LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Disusun Oleh :
No.Mhs : 410011089
YOGYAKARTA
2013
1
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM PETROGRAFI
OLEH :
Susilo teguh H
410011089
ASISTEN PETROGRAFI
2013
2
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Laporan Resmi Petrografi yang di
semester 4 jurusan teknik geologi STTNAS Yogyakarta ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.
Tak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen Petrografi yaitu
Dr.Hilltrudis Gendoet Hartono, ST,MT yang dengan tabah berkenan membimbing dan
mengajar pada mata kuliah Petrografi sehingga kedepannya mahasiswa didik dapat
menerapkan apa yang didapat di semester ini dan kepada kakak-kakak asisten praktikum
telah memberi sedikit bimbingan dalam penyusunan laporan Petrografii serta pihak-pihak
yang tentu tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penyusunan
laporan resmi praktikum Petrografi ini.
Akhir kata, tiada gading yang tak retak. Demikian pula dengan tugas ini yang masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun tetap penyusun
nantikan demi kesempurnaan laporan praktikum dan laporan-laporan yang akan diberikan di
lain waktu.
Penyusun
3
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
HALAMAN PERSEMBAHAN
4
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
DAFTAR ISI
Halaman Judul…………………………………………………………….. 1
Halaman Pengesahan……………………………………………………… 2
Kata Pengantar.............................................................................................. 3
Halaman Persembahan.................................................................................. 4
Daftar isi…………………………………………………........................... 5
II.2 Tekstur............................................................................................... 18
5
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
II.3 Struktur............................................................................................. 24
II.4 Klasifikasi......................................................................................... 26
II.6 Petrogenesa....................................................................................... 45
III.4 Tekstur................................................................................................ 48
III.5 Klasifikasi........................................................................................... 48
6
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
IV.2 Tekstur.............................................................................................. 53
IV.4 Struktur............................................................................................. 58
IV.5 Klasifikasi......................................................................................... 59
IV.6 Provance.................................................................................... 69
V.2 Metamorfisme............................................................................. 71
V.3 Tekstur........................................................................................ 73
V.4 Struktur....................................................................................... 76
V.5 Klasifikasi.................................................................................. 79
V.6 Petrogenesa.................................................................................. 81
7
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
KESIMPULAN.......................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 87
LAMPIRAN............................................................................................... 90
8
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
BAB I
PENDAHULUAN
Petrografi merupakan salah satu cabang dari ilmu kebumian yang mmempelajari
batuan berdasarkan kenampakan mikroskopis, termasuk didalamnya untuk dipergunakan
sebagai langkah pemerian, pendeskrifsian dan klasifikasi batuan. Pemerian secara petrografi
pada batuan pertama-tama melibatkan identifikasi mineral (bila memungkinkan), dan
penentuan komposisi dan hubungan tekstural antar butir batuan,
Petrografi sendiri merupakan kepentingan yang tak terbaras namun bila
mempertimbangkan sebagian dari petrologi kepentingan akan menjadi luas, dimana
petrografi memberikan data umum yang petrologi perjuangkan untuk menginterpretasikan
dan menerangkan asal-ususl batuan.
Batuan sebagai agregat mineral-mineral pembentuk kulit bumi secara genesa dapat
dikelompokan dalam tiga jenis batuan, yaitu :
1. Batuan beku (Igneous Rock), adalah kumpulan interlocking agregat mineral-
mineral silikat hasil magma yang mendingin (Walter T. Huang, 1962).
2. Batuan Sedimen (Sedimentary Rock), adalah batuan hasil litifikasi bahan
rombakan batuan hasil denudasi atau hasil reaksi kimia maupun mengenai hasil kegiatan
organisme (Pettijohn, 1964).
3. Batuan Metamorf (Metamorphic Rock), adalah batuan yang berasal dari suatu
batuan induk yang mengalami perubahan tekstur dan komposisi mineral pada fase padat
sebagai akibat perubahan kondisi fisika (tekanan, temperatur, atau tekanan dan temperatur,
HGF. Winkler, 1967,1979).
9
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
a. Warna
b. Tekstur
- Bentuk butir/kristal
- Ukuran butir/kristal
c. Struktur
- Vesikuler
- Aliran
- Perlapisan
- dll
e. Kelimpahan mineral/komponen.
10
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
Tujuan dari studi petrografi adalah memerikan dan mengelompokkan batuan secara
optis sehingga dapat diketahui pertologinya, hal ini akan sangat terbatas tanpa bantuan dari
cabang ilmu geologi lain, seperti mineralogi, mineral optik, petrologi, dan petrografi.
Kepentingan Petrogafi dalam hal ini merupakan bagian sangat berarti dalam petrologi ( ilmu
tentang pembentukan batuan ).
Pada pemerian petrografi, pertama-tama akan diamati mineral penyusun batuan,
selanjutnya tekstur batuan. Tekstur batuan sangat membantu dalam pengelompokan batuan
selain memberikan gambaran proses yang terjadi selama pembentukan batuan.
11
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
Jika tujuan pengamatan adalah untuk mengetahui sifat optis mineral, komposisi dan sifat
fisik batuannya, maka diperlukan contoh batuan yang segar. Ciri-ciri batuan yang segar
adalah:
Warnanya segar, tidak dijumpai warna alterasi (lapuk). Contoh: andesit dan diorit
berwarna abu-abu terang-agak gelap; warna lapuk keputih-putihan, kemerah-merahan,
kekuning-kuningan atau kecoklat-coklatan. Warna segar dasit abu-abu agak
keunguan; warna lapuk abu-abu terang bintik-bintik hijau, putih dan merah. Batupasir
kuarsa segar warna putih dengan butiran- butiran transparan; warna lapuk putih terang
agak kecoklatan hingga kekuningan. Batugamping dolomit warna segar abu-abu
kemerahan cerah dengan pecahan tajam dan sangat keras; warna lapuk abu-abu
kekuningan-kecoklatan (merah bata) dengan pecahan tumpul dan mudah hancur.
Jika dipukul berbunyi “cling”; batuan yang lapuk jika dipukul berbunyi “bug” atau
“blug”; pada batuan beku luar (bersifat gelasan) batuan yang segar sangat keras tetapi
lebih mudah pecah, pecahannya runcing-runcing tajam, tetapi batuan yang lapuk tidak
tajam feldsparnya (putih) mengembang sehingga ukurannya menjadi lebih besar.
Tidak terdeformasi, massif (inti lava / intrusi); batuan yang segar tidak dijumpai
rekahan-rekahan baik akibat deformasi saat pembekuan, pembebanan, tektonik
maupun pelapukan; usahakan mengambil batuan yang betul-betul masif (tak-
terdeformasi).
