Membaca Alquran.
Rasulullah Muhammad SAW bersabda, sebagaimana hadis dengan kualitas `hadis hasan dan sahih’ yang
diriwayatkan Ibnu Masud: Barang siapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka baginya satu
kebaikan, dan satu kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan Alif lam
mim itu satu huruf; tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf. (HR At-Tirmizi).
Alquran diturunkan pada bulan Ramadan. Maka tak heran jika Rasulullah lebih sering dan lebih banyak
membaca Alquran pada Ramadan dibanding bulan ain.
Memperbanyak Sedekah.
Islam adalah agama yang mengajak dan menganjurkan orang untuk suka memberi, berbuat kebaiakan,
dan mengamalkan kebajikan.
Allah SWT berfirman dalam surah Albaqarah, “Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di
jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji.
Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui (QS
2:261).”
Sebuah hadis yang diriwayatkan Anas bin Malik menyebutkan bahwa Rasulullah bersabda,
“Sesungguhnya sedekah itu memadamkan kemurkaan Allah dan menolak kejelekan (HR At-Tirmizi).”
Dalam hadis lain disebutkan, “Rasullulah SAW adalah orang yang paling dermawan (pemurah) dan
kedermawanannya itu sangat menonjol pada bulan Ramadan. Ketika malaikat jibril menerimanya di
setiap malam selama Ramadan, maka ia mengajaknya untuk men-tadabburi Alquran. Sungguh
Rasulullah ketika ditemui malaikat jibril lebih dermawan daripada angin yang berembus. (HR Bukhari
dan Muslim).”
Perintah puasa di bulan Romadhon bagi setiap orang yang mengaku beriman sudah sangat jelas
tertuang di surat Al Baqoroh ayat 183. Namun kenyataannya, banyak diantara kita yang
mengaku beriman, sehat dan tidak sedang berhalangan, namun tidak menjalankan ibadah puasa.
Padahal jika kita menilik pada RUKUN ISLAM, maka seseorang belum bisa dikatakan
beragama Islam jika belum bersyahadat, menegakkan sholat dan mengerjakan puasa. Sementara
zakat dan ibadah haji hanya diwajibkan kepada yang mampu saja.
Selain itu, ada juga diantara kita dan mungkin termasuk kita yang berpuasa, namun tidak
melakukan amal ibadah lainnya dengan maksimal. Puasa hanya sekedar puasa saja. Padahal
bulan Romadhon itu menyimpan potensi pahala yang tidak terbatas. Ibadah sunah pahalanya
dihitung seperti ibadah wajib, dan ibadah wajib pahalanya dilipatgandakan sampai tak terhingga.
“…Barang siapa yang melakukan kebaikan (ibadah sunah) di bulan Romadhon pahalanya seperti
melakukan ibadah wajib dibanding bulan yang lainnya. Dan barang siapa melakukan kewajiban
di dalamnya, maka pahalanya seperti melakukan 70 kewajiban dibanding bulan lainnya… (HR.
Ibnu Huzaimah).
“Setiap amalan kebaikan anak Adam akan dilipatgandakan menjadi 10 hingga 700 kali dari
kebaikan yang semisal. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman (yang artinya), “Kecuali puasa, amalan
tersebut untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya karena dia telah meninggalkan
syahwat dan makanannya demi Aku.” (HR. Muslim).
Disatu sisi bulan Romadhon menawarkan pahala yang tak terhingga, disisi lain, banyak diantara
kita yang berpuasa namun tidak mendapatkan apa-apa kecuali rasa lapar dan dahaga.
“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut,
kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. Ath Thobrani)
Beberapa perkara yang menyebabkan hilangnya pahala puasa, antara lain: berdusta atau bohong,
ghibah dan fitnah, mengadu domba, sumpah palsu, dan melihat aurat lawan jenis dengan
syahwat.
Orang-orang tersebut puasanya tetap sah, namun tidak mendapatkan pahala atas puasanya.
