Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fenomena kritik melalui sebuah lukisan yang disebut mural, sedang marak
bermunculan di Indonesia. Tepatnya pada Agustus lalu, yang diawali dengan
mural mirip Presiden Joko Widodo. Dengan demikian, hal ini menjadi topik
dalam komunikasi yang banyak diperbincangkan.

Tabel 1.1

Topik Mural dalam Twitter (Periode 11-14 Agustus 2021)

User Post Made Talks Likes


(Pengguna (Unggahan (Terdiri atas (Tanda Suka)
Twitter yang Orisinal) Cuitan dan
Terlibat) Balasan)

78.757 retweet
626.792 user 6.600 post made 548.035 likes
dan reply

(Sumber: Socindex dan diolah oleh Penulis)

Komunikasi memang tidak dapat dihindari. Salah satu alasan mengapa


komunikasi terjadi adalah atas adanya keinginan untuk memberikan dan
menerima informasi. Informasi juga menjadi kebutuhan yang dimiliki oleh semua
orang, bahkan setiap mahkluk hidup dengan caranya masing-masing. Informasi
dalam hal ini tentunya beragam.

Dalam memperoleh informasi tersebut dapat melalui sebuah media, yakni


media maassa. Media massa menjadi sumber informasi yang besar bagi banyak
orang untuk mendapatkan informasi yang diinginkan. Media massa terdiri atas
media elektronik dan media cetak. Seperti televisi, radio, film, dan surat kabar,
majalah serta masih ada beberapa media cetak lainnya. Media-media ini akan
menyajikan berbagai macam konten yang dipublikasi dalam sebuah program.
Misalnya saja televisi yang terbagi atas banyak saluran, yang kemudian di setiap
saluran tersebut dimuatlah beberapa program yang secara khusus dihadirkan untuk
pemirsanya.

Televisi merupakan media massa konvensional yang memberikan publik


informasi dalam bentuk audio visual. Televisi aktif dan dapat dinikmati dalam 24
jam penuh. Sejak pertama kali televisi dikembangkan oleh manusia, televisi
mampu memberikan dampak bagi perkembangan informasi di kalangan
masyarakat. Bahkan, setiap tanggal 21 November diperingati sebagai hari televisi
sedunia. Tayangan dalam program siaran televisi tentunya tidak sedikit. Publik
sebagai pemirsa televisi, dapat menonton televisi dengan pilihan klasifikasi
saluran dan program-program yang berbeda-beda dengan selingan berbagai
macam iklan yang juga akan menghiasi layar kaca. Program yang ditayangkan
televisi dapat berupa program hiburan maupun program edukasi. Salah satu
konsep program edukasi ialah dapat berbentuk program talkshow.

Talkshow dalam bahasa Indonesia disebut sebagai gelar wicara, dan


diartikan menurut Kamus Bahasa Indonesia ialah acara bincang-bincang di
televisi atau radio. Acara ini dilakukan dalam suatu panel yang terdiri atas
beberapa tokoh dan dipandu oleh pembawa acara, sehingga sering disebut pula
tayang bincang. Oleh karena itu, Talkshow dapat dimaknai sebuah kegiatan
komunikasi yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk membahas atau
mengulik suatu topik penting yang sedang hangat dibicarakan di tengah
masyarakat. Singkatnya, talkshow seperti kegiatan berdiskusi.

Komunikator dalam sebuah tayangan talkshow televisi adalah seorang


pembawa acara atau pewawancara, dan komunikator utamanya adalah narasumber
atau orang yang akan menyampaikan pandangan terhadap topik yang dibahas.
Sehingga, komunikator sebenarnya tidak berupa perorangan saja melainkan
keselurahan dalam talkshow. Sedangkan komunikan dalam komunikasi ini ialah
audiens atau publik yang menyaksikan dan menerima informasi dari tayangan
tersebut.

Dalam tayangan program talkshow, topik yag diangkat selalu berhubungan


dengan suatu topik yang memang perlu untuk dibahas. Program talkshow dengan
informasi yang diberikan berupa edukasi dan pemahaman kepada masyarakat
terkait isu penting yang sedang terjadi. Khususnya dalam ranah jurnalistik, di
mana terdapat kebebasan dalam mengutarakan pendapat dan pandangan terkait isu
yang menjadi perbincangan di berbagai kalangan dan berhubungan dengan banyak
orang.

Menurut hasil Riset Indeks Kualitas Program Talkshow televisi Periode II


Tahun 2019, program talkshow yang memiliki kualitas terbaik ialah talkshow
yang tayang pada stasiun televisi Trans 7. Talkshow tersebut adalah program Mata
Najwa.

Diagram 1.1

Survei Indeks Kualitas Program Talkshow Televisi

(Sumber: Komisi Penyiaran Indonesia)

Kualitas pada program ini dinilai dari 5 aspek indikator, yaitu kepentingan publik,
kedalaman informasi, keberimbangan, dan mengasah penalaran, serta kemampuan
pembawa acara. Dari kelima aspek ini, program Mata Najwa memperoleh kualitas
tertinggi dalam aspek “mengasah penalaran”. Program Talkshow Mata Najwa
dinilai dapat mengasah penalaran pemirsa. Isi pesannya banyak memberikan
informasi dan menginspirasi, serta para narasumber terdiri dari berbagai latar
belakang dan profesi yang ahli pada bidangnya masing-masing. Dengan indeks
mencapai 3.85, program ini dianggap mampu menggiring khalayak untuk dapat
berpikir kritis.
Tabel 1.2

Indeks Indikator Kualitas Program Siaran Talkshow Berdasarkan Lembaga


Penyiaran

(Sumber: Komisi Penyiaran Indonesia)

Sebagai sebuah program talkshow, Mata Najwa tentunya tidak melewatkan


topik hangat yang layak untuk didiskusikan. Seperti halnya mural di jalanan yang
menyorot perhatian publik. Mural yang diduga mengandung unsur hinaan
terhadap Presiden dan dianggap mengganggu ruang publik ini segera dihapus.
Namun meski telah dihapus, mural sudah terlanjur viral. Masyarakat rupanya
telah banyak yang mengabadikan mural tersebut dengan mengambil gambar dan
membagikannya melalui media sosial. Penghapusan mural menimbulkan polemik.
Banyak tokoh-tokoh penting yang angkat bicara dan berspekulasi. Tidak sedikit
yang menentang penghapusan mural, tetapi tidak sedikit pula yang terang-
terangan menyetujuinya. Semuanya tentu memiliki alasan.

Merujuk pada bahasa Latin, mural berasal dari kata “murus” yang berarti
dinding. Oleh karena itu, mural merupakan lukisan atau gambar dengan media
utama dinding. Mural biasanya terdapat pada dinding-dinding di jalanan, trotoar,
tembok bangunan tidak terpakai, bahkan rumah sekalipun. Namun tidak hanya
itu, lukisan pada media-media permanen lainnya juga dapat disebut mural. Selain
sebagai sebuah seni, mural juga menjadi bentuk kritik sosial dan berfungsi sebagai
media dalam menyampaikan aspirasi kepada pemerintah, bahkan lambang protes
pada suatu keadaan.
Timbul banyak pertanyaan, penghapusan mural justru mengundang
banyak perhatian dari berbagai kalangan. Pada kesempatan dan momentum
terbilang relevan, juga berkenaan dengan sejarah mural yang sudah ada sejak era
kemerdekaan. Maka berertepatan dengan 76 Tahun Hari Kemerdekaan Republik
Indonesia, Program Mata Najwa menyusung tema spesial “Bung, Ini Negeri Kita”
dengan mengulik topik penghapusan mural di jalanan. Pembahasan topik tersebut
dikemas cukup apik. Edisi spesial Program ini, ditayangkan oleh stasiun televisi
Trans 7 pada tanggal 18 Agustus 2021, pukul 20.00 WIB. Selain itu, video
tayangan Mata Najwa Edisi “Bung, Ini Negeri Kita” juga diunggah kembali pada
21 Agustus 2021 di kanal Youtube Narasi Newsroom dengan durasi utuh 1 jam 14
menit 8 detik.

Gambar 1.1

Cuplikan Tayangan Mata Najwa Edisi “Bung, Ini Negeri Kita”

(Sumber: Kanal Youtube Narasi Newsroom dan diolah oleh Penulis)

Mata Najwa merupakan salah satu program Talkshow unggulan televisi


yang tayang pada setiap hari Rabu. Program yang dibawakan oleh Najwa Shihab,
sosok yang dikenal berani dan tegas ini selalu berhasil mengundang tokoh-tokoh
penting dan terkait, serta mengkritisi topik yang diangkat. Dengan berbentuk
Talkshow, tentunya terdapat kubu pro dan kontra. Dalam tayangan spesial “Bung,
Ini Negeri Kita” hadir Meutia Hatta sebagai Putri Pertama Mohammad Hatta, JJ
Rizal selaku Sejarawan, Sidarto Danusubroto Mantan Ajudan Presiden Soekarno,
dan Haris Azhar Direktur Eksekutif Lokataru, serta Faldo Mandini Staf Khusus
Mensesneg. Publik dapat menilai sendiri keadaan dan suasana yang sedang
terjadi. Entah memang pembuatan mural yang salah, keberadaan pihak yang
terancam, atau kepentingan lain. Publik memiliki persepsi yang beragam.