Singkapan batuan yang dapat direkomendasikan untuk lokasi pengambilan contoh batuan
yang ditujukan untuk pengamatan sayatan tipis tersebut adalah:
Pada singkapan tanpa deformasi; kalau sekiranya tidak dapat dihindari, maka
diusahakan pada singkapan yang paling bebas dari deformasi.
Pada singkapan yang telah diledakkan (quarry): akan banyak dijumpai batuan yang
sangat segar, karena bagian yang lapuk telah dibersihkan pada saat penggalian
(Gambar IV.1).
Mencari batuan yang segar juga dapat dilakukan pada tebing-tebing dan badan sungai
/ jalan, terutama pada musim kemarau.
12
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
Singkapan batuan yang tidak direkomendasikan untuk pengambilan contoh batuan adalah:
Singkapan dengan struktur geologi, seperti sesar, kekar dan lipatan (Gambar
IV.2.kanan); kecuali jika pengamatan ditujukan untuk mikrotektonik. Jika
pengamatan sayatan tipis batuan ditujukan untuk mikrotektonik, maka contoh harus
ditandai arah pengambilannya (N …. O E) dan arah pemotongan yang diinginkan
Lapuk; saran: sebaiknya jika tidak ada singkapan lain dicari batuan yang paling masif;
kecuali jika tujuan pengamatan batuan adalah untuk mengetahui tingkat pelapukan.
Tidak insitu : bongkah yang tidak jelas asalnya (Gambar IV.2 kiri); kecuali jika telah
jelas dketahui asalnya dari mana dan kondisinya segar. Saran: lakukan pengambilan
bongkah hanya di daerah quarry yang sedang digali
13
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
Gambar IV.2. Contoh singkapan yang tidak direkomendasikan untuk pengambilan contoh
batuan.
Gambar IV.3. Contoh batuan yang diambil dari inti bor; yaitu pada bagian yang paling
segar (dilingkari), bukan pada bagian yang ditunjuk pena
14
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
Gambar IV.4. Contoh diorit yang direkomendasikan untuk penyayatan (segar dan masif).
Contoh batuan yang telah di dapatkan dari lapangan dilabeli, meliputi no lokasi
pengambilan, tahun pengambilan dan kode tujuan pengambilan. Untuk contoh yang ditujukan
untuk analisis petrografi dengan tujuan pengamatan tertentu, diberi tanda khusus seperti arah
penyayatan, posisi utara / timur dan kode-kode pendukung yang lain.
15
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
Gambar IV.5. Contoh diorit yang telah dipotong berukuran 10-15x 10 x 2,5 cm,
pemotongan bertujuan untuk menghilangkan bagian yang lapuk.
BAB II
PETROGRAFI BATUAN BEKU
Batuan beku terbentuk karena pendinginan dan pembekuan magma. Magma adalah cairan
silikat pijar didalam bumi, bersuhu tinggi (900 - 13000 C), terbantuk alamiah dan berasal dari dalam
perut bumi atau bagian atas selimut atau cenderung bergerak kebagian permukaan bumi. Karena
hasil pembekuan, maka ada unsur kristalisasi material penyusunnya. Komposisi mineral yang
16
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
II.2 Tekstur
Tekstur menunjukan hubungan individu butir dengan butir yang ada disekitarnya,
tekstur berurusan dengan kenampakan skala kecil. Dalam contoh dari kenampakan
mikroskopis seperti : Tingkat kristalisasi, ukuran dan bentuk butir, dan pertumbuhan bersama
Kristal. Tekstur merupakan kenampakan hubungan antra komponen dari batuan yang dapat
mereflikasikan sejarah kejadiannya atau petrogenesa.
Gambar : Holokristalin
b. Hollohialin : Seluruhnya terdiri dari massa gelas
17
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
Gambar : Hollohialin
c. Hipokristalin : Sebagian terdiri dari massa kristal dan sebagian terdi dari massa
gelas.
Gambar Hipokristalin
2. Ukuran butir (wiliam, et, al, 1945)
1. Halus : Ø < 1 mm.
2. Sedang : Ø 1 – 5 mm.
3. Kasar : Ø 5 – 30 mm.
4. Sangat kasar : Ø > 30 mm.
3. Hubungan antar butir mineral didalam batuan ditunjukan dari dominasi bentuk
butirnya.
18
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
Tabel V.3. Tekstur batuan beku pada batuan beku intrusi dalam, intrusi dangkal dan ekstrusi
dan pada batuan vulkanik
Jenis batuan
Intrusi dalam Intrusi dangkal dan
Batuan Vulkanik
(plutonik) Ekstrusi
Tekstur
19
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
Subhedral-
Bentuk kristal Euhedral-anhedral Subhedral-anhedral
anhedral
Porfiritik: intermediet-
Porfiritik-poikilitik
- basa
Tekstur khusus Ofitik-subofitik
Vitroverik-Porfiritik:
Pilotaksitik
Asam-intermediet
Zoning pada
plagioklas, tumbuh
bersama antara
Tekstur khusus - Perthit-perlitik
mineral mafik dan
plagioklas dan
intersertal
a) Tekstur trakitik
Dicirikan oleh susunan tekstur batuan beku dengan kenampakan adanya orientasi
mineral ---- arah orientasi adalah arah aliran
Berkembang pada batuan ekstrusi / lava, intrusi dangkal seperti dike dan sill
Gambar V.7 adalah tekstur trakitik batuan beku dari intrusi dike trakit di G. Muria;
gambar kiri: posisi nikol sejajar dan gambar kanan: posisi nikol silang
20
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
Gambar V.1. Tekstur trakitik pada traki-andesit (intrusi dike di Gunung Muria). Arah
orientasi dibentuk oleh mineral-mineral plagioklas. Di samping tekstur trakitik
juga masih menunjukkan tekstur porfiritik dengan fenokris plagioklas dan
piroksen orto.
b) Tekstur Intersertal
Yaitu tekstur batuan beku yang ditunjukkan oleh susunan intersertal antar kristal
plagioklas; mikrolit plagioklas yang berada di antara / dalam massa dasar gelas
interstitial .
Gambar V.2. Tekstur intersertal pada diabas; gambar kiri posisi nikol sejajar dan gambar
kanan posisi nikol silang. Butiran hitam adalah magnetit
c) Tekstur Porfiritik
Yaitu tekstur batuan yang dicirikan oleh adanya kristal besar (fenokris) yang
dikelilingi oleh massa dasar kristal yang lebih halus dan gelas
Jika massa dasar seluruhnya gelas disebut tekstur vitrophyric .
Jika fenokris yang berkelompok dan tumbuh bersama, maka membentuk tekstur
glomeroporphyritic.