Kadang-kadang kita melihat ada orang yang meninggalkan shalat tarawih sebelum shalat witir.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjanjikan satu keutamaan bagi orang yang megikuti tarawih
sampai selesai. Nabi bersabda:
“Orang yang shalat tarawih mengikuti imam sampai selesai, ditulis baginya pahala shalat
semalam suntuk.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)
Untuk itu marilah kita usahakan senantiasa mengikuti sholat tarawih berjamaah hingga selesai
sholat witir.
Sholat adalah ibadah terpenting bagi seorang muslim karena sholat adalah tiang agama. Selain
itu, sholat adalah amalan yang pertama kali dihisab oleh Allah di hari kiamat kelak.
“Sesungguhnya pertama kali yang dihisab dari segenap amalan seorang hamba di hari kiamat
kelak adalah shalatnya. Bila shalatnya baik maka beruntunglah ia dan bilamana shalatnya rusak,
sungguh kerugian menimpanya.” (HR Tirmidzi).
Selain itu, kepada para laki-laki hendaknya senantiasa mengerjakan sholat 5 waktu di masjid.
Karena bagi orang yang malas sholat di masjid, oleh Nabi dikategorikan kepada golongan orang
munafik.
“Sesungguhnya tiada yang dirasa berat oleh seorang munafik, kecuali melaksanakan shalat Isya
dan shalat Subuh di masjid…” (HR Bukhari Muslim).
Meskipun hanya disebutkan sholat Isya dan Subuh, namun kita tidak boleh meremehkan sholat
lainnya. Sebab, jika kita amati saat ini, justru sholat Ashar lah yang sering kali sedikit
jamaahnya.
Kemudian, orang munafik oleh Allah diancam dengan Neraka Jahanam. “Sesungguhnya Allah
akan mengumpulkan orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahanam” (QS An
Nisa:140).
Membaca Al Qur’an adalah amalan yang sangat dianjurkan baik di bulan Romadhon maupun
bulan lainnya.
Didalam HR. Tirmidzi, Nabi bersabda: “Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al Qur’an,
maka baginya satu kebaikan dan satu kebaikan itu dilipatgandakan dengan sepuluh (pahala). Aku
tidak mengatakan Alif Laam Mim adalah satu huruf, akan tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf
dan Mim satu huruf”.
Begitu besar pahala membaca Al Qur’an, belum lagi jika dikerjakan di bulan Romadhon, dimana
setiap amal kebaikan akan dilipatgandakan sampai tak terhingga.
Untuk itu marilah kita membiasakan diri kita membaca Al Qur’an, paling tidak di bulan
Romadhon ini bisa khatam satu kali. Rata-rata dalam 1 juz itu terdiri dari 10 muka atau 20
halaman. Jika setiap ba’da sholat fardu kita membaca 2 muka, maka insya Allah dalam sebulan
kita bisa khatam satu kali. Apalagi ketika puasa biasanya banyak waktu luang yang bisa kita
gunakan untuk membaca Al Quran, misalnya setelah berbuka, setelah tarawih dan menjelang
imsyak.
Jika puasa Romadhon tahun ini lebih buruk dari tahun lalu, maka sesungguhnya kita adalah
orang yang mengalami kerugian. Karena orang yang beruntung adalah orang yang hari ini lebih
baik daripada hari kemarin. Untuk itu marilah kita nilai diri kita masing-masing, apakah kualitas
ibadah kita tahun ini lebih baik dari tahun sebelumnya, atau justru malah menurun atau semakin
buruk.
Jamaah yang insya Allah dirahmati Allah, mumpung kita masih diberi kesempatan di bulan
Romadhon, marilah kita gunakan waktu ini dengan sebaik-baiknya. Karena belum tentu tahun
depan kita akan menjumpai lagi bulan mulia ini.
Demikianlah sedikit yang dapat saya sampaikan, kurang lebihnya saya mohon maaf.
Billahitaufik walhidayah.. Wassalamu’alaikum warohmatullahi wa barokaatuuh..