Melalui informasi yang disampaikan dalam tayangan Mata Najwa Edisi


“Bung, Ini Negeri Kita” publik dapat menarik kesimpulan. Terlepas dari persepsi
yang berupa penilaian secara individual, argumen utama dalam hal ini ialah
bentuk pandangan setuju atau tidak setuju terhadap penghapusan mural tersebut.
Publik secara luas yang berasal dari berbagai kalangan dan latar belakang,
diantaranya adalah mahasiswa. Mahasiswa sebagai perwakilan dari generasi muda
yang memiliki sikap kritis dan cenderung dengan rasa ingin tahu tinggi.
Mahasiswa dapat mengamati dari apa yang ditangkap pada Tayangan. Misalnya
saja, pada kalimat Mural merupakan salah satu ekpresi politik, yang dilontarkan
dalam Tayangan Mata Najwa tersebut. Lantas kebebasan berekpresi di Negara
Demokrasi dipertanyakan.

Media massa memiliki pengaruh atas sikap publik. Dalam hal ini sikap
yang dimaksud ialah persepsi khalayak dari apa yang ditangkap dari sebuah
Tayangan. Menurut Stephene Wayne 1992 (dalam Stewart L. Tubbs 2005:216)
bahwa perdebatan dapat meningkatkan minat dan dapat memperjelas, mewarnai,
bahkan mengubah persepsi. Dalam tayangan Mata Najwa Edisi “Bung, Ini Negeri
Kita” penghapusan mural jalanan dibahas dalam sebuah adu argumen
perbandingan antara era Soekarno-Hatta dan masa kini.

Penelitian ini akan menggunakan teori integrasi informasi (information


integration theory) sebagai teori payung. Teori tersebut berasumsi bahwa manusia
mengorganisasikan informasi yang diperolehnya tentang sekelompok orang,
objek, situasi, atau ide-ide untuk membentuk sikap, sesuai dengan konsep yang
terbentuk dari hasil penerimaan informasi (Littlejohn dan Foss, 2009: 111).

Teori integrasi informasi membantu menjelaskan tentang pentingnya


orang-orang yang berpikir dan membentuk sikap dalam sebuah komunikasi. Teori
ini membangun pemahaman bagaimana orang-orang dipengaruhi oleh suatu
informasi. Konsep utama teori yang digambarkan dengan kognisi sebagai
kekuatan sistem interaksi. Informasi adalah salah satu dari kekuatan tersebut dan
dapat memengaruhi sebuah sistem kepercayaan atau sikap individu. Besar
tidaknya pengaruh ditentukan atas dua dimensi sebagai berikut.

1. Valensi atau tujuan, yang berarti sejauh mana suatu informasi


mendukung apa yang sudah menjadi kepercayaan seseorang. Suatu
informasi dapat dikatakan positif apabila informasi tersebut mendukung
kepercayaan yang telah ada dalam diri seseorang tersebut sebelumnya.
Seperti bagaimana persepsi awal tetap sama setelah menerima
informasi, bahkan bertambah kuat.
2. Bobot penilaian, yang berkaitan dengan tingkat kredibilitas informasi.
Maksudnya. apabila seseorang melihat informasi sebagai suatu
kebenaran, maka orang tersebut akan memberikan penilaian yang tinggi
terhadap informasi itu. Perubahan sikap terjadi karena informasi baru
memberikan tambahan pada sikap. Sikap mempunyai korelasi dengan
keyakinan dan menyebabkan seseorang memiliki perilaku atau persepsi
tertentu terhadap informasi dan juga pemberi informasi (Littlejohn dan
Foss, 2009: 111-112). Persepsi seseorang juga dapat berubah atas
elemen dari persepsi tersebut.

Penulis akan melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh dari


penerimaan informasi tayangan Mata Najwa Edisi “Bung, Ini Negeri Kita”
terhadap sikap mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sriwijaya Angkatan 2018 mengenai penghapusan mural jalanan. Tayangan yang
mengulik tentang penghapusan mural ini, tentunya memberikan informasi kepada
khalayaknya. Sedangkan khalayak yang menerima informasi bisa saja memiliki
sikap atau persepsi yang sama dengan apa yang dimuat dalam informasi tersebut,
atau mungkin bertentangan. sikap juga dapat berubah dengan adanya pengaruh
dari penerimaan informasi, tetapi mungkin pula persepsi yang bertentangan akan
semakin kuat akibat penerimaan informasi.
1.1.1 Alasan Penelitian

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, maka penelitian akan


dilakukan dengan alasan sebagai berikut.

1. Mural merupakan topik penting yang banyak


diperbincangkan.

(Sumber: Socindex)
Meski kasus Taliban merupakan isu internasional dan juga
menjadi isu besar di Indonesia, tetapi penghapusan mural
juga menjadi polemic yang tidak kalah menarik perhatian.
2. Penghapusan mural menuai pro dan kontra.
3. Mata Najwa sebagai Program Berita Talkshow yang memiliki
kualitas terbaik menurut Komisi Penyiaran Indonesia dalam
Anugrah KPI 2020.

(Sumber: antaranews.com)
Program Talkshow terbaik ini, mengangkat topik
“Penghapusan Mural” pada salah satu tayangnnya.
4. Mata Najwa memiliki banyak audiens yang menonton
tayangannya. Penonton terdiri dari berbagai kalangan,
termasuk mahasiswa. Pada tayangan ulang Mata Najwa Edisi
“Bung, Ini Negeri Kita” di kanal Youtube Narasi, jumlah
video ditonton ialah sebanyak 29.062 kali dan mendapat
sebanyak 688 tanda suka.

(Sumber: kanal youtube narasi dan diolah oleh Penulis)


5. Program talkshow Mata Najwa mengundang narasumber
berpengaruh dan relevan dengan topik yang diangkat. Serta
diskusi tidak hanya satu arah saja, karena narasumber terdiri
lebih dari satu orang.

Oleh karena itu, untuk memastikan apakah sikap mahasiswa Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sriwijaya Angkatan 2018 terpengaruh atau
tidak setelah menerima informasi, maka peneliti mengangkat judul Pengaruh
Penerimaan Informasi Tayangan Mata Najwa Edisi “Bung, Ini Negeri Kita”
Terhadap Sikap Mahasiswa mengenai Penghapusan Mural, dalam penelitian ini.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, maka rumusan


masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Apakah valensi penerimaan informasi tayangan Mata Najwa Edisi


“Bung, Ini Negeri Kita” berpengaruh terhadap sikap mahasiswa
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sriwijaya mengenai
penghapusan mural?
2. Apakah bobot informasi tayangan Mata Najwa Edisi “Bung, Ini Negeri
Kita” berpengaruh terhadap sikap mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sriwijaya mengenai penghapusan mural?
3. Berapa besar pengaruh valensi penerimaan informasi dan bobot
informasi tayangan Mata Najwa Edisi “Bung, Ini Negeri Kita”
terhadap perubahan sikap mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sriwijaya mengenai penghapusan mural?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka tujuan


penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Tujuan pertama untuk mengetahui apakah valensi penerimaan


informasi tayangan Mata Najwa Edisi “Bung, Ini Negeri Kita”
berpengaruh terhadap sikap mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sriwijaya mengenai penghapusan mural.
2. Tujuan kedua adalah untuk mengetahui apakah bobot informasi
tayangan Mata Najwa Edisi “Bung, Ini Negeri Kita” berpengaruh
terhadap sikap mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sriwijaya mengenai penghapusan mural.
3. Tujuan terakhir penelitian ini adalah untuk mengetahui besar pengaruh
valensi penerimaan informasi dan bobot informasi tayangan Mata
Najwa Edisi “Bung, Ini Negeri Kita” terhadap perubahan sikap
mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sriwijaya mengenai penghapusan mural.

1.4 Manfaat

Adapun penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memiliki manfaat


sebagai berikut.

1.4.1 Manfaat Praktis


1. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi kepada pembaca tentang pengaruh tayangan suatu
program pada televisi sebagai salah satu media massa.
2. Melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
pembaca khususnya mahasiswa Ilmu Komunikasi terkait materi
kuliah berkaitan.
1.4.2 Manfaat Teoritis
1. Dengan penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan
peneliti di bidang ilmu komunikasi, dan memberikan
sumbangan pemikiran bagi para civitas akademika.
2. Hasil dari penelitian diharapkan dapat berguna bagi
pengembangan studi ilmu komunikasi, khususnya konsentrasi
jurnalistik, terutama terkait dengan penggunaan teori.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan seberapa besar pengaruh dari


penerimaan informasi tayangan Mata Najwa Edisi “Bung, Ini Negeri Kita”
terhadap sikap mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sriwijaya Angkatan 2018. Dengan demikian, penelitian membutuhkan sebuah
teori payung sebagai landasan teori yang menjadi acuan dasar penelitian. Oleh
karena itu, peneliti akan menggunakan Teori Integrasi Informasi (Information
Integration Theory) yang dikemukakan oleh Martin Fishbein dengan asumsi
sebagai berikut.