21
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
Gambar V.3. Gambar kiri: Tektur porfiritik pada basalt olivin porfirik dengan fenokris
olivin dan glomerocryst olivin (ungu) dan plagioklas yang tertanam dalam
massa dasar plagioklas dan granular piroksen berdiameter 6 mm (Maui,
Hawaii). Gambar kanan: basalt olivin porfirik yang tersusun atas fenokris
olivin dan glomerocryst olivin (ungu) dan plagioklas dalam massa dasar
plagioklas intergranular dan piroksen granular berdiameter 6 mm (Maui,
Hawaii)
d) Tekstur Ofitik
Yaitu tekstur batuan beku yang dibentuk oleh mineral plagioklas yang tersusun secara
acak dikelilingi oleh mineral piroksen atau olivin (Gambar V.10). Jika plagioklasnya lebih
besar dan dililingi oleh mineral ferromagnesian, maka membentuk tekstur subofitic (Gambar
V.11). Dalam suatu batuan yang sama kadang-kadang dijumpai kedua tekstur tersebut secara
bersamaan.
22
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
Gambar V.4. Tekstur ofitik pada doleritik (basal); mineral plagioklas dikelilingi oleh
mineral olivin dan piroksen klino
Gambar V.5. Tekstur subofitik pada basal; mineral plagioklas dikelilingi oleh mineral
feromagnesian yang juga menunjukkan tekstur poikilitik.
II.3 Struktur
Struktur batuan yang berhubungan dengan magma dikenal dengan struktur batuan vulkanik,
struktur batuan plutonik, dan struktur dari hasil inklusi. Struktur batuan beku yang pada umunya
merupakan kenampakan skala besar sehingga dapat dikenali dilapangan seperti :
a. Perlapisan
b. Lineasi (laminasi, segregasi)
c. Kekar (lembar, tiang)
d. Vesikuler (bentuk, ukuran, pola)
e. Aliran
23
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
Masif: padat dan ketat; tidak menunjukkan adanya lubang-lubang keluarnya gas;
dijumpai pada batuan intrusi dalam, inti intrusi dangkal dan inti lava; Ct: granit, diorit,
gabro dan inti andesit
Skoria: dijumpai lubang-lubang keluarnya gas dengan susunan yang tidak teratur;
dijumpai pada bagian luar batuan ekstrusi dan intrusi dangkal, terutama batuan
vulkanik andesitik-basaltik; Ct: andesit dan basalt
Vesikuler: dijumpai lubang-lubang keluarnya gas dengan susunan teratur; dijumpai
pada batuan ekstrusi riolitik atau batuan beku berafinitas intermediet-asam.
Amigdaloidal: dijumpai lubang-lubang keluarnya gas, tetapi telah terisi oleh mineral
lain seperti kuarsa dan kalsit; dijumpai pada batuan vulkanik trakitik; Ct: trakiandesit
dan andesit
Gambar V.6. Struktur batuan beku masif; terbentuk karena daya ikat masing-masing
mineral sangat kuat, contoh pada granodiorit dengan komposisi mineral
plagioklas berdiameter >1 mm (gambar atas) dan granit (gambar bawah)
dengan komposisi kuarsa dan ortoklas anhedral dengan diameter >1 mm
24
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
Gambar V.7. Struktur batuan beku skoria; dijumpai rongga-rongga bekas keluarnya gas saat
pembekuan yang sangat cepat. Contoh pada andesit basaltik porfirik pada
posisi nikol sejajar (atas) dan nikol silang (bawah). Batuan tersusun atas
fenokris plagioklas berdiameter >1 mm dan piroksen klino berdiameter 0,5-
1,5 mm, dan tertanam dalam massa dasar gelas, kristal mineral (plagioklas
dan piroksen) dan rongga tak beraturan berdiameter <1 mm.
II.4 Klasifikasi
Berdasarkan mineralogi dan tekstur batuan, maka Williams (1954) mengelompokkan kerabat
batuan beku meliputi :
25
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
- Biotit >>
26
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
Jenis batuan :
Tekstur Halus
Kelompok Dasit – Riodasit – Riolit
Mempunyai titik lebur yang rendah
Tekstur yang khas : vitroferik, porfiritik, grafik, granofirik.
Dasit
Indeks warna 10
Tekstur : porfiritik, vitroferik
Mineralogi : - kuarsa > 10%
- Biotit >>
- Hornblende <
- Plagioklas asam (albit)
Pada fenokris kuarsa sering memperlihatkan “embayment” akibat proses korosi
larutan magma sisa.
Riodasit
Tekstur : trakhitik, vitroferik
Mieralogi : - kuarsa > 10%
- plagioklas asam,
- mafik mineral : Hornblende <
Biotit >>
Riolit
Tekstur Holokriatali, holohialin
Mineralogi : - kuarsa >105
27
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
- KF > 2/3 TF
- Plagioklas asam (albit)
- Sering terdapat tekstur “Grafik” (pertumbuhsn bersama antara KF
dengan kuarsa).
Ada dua macam Riolit :
Potash Riolit :
- kaya K
- Mineral mafik : biotit, hb
- embayment sangat jarang
Soda Riolit : kaya akan Na
Mineral mafik
: amfibol
Tekstur Kasar
Granodiorit
Tekstur :
- Hipidiomorfik granular
- Tekstur khusus “Granophirik”
- KF sering tumbuh bersama.
Mineralogi : - Plagioklas (andesin)
- Orthoklas
- Kuarsa > 10%
Adamelit
Tekstur :
- Hipidiomorfik granular
- Tekstur khusus Granofirik, Grafik
- Sering tampak Rapakivi (KF ditutupi oleh plagioklas asam).
- Pertit terbentuk akibat gejala unmixing/exolution.
Mineralogi : - Kuarsa > 10%
Biotit khas
28
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
Granit
Tekstur : - Hipidiomorfik granular, kadang porfiritik
- Khas : Granofirik, Grafik, rapakivi, mkirmekitik
Mineralogi : - Kuarsa > 10%
- Plagioklas asam (oligoklas, albit)
Granit alkali
- Mafik mineral : Hb coklat anhedral
- Mineral tambahan : Apatit, Zircon, dll
II.4.1.2 Batuan Beku Intermediet
29
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
Jenis batuan :
syenit
Berbutir Halus
Andesit
Tekstur : Porfiritik, pilotaxitic, vitroferik
Propilit : Andesit yang semua mineral mafiknya telah terubah menjadi mineral
sekunder, sehingga indeks warna menjadi lebih rendah. Perubahan tersebut
karena larutan hydrothermal (“Propilitisasi”).