Ada seorang Gubernur yang sangat prihatin melihat masjid yang belum berfungsi optimal di
wilayahnya. Ia mengatakan bahwa ummat Islam telah melanggar perintah Tuhan secara tidak
disengaja, yaitu melakukan perbuatan mubazzir dengan tidak memfungsikan masjid secara
optimal. Ia melihat masjid hanya digunakan lima kali sehari semalam atau kira-kira hanya satu
jam dalam 24 jam. Itu pun terbatas sebagai fungsi ibadah. Selebihnya ditutup, artinya ummat
telah mubazir 23 jam dengan ruangan luas tidak dimanfaatkan. Karena itu ia menganjurkan agar
ruangan masjid yang luas itu difungsikan secara optimal, baik fungsi ibadah ataupun fungsi
kebudayaan, seperti pendidikan, pengajian, diskusi, ruangan bacaan atau perpustakaan dan
sebagainya. Dengan latar belakang itulah sehingga dibangunlah SMP Islam di Masjid Raya
Wilayahnya sebagai lembaga pendidikan yang berlokasi di Masjid.
Fungsi utama masjid adalah beribadah. Lima kali sehari semalam ummat Islam dianjurkan
mengunjungi masjid untuk melaksanakan shalat lima waktu. Masjid merupakan tempat yang
paling banyak dikumandangkan nama Allah; azan, qaamat, takbir, tahmid, tasbih, tahlil, istigfar,
dan zikir lainnya dianjurkan di baca dalam masjid. Jadi, tepat jika masjid disebut Baitullah
artinya rumah Allah yang didalamnya selalu bergema lafadz Allah, sebagai tersebut dalam QS
al-Hajj 22:44, berbunyi:
س ٰى فَأ َ ْملَيْتُ لِ ْل َكافِ ِرينَ ثُ َّم أَ َخ ْذتُ ُه ْم ۖ فَ َكيْفَ َكانَ نَ ِكي ِر
َ اب َم ْديَنَ ۖ َو ُك ِّذ َب ُمو ْ ََوأ
ُ ص َح
Yang artinya:
Fungsi kedua masjid adalah pembinaan umat atau fungsi kebudayaan, yaitu:
Pada hakekatnya masjid adalah umat. Siapapun bisa masuk kedalam masjid, asal ia muslim;
tanpa memandang perbedaan latar belakang paham keagamaan dan mazhab. Perbedaan demikian
tidak menjadi halangan untuk menjalin rasa persaudaraan. Ketika mendirikan masjid hendaknya
menjadi pertimbangan utama latar belakang jamaah datang dari berbagai paham keagamaan.
Seorang individu atau organisasi bisa saja mendirikan sebuah masjid tetapi setelah masjid itu
difungsikan, maka berarti sudah menjadi milik jamaah. Masjid haruslah bersifat inklusif bagi
umat Islam. Persaudaraan adalah merupakan hal yang prinsip dalam islam, sehingga kita bisa
memahami kebijakan seorang ulama ketika hendak menfungsikan Masjid beliau berusaha
menghindari hal-hal yang bersifat furuiyyah dan mengutamakan masalah ukhuwwah.
2.Pembinaan Pemdidikan
Fungsi masjid yang perlu mendapat perhatian adalah fungsi pendidikan. Para pemuda dan remaja
yang tergabung dalam Ikatan remaja Masjid sedang mengembangkan TPA-TPA (Taman
Pendidikan AlQuran). Alhamdulillah lembaga ini sudah memperlihatkan hasil yang patut
dibanggakan. Bahkan sebagian pengamat sosial berepndapat bahwa kontribusi yang paling besar
kepada pembangunan bangsa setelah kemerdekaan adalah pembebasan buta huruf Alquran
melalui TPA. Lembaga TPA digerakkan oleh remaja masjid yang umumnya dilaksanakan di
dalam Masjid. Pendidikan TPA ini perlu dipikirkan pengembangannya dengan membangun SD
dan SMP bagi masjid yang memungkinkan. Sehingga optimalisasi peran dan fungsi masjid
sebagai lembaga pendidikan dapat berlangsung dengan baik.