“Pendekatan Teori Integrasi Informasi (information integration) bagi pelaku


komunikasi berpusat pada cara kita mengakumulasi dan mengatur informasi
tentang semua orang, objek, situasi, dan gagasan yang membentuk sikap atau
kecenderungan untuk bertindak dengan cara yang positif atau negatif terhadap
beberapa objek” (Littlejohn dan Foss, 2009:111)

Artinya, individu mengakumulasikan dan mengorganisasikan informasi


yang mereka peroleh tentang sekelompok orang, objek, situasi, atau gagasan,
untuk membentuk sikap yang sesuai dengan konsep yang terbentuk dari hasil
penerimaan informasi tersebut.

Martin Fishbein dalam (Littlejohn dan Foss 2009:112) juga


mengemukakan bahwa sesuai dengan teori integrasi informasi maka semua
informasi memiliki potensi memengaruhi sikap seseorang. Besar kecilnya
pengaruh tersebut tergantung kepada dua hal, valensi dan bobot penilaian.

1. Valence
Valence atau valensi adalah sejauh mana suatu informasi mendukung apa
yang sudah menjadi kepercayaan seseorang. Suatu informasi dikatakan
positif apabila infomasi tersebut mendukung kepercayaan yang telah ada
dalam diri seseorang sebelumnya. Sedangkan jika yang terjadi adalah
sebaliknya, maka informasi itu dapat dipandang sebagai sesuatu yang
negatif.
2. Bobot Penilaian
Bobot Penilaian berkaitan dengan tingkat kredibilitas informasi tersebut.
Artinya, apabila seseorang melihat informasi itu sebagai suatu kebenaran,
maka ia akan memberikan penilaian yang tinggi terhadap informasi
tersebut. Namun jika sebaliknya, maka penilaian yang ia berikan pun akan
rendah.

Menurut Fishbein dalam (Littlejohn dan Foss 2009:112), ada dua macam
keyakinan. Pertama, yakin pada suatu hal. Ketika seseorang meyakini sesuatu,
mereka akan berkata bahwa hal tersebut ada. Seperti meyakini bahwa keberadaan
mural benar-benar ada dan mural tersebut telah dihapuskan, atau meyakini bahwa
aturan penghapusan mural adalah adanya, dan harus dilaksanakan. Kedua,
meyakini suatu kebenaran adalah perasaan seseorang pada kemungkinan bahwa
hubungan tertentu ada di antara dua hal. Sehingga menempatkan keduanya secara
bersamaan, akan membentuk sebuah sikap positif mengenai suatu hal.

Adanya akumulasi yang diterima oleh seseorang memungkinkan


terjadinya hal-hal sebagai berikut.

1. Informasi dapat mengubah kemampuan derajat kepercayaan untuk


meyakini atau bobot terhadap keyakinan tertentu terhadap suatu objek.
2. Informasi dapat mengubah valensi dari sebuah keyakinan yang sudah
dimiliki seseorang.
3. Informasi dapat menambah keyakinan baru yang telah ada dalam struktur
sikap. Teori integrasi informasi terdiri dari tiga komponen utama, yaitu
information (informasi), person (orang), dan attitude (sikap).

Dengan ketiga komponen tersebut, teori ini kemudian disederhanakan


menjadi sebuah model yang diaplikasikan ke dalam penelitian ini. Berikut
merupakan gambar Model Teori Integrasi Informasi.
Bagan 2.1

Model Teori Integrasi Informasi Martin Fishbein

Information Person Attitude

(Sumber: Fishbein dalam Littlejohn dan Foss, 2009:111 dan diolah oleh Penulis)

Disesuaikan dengan konsep dan aspek dalam penelitian ini, maka yang
dimaksud komponen information adalah berkenaan dengan topik yang dibahas
dalam tayangan Mata Najwa Edisi “Bung, Ini Negeri Kita” dengan muatan dialog
mengenai penghapusan mural. Komponen person sebagai komunikan ialah
mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sriwijaya Angkatan
2018. Sedangkan komponen attitude merupakan bentuk dari efek komunikasi,
efek tersebut adalah sikap yang dihasilkan, atau dapat berupa sebuah perubahan
persepsi.

Penerimaan informasi dari tayangan Mata Najwa Edisi “Bung, Ini Negeri
Kita” diduga dapat memengaruhi penerimanya dalam membentuk sikap
mahasiswa melihat penghapusan mural, dan ini berkaitan dengan kepercayaan
terhadap media yang digunakan, serta kepercayaan terhadap pemerintah. Dengan
menggunakan teori integrasi informasi mengenai tayangan Mata Najwa Edisi
“Bung, Ini Negeri Kita” penulis ingin mengetahui seberapa besar pengaruh
penerimaan informasi tayangan Mata Najwa Edisi “Bung, Ini Negeri Kita”
terhadap sikap mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sriwijaya Angkatan 2018 mengenai penghapusan mural.

2.2 Sikap

Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss (dalam Fajar 2009:8) menyebutkan


bahwa komunikasi yang efektif akan menimbulkan beberapa hal, diantaranya
yaitu sebuah pengertian. Pengertian yang dimaksud ialah komunikan mampu
menerima pesan dengan cermat sesuai dengan isi stimulus yang dimaksud oleh
komunikator. Kemudian pesan yang disampaikan oleh komunikator ini akan
memengaruhi sikap komunikan. Karena komunikasi sering dilakukan untuk
memengaruhi orang lain. Selaras dengan hal tersebut, sebuah program talkshow
yang ditayangkan pada televisi juga akan memiliki pengaruh atas media massa.
Pengaruh tersebut merupakan wujud dari salah satu fungsi media massa, yakni
mengukuhkan sikap. Sulit mengubah sikap seseorang dari sikap awal menjadi
sikap tertentu yang lain, tetapi ada pengecualian untuk media massa. Media massa
memiliki sumber daya dan kekuatan yang besar. Sehingga peluang media massa
dalam memengaruhi sikap, kepercayaan, nilai, dan opini sangat tinggi (De Vito
dalam Fajar 2009:239).

2.2.1 Definisi Sikap

Dalam komunikasi massa, massa yang dimaksud adalah


sekelompok individu yang sikap dan perilakunya dipengaruhi oleh media
massa tersebut. Sikap secara umum diartikan sebagai suatu kecenderungan
yang dimilliki oleh individu ataupun kelompok untuk berperilaku. Sikap
juga dianggap sebagai jenis dari motif sosiogenis (seperti keinginan untuk
menerima pengalaman dan respon) yang diperoleh melalui sebuah proses
belajar, (Sherif dan Sherif 1956 dalam Rakhmat 2011:39). Sedangkan
Allport (1924) mengemukakan bahwa sikap merupakan bentuk kesiapan
saraf (neural setting) sebelum seseorang memberikan respon. Sikap
tentunya berbeda dengan perilaku, karena sikap memang bukanlah
perilaku dari seseorang. Melainkan wujud kecendrungan dalam bertindak,
berpersepsi, berpikir, dan respon terhadap suatu objek. Respon ini dapat
berupa perasaan suka atau tidak suka, sehingga menimbulkan sikap positif
ataupun sikap negatif.

Beberapa hal yang berkaitan dengan sikap adalah sebagai berikut.

1. Sikap mempunyai suatu landasan sehingga dapat terbentuk.


Landasan tersebut berupa dorongan dan motivasi. (Sherif dan
Sherif 1956 dalam Rakhmat 2011:39) menyebutkan bahwa
sikap dapat membentuk apakah seseorang pro atau kontra
terhadap suatu hal. Dengan demikian, seseorang dapat
menentukan apa yang diinginkan, menentukan apa yang
diharapkan, bahkan sesuatu yang harus dihindari.
2. Sikap relatif menetap, tetapi bukan berarti sikap tidak dapat
mengalami suatu perubahan.
3. Sikap memuat sebuah aspek evaluatif, yakni sikap
mengandung nilai atas menyenangkan atau tidak
menyenangkannya suatu objek.
4. Sikap bukan sesuatu yang sudah dibawa sejak lahir,
melainkan sikap dapat terbentuk karena sebuah pengalaman
yang diperoleh atau hasil dari belajar. Oleh karena itu, sikap
dapat diperkuat bahkan diubah.

Menurut Kotler (2008), sikap adalah “Evaluasi, perasaan, dan


kecenderungan dari individu terhadap suatu obyek yang relatif konsisten”.
Sikap menempatkan orang dalam kerangka pemikiran mengenai menyukai
atau tidak menyukai sesuatu, mengenai mendekati atau menjauhinya. Dari
beberapa definisi yang berkenaan dengan sikap, terdapat kesamaan
mengenai konsep dalam sikap tersebut. Konsep yang dimaksud berupa ciri
yang melekat pada sikap, yakni sikap mempunyai objek tertentu (orang,
perilaku, konsep, situasi, benda dan lainnya), dan sikap mengandung
penilaian (setuju atau tidak setuju, suka atau tidak suka) sebagaimana
diungkapkan oleh Bem et.al dalam Sarwono (2009).

Melalui definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa faktor-


faktor yang dapat memengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman
pribadi, kebudayaan, komunikator yang dianggap penting dan persuasif,
media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta
faktor emosi dalam diri individu.