Trachyandesit (Latite)
Tekstur : Porfiritik, trakhitik, pilotaksitik
30
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
Ponolit
Berbutir Kasar
Diorit
Monzonit
Syenit
Diorit
Tekstur : Equigranular, kadang – kadang Porfiritik
31
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
Monzonit
Peralihan antara syeit dan diorite
Komposisi : - KF = Plagioklas
Syenit
Indeks warna (cl) rendah
KF > 2/3 TF
Kuarsa < 10 %
Bila mengandung kuarsa > 10% disebut Nordmakite, tekstur grafik, mirmekitik
Dasar Teori
Kerabat Batuan Gabbro Alkali
Ciri – ciri umum : - Cl 40 – 70
- Kandungan SiO2 45 – 52 %
32
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
Macam – macam batuannya :
Macam – macam batuannya :
Basalt olivine
Diabas
Tholeitik basalt
Tekstur kasar
Gabbro
Norit
Eucrit
33
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
Anortosit
Olivine gabbro
Troctolit
Gabbro kuarsa
Macam – macam batuannya :
34
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
Kelompok batuan ini terbentuk pada suhu 1000-1200 o C, dan melimpah pada wilayah
dengan tatanan tektonik lempeng samudra, antara lain pada zona pemekaran lantai samudra
dan busur-busur kepulauan tua. Dicirikan oleh warnanya gelap hingga sangat gelap,
mengandung mineral mafik (olivin dan piroksen klino) lebih dari 2/3 bagian; batuan faneritik
(plutonik) berupa gabro dan batuan afanitik (intrusi dangkal atau ekstrusi) berupa basalt dan
basanit. Didasarkan atas tatanan tektoniknya, kelompok batuan ini ada yang berseri toleeit,
Kalk-alkalin maupun alkalin, namun yang paling umum dijumpai adalah seri batuan toleeit.
35
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
Gambar V.8. Klasifikasi batuan beku basa (mafik) dan ultra basa (ultra mafik; sumber
IUGS classification)
36
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
Gambar V.9. Klasifikasi batuan beku bertekstur kasar yang memiliki persentasi kuarsa,
alkali feldspar, plagioklas dan feldspathoid lebih dari 10% (sumber IUGS
classification)
Kelompok batuan ini menempati lebih dari 70% batuan beku yang tersingkap di
Indonesia, bahkan di dunia. Limpahan batuannya dapat dijumpai di sepanjang busur
vulkanisme, baik pada busur kepulauan masa kini, jaman Tersier maupun busur gunung api
yang lebih tua. Kelompok batuan ini juga dapat dikelompokkan sebagai batuan asal gunung
api. Batuan ini secara megaskopis dicirikan oleh tekstur halus (afanitik) dan banyak
mengandung gelas gunung api. Didasarkan atas kandungan mineralnya, kelompok batuan ini
dapat dikelompokkan lagi menjadi tiga tipe, yaitu kelompok dasit-riolit-riodasit, kelompok
andesit-trakiandesit dan kelompok fonolit (Gambar V.4).
37
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
Gambar V.10. Klasifikasi batuan beku intrusi dangkal dan ekstrusi didasarkan atas
kandungan kuarsa, feldspar, plagioklas dan feldspatoid (sumber IUGS
classification)
Tata nama tersebut bukan berarti ke empat unsur mineral harus menyusun suatu
batuan, dapat salah satunya saja atau dua mineral yang dapat hadir bersama-sama. Di
samping itu, ada jenis mineral asesori lain yang dapat hadir di dalamnya, seperti horenblende
(amfibol), piroksen ortho (enstatit, diopsid) dan biotit yang dapat hadir sebagai mineral
asesori dengan plagioklas dan feldspathoid.
Pada prinsipnya, feldspatoid adalah mineral feldspar yang terbentuk karena komposisi
magma kekurangan silika, sehingga tidak cukup untuk mengkristalkan kuarsa. Jadi, limpahan
feldspathoid berada di dalam batuan beku berafinitas intermediet hingga basa, berasosiasi
dengan biotit dan amfibol, atau biotit dan piroksen, dan membentuk batuan basanit dan trakit-
trakiandesit. Batuan yang mengandung plagioklas dalam jumlah yang besar, jarang atau sulit
hadir bersama-sama dengan mineral feldspar, seperti dalam batuan beku riolit.
38
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
39
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
Cara penentuan Jenis plagioklase yaitu dengan melihat jenis kembarannya, ada 3 metode
dalam penentuan plagioklase yaitu :
1.Metode Michel Levy : dengan kembaran Albit.Digunakan kurva :Michel Levy.
40
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
41
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
42
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
II.6 Petrogenesa
Petrogenesa batuan beku cukup didasarkan atas lokasi terjadinya pembekuan, batuan
beku dikelompokkan menjadi dua yaitu betuan beku intrusif dan batuan beku ekstrusif (lava).
Pembekuan batuan beku intrusif terjadi di dalam bumi sebagai batuan plutonik; sedangkan
batuan beku ekstrusif membeku di permukaan bumi berupa aliran lava, sebagai bagian dari
kegiatan gunung api. Batuan beku intrusif, antara lain berupa batholith, stock (korok), sill,
dike (gang) dan lakolith dan lapolith (Gambar V.1!). Karena pembekuannya di dalam, batuan
beku intrusif memiliki kecenderungan tersusun atas mineral-mineral yang tingkat
kristalisasinya lebih sempurna dibandingkan dengan batuan beku ekstrusi. Dengan demikian,
kebanyakan batuan beku intrusi dalam (plutonik), seperti intrusi batolith, bertekstur fanerik,
sehingga tidak membutuhkan pengamatan mikroskopis lagi. Batuan beku hasil intrusi
dangkal seperti korok gunung api (stock), gang (dike), sill, lakolith dan lapolith umumnya
memiliki tekstur halus karena sangat dekat dengan permukaan.
Gambar V.11. Macam-macam morfometri intrusi batuan beku, yaitu batholith, stock, sill dan dike
43
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
BAB III
PETROGRAFI BATUAN PIROKLASTIKA
Didasarkan atas komposisi materialnya, endapan piroklastika terdiri dari tefra (pumis
dan abu gunung api, skoria, Pele's tears dan Pele's hair , bom dan blok gunung api,
accretionary lapilli, breksi vulkanik dan fragmen litik), endapan jatuhan piroklastika,
endapan aliran piroklastika, tuf terelaskan dan endapan seruakan piroklastika. Aliran
piroklastika merupakan debris terdispersi dengan komponen utama gas dan material padat
berkonsentrasi partikel tinggi.
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
45
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
bergelombang hingga planar. Yang khas dari endapan ini adalah struktur silang siur, melensa
dan bersudut kecil. Endapan surge umumnya kaya akan keratan batuan dan kristal.
III.4 Tekstur
Menurut Pettijohn (1975), endapan gunung api fragmental bertekstur halus dapat
dikelompokkan dalam tiga kelas yaitu vitric tuff, lithic tuff dan chrystal tuff. Menurut Fisher
(1966), endapan gunung api fragmental tersebut dapat dikelompokkan ke dalam lima kelas
didasarkan atas ukuran dan bentuk butir batuan penyusunnya. Gambar VI.1 adalah klasifikasi
batuan vulkanik menurut keduanya.