Krisis ekonomi yang kadang datang melanda bangsa ini berdampak kepada tidak stabilnya
ekonomi umat. Karena itu masjid sebagai pusat pembinaan ummat perlu diberikan fungsi baru,
yaitu tempat pemberdayaan ekonomi umat. Salah satu diantaranya dengan merancang bangunan
masjid sama dengan masjid Al Markaz Al islami Makassar dengan menjadikan pekarangannya
sebagai pasar Jumatan. Terdapat keuntungan ganda yang diperoleh dari pasar Juamatan itu
dilihat dari segi dakwah. Pertama: pajak keuntungan yang diperoleh dari pasar itu dapat
digunakan untuk memakmurkan masjid. Kedua, para pedagang yang berjualan dipasar jumatan
itu, jika biasanya mereka malas melaksanakan shalat, dengan sendirinya ia akan menyesuaikan
diri untuk ikut berjamaah.
Kegiatan kemasyarakatan lain yang perlu dipikirkan adalah di masa depan adalah bangunan
masjid yang memiliki aula. Hal itu juga memiliki keuntungan ganda, yaitu keuntungan untuk
pendanaan masjid yang sekaligus menjadi keuntungan dari segi pengembangan dakwah Islam,
sebab pengunaan aula dalam masjid akan menyesuaikan diri kepada kesucian masjid.
Peran dan fungsi masjid tersebut, sudah tentu dapat dikembangkan lebih jau. Sebab seperti
diketahui bahwa pada zaman Rasulullah SAW masjid satu-satunya menjadi pusat aktivitas umat.
Masjid ketika itu menjadi pusat ilmu pengetahuan dan pemerintahan, pusat dakwah dan
penyiaran Islam, pusat pelatihan dan penyusunan strategi perang, dan aktivitas kebudayaan
lainnya. Semoga artikel ini memberikan manfaat dalam rangka optimalisasi peran dan fungsi
masjid.[cp]
Home»Ceramah Ramadhan»Ceramah Ramadhan Hari Ke-11: Keutamaan Belajar Dan Mengajarkan Al-
qur’an
Ceramah Ramadhan Hari Ke-11: Keutamaan Belajar Dan Mengajarkan
Al-qur’an
Monday, May 1st, 2017 - Ceramah Ramadhan
Advertisement
Dalam Sebuah Hadis ini menjelaskan betapa mulianya orang yang mempelajari
Dalam sebuah hadis yang disampaikan oleh Utsman bin Affan, bahwa rasulullah
saw. Bersabda yang artinya: Orang terbaik diantara kalian adalah orang yang
mempelajari Alquran dan mengajarkannya.
Namun, perlu digaris bawahi bahwa menghapal dan mempelajari Alquran hanya
dapat dilakukan dibawah bimbingan seorang guru, seorang pelajar yang
menuntunnya membaca Alquran dalam bahasa Arab sesuai hukum-hukum
bacaannya,batasannya dan ketepatan makhrajnya.seorang pelajar yang belajar
mengaji dan menghapalkan ayat Alquran dapat mengaetahui kesalahan dan
kekeliruan bacaannya dihadapan guru, pengajar Alquran segera akan
mengoreksinya. Hal itu sesuai dengan petunjuk rasulullah saw. Seperti
dikemukakan Anas ra. Bahwasanya Rasulullah saw. Pernah bersabda kepada Ubay
bin ka’ab yang artinya: Sesungguhnya Allah memerintahku agar membacakan
untukmu Alquran Ubay bin Ka’ab bertanya: Allah menyebutku?. Nabi Menjawab:
Ya. Dia (Ubay) berkata: Sunggu saya disebut di sisi Tuhan semesta alam. Nabi
menjawab : Iya. Maka menangislah Ubay (HR. Al-Bukhari).
