Anda di halaman 1dari 5

A.

Masalah keperawatan utama:


Defisit perawatan diri

B. Proses terjadinya masalah:


1. Pengertian:
Defisit perawatan diri pada klien gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan
proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun.
Defisit perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan
secara mandiri, berhias secara mandiri, dan toileting (BAB/BAK) secara mandiri (Keliat,
2019).
Defisit perawatan diri merupakan ketidakmampuan klien dalam melakukan atau
menyelesaikan aktivitas perawatan diri (SDKI, 2016).

2. Tanda dan gejala:


Menurut buku SDKI (2016;240) ada beberapa tanda dan gejala yaitu:
a. Subjektif
1) Menolak melakukan perawatan diri

b. Objektif
1) Tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/makan/ke toilet/berhias secara
2) mandiri
3) Minat melakukan perawatan diri kurang.

3. Rentang respons:
Menurut Damaiyanti (2014), rentang respon defisit perawatan diri diantaranya
yaitu sebagai berikut:

a. Perawatan diri seimbang : saat klien mendapatkan stresor dan mampu untuk
berprilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien masih
melakukan perawatan diri.

b. Kadang perawatan diri kadang tidak: saat klien mendapatkan stresor kadang – kadang
klien tidak memperhatikan perawatan dirinya.

c. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli dan tidak bisa
melakukan perawatan saat stressor.
4. Factor predisposisi:
Menurut Damaiyanti (2014), penyebab kurang perawatan diri diantaranya adalah
sebagai berikut:
a. Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
b. perkembangan inisiatif terganggu.
c. Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
d. perawatan diri.
e. Kemampuan realitas turun Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan
f. realitas yang kurang menyebabkan ketidak pedulian dirinya dan lingkungan
g. termasuk perawatan diri.
h. Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
i. lingkungan.Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam
j. perawatan diri.

5. Factor presipitasi:
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami
individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.

6. Sumber koping:
Keliat (2019), menjelaskan gangguan jiwa adalah penyakit menakutkan dan
sangat menjengkelkan yang membutuhkan penyesuaian oleh pasien dan keluarga.
Sumber daya keluarga, seperti pemahaman orang tua tentang penyakit, ketersediaan
keuangan, ketersediaan waktu dan tenaga, dan kemampuan untuk memberikan dukungan
yang berkelanjutan, memengaruhi jalan nya penyesuaian setelah gangguan jiwa terjadi.
Proses penyesuaian setelah gangguan jiwa terjadi terdiri dari 4 tahap dan dapat
berlangsung mungkin selama 3 sampai 6 tahun:
a. Disonansi kognitif Disonansi kognitif melibatkan pencapaian keberhasilan
farmakologi untuk menurunkan gejala dan menstabilkan gangguan jiwa aktif dengan
memilih kenyataan dari ketidaknyataan setelah episode pertama.

b. Pencapaian wawasan Permulaan wawasan terjadi dengan kemampuan melakukan


pemeriksaan terhadap kenyataan yang dapat dipercaya.

c. Kognitif yang konstan Kogniktif konstan termasuk melanjutkan hubungan


interpersonal yang normal dan kembali terlibat dalam kegiatan yang sesuai dengan
usia yang berkaitan dengan sekolah dan bekerja.

d. Bergerak menuju prestasi kerja atau tujuan pendidikan Tahap ini termasuk
kemampuan untuk secara konsisten terlibat dalam kegiatan harian yang sesuai
dengan usia hidup yang merefleksikan tujuan sebelum gangguan jiwa.
7. Mekanisme koping:
Menurut Damaniyanti (2014), mekanisme koping berdasarkan pengolongan dibagi
menjadi 2 yaitu :

a. Mekanisme koping adaptif : mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi


pertumbuhan belajar dan mencapai tujuan. Kategori ini adalah klien bisa memenuhi
kebutuhan perawatan diri secara mandiri.

b. Mekanisme koping maladptif : mekanisme koping yang menghambat fungsi


integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai
lingkungan. Kategorinya adalah tidak mau merawat diri.

8. Pohon masalah

(Sumber: Damayanti, 2014)

9. Masalah keperawatan yang mungkin muncul:


Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (2017), rumusan diagnose
defisit perawatan diri yaitu:
Defisit Perawatan Diri

10. Data yang perlu dikaji


Masalah keperawatan Data yang perlu dikaji
Defisit perawatan diri Subjektif:
a. Menolak melakukan perawatan diri

Objektif:
a. Tidak mampu mandi/mengenakan
pakaian/makan/ke toilet/berhias secara
mandiri
b. Minat melakukan perawatan diri kurang.

11. Diagnosa keperawatan yang muncul


Defisit peraatan diri

12. Rencana tindakan keperawatan


a. Diagnosa: Defisit perawatan diri
b. Tujuan dan Kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perawatan diri meningkat,
dengan kriteria hasil:
1) Kemampuan mandi meningkat
2) Kemampuan mengenakan pakaian meningkat
3) Kemampuan makan meningkat
4) Kemampuan ke toilet (BAB/BAK) meningkat
5) Verbalisasi keinginan melakukan perawatan diri meningkat
6) Minat melakukan perawatan diri meningkat
7) Mempertahankan kebersihan diri meningkat
8) Mempertahankan kebersihan mulut meningkat

c. Intervensi: Dukungan perawatan diri


Observasi :
1.1) Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia
1.2) Monitor tingkat kemandirian
1.3) Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian, berhias, dan
makan.

Terapeutik
1.4) Sediakan lingkungan yang terapeutik (mis. Suasana hangat, rileks, privasi)
1.5) Siapkan keperluan pribadi (mis: parfum, sikat gigi, dan sabun mandi)
1.6) Damping dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri
1.7) Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan
1.8) Fasilitasi kemandirian bantu jika tidak mampu melakukan perawatan diri
1.9) Jadwalkan rutinitas perawatan diri

Edukasi
1.10) Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai kemampuan
Daftar Pustaka

Damaiyanti & Iskandar. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama
Keliat, B.A, & Akemat. 2019. Model Praktik Profesional Keperawatan Jiwa. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

PPNI(2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:Definisi dan Tiindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI(2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. 2016. Standar Diangnosis Keperawatan Indonesia; Defiinisi dan Indikator
Diangnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai