ) i
4.21
V a

dimana Vi = tegangan dimana mulai terjadi lucutan ,


Va = tegangan yang diterapkan ,
n = nilai antara 3 dan 10

50
A = konstansa

Persamaan ini menunjukkan bahwa makin cepat tegangan lucutan mulai terjadi, makin
pendek umur bahan. Kegagalan erosi mungkin terjadi dalam waktu antara beberapa hari
sampai beberapa tahun.

4.4 SOAL-SOAL

1. Berdasarkan waktu penerapan tegangannya maka kegagalan pada zat padat


terdiri dari beberapa jenis diantaranya adalah kegagalan intrinsik dan kegagalan
streamer. Jelaskan bagaimana proses kegagalan tersebut.
2. Kegagalan erosi pada zat padat akan memperpendek umur dari bahan isolasi
padat yang tergantung pada tegangan yang diterapkan. Jelaskan bagaima
hubungan secara matematis antara tegangan lucutan dengan umur bahan isolasi.
3. Jelaskan bagaimana proses kegagalan erosi terjadi zat padat
4. Bagaiman proses terjadinya kegagalan termal pada zat padat
5. Jelaskan proses kegagalan elektromekanik pada isolasi padat
6. Sebutkan satu contoh kegagalan termal pada zat isolasi padat dimana semua rugi
panas konduksi dapat diabaikan

51

Anda mungkin juga menyukai