Gambar VI.1. Klasifikasi batuan gunung api fragmental berdasarkan tekstur menurut
Pettijohn (1975; kiri) dan Fisher (1966; kanan)
III.5 Klasifikasi
1) Tuf: merupakan material gunung api yang dihasilkan dari letusan eksplosif, selanjutnya
terkonsolidasi dan mengalami pembatuan. Tuf dapat tersusun atas fragmen litik, gelas
shards, dan atau hancuran mineral sehingga membentuk tekstur piroklastika
46
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
plagioklas
plagioklas
Litik Litik
teralterasi teralterasi
Gambar VI.2. Batuan tuf gunung api dalam sayatan tipis (kiri: nikol silang dan kanan: nikol
sejajar). Dalam sayatan menunjukkan adanya fragmen litik dan kristal dengan
sifat kembaran pada hancuran plagioklas, dan klastik litik teralterasi
berukuran halus.
2) Lapili: adalah batuan gunung api (vulkanik) yang memiliki ukuran butir antara 2-64 mm;
biasanya dihasilkan dari letusan eksplosif (letusan kaldera) berasosiasi dengan tuf gunung
api. Lapili tersebut kalau telah mengalami konsolidasi dan pembatuan disebut dengan
batu lapili. Komposisi batu lapili terdiri atas fragmen pumis dan (kadang-kadang) litik
yang tertanam dalam massa dasar gelas atau tuf gunung api atau kristal mineral. Gambar
VI.3 adalah batu lapili yang tersusun atas fragmen pumis dan kuarsa yang tertanam dalam
massa dasar tuf.
47
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
Gambar VI.3. Breksi pumis (batu lapili) yang hadir bersama dengan kristal kuarsa dan
tertanam dalam massa dasar tuf halus..
3) Batuan gunung api tak-terelaskan (non-welded ignimbrite): Glass shards, dihasilkan dari
fragmentasi dinding gelembung gelas (vitric bubble) dalam rongga-rongga pumis.
Material ini nampak seperti cabang-cabang slender yang berbentuk platy hingga cuspate,
kebanyakan dari gelas ini menunjukkan tekstur simpang tiga (triple junctions) yang
menandai sebagai dinding-dinding gelembung gas. Dalam beberapa kasus, walaupun
gelembung gas tersebut tidak terelaskan, namun dapat tersimpan dengan baik di dalam
batuan (Gambar VI.4).
Gambar VI.4. Tuf tak-terelaskan dari letusan Gunung Krakatau tahun 1883 dengan glass
shards yang sedikit terkompaksi.
Gambar VI.5. Tuf Rattlesnake, berasal dari Oregon pusat, menampakkan shards yang sedikit
memipih dan gelembung gelas yang telah hancur membentuk garis-garis oval.
48
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
4) Batuan gunung api yang terelaskan (welded ignimbrite): yaitu gelas shards dan pumis
yang mengalami kompaksi dan pengelasan saat lontaran balistik hingga pengendapannya.
Biasanya pumis dan gelas tersebut mengalami deformasi akibat jatuh bebas, yang secara
petrografi dapat terlihat dengan: (1) bentuk Y pada shards dan rongga-rongga bekas
gelembung-gelembung gas / gelas, arah jatuhnya pada bagian bawah Y, (2) arah sumbu
memanjang kristal dan fragmen litik, (3) lipatan shards di sekitar fragmen litik dan
kristal, dan (4) jatuhnya fragmen pumis yang memipih ke dalam massa gelasan lenticular
yang disebut fiamme (Gambar VI.6.c). Derajad pengelasan dalam batuan gunung api
dapat diketahui dari warnanya yang kemerahan akibat proses oksidasi Fe. Pada kondisi
pengelasan tingkat lanjut, massa yang terelaskan hampir mirip dengan obsidian. Batuan
ini sering berasosiasi dengan shards memipih yang mengelilingi fragmen litik dan kristal.
a. b. c.
Gambar VI.6. a. Tuf terelaskan dari Idaho, b. Tuf terelaskan dari Valles, Mexiko utara, c.
tuf terelaskan dengan cetakan-cetakan fragmen kristal.
49
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
LAMPIRAN
ACARA PENGENALAN
PETROGRAFI
BATUAN BEKU
50
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
BAB IV
PETROGRAFI BATUAN SEDIMEN
IV.2 Tekstur
Tekstur batuan sedimen merefleksikan sejarah pembentukannya.Tekstur batuan sedimen
terdiri dari Klastik (merupakan tekstur hasil transportasi) dan Non klastik (tekstur yang
dihasilkan tidak dari proses transportasi : kalsitifikasi, evaporit, biokimia, dan proses
alami lainnya),Tekstur batuan sedimen terdiri dari :
51
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
Gambar: Empat kelas bentuk butir berdasarkan perbandingan diameter panjang (l),
menengah (i) dan pendek (s) menurut T. Zingg. Kelas A = oblate (tabular atau bentuk
disk); B = equant (kubus atau bulat); C = bladed dan D = prolate (bentuk rod).
b. Kebundaran
Berdasarkan kebundaran atau keruncingan dari butir sedimen maka kategori kebundaran
ditunjukan dalam enam tingkat, yaitu :
Gambar: kategori kebundaran dan keruncingan butiran sedimen (Pettijohn, dkk., 1987).
52
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
1. Kemas tertutup, bila butiran fragmen di dalam batuan sedimen saling bersentuhan atau
bersinggungan atau berhimpitan, satu sama lain ( grain/clast supported ). Apabila ukuran
butir fragmen ada dua macam (besar dan kecil), maka disebut bimodal clast supported .
Tetapi bila ukuran butir fragmen ada tiga macam atau lebih maka disebut polymodal clast
supported .
2. Kemas terbuka, bila butiran fragmen tidak saling bersentuhan, karena di antaranya
terdapat material yang lebih halus yang disebut matrik (matrix supported ).
Gambar : memperlihatkan kemas di dalam batuan sedimen, meliputi bentuk
pengepakan ( packing ), hubungan antar butir/fragmen (contacts), orientasi butir atau arah-arah
memanjang (penjajaran) butir, dan hubungan antara butir fragmen dan matriks.
53
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
Gambar 3.4 Batuan sedimen berkemas butir: paking, kontak dan orientasi butir
serta hubungan antara butir matrik.
e. Pemilahan
Pemilahan adalah keseragaman dari ukuran butir penyusun batuan sediment,
artinya bila semakin seragam ukurannya dan besar butirnya juga seragam maka
pemilahan semakin baik.