2.2.2 Alasan atas Adanya Sikap

Setiap individu pasti memiliki sikap atas objek yang diterima atau
dihadapi. Sikap terbentuk dan dapat berubah seiring dengan penerimaan
informasi dan pengalaman yang diperoleh. Oleh karena itu, sikap disebut
sebagai respon dari suatu hal. Menurut hasil riset dari beberapa penelitian
(Znaniecki dalam SAGE Publication. Inc 2016) bahwa terdapat empat
alasan utama mengapa seseorang memiliki sikap, yaitu sebagai berikut.

1. Sikap membantu seseorang dalam mengorganisasikan,


mengelompokkan, dan menyederhanakan lingkungan yang
begitu kompleks. Dengan demikian, sikap membantu
memahami dunia sekitar dan berbagai fenomena yang
ditemui.
2. Sikap membantu dalam mempertahankan keteguhan dan
melindungi harga diri seseorang, terutama terkait dalam
menghindari pandangan dunia dan kebenaran yang ditujukan.
Namun, kebenaran tersebut tidak menyenangkan.
3. Sikap mempermudah seseorang untuk dapat memprediksi
lingkungannya, sebab sikap memberikan respon atau reaksi
simpanan yang serupa terhadap beberapa fenomena atau
objek sikap. Hal ini membuat terhindarnya seseorang dari
keharusan untuk menentukan kesesuaian reaksi bahkan
perilaku yang tepat.
4. Sikap menjadi perantara dalam mengekspresikan beberapa
aspek kepribadian individual atau nilai-nilai fundamental.

2.2.3 Perubahan Sikap

Beberapa ahli psikologi menyebutkan bahwa sikap merupakan


hasil dari empat komponen. Empat komponen tersebut adalah respons
afektif (berkaitan dengan emosi), respons kognitif (pengetahuan),
pengalaman perilaku masa lalu (orang atau situasi yang sama ditemui
dengan masa lalu), dan niat behavioral (rencana untuk berperilaku atau
cara dalam menghadapi suatu situasi.

1. Kognitif
Komponen kognitif terdiri atas pemikiran seseorang
mengenai suatu objek tertentu, lalu membentuk pengetahuan.
Pengetahuan yang dimaksud adalah penerimaan, pemahaman,
dan keyakinan terhadap seseuatu objek yang seseuai dan apa
yang benar dalam objek tersebut. Dengan demikian, objek
yang dimaksud adalah tayangan Mata Najwa Edisi “Bung, Ini
Negeri Kita”. Sehingga sikap yang timbul ialah bagaimana
keyakinan mahasiswa tersebut semakin kuat atau berkurang
atas pengetahuan yang telah diterima.
2. Afektif
Komponen afektif ialah bentuk emosi seseorang terhadap
objek. Emosi tersebut dapat terdiri dari perasaan positif atau
negatif yang ditujukan dengan objek sikap, seperti senang
atau tidak sedang, suka atau tidak suka, dan tertarik atau tidak
tertarik, serta setuju atau tidak setuju. Afektik menjadi
komponen yang menjelaskan bagaimana perasaan dan
suasana hati yang dirasakan oleh seseorang terhadap objek,
sesuai definisi dari Baron dan Byrne. Rakhmat (2011) juga
menekankan bahwa faktor emosi dan perasaan individu dapat
memengaruhi sikap. Komponen afeksi dalam penelitian ini
adalah bentuk setuju atau tidak setuju atas informasi yang
diterima oleh mahasiswa dari tayangan Mata Najwa Edisi
“Bung, Ini Negeri Kita”.
3. Konatif
Komponen konatif merupakan aspek untuk melakukan
tindakan tertentu berkaitan dengan objek sikap. Sikap
dianggap sebagai bagian penting yang memengaruhi perilaku
seseorang. Komponen ini menunjukkan bagaimana
kecenderungan perilaku yang terdapat dalam diri seseorang
setelah menerima informasi. Pada penelitian ini, komponen
konatif yang dimaksud adalah begaiaman kecendrungan
perilaku mahasiswa setelah menerima informasi dari
tayangan Mata Najwa Edisi “Bung, Ini Negeri Kita”.
Ketiga komponen tersebut mengorganisasikan sikap secara
bersamaan. Azwar (1998) mengemukakan bahwa kesimpulan dari sikap
harus didasarkan pada suatu fenomena yang diamati atau diukur. Fokus
dalam penelitian ini, fenomena yang akan diamati adalah mengenai
pengahapusan mural yang dianggap sebagai sebuah isu besar dan dikulik
dalam tayangan Talkshow Mata Najwa Edisi “Bung, Ini Negeri Kita”.
Azwar (1998) juga menjabarkan bahwa apabila salah satu di antara ketiga
komponen sikap terebut tidak konsisten satu sama lain, maka akan terjadi
ketidakselarasan. Ketidakselarasan ini akan menyebabkan timbulnya
pergeseran menuju perubahan sikap sampai konsistensi tersebut kembali
tercapai.

2.2.4 Teori Perubahan Sikap

Attitude Change Theory atau teori perubahan sikap yang


dikemukakan oleh Carl Hovland, teori ini memberikan penjelasan
bagaimana sikap seseorang terbentuk dan bagaimana sikap itu dapat
berubah melalui proses komunikasi dan bagaimana sikap itu dapat
mempengaruhi sikap tindakan atau tingkah laku. Teori perubahan sikap ini
menyebutkan bahwa sseseorang akan mengalami ketidaknyamanan di
dalam dirinya (mental discomfort) bila ia dihadapkan pada informasi baru
atau informasi yang bertentangan dengan keyakinannya. Orang akan
berupaya secara sadar atau tidak sadar untuk membatasi atau mengurangi
ketidaknyamanan ini melalui tiga proses selektif (selective processes).
Ketiga proses selekstif ini saling berhubungan, yakni sebagai berikut.

1. Penerimaan Informasi selektif (Selective exposure atau


selective attention) merupakan proses di mana orang hanya
akan menerima informasi yang sesuai dengan sikap atau
kepercayaan yang sudah dimiliki sebelumnya. Menurut teori
ini orang cederung atau lebih suka membaca sesuatu di media
yang sangat mendukung apa yang telah dipercayainya atau
diyakininya.
2. Ingatan selektif mengasumsikan bahwa orang tidak akan
mudah lupa atau sangat mengnigat pesan-pesan yang sesuai
dengan sikap atau kepercayaan yang sudah dimiliki
sebelumnya.
3. Persepsi selektif, yaitu orang akan memberikan
interpretasinya terhadap setiap pesan yang diterimanya sesuai
dengan sikap dan kepercayaan yang sudah dimiliki
sebelumnya. Proses seleksi ini akan membantu seseorang
untuk memilih informasi apa yang dikonsumsinya, diingat
dan diinterpretasian menurut tabiat dan apa yang
dianggapnya penting Morissan (2008)

Tayangan Mata Najwa Edisi “Bung, Ini Negeri Kita” menjadi


persuader yang memberikan informasi. Jika seorang persuader ingin
mengubah perilaku audiens (komunikan) mereka terhadap dirinya, maka si
persuader terlebih dahulu mengubah sikap (attitude) dari audiens tersebut.
Menurut Hovland untuk bisa mengubah perilaku, persuader harus mampu
memotivasi komunikan untuk memproses sejumlah informasi yang akan
mengubah sikap yang telah ada pada komunikan tersebut, ia juga
menyebutkan bahwa keberhasilan persuader untuk mengubah sikap
seseorang dipengaruhi atas lima karakteristik sebagai berikut.

a) Attention (perhatian), jika orang yang dibujuk tidak mengindahkan


pesan yang disampaikan kepadanya, maka mereka tidak bisa
dipersuasi oleh pesan itu.
b) Comprehension (pemahaman), jika orang yang dipersuasi tidak
memahami pesan, maka mereka tidak bisa dipersuasi oleh pesan yang
disampaikan.
c) Acceptance (penerimaan), apabila orang yang dipersuasi menolak
pesan yang disampaikan meskipun mereka memperhatikan dan
memahami pesan yang disampaikan, mereka tidak mungkin bisa
dipersuasi oleh pesan tersebut.
d) Retention (penyimpanan), dalam banyak kasus, manusia kadang
menunda perubahan sikapnya setelah mendapat dan memahami
sebuah pesan. Oleh karena itu, mereka harus mampu mengingat
pesan-pesan itu dan mau menyimpannya di memori mereka sampai
mereka rasa itulah saatnya melakukan tindakan.
e) Action (tindakan), orang bertindak dalam sebuah cara logis yang
konsisten dengan argumen persuader, saat pesan persuander mampu
masuk dalam pikiran audiens dan audiens menerima pesan itu maka
audiens akan menanamkan pesan itu dalam memorinya.

2.3 Mural

Mural merupakan bentuk kritikan sosial kepada pemerintah melalui


sebuah lukisan pada didinding bangunan atau dinding trotoar. Mural dapat
didefinisikan sebagai lukisan besar yang dibuat untuk mendukung ruang
arsitektur. Definisi tersebut bila diterjemahkan lebih lanjut, maka mural
sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari bangunan dalam hal ini dinding. Dinding di
pandang tidak hanya sebagai pembatas ruang maupun sekedar unsur yang harus
ada dalam bangunan rumah atau gedung, namun dinding juga dipandang sebagai
medium untuk memperindah ruangan. Mural juga berarti lukisan yang dibuat
langsung maupun tidak langsung pada permukaan dinding suatu bangunan, yang
tidak memiliki kesamaan dengan lukisan. Perbedaannya terletak pada persyaratan
khusus yang harus dipenuhi oleh lukisan dinding, yaitu keterkaitannya dengan
arsitektur/bangunan, baik dari segi desain (memenuhi unsur estetika), maupun
usia serta perawatan dan juga dari segi kenyamanan pengamatannya ruangan.

