b. Objektif
1) Tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/makan/ke toilet/berhias secara
2) mandiri
3) Minat melakukan perawatan diri kurang.
3. Rentang respons:
Menurut Damaiyanti (2014), rentang respon defisit perawatan diri diantaranya
yaitu sebagai berikut:
a. Perawatan diri seimbang : saat klien mendapatkan stresor dan mampu untuk
berprilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien masih
melakukan perawatan diri.
b. Kadang perawatan diri kadang tidak: saat klien mendapatkan stresor kadang – kadang
klien tidak memperhatikan perawatan dirinya.
c. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli dan tidak bisa
melakukan perawatan saat stressor.
4. Factor predisposisi:
Menurut Damaiyanti (2014), penyebab kurang perawatan diri diantaranya adalah
sebagai berikut:
a. Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
b. perkembangan inisiatif terganggu.
c. Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
d. perawatan diri.
e. Kemampuan realitas turun Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan
f. realitas yang kurang menyebabkan ketidak pedulian dirinya dan lingkungan
g. termasuk perawatan diri.
h. Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
i. lingkungan.Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam
j. perawatan diri.
5. Factor presipitasi:
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami
individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
6. Sumber koping:
Keliat (2019), menjelaskan gangguan jiwa adalah penyakit menakutkan dan
sangat menjengkelkan yang membutuhkan penyesuaian oleh pasien dan keluarga.
Sumber daya keluarga, seperti pemahaman orang tua tentang penyakit, ketersediaan
keuangan, ketersediaan waktu dan tenaga, dan kemampuan untuk memberikan dukungan
yang berkelanjutan, memengaruhi jalan nya penyesuaian setelah gangguan jiwa terjadi.
Proses penyesuaian setelah gangguan jiwa terjadi terdiri dari 4 tahap dan dapat
berlangsung mungkin selama 3 sampai 6 tahun:
a. Disonansi kognitif Disonansi kognitif melibatkan pencapaian keberhasilan
farmakologi untuk menurunkan gejala dan menstabilkan gangguan jiwa aktif dengan
memilih kenyataan dari ketidaknyataan setelah episode pertama.
d. Bergerak menuju prestasi kerja atau tujuan pendidikan Tahap ini termasuk
kemampuan untuk secara konsisten terlibat dalam kegiatan harian yang sesuai
dengan usia hidup yang merefleksikan tujuan sebelum gangguan jiwa.
7. Mekanisme koping:
Menurut Damaniyanti (2014), mekanisme koping berdasarkan pengolongan dibagi
menjadi 2 yaitu :
8. Pohon masalah
Objektif:
a. Tidak mampu mandi/mengenakan
pakaian/makan/ke toilet/berhias secara
mandiri
b. Minat melakukan perawatan diri kurang.
Terapeutik
1.4) Sediakan lingkungan yang terapeutik (mis. Suasana hangat, rileks, privasi)
1.5) Siapkan keperluan pribadi (mis: parfum, sikat gigi, dan sabun mandi)
1.6) Damping dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri
1.7) Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan
1.8) Fasilitasi kemandirian bantu jika tidak mampu melakukan perawatan diri
1.9) Jadwalkan rutinitas perawatan diri
Edukasi
1.10) Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai kemampuan
Daftar Pustaka
Damaiyanti & Iskandar. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama
Keliat, B.A, & Akemat. 2019. Model Praktik Profesional Keperawatan Jiwa. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.