Hadis diatas menunjukkan betapa mulianya membacakan Alquran untuk orang lain
terlebih lagi mengajarkannya, agar mereka menghapal, mendengar,
mempelajarinya dengna baik. Secara tersirat sebenarnya hadis ini menunjukkan
sifat dan perilaku kaum muslimin yang baik yag tidak hanya mementingkan diri
sendiri tetapi melupakan kemashlahatan orang lain. Hal ini berbeda dengan sifat
orang-orang kafir yang arogan yang tidak memberi menfaat dan tidak memberikan
kesempatan kepada orang lain untuk menerima manfaat sebagaimana firman Allah
dalam QS.An-Nahl 16:88:
Yang artinya:
Orang-orang yang kafir dan menghalangi (manusia) dari jalan Allah, Kami
tambahkan kepada mereka siksaan di atas siksaan disebabkan mereka selalu
berbuat kerusakan.
Sedang orang-orang mukmin yang baik yang utama adalah mereka yang baik dan
sempurna keislaman dirinya dan berupa juga menyempurnakan orang lain seperti
yang dikemukakan hadis diawal tulisan ini. Sebagaimana juga dinyatakan Allah
dalam Alquran QS Fushshilat 41:33:
Yang Artinya:
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada
Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang menyerah diri?”
Menyeru atau berdakwah untuk mengikuti ajakan Allah meliputi berbagai macam
cara seperti azan menyeru orang melaksanakan shalat, mengajarkan Alquran,
hadis, fiqih dan semua ajaran yang mencari keridhaan Allah, dan dia sendiri suka
melakukan amal shaleh dan mengucapkan kata-kata baik, maka tidak ada orang
yang terbaik keadaannya dibanding orang ini. Satu contoh dari orang yang ingin
mencapai martabat ini adalah ulama besar Abu Abdurrahman Abdullah bin Habib al-
Salmi al-Kufi yang tekun mengajarkan Alquran selama 70 tahun sejak masa
pemerintahan Utsman bin Affan sampai masa al-Hajj.
Kesimpulan
Advertisement
PUASA
Puasa adalah menahan lapar mulai dari terbitnya fajar di sebelah timur sampai
terbenamnya matahari disebalah barat. Yang mana ketika kita berpuasa, kita dilatih
untuk menahan nafsu, menahan lapar dan menahan haus.
Puasa merupakan salah satu yang termasuk dalam rukun islam, yaitu rukun islam
yang ke – 4. Pastinya kita semua sudah pada mengetahui rukun – rukun islam.
Hanya sekedar mengingat kembali, Rukun islam yang ke
1. Mengucapkan dua kalimat sahadat
2. Mengerjakan shalat
3. Membayar zakat
4. Mengerjakan puasa,
Rukun islam merupakan kewajiban bagi seluruh umat islam dipenjuru dunia.
Kewajiban berarti segala sesuatu yang harus atau mesti dikerjakan atau
dilaksanakan. Maka dari itu kita sebagai umat muslim wajib berpuasa. Berdasarkan
keterangan yang sangat jelas dari Al-Qur’an dan Sunnah. Bahkan, Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam menerangkan salah satu dari rukun Islam yang 5. Hal
ini menunjukkan bahwa kedudukannya yang mulia dan agung dalam Islam.
Karenanya semua orang muslim wajib memperhatikan dan menjaganya dengan
seksama agar sempurna bangunan di dalam dirinya.
Apabila ada seorang yang mengaku muslim namun meninggalkan puasa karena ia
mengingkarinya, maka dia termasuk orang – orang yang kufur. Sedangkan
bagiorang – orang yang tidak mengerjakan puasa karena malas atau lalai “tetap
meyakini bahwa hukumnya wajib”, maka ia telah melakukan dosa yang besar dan
kebinasaan karena tidak melaksanakan salah satu rukun Islam dan kewajiban yang
penting.
Pendapat Pertama: Wajib qadla saja
Pendapat ini merupakan pendapat yang sangat umum di kalangan para ulama,
yaitu wajib mengqadla bagi orang yang sengaja berbuka (tidak berpuasa) pada
bulan Ramadlan, yaitu dengan berpuasa sesuai jumlah hari yang dia rusak.