Mural mampu menyentuh langsung masyarakat, selanjutnya menjalin


hubungan dekat dengan mereka. Apabila berbicara kembali tentang media
alternatif untuk beriklan, mural menjadi jawaban yang tepat. Melalui mural, suatu
brand secara tidak langsung mengajak audiens ke dalam metode komunikasi yang
tidak mudah ditebak. Dunia teknologi informasi memang selalu menarik untuk
diamati, terutama yang berkaitan dengan telekomunikasi. Hal ini ditandai dengan
perkembangan internet, kemudian disusul dengan teknologi telepon seluler yang
begitu cepat dan canggih sehingga setiap orang tertarik untuk memiliki. Sekarang
ini setiap orang tidak hanya memiliki suatu produk karena fungsinya saja, tetapi
juga rasa bangga dan pengakuan yang didapatkan dari memiliki produk tersebut.
Mural termasuk salah satu bentuk dari seni visual.

Dengan mural seseorang dapat menuangkan ekspresinya untuk


menyampaikan pesan kepada seluruh kalangan masyarakat ataupun pemerintah
dalam bentuk visual atau gambar, pada lingkungan sosial. Tema pokok yang
dipilih pada pembuatan mural adalah rangsang cipta seniman dalam usahanya
untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangan. Bentuk yang
menyenangkan adalah bentuk yang dapat memberikan konsumsi batin manusia
secara utuh, dan perasaan keindahan kita dapat menangkap harmoni bentuk yang
disajikan serta mampu merasakan lewat sensitivitasnya. Subject matter sebagai
stimulus atau rangsangan yang ditimbulkan oleh objek. Dalam sebuah karya seni
hampir dapat dipastikan adanya subject matter atau bentuk-bentuk yang
menyenangkan.

Adanya Unsur Politik dalam Pembuatan Mural Seni, sebagai bagian dunia
yang perlu dibedakan dari kerja manusia, tentu bukanlah sekedar “tiruan” atau
“refleksi” dari relitas kehidupan, melainkan lebih jauh merupayakan upaya
memasukkan realitas tadi ke dalam tujuan-tujuan manusia. Seperti yang
diungkapkan Dharsono : “Seni dan masyarakat merupakan dua konsep yang
masing-masing punya masalah dan punya kepentingan sendiri, walaupun di antara
keduanya terdapat hubungan yang tidak bisa dipisahkan. Hal ini disebabkan
karena tidak adanya ekuivalensi (padanan) kata tersebut dan tidak konkrit
terminologinya. Seni memiliki pengertian yang berbeda pada orang yang berbeda
dan dalam waktu yang berbeda”. Seni merupakan sarana yang mempunyai
kegunaan sangat fundamental untuk manusia, gagasan-gagasan sempit kaum
borjuis abad ke- 19 yang mereduksi seni ke dalam utilitas. Tentu saja ia tidak
menutupi kenyataan bahwa seni mengandung agitasi dalam berbagai pertarungan
politik, namun tetap bahwa hal ini merupakan satu saja dan bukan yang terpenting
dari tujuan seni, terutama seni mural. Untuk mempertimbangkan bentuk sebagai
ekspresi dari apa yang ditangkap oleh panca indra, emosi dan intelek, walaupun
dalam tulisan-tulisannya ia senantiasa memfokuskan pada bentuk sebagai
ungkapan dari isi.

Bila kita mendalami komentar-komentar yang tersebar dalam berbagai


tulisan mengenai hubungan seni dan masyarakat akan tersingkap arti yang lebih
mendalam dari tujuan seni yaitu sebagai tolak ukur pemenuhan masyarakat.
Dalam hubungannya dengan ruang publik kota, mural mencoba mengkritisi ruang
publik kota yang telah menjadi ajang pertarungan berbagai macam pertarungan
dan berbagai macam kepentingan. Para seniman mural ini bermaksud untuk
mengembalikan kembali ruang publik kepada masyarakat untuk dijadikan salah
satu medium untuk merekatkan hubungan-hubungan sosial antar masyarakat.

Unsur yang tidak berubah secara signifikan dari karya seni mural
meskipun sudah terjadi perkembangan teknologi adalah proses kreatif
memproduksi mural, yaitu tetap menggunakan cara konvensional; menggambar
manual di permukaan dinding dengan menggunakan cat dan kuas. Di saat karya
seni dan desain mulai menggunakan dan memanfaatkan perkembangan teknologi
dalam keberlangsungan eksistensinya di ranah seni rupa dan desain, para pelaku
mural tetap menggunakan cara konvensional. Ditinjau dari medianya yang berupa
permukaan dinding besar, memang belum ada teknologi yang mampu membantu
para seniman mural memproduksi karyanya. Justru dengan cara konvensional
lebih dapat memunculkan sisi estetik mural yang lebih spontan dan ekspresif. Hal
ini tidak terlepas dari kemampuan dan hasil goresan cat yang ditampilkan oleh
para seniman mural. Para seniman mural di dunia konsisten memvisualkan atau
mengeksekusi secara estetik kaidah-kaidah dalam seni rupa dengan teknik
konvensional di dalam penciptaan karya seni mural di dinding tembok.

2.3.1 Sejarah Mural

Mural bukan seni yang berdiri tanpa adanya makna, melainkan ia


berdiri dengan ribuan pesan yang terkandung di dalamnya. Mural
merupakan seni visual yang terkandung di dalamnya. Mural merupakan
seni visual yang pernah hidup di dunia dan diperkirakan telah ada jauh
sebelum peradaban modern lahir yaitu sekitar 30.000 tahun SM. Sejak
ditemukannya sejumlah gambar prasejarah pada dinding gua di Lascaux,
di Perancis. Gambaran tersebut melukiskan aksi-aksi berburu dan aktivitas
religius, sehingga seringkali hal ini disebut sebagai bentuk awal dari seni
mural. Di negara-negara konflik, seperti Irlandia Utara, mural sangat
mudah ditemui di semua dinding kota. Tercatat sekitar 2000 mural
dihasilkan dari sejak tahun 1970 hingga sekarang dan dengan demikian
Irladia utara-lah negara yang sangat produktif menghasilkan mural.

Sejarah mencatat bahwa mural sudah ada sejak jaman prasejarah,


yaitu 31.500 tahun silam, yang terdapat di lukisan gua di Lascaux, di
selatan Perancis. Di Indonesia sendiri tercatat bahwa lukisan dinding juga
sudah ada sejak jaman prasejarah, yaitu di jaman Mesolitikum. Pada saat
itu lukisan dinding digunakan sebagai tanda bahwa pernah ada manusia
yang telah menghuni dan melangsungkan kehidupan di gua tersebut.

Salah satu mural yang terkenal di dunia adalah Guernica atau


Guernica Y Luno karya Pablo Picasso, yang dibuat saat perang sipil
Spanyol di tahun 1937. Mural ini dibuat dalam rangka memperingati
pengeboman tentara Jerman di sebuah desa kecil. Sementara di Indonesia
sendiri juga tercatat bahwa ketika perang untuk meraih kemerdekaan,
banyak para pahlawan dan masyarakat menggunakan media mural untuk
mengobarkan semangat dalam meraih kemerdekaan. Mural ini umumnya
berupa tulisan-tulisan penyemangat seperti “Boeng Ajoe Boeng” dan
“Merdeka ataoe Mati”. Selain memiliki unsur seni, mural juga memiliki
beberapa fungsi lain.

2.3.2 Fungsi Mural

Mural menjadi salah satu bentuk media alternatif yang langsung


hadir di ruang publik dan berada dekat dengan keseharian masyarakat kota
khususnya. Dikatakan alternatif karena tidak perlu dicetak di surat kabar
atau disiarkan di televisi atau radio, tetapi cukup memanfaatkan tembok
kosong pada bangunan di tengah kota. Pada pengertiannya sendiri seni
lukis dinding atau lebih dikenal dengan sebutan mural painting. Dinding
bukan hanya berfungsi sebagai pembatas ruang atau hanya sekedar
menjadi unsur yang harus ada dalam sebuah rumah, dibalik itu dinding
dapat menjadi sebuah media untuk memperindah rumah.

Mural pada perkembangannya telah menjadi bagian dari seni


publik yang melibatkan komunikasi dua arah. Seniman mural melakukan
komunikasi secara visual kepada masyarakat terhadap apa yang ingin
dicurahkannya, sedangkan masyarakat sebagai penikmat dalam praktiknya
mampu berinteraksi langsung kepada seniman. Hal ini menunjukkan
dalam seni mural, bahwa interaksi tidak hanya dilakukan secara visual
yang menganut pandangan seni adalah seni tanpa pertanggungjawaban
yang pasti. Mural juga mampu mendekatkan dirinya sebagai seni yang
berinteraksi juga secara verbal.

Mural tidak hanya berdiri sendiri tanpa kehadiran ribuan makna.