1. Pemilahan baik, bila ukuran butir dalam batuan sedimen tersebut seragam.
Hal ini biasanya terjadi pada batuan sedimen dengan kemas tertutup
2. Pemilahan sedang, bila ukuran butir didalan batuan sedimen ada yang
seragam dan ada yang tidak seragam.
3. Pemilahan buruk, bila ukuran butir didalam batuan sedimen sangat seragam,
dari halus hingga kasar. Hal ini biasanya terdapat dalam batuan sedimen
dengan kemas terbuka.
54
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
f. Porositas
Porositas adalah tingkatan banyaknya lubang dalam atau pori didalam batuan. Batuan
dikatakan mempunyai porositas yang tinggi apabila dijumpai pori. Sedangkan batuan
dikatakan berporositas rendah apabila kenampakannya kompak atau tersementasi dengan
baik sehingga tidak ada pori.
g. Permeabilitas
Tingkat kemampuan suatu batuan untuk meluluskan air yang terdiri dari batuan yang
permeabel yaitu batuan yang dapat meloloskan air dan batuan impermiabel yaitu batuan
yang tidak dapat meloloskan air lewat porinya.
Mineral-mineral yang biasanya menyusun batuan sediment berupa mineral tek stabil
(olivine, piroksen, hornblende, biotit, dan feldspar) dan mineral stabil (albit, ortoklas,
mikroklin, muscovite, dan kuarsa).
Mineral Alogenik
Mineral ini dimulai dari mineral yang paling tidak stabil yaitu olivine, piroksen,
plagioklas Ca (An 50 – 100), hornblende, andesine – oligoklas, sfene, epidot, andalusit,
staurolit, kianit, megnetit, ilmenit, garnet, dan spinel.
Mineral Autigenik
Mineral stabil dalam kondisi diagenesa dan tidak stabil dalam proses pengendapan,
yaitu : gypsum, karbonat, apatit, glaukonit, pirit, zeolit (terutama yang kaya akan Ca),
klorit, ortoklas, mikroklin.
Mineral stabil dalam siklus sedimentasi baik mineral alogenik maupun produk autigenik
seperti : mineral lempung, kuarsa, rijang, muskovit, tourmaline, sirkon, rutil, brokit,
anatase.
IV.4 Struktur
Struktur sedimen merupakan suatu kelainan Dari perlapisan normal dari batuan
sedimen sebagai akibat dari proses pengendapan dan kondisi energi pembentukannya.
Pembentukannya dapat tejadi pada waktu pengendapan ataupun segera setelah proses
pengendapan.Pembelajaran struktur sedimen akan sangat baik dilakukan di lapangan
(Pettijohn, 1975). Pada batuan sedimen, struktur dapat dikelompokkan
55
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
batas tegas atau gradual, batas selaras atau tidak selaras: lipatan dan struktur).
Struktur intemal: tercermin pada batuan sedimen itu sendiri. (contoh: "clastic
dike” yaitu terjadi karena adanya tekan hidrostiatika yang kuat sehingga
materlal seperti diinjeksikan).
b. Karena proses kimia dan organisme
Contoh: Corrosion zone, concreations, stilolites, cone in cone, crystal mold and cast
seins and dike.
IV.5 Klasifikasi
Berdasarkan proses dominan yang mempengaruhi: Sedimen Klastika terrigen
(silisiklastika atau epiklastika); Sedimen biogen, biokimia dan organik; Sedimen
kimiawi dan Sedimen volkaniklastika.
56
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
57
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
V.5.2.Klasifikasi Batupasir
Bahan penyusun utama batu pasir:
• Kuarsa/silika (kuarsa, opal & kalsedon)
• Felspar (K-felspar & plagioklas)
• Fragmen batuan
58
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
Gambar 5.2 Klasifikasi batupasir (modifikasi dari Dott, 1964 dalam WTG
1982.Komponentiga mineral dari pasir : Q kuarsa, F feldsapr, dan L lithik.
59
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
60
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
• Arkose : jenis batupasir felspar yang banyak juga mengandung kuarsa (Gbr. 7-7, hal.
214, Pettijohn, 1975).
• Batupasir subgraywacke = lithic arenit, yaitu batupasir dengan matriks < 15 %, dan
proporsi butiran lithik sebanding dengan felspar, yaitu 25 %.
• Quartz arenit = batupasir kuarsa, yaitu batupasir dengan penyusun utama mineral
kursa.
• Calcarenaceous sandstone: batupasir yang tersusun oleh detrital kuarsa dan karbonat
(dalam bentuk pecahan cangkang atau oolit).
• Calclithites: batupasir dimana komponen litik berasal dari rombakan batuan karbonat.
• Ilacolumite: Batupasir banyak mengandung sekis (Fig. 7-32, hal. 247, Pettijohn,
1975).
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
Gambar : Tekstur batugamping menurut Dunham (1962 dalam Tucker & Wright, 1990)
Gambar :Klasifikasi batugamping berdasar kedewasaan tekstur (Folk,1959 dalam Tucker &
Wright, 1990)
62
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
Gambar : Klasifikasi Batugamping modifikasi dari Dunham dalam Tucker & Wright, 1962
oleh C.G.St.C Kendal 2005)
Gambar : Klasifikasi dan penamaan batugamping (Dunham, Folk, Grabau dalam WTG
1982).
63
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
Gambar : Klasifikasi Batugamping modifikasi dari Folk 1959 dalam Tucker & Wright, 1962
oleh (C.G.St.C Kendal 2005)
Gambar : Klasifikasi Tekstur Batugamping terumbu oleh Embry & Klovan (1971) dan James
(1984).
64
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
Gambar : Klasifikasi Lempung karbonat ~ batugamping oleh Barth, Correns dan Eskola
1939.
VI.Provance
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk oleh konsolidasi sedimen, sebagai
material lepas, yang terangkut ke lokasi pengendapan oleh air, angin, es dan longsoran
gravitasi, gerakan tanah atau tanah longsor. Batuan sedimen juga dapat terbentuk oleh
penguapan larutan kalsium karbonat, silika, garam dan material lain.
Batuan sedimen klastika (detritus, mekanik, eksogenik) adalah batuan sedimen yang
terbentuk sebagai hasil pengerjaan kembali (reworking ) terhadap batuan yang sudah ada.
Proses pengerjaan kembali itu meliputi pelapukan, erosi, transportasi dan kemudian
redeposisi (pengendapan kembali). Sebagai media proses tersebut adalah air, angin, es atau
efek gravitasi (beratnya sendiri). Media yang terakhir itu sebagai akibat longsoran batuan
yang telah ada. Kelompok batuan ini bersifat fragmental, atau terdiri dari butiran/pecahan
batuan (klastika) sehingga bertekstur klastika.