Pendapat Kedua: Tidak wajib mengqadla, dan hanya bertaubat dengan sebenar –
benarnya “bersungguh – sungguh”
Menurut pendapat kedua ini, tidak cukup dengan qadla walaupun dia berpuasa
setahun penuh. Sebabnya, karena dia sengaja merusak puasanya tanpa udzur
syar’i. Maka tidak mencukupi hari untuk menggantikan hari yang dia rusak
tersebut, karena qadla disyariatkan bagi orang yang memiliki udzur (berhalangan).
“Maka barang siapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka
(wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.” (QS. Al-
Baqarah: 184)
Maka barang siapa yang merusak puasa di bulan ramadhan tanpa ada udzur syar’i
lalu mengganti puasanya itu di hari – hari yang lain, berarti telah membuat aturan
baru dalam agama Allah yang tidak diizinkan oleh-Nya.
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda yang maknanya “Siapa
yang mengada-adakan hal baru dalam urusan kami ini (Islam) yang bukan berasal
darinya, maka akan tertolak.” (HR. Bukhari dari Aisyah radliyallahu ‘anha)
“Hai orang – orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang – orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”
Dari arti firman Allah SWT. dalam Q.S. Al-Baqarah : 183, telah jelas bahwa puasa
itu telah diwajibkan dan diperintahkan kepada orang – orang sebelum kita. Yang
bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan terhadap Allah SWT.
2. Puasa dapat melemahkan nafsu, hasrat berbuat maksiat dan keinginan berbuat
jahat. Ini mengakibatkan roh menjadi suci.
5. Apabila seseorang itu berpuasa, dirinya akan merasa kerdil di hadapan Allah
SWT, hatinya akan mudah tersentuh dan rasa tamak akan menipis. Nafsunya
terkawal sehingga doanya dikabulkan kerana dia dekat dengan Allah SWT.
Mungkin diantara kita masih ada yang bingung, sebenarnya apa – apa saja yang
dapat membatalkan ataupun yang dapat mengurangi pahala puasa, berikut akan
saya sebutkan kembali tentang hal – hal yang dapat membatalkan ataupun
yangdapat mengurangi pahala puasa :
• Merokok
• Melakukan hubungan badan antara suami dan juga istri pada siang hari, Jima’
(berssenggema)
• Menelan sisa – sisa makanan yang masih ada menempel di antara gigi-gigi
meskipun hanya sedikit
• Mendo’akan hal – hal yang jelek terhadap orang lain dan juga mencaci-maki
• Melakukan maksiat
• Berbohong
• Timbul syahwat kyang disebabkan memikirkan atau melihat hal-hal yang jorok
( mesum )
Saudara saudari yang muliakan oleh Allah SWT. kita telah mengetahui apa saja
hukum bagi orang – orang yang tidak berpuasa dengan sengaja, yaitu
mendapatkan dosa yang besar. Naudzubilahimindzalik. Oleh sebab itu, untuk
kedepannya semoga puasa kita akan lebih baik lagi,. Dan semoga kita menjadi
umat muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT, amin yarobal alamin.[cp]
Shalawat serta salam tak lupa saya ucapkan kehadirat Nabi Muhammad SAW, yang mana telah
membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang penuh ilmu ini.
“Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, sesungguhnya Kami telah turunkan (Al-
Qur’an) pada malam (Lailatul Qadar). Tahukah engkau apakah Lailatul Qadar itu? Lailatul Qadar adalah
(Salah satu malam) yang lebih baik dari pada seribu bulan. (Pada malam itu) turunlah para malaikat
beserta Jibril dengan izin Tuhan mereka (membawa) segala urusan. (Malam itu) sejahtera hingga terbit
fajar.” (QS. Al-Qadr : 1-5)
Kesimpulan ayat tersebut memberikan pengertian kepada kita bahwa dengan pendeknya umur umat
Nabi Muhammad SAW, maka Allah memberikan keistimewaan kepada seseorang yang mau berusaha
untuk meraih salah satu malam yang dirahasiakan yang apabila saat itu kebetulan beribadah, maka ia
akan mendapat pahala yang dilipatkan sama dengan beribadah selama seribu bulan (Delapan Puluh
Tahun).