Bagi pembuatnya, ada pesan-pesan yang ingin disampaikan melalui mural.
Ada pesan dengan memanfaatkan kehadiran mural dengan mencitrakan
kondisi sekelilingnya, diantaranya mural hanya untuk kepentingan estetik,
untuk menyuarakan kondisi sosial budaya, estetik, ekonomi dan juga
politik.

1. Sosial Budaya
Hubungan sosial tergambarkan dengan ada relasi yang cukup
erat antara gambar dalam mural dengan kondisinya, Ikon dan
simbol wilayah yang terpetakan berdasarkan di daerah
manakah mural di buat juga menjadi kekhasan tersendiri.
Mural di Jakarta akan berbeda dengan mural di Bandung
maupun mural di Jogjakarta berdasarkan pengambilan ikon
tertentu. Ikon tokoh dalam pewayangan yang lebih dekat
dengan Jogjakarta akan diambil untuk menandai wilayah
tersebut. Hal ini untuk memunculkan kultur khas dari suatu
wilayah, sehingga mural tidak sekedar media seni rupa yang
berbicara tanpa pesan namun mampu memunculkan identitas
kota.
2. Estetik
Mural dengan kepentingan estetik disamping sudah pernah
dilakukan untuk kebutuhan desain interior misalnya untuk
menampilkan kesan segar maupun kesan berada dalam alam
untuk menimbulkan kenyaman dari sang pemilik rumah
maupun ruangan, namun mural dengan estetik sebagai
tampilan utamanya juga dapat dilakukan di luar ruang. Mural
seperti ini biasanya merepresentasikan dari gaya visual, seperti
komik, simbolik, espressionisme hingga realisme.

3. Ekonomi
Pesan dalam mural yang menyuarakan pentingnya ekonomi
untuk kemajuan bersam.hal ini bisa kita lihat belakangan
ini,perusahaan-perusahaan besar memanfaatkan seni mural
sebagai media promosi dalam memasarkan produknya.
fenomena beriklan melalui media mural juga telah banyak.
Memanfaatkan momentum dan julukan yang melekat erat,
belum lagi perusahaan telekomunikasi seperti Telkom Flexi
dan Indosat bersaing memanfaatkan momentum di Jogja
perihal mural. Tentu saja hal ini meningkatkan nilai
perekonomian daerah setempat, meskipun mural yang seperti
ini berdampak kuat,namun juga sering menimbulkan nilai
negatif dalam setiap penerapanya.karena dikhawatirkan
pemakaian media mural sebagai media iklan semakin
menambah polusi visual seperti halnya billboard.Dinding yang
dipakai biasanya dinding yang menghadap ke jalan raya, padat
kendaraan dan rumah yang berlantai dua.

4. Politik
Mural dengan pesan politik di Jogjakarta mewarnai pada
beberapa wilayah. Yang cukup menonjol adalah mural
dari partai politik dengan logo sebagai point of interest-
nya. Pesan kritik sosial politik yang non partisan tidak
mudah ditemui, namun graffiti yang bersifat corat-coret
mudah sekali ditemui pesan yang bernada kritik sosial
politik. Bisa jadi karena graffiti lebih bersifat spontan
daripada mural yang membutuhkan perencanaan visual.
Mural dengan pesan sponsor dari partai politik biasanya
menjamur ketika musim Pemilu tiba. Hal ini tentu
bertolak belakang bila melihat mural yang dibuat oleh
negara-negara sosialis maupun negara yang sedang
berkecamuk. Mural bagi negara-negara tersebut
menyuarakan pada kepatuhan terhadap ideologi yang
dianut, dukungan kepada pemerintah hingga ajakan
untuk melawan pemerintah. Kuba sebagai sebuah negara
sosialis mural mudah ditemui di jalan-jalan utama
sebagai bentuk penyanjungan kepada penguasa maupun
pahlawan-pahlawan mereka.

2.3.2 Penghapusan Mural

Penghapusan mural pada Agustus lalu menjadi topik yang banyak


diulas dan diperbincangkan. Menurut, Analist Social Media Laboratorium
Indonesia (LAB45), puncak utama dari hangatnya topik penghapusan
mural ini adalah pada 14 Agustus lalu. Setelah beberapa gambar mural
terekspos di media sosial, aparat kepolisian segera bertindak untuk
menghapus mural tersebut. Penghapusan mural ini justru semakin mencuat
dan menjadi tranding di Twitter dengan jumlah mencapai 53.901
unggahan.
Diagram 2.1

Tranding Topic Penghapusan Mural

(Sumber: Laporan Politik Media Sosial www.lab45.id)

Penghapusan mural bukan sekadar ucapan belaka, tetapi memang benar-


benar dilakukan meski menuai banyak kritikan dari berbagai kalangan.
Oleh karena itu, penghapusan mural yang diduga mirip Presiden Joko
Widodo ini, mengundang banyak perhatian masyarakat. Bahkan, tidak
hanya mural itu saja yang dihapuskan.
Diagram 2.2

Topik Penghapusan Mural

(Sumber: Laporan Politik Media Sosial www.lab45.id)

Selain mural yang diduga mirip Presiden Joko Widodo, terdapat


dua mural lainnya yang turut dihapus dan disebut dalam tayangan Mata
Najwa. Mural tersebut ialah mural “Dipaksa Sehat di Negara yang Sakit”
dan “Tuhan Aku Lapar”
Gambar 2.1

Mural 1: 404 Not Found Diduga Mirip Presiden Joko Widodo

(Sumber: mediaindonesia.com)

Mural “Dipaksa Sehat di Negara yang Sakit” merupakan mural yang


ditemukan di Bangil Pasuruan.

Gambar 2.2

Mural 2: Dipaksa Sehat di Negara yang Sakit

(Sumber: www.cnnindonesia.com)
Sedangkan lukisan yang berupa tulisan (graffiti) “Tuhan Aku Lapar
ditemukan di Tigaraksa Kabupaten Tanggerang.
Gambar 2.3

Mural: Tuhan Aku Lapar

(Sumber: detikNews detik.com)


2.4 Informasi

Komunikasi sebagai suatu proses memilih simbol-simbol yang akan


dikirim komunikator dalam bentuk pesan, kemudian akan membangkitkan respon
penerima atau komunikan atas makna dari pikirannya yang serupa dengan yang
dimaksud oleh sang komunikator, Raymond S. Ross (dalam Wiryanto, 2004: 6).

(Effendi 1984: 18-19) menyebutkan bahwa terdapat beberapa unsur-unsur


dalam proses komunikasi, yaitu sebagai berikut.

a. Sender
Komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau
sejumlah orang.
b. Encoding
Penyandian, yakni proses pengalihan fikiran ke dalam bentuk
lambang.
c. Message
Pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang
disampaikan oleh komunikator. Pesan dapat berupa suatu informasi.
d. Media
Saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator
kepada komunikan.
e. Decoding
Proses dimana komunikan menetapkan makna pada lambang
yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.
f. Receiver
Komunikan adalah penerima pesan dari komunikator.
g. Response
Tanggapan adalah seperangkat reaksi dari komunikan setelah
menerima pesan.
h. Feedback
Umpan balik adalah tanggapan komunikan atas apa yang telah
diterima dari komunikator. Umpan balik biasanya berupa tindakan
baik secara langsung maupun tidak langsung.
i. Noice
Gangguan bukanlah sesuatu yang terencana dalam komunikasi.
Namun, gangguan bias terjadi dalam proses komunikasi sebagai
akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan
pesan yang disampaikan oleh komunikator.

Seperti yang disebutkan, bahwa dalam komunikasi terdapat beberapa


unsur penting yang membentuk komunikasi menjadi kegiatan yang efektif, salah
satunya adalah unsur pesan yang berupa informasi. Informasi merupakan pesan
yang disampaikan oleh komunikator terhadap komunikan dengan tujuan tertentu.
Menurut Gordon B. Davis (2002:4), informasi adalah data yang diolah menjadi
suatu bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam pengambilan
keputusan saat ini atau saat mendatang. Anton M. Moeliono (1990:331)
mendefinisikan informasi sebagai data yang telah diproses untuk suatu tujuan
tertentu, tujuan tersebut adalah untuk menghasilkan sebuah keputusan.

Informasi mengandung nilai yang memungkinkan seseorang untuk dapat


mengerti, menginterpretasikan, dan memprediksi suatu fenomena. Pemaknaan
pesan dari informasi tersebut ditangkap dan didefinisikan oleh komunikator
kemudian akan memalui proses penerimaan infromasi oleh komunikan. Dari
definisi menurut para ahli yang telah dijabarkan, maka dapat ditarik kesimpulkan
bahwa informasi merupakan suatu data yang telah diolah untuk tujuan tertentu dan
informasi dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan.
Hal itu bisa diartikan bahwa informasi dapat mempengaruhi seseorang dalam
bersikap kepada suatu fenomena dan mengambil suatu keputusan saat dibutuhkan.

2.4.1 Penerimaan Informasi

Penerimaan informasi memiliki pengertian bahwa informasi telah


berhasil diterima oleh komunikan. Penerimaan informasi merupakan hasil
dari proses informasi yang diperoleh dengan berbagai cara dari beragam
saluran, sumber baik secara langsung seperti mendengar dari keluarga,
teman, tetangga, dan lain-lain maupun dengan cara media perantara seperti
media massa, media sosial, dan lain-lain (Sutisna, 2003: 87). Penerimaan
informasi membutuhkan proses yang akan menghasilkan persepsi
seseorang dan penting untuk menyesuaikan tujuan dan isi pesan (Sutisna,
2003: 87).