Batuan sedimen non-klastika adalah batuan sedimen yang terbentuk sebagai hasil
penguapan suatu larutan, atau pengendapan material di tempat itu juga (insitu). Proses
pembentukan batuan sedimen kelompok ini dapat secara kimiawi, biologi /organik, dan
65
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
kombinasi di antara keduanya (biokimia). Secara kimia, endapan terbentuk sebagai hasil
reaksi kimia, misalnya CaO + CO 2 CaCO3. Secara organik adalah pembentukan sedimen
oleh aktivitas binatang atau tumbuh-tumbuhan, sebagai contoh pembentukan rumah
binatang laut (karang), terkumpulnya cangkang binatang (fosil), atau terkuburnya kayu-
kayuan sebagai akibat penurunan daratan menjadi laut.
Sanders (1981) dan Tucker (1991), membagi batuan sedimen menjadi :
1. Batuan sedimen detritus (klastika)
2. Batuan sedimen kimia
3. Batuan sedimen organik, dan
4. Batuan sedimen klastika gunungapi.
Batuan sedimen jenis ke empat itu adalah batuan sedimen bertekstur klastika dengan
bahan penyusun utamanya berasal dari hasil kegiatan gunungapi.
66
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
LAMPIRAN
ACARA PENGENALAN
PETROGRAFI
BATUAN SEDIMEN
67
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
BAB V
PETROGRAFI BATUAN METAMORF
V.2 Metamorfisme
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
Metamorfisme Kontak
Terjadi pada batuan terpanasi leh intrusi magma yang besar. Pancaran panas tersebut
akan semakin menurun bila semakin jauh dari tubuh intrusinya.
Metamorfisme Kataklastik
Terbatas pada sekitar sesar, dengan penghancuran mekanik dan tekanan shear
menyebabkan perubahan fabric batuan. Batuan hasil kataklastik seperti breksi sesar, milonit,
filonit, dinamai berkaitan dengan ukuran butirnya.
Sering dikaitkan dengan jalur orogenesa, berlangsung berkaitan dengan gerak – gerak
penekanan. Hal ini dibuktikan dengan struktur siskositas.
Metamorfisme ini tidak berkaitan dengan orogenesa atau intrusi magma. Suatu
sediment pada cekungan yang dalam akan terbebani material diatasnya. Suhunya hingga pada
kedalaman yang besar yang berkisar antara 4000C – 4500C.
5
2 2
1 0
Diagenesis
1 5
tipe A
4 4
2 0
Anatexis
tipe B 6
6
2 5
Kondisi P & T
3 0
8 tak diketahui 8
tipe C
3 5
km
10
Gambar Diagram skematik yang memperlihatkan hubungan antara T & P untuk jenis-jenis
metamorfosa yang berbeda (Winkler, 1967).
69
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
V.3 Tekstur
V.3.1 Tekstur Secara Petrografi
1. Bentuk
- Idioblastik, merupakan suatu Kristal asal metamorfisme yang dibatasi oleh
muka Kristal itu sendiri
- Xenoblastik, merupakan suatu Kristal asal metamorfisme yang dibatasi bukan
oleh muka kristalnya sendiri, ini ekivalen dan anhedral.
2. Orientasi
a. Orientasi yang tidak kuat
Batuan equigranuler yaitu batuan dengan butiran – butiran mineral yang hampir
sama ukurannya.
- Tekstur mosaik : kristalnya eqiudimensional, pada umumnya berbentuk polygonal
dengan batas – batas Kristal lurus atau melengkung.
- Tekstur suture : kristalnya equidimensional atau lentikuler, mempunyai batas –
batas tak teratur, banyak diantaranya saling menembus terhadap butir – butir
disampingnya. Jika batuan xenoblastik sangat interlocking disebut suture.
- Tekstur mylenitik : suatu penghancuran mekanik, berbutir amat halus tanpa
rekristalisasi mineral – mineral primer dan beberapa batuannya memperlihatkan
kenampakan berarah sebagai lapisan – lapisan tipis material terhancurkan dapat
terlitifikasi oleh proses sementasi larutan hidrotermal.
- Tekstur hornfelsik : suatu jenis yang berkembang dalam batuan sedimen pelitik
oleh metamorfisme termal. Shale dan batuan karbonat berubah secara luas tetapi
70
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
71
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
- Tekstur poikiloblastik : istilah lain dari tekstur saringan ”sieve” yang dicirakan
oleh porfiroblast – porfiroblast yang mengandung sejumlah butiran – butiran yang
lebih kecil (inklusi).
72
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
Gambar Tekstur batuan metamorf oleh Spry (1969) dalam Graha 1987.
Atau juga menunjukkan batuan asalnya misal awalan “meta” untuk mem berikan
nama suatu batuan metamorfisem apabila masih dapat dikenali sifat dari batuan asalnya
contoh : metasedimen, metaklastik, metagraywacke, metavolkanik,dan lain- lain.Jika
batuan masih terlihat tekstur sisa maka tekstur diakhiri akhiran “Blasto” misal blasto
porfiritik, dan memakai akhiran”blastik” apabila ataun asal maupan sisa bataun sudah
73
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
tidak kelihatan lagi karena telah mengalami proses rekristalisasi contoh “Granolobastik”
dan lain lain.
V.4 Struktur
Struktur dalam batuan metamorf adalah kenampakan pada batuan yang tediri
dari bentuk, ukuran dan orientasi kesatuan banyak butir mineral. Secara umum dapat
dibedakan menjadi : struktur foliasi dan struktur non foliasi.
74
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
Gambar : Sayatan tipis batuan metamorf yang memperlihatkan struktur foliasi (penjajaran
mineral pipih) pada kuarsit
75
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
d. Struktur Pilonitik : struktur yang memperlihatkan liniasi dari belahan permukaan yang
berbentuk paralel dan butiran mineralnya lebih kasar dibanding struktur milonitik, malah
mendekati tipe struktur filit.
e. Struktur Flaser : sama struktur kataklastik, namun struktur batuan asal berbentuk lensa
yang tertanam pada masa dasar milonit.
f. Struktur Augen: sama struktur flaser, hanya lensa-lensanya terdiri dari butir-butir felspar
dalam masa dasar yang lebih halus.
g. Struktur Granulose: sama dengan hornfelsik, hanya butirannya mempunyai ukuran
beragam.
h. Struktur Liniasi: struktur yang memperlihatkan adanya mineral yang berbentuk jarus atau
fibrous.
Gambar : Sayatan Tipis batuan metamorf yang memperlihatkan non foliasi pada Gneiss.
V.5 Klasifikasi
76
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
Amphibolit : Batuan yang berbutir sedang sampai kasar komposisi utamanya adalah
ampibol (biasanya hornblende) dan plagioklas.
Eclogit : Batuan yang berbutir sedang komposisi utama adalah piroksin klino
ompasit tanpa plagioklas felspar (sodium dan diopsit kaya alumina) dan garnet kaya
pyrop. Eclogit mempunyai komposisi kimia seperti basal, tetapi mengandung fase
yang lebih berat. Beberapa eclogit berasal dari batuan beku.
Granulit : Batuan yang berbutir merata terdiri dari mineral (terutama kuarsa, felspar,
sedikit garnet dan piroksin) mempunyai tekstur granoblastik. Perkembangan struktur
gnessiknya lemah mungkin terdiri dari lensa-lensa datar kuarsa dan/atau felspar.
Hornfels: Berbutir halus, batuan metamorfisme thermal terdiri dari butiran-butiran
yang equidimensional dalam orientasi acak. Beberapa porphiroblast atau sisa fenokris
mungkin ada. Butiran-butiran kasar yang sama disebut granofels.
Milonit : Cerat berbutir halus atau kumpulan batuan yang dihasilkan oleh pembutiran
atau aliran dari batuan yang lebih kasar. Batuan mungkin menjadi protomilonit,
milonit, atau ultramilomit, tergantung atas jumlah dari fragmen yang tersisa.
Bilamana batuan mempunyai skistosity dengan kilap permukaan sutera, rekristralisasi
mika, batuannya disebut philonit .
Serpentinit : Batuan yang hampir seluruhnya terdiri dari mineral-mineral dari
kelompok serpentin. Mineral asesori meliputi klorit, talk, dan karbonat. Serpentinit
dihasilkan dari alterasi mineral silikat feromagnesium yang terlebih dahulu ada,
seperti olivin dan piroksen.
Skarn: Marmer yang tidak bersih/kotor yang mengandung kristal dari mineral kapur-
silikat seperti garnet, epidot, dan sebagainya. Skarn terjadi karena perubahan
komposisi batuan penutup (country rock ) pada kontak batuan beku.
77
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
78
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
V.6 Petrogenesa
Metamorfisme terbentuk pada temperature dan tekanan minimal lebih dari 200 0 C dan
lebih dari 300 Mpa.Metamorfisme adalah proses perubahan struktur dan mineralogy batuan
yang berlangsung pada fase padatan, sebagai tanggapan atas kondisi kimia dan fisika yang
berbeda dari kondisi batuan tesebut sebelumnya. Metamorfosa tidak temasuk pada proses
pelapukan dan diagenesa. Wilayah proses berada antara suasana akhir proses diagenesa dan
permulaan proses peleburan batuan menjadi tubuh magma.
79
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
80
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
LAMPIRAN
ACARA PENGENALAN
PETROGRAFI
BATUAN METAMORF
81
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Dari hasil analisa optic pada saat praktikum petrografi, kita dapat mengklasifikasikan,
memerikan dan mengelompokan batuan serta mineral-mineralnya.
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk sesuai dengan pemadatan dari bahan
endapan lepas atau penguapan kimia dari suatu larutan pada atau dekat permukaan bumi,
suatu batuan aorganik yang terdiri dari sisa – sisa tetumbuhan dan hewan yang sudah mati.
Material pembentukan batuan sedimen terjadi karena ketidakstabilan secara kimia maupun
secara fisika dari pembentukan batuan beku maupun batuan metamorf terhadap kondisi
atmosfer. Keseimbangan yang baru ini akan membentuk material baru ataupun material
rombakan sebagai material pembentuk batuan sedimen.
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
merupakan proses isokimia (tidak terjadi penambahan unsur-unsur kimia pada batuan), yang
disebabkan oleh perubahan suhu, tekanan danfluida, atau variasi dari ketiga faktor
tersebut.Secara umum terdapat tiga macamtipe metamorfosa yaitu :
1.Metamorfosa termal, yang disebabkan oleh adanya kenaikan suhu akibat terobosan magma
atau lava. Proses yang terjadi adalah rekristalisasidan reaksi antara mineral dan larutan
magmatik serta penggantian dan penambahan mineral.
2.Metamorfosa regional, terjadi pada daerah yang luas akibat pembentukan
pegunungan.Perubahan terutama disebabkan dominan oleh tekanan.
3.Metamorfosa dinamik, yang terjadi pada daerah yang mengalami dislokasiatau deformasi
intensif akibat patahan. Proses yang terjadi adalahperubahan mekanis pada batuan, tidak terjadi
rekristalisasi kecuali padatingkat lonitik
83
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
DAFTAR PUSTAKA
84
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
Wilson M., 1989. “Igneous Petrogenesis”, First edition, Unwin Hynman Ltd.,
London, 165 pp
Alan Spry, 1969, “Metamorphic Textures”, Pergamon Press Ltd, Great Britain, 350
pp.
Winkler H.G.F., 1967, “Petrogenesis of Metamorphic Rocks”, second edition,
Springer-Verlag, New York Inc., New York, 237 pp.
Yardley B.W.D., 1989, “An Introduction to Metamorphic Petrology”, first edition,
John Wiley and Sons Inc., 248 pp
http://www.earth.ox.ac.uk/~oesis/micro/index.html
http://www.nps.gov/.
http://hyperphysics.phy-astr.gsu.edu/
http://www.tulane.edu/
Muhammad Febryan Nugroho blog
Putra Pamungkas blog
BloggerNationalinks.com
DESA KERTAHAYU Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger
Template
Blog terlantar,October 4, 2006
file:
20SEDIMEN/PETROGRAFI/TINJAUAN%20UMUM%20BATUAN%20KARBON
AT%20«%20Blog%20terlantar.htm
Fauzan Blog
Geology%20«%20JURUSAN%20TAMBANG%20UNDANA.htm
Blog WordPress.com.
www.senyawa. /batuan-beku-plutonik.html
- http: G:/Balai Informasi dan Konservasi Kebumian – LIPI » Batuan Beku.htm
- www.google.co.id
- www.wikipedia.com
- www.tripod.com/batuan
www.wordpress/file:///G:/Kuliah%20%C2%AB%20JURUSAN%20TAMBANG%20
UNDANA.html
www.wordpress/file:///G:/Piroksenit%20%C2%AB%20Kepulauan%20Indonesia.html
85
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
- www.senyawa/file:///G:/ganesa-batuan-beku-asam-plutonik.html
- Nana site file:///G:/tekstur%20bat%20beku.htm
GAMBAR :
www.google.co.id/gambar
- www.wikipedia.com
- www.tripod.com/batuan
www.wordpress/file:///G:/Kuliah%20%C2%AB%20JURUSAN%20TAMBANG%20
UNDANA.html
www.wordpress/file:///G:/Piroksenit%20%C2%AB%20Kepulauan%20Indonesia.html
- www.senyawa/file:///G:/ganesa-batuan-beku-asam-plutonik.html
86
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI
87
Susilo teguh H
410011089 PETROGARAFI