Objek penerimaan pesan (receiving information) ini disebut


sebagai penerima pesan atau informasi (reveiver), dimana seseorang bisa
menerima input (masukan) yang bisa berupa pesan, informasi, keterangan,
dan lain-lain tanpa henti atau di kondisi aktif dan diam (Yusup, 2012:
131). Manusia dianggap sebagai penerima jasa informasi atau pengguna
informasi, dimana pengetahuan yang telah didapatkan diolah dan dikelola
secara khusus dengan syarat yang khusus juga.

Dalam ilmu komunikasi, ketika seseorang mengungkapkan suatu


hal, pesan diberi makna berlainan oleh orang yang berbeda. Words don’t
mean; people mean (kata-kata tidak mempunyai makna, oranglah yang
memberi makna). Orang-orang menerima, mengolah, menyimpan, dan
menghasilkan kembali informasi melalui proses pengolahan informasi
dalam komunikasi intrapersonal seseorang yaitu meliputi sensasi, persepsi,
memori, dan berpikir (Rakhmat, 2007: 49).
Tahap paling awal penerimaan informasi adalah sensasi (sense),
dengan fungsi alat indera dalam menerima informasi dari lingkungan
sangat penting agar manusia dapat memahami kualitas fisik lingkungannya
dan juga memperoleh pengetahuan dan semua kemampuan dalam
berinteraksi dengan dunianya (Rakhmat, 2007: 49). Sensasi ini kemudian
akan membuat perbedaan kapasitas alat indera pada setiap masing-masing
orang sehingga akan terjadi perbedaan tipe, karakteristik, keinginan,
harapan, hingga kesenangan seseorang terhadap suatu hal. Setelah sensasi,
terdapat persepsi yaitu pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan (Rakhmat, 2007: 51).

Morissan juga mengatakan bahwa manusia setiap saat menerima


begitu banyak stimuli (informasi) dari lingkungannya, dengan faktor
penentunya bergantung pada faktor psikologis, seperti kepribadian,
kebutuhan, motif, harapan, dan pengalaman yang dimiliki (Morissan,
2010: 97-98). Tidak seluruh stimuli akan diterima oleh manusia atau
seseorang, namun mereka akan menyaring stimuli tersebut yaitu ada
informasi yang diterima dan ada yang tidak diterima, disebut sebagai
penerimaan selektif.

2.5 Talkshow

Talkshow merupakan kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh beberapa


orang dengan tujuan membahas suatu topik yang dianggap penting, sedang hangat
di tengah masyarakat ataupun mendesak. Talkshow yang ditayangkan oleh televisi
menjadi salah satu pewujud dari fungsi televisi tersebut sebagai media massa,
yakni memberikan informasi dan mendidik. Televisi merupakan media massa
elektronik yang menjangkau masyarakat luas dari berbagai kalangan. Semua
orang dapat menikmati siaran-siaran televisi secara gratis dalam waktu 24 jam
penuh. Siaran-siaran yang disajikan televisi sangat variatif. Salah satunya siaran
berbentuk talkshow.
Program Acara Talkshow sebagai media komunikasi sudah lama dikenal,
bahkan sejak era kejayaan radio ketika sebuah acara talkshow pertama di radio
diciptakan oleh John J. Anthony pada tahun 1930 (radio History by Carla Gesell-
Streeter). Sementara di televisi, acara talkshow disiarkan untuk pertama kali pada
27 September 1954 oleh jaringan televisi NBC (Aylesworth, 1987), dengan nama
program Tonight Show (Sri Wulandari, 2009: 9).

Terdapat beberapa alasan mengapa siaran televisi digemari oleh


masyarakat, yakni isi pesannya sesuai dengan realitas sosial, mengandung
cerminan tradisi nilai luhur budaya masyarakat, dan isi pesan tersebut lebih
banyak mengangkat permasalahan atau persoalan yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat (Wawan Kuswandi, 1996: 130). Talkshow menjadi salah satu siaran
yang memuat alasan seperti di atas. Talkshow merupakan program di televisi yang
memiliki tiga komponen dasar, yakni studio televisi, host (pemandu acara), dan
wawancara.

Bernard M. Timberg dalam buku Television Talk, A History of the TV Talk


Show, mengungkapkan program talkshow di televisi merupakan acara yang
dibawakan oleh seorang host (dibantu sebuah tim yang bertanggung jawab atas
materi, pengarahan, dan bentuk acara yang akan ditampilkan), serta mengandung
percakapan berisi pesan (message). Sedangkan Paul Robert memandang bahwa
setiap acara talkshow yang baik memiliki pembawa acara yang hebat, seorang
yang berkepribadian kuat, yang memiliki tujuan untuk acaranya, dan mampu
menyetel nada suaranya, seseorang yang mengerti kecakapan berkomunikasi,
seorang yang menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang benar, yang membuat
tamu-tamunya merasa nyaman, dan yang mampu terus menerus membangun
hubungan dengan khalayak. Sehingga dapat diketahui bahwa letak kekuatan
sebuah talkshow berada pada pembawa acaranya dan unsur lainnya hanya
merupakan pendukung dari sebuah program talkshow.

Talkshow dikategorikan menjadi dua, yakni yang sifatnya ringan dan


menghibur dan yang sifatnya formal dan serius. Namun secara umum, talkshow
adalah program atau acara yang mengulas suatu permasalahan melalui
perbincangan, diskusi, wawancara dan interaksi dengan beberapa narasumber
tanpa kehadiran aktor yang memerankan karakter tertentu. Talkshow yang sifatnya
formal dan serius umumnya termasuk dalam kategori berita, sementara talkshow
yang sifatnya ringan dan menghibur termasuk dalam kategori informasi. Meski
terbilang ringan, namun ada beberapa talkshow kategori ini yang berkonsep
formal karena topik yang dibahas berat dan perlu keseriusan.

2.5.1 Talkshow Mata Najwa

Mata Najwa merupakan program talkshow unggulan televisi yang


tayang dalam siaran Trans7 setiap satu minggu sekali, yakni pada hari
Rabu malam, pukul 20.00 WIB. Talkshow ini, memiliki banyak penonton
dan menarik perhatian masyarakat dengan topik yang disajikan. Apalagi
pembawa acara mampu menyampaikan informasi yang mengajak
penonton untuk berpikir kritis. Mata Najwa menyusung konsep acara
bincang-bincang dengan para tokoh yang mempunyai pengaruh. Kata
“Najwa” dalam talkshow ini diambil dari nama pembawa acara tersebut
yaitu Najwa Shihab.

Gambar 2.4

Program Talkshow Mata Najwa

(Sumber: https://www.trans7.co.id/programs/mata-najwa)

Sebelum tayang di stasiun televisi Trans 7, Mata Najwa pertama


kali tayang di stasiun televisi Metro TV. Di stasiun televisi yang identik
dengan warna biru ini, Mata Najwa sudah 7 tahun lamanya mengudara.
Tepatnya, sejak episode perdana "Dunia dalam Kotak Ajaib" yang tayang
pada 25 November 2009 lalu. Kemudian tayangan talkshow terkakhirnya
adalah Wawancara Eksklusif Novel Baswedan pada 26 Juli 2017. Selama
7 tahun tersebut. Mata Najwa telah memiliki total tayang sebanyak 511
episode. Setelah sempat berhenti tayang, Mata Najwa kembali disambut
antusias masyarakat atas kembalinya ke layar kaca pada hari Rabu, 10
Januari 2018 di Trans 7. Talkshow ini, tayang perdana kembali pada pukul
20.00 WIB. Sejak tayangnya di Trans 7, Mata Najwa masih bertahan
hingga saat ini.
Selama memberikan informasi, Mata Najwa telah memperoleh
berbagai macam penghargaan. Penghargaan bergengsi yang diperoleh
beberapa diantarnya adalah meraih 2 Penghargaan Panasonic Gobel
Awards sekaligus pada tahun 2019, Mata Najwa sebagai kategori Program
Talkshow Berita Terfavorit, dan Najwa Shibab selaku pembawa acara
berhasil meraih piala untuk Presenter Talkshow Berita Terfavorit. Tidak
hanya itu, pada Anugrah KPI 2020, Mata Najwa terpilih sebagai Program
Talkshow Berita Terbaik oleh Komisi Penyiaran Indonesia.
Mata Najwa memiliki daya tarik tersendiri di masyarakat, pasalnya
talkshow ini menyusung konsep yang begitu matang dan apik dalam
mengupas dan menyoroti suatu isu atau topik yang sedang hangat
diperbincangakan oleh publik. Topik ini juga berkenaan dengan kebutuhan
akan informasi bagi masyarakat. Topik yang diangkat, terkait dengan isu-
isu dari berbagai macam ranah dan bidang, diantanya politik, ekonomi,
pendidikan, bahkan isu lingkungan.
Informasi dapat disampaikan dengan baik tentunya didasari oleh
peran besar dari pihak komunikator. Najwa Shihab adalah bagian dari
komunikator tersebut, sekaligus menjadi sorot utama sebagai Pembawa
Acara. Sebuah talkshow dapat memiliki kualitas terbaik, salah satunya
dipengaruhi oleh faktor pembawa acara. Najwa Shihab memiliki latar
belakang yang bukan sembarangan. Ia merupakan anak dari Quraish
Shihab yang lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, pada 16 September 1977
lalu. Najwa Shihab telah menyelesaikan pendidikan magister di Melbourne
Law School, dengan jurusan hukum media. Ia juga telah berkecimpung di
dunia jurnalistik sejak kurang lebih 20 tahun lamanya. Tahun 2016, Ia
dinobatkan sebagai Duta Baca Nasional selama 4 tahun ke depan.

2.7 Pengaruh Antar Variabel

2.8 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran membantu menjelaskan suatu hubungan dan


pengaruh terkait antar variabel yang akan diteliti oleh penulis secara teoritis.
Variabel-variabel penelitian tersebut akan dijabarkan secara lebih terperinci dan
relevan dengan rumusan masalah yang telah ditentukan. Dengan demikian,
kerangka pemikiran memudahkan peneliti, karena sebagai sebuah landasan untuk
menjawab rumusan masalah pada penelitian ini.

1. Valence atau valensi. Valensi mengacu pada apakah informasi


mendukung keyakinan atau menyangkal mereka. Ketika informasi
menyokong keyakinan, maka informasi tersebut mempunyai valensi
“positif”. Ketika tidak menyokong maka valensi “negatif”.
2. Bobot yang diberikan seseorang terhadap informasi. Bobot adalah
sebuah kegunaan dari kredibilitas. Jika seseorang berpikir bahwa
informasi tersebut adalah benar, maka mereka akan memberikan
bobot yang lebih tinggi pada informasi tersebut; jika tidak, maka
mereka akan memberikan bobot yang lebih rendah. Jelasnya,
semakin besar bobotnya, semakin besar pula dampak dari informasi
tersebut pada sistem keyakinan seseorang.

Terkait tolok ukur dari variabel independen tersebut, maka hal-hal yang
perlu diamati dalam tayangan Mata Najwa Edisi “Bung, Ini Negeri Kita” adalah
sebagai berikut.

1. Harmonisasi Dalam Tayangan


2. Penyampaian Inti Informasi
3. Pertimbangan Penggunaan Narasi
4. Data Pendukung
5. Fokus Pada Satu Tema

Kelima indikator utama diatas akan dipecah kembali berdasarkan dengan, konten,
tanda, dan terkait lokasi, serta waktu penayangan.

2.5 Alur Pemikiran

Bagan 2.1

Alur Pemikiran dalam Penelitian

PENGARUH PENERIMAAN INFORMASI TAYANGAN MATA


NAJWA EDISI “BUNG, INI NEGERI KITA” TERHADAP
PERUBAHAN SIKAP MAHASISWA MENGENAI
PENGHAPUSAN MURAL

Metode Kuantitatif Ekplanatif

Valensi Penerimaan
Informasi X1
Variabel X Variabel Y
Penerimaan Informasi Sikap Mahasiswa
Information integration Teori Konsistensi
theory Kognitif
Bobot Informasi X2
Dimensi:

1. Keyakinan
2. Penyangkalan
3. Penguatan
4. Diferensial
(Sumber: diolah oleh penulis)

2.6 Penelitian Terdahulu


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, sehingga rancangan yang


digunakan adalah rancangan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan
deskriptif. Oleh karena itu, tujuan penelitian ialah untuk menggambarkan secara
sistematis dan terukur pada keseluruhan objek penelitian pengaruh penerimaan
informasi tayangan Mata Najwa Edisi “Bung, Ini Negeri Kita” terhadap Sikap
Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sriwijaya mengenai
Penghapusan Mural. Sumber data utama dalam penelitian ini adalah mahasiswa
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sriwijaya Angkatan 2018.
Dalam mengumpulkan data, jumlah demikian tidak memungkinkan untuk
dilakukan wawancara mendalam. Oleh karena itu, dalam menguji hipotesis
penelitian, data akan dikumpulkan dengan teknik penyebaran kuesioner sebagai
dasar bagi penulis untuk menarik kesimpulan.

3.2 Definisi Konsep

Definisi konsep ialah istilah yang digunakan untuk menggambarkan secara


abstrak, kejadian, fenomena, dan keadaan individu atau kelompok yang menjadi
pusat perhatian. Oleh karena itu, dengan definisi konsep ini, diharapkan peneliti
dan pembaca dapat memahami konsep Pengaruh Penerimaan Informasi Tayangan
Mata Najwa Edisi “Bung, Ini Negeri Kita” Terhadap Sikap Mahasiswa Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sriwijaya mengenai Penghapusan Mural.
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Tayangan Mata Najwa Edisi “Bung, Ini Negeri Kita”

Tayangan Mata Najwa Edisi “Bung, Ini Negeri Kita” merupakan


tayangan edisi spesial dari program talkshow Mata Najwa yang
bertepatan dengan Hut Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-76
tahun. Talkshow ini ditayangkan oleh stasiun televisi Trans 7 pada
tanggal 18 Agustus 2021, pukul 20.00 WIB. Selain itu, video
tayangan Mata Najwa Edisi “Bung, Ini Negeri Kita” juga diunggah
kembali pada 21 Agustus 2021 di kanal Youtube Narasi Newsroom
dengan durasi utuh 1 jam 14 menit 8 detik.

Gambar 3.1

Mata Najwa Edisi “Bung, Ini Negeri Kita”

(https://berita.baca.co.id dan Tangkap Layar Instagram @matanajwa)

Sebagai program talkshow yang tayang pada stasiun televisi, maka


komunikator dalam komunikasi ini bukan hanya Najwa Shihab
selaku pembawa acara, tetapi keseluruhan yang terlibat. Karena
beberapa di antara ciri komunikator dalam komunikasi massa
adalah kumpulan individu-individu, individu-individu memiliki
batasan dalam menyampaikan pesan dan berperan sesuai sistem
media massa, serta pesan disebarkan atas nama media, Nurudin
(2016). Beberapa individu yang terlibat langsung dan tampil di
depan layar adalah tamu pada talkshow ini, yaitu sebagai berikut.

1. Meutia Hatta

2. JJ Rizal
3. Haris Azhar

4. Faldo Maldini

2. Mahasiswa

Mahasiswa merupakan konsep dalam variabel Y (variabel


dependen). Mahasiswa yang dimaksud pada penelitian ini adalah
seluruh mahasiswa aktif Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sriwijaya Angkatan 2018.

Diagram 3.1
Jumlah Mahasiswa Aktif Perjurusan Program Sarjana
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sriwijaya
Angkatan 2013-2021
Semester Ganjil Tahun Ajaran 2021/2022

(Sumber: Data Akademik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sriwijaya Tahun 2021,
unsri.ac.id)

Universitas Sriwijaya memiliki dua lokasi Kampus, yakni Kampus


Indralaya dan Kampus Palembang, sehingga mahasiswa aktif
berasal dari kedua Kampus tersebut. Mahasiswa aktif Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik angkatan 2018 ialah berjumlah 791
orang. Total jumlah yang diperoleh terdiri atas mahasiswa jurusan
Ilmu Komunikasi, Sosiologi, Ilmu Administrasi Publik, dan Ilmu
Hubungan Internasional.

3.3 Definisi Operasional

Tabel 3.1

Definisi Operasional

Jenis
Variabel Dimensi Aspek Indikator
Variabel
X Penerimaan 1. Valensi 1. Struktur 3. Penggambaran
Informasi Tayangan Pesan kesimpulan
Mata Najwa Edisi 4. Kejelasan urutan
“Bung, Ini Negeri penyampaian
Kita”

2. Gaya Pesan 1. Kemudahan


informasi yang
disampaikan
untuk dimengerti
2. Ketepatan
pemilihan kata
pada informasi
yang
disampaikan

3. Daya Tarik 1. Tampilan visual


Pesan tayangan
2. Ilustrasi yang
dibagikan

2. Bobot 1. Akurasi 1. Sesuai dengan


Penilaian fakta yang ada
2. Sumber
informasi jelas
3. Dukungan data-
data

2. Relevansi 1. Sesuai dengan


kebutuhan
informasi
Mahasiswa
2. Menambah
informasi
3. Sesuai dengan
keadaan yang
ada.
Y Sikap Mahasiswa Kognitif: 1. Pemahaman
mengenai sebelum
Penghapusan menerima
Mural informasi
2. Pengetahuan
tentang
Penghapusan
Mural
3. Kepercayaan
terhadap
pemerintah
4. Kepercayaan
terhadapa Mural
sebagai media
aspirasi rakyat
Afeksi: 1. Ketertarikan
mengenai berita
Penghapusan
Mural
2. Rasa puas
setelah menerima
informasi

Konasi: 1. Menonton
kembali Tayangn
Mata Najwa
2. Mengunggah
tanggapan
terhadap
Penghapusan
Mural.
3. Mempersuai
orang lain sesuai
dengan
keyakinan akhir
setelah menerima
informasi.

3.4 Unit Analisis, Populasi dan Sampel

3.4.1 Unit Analis dan Unit Observasi

Unit analisis merupakan partisipan yang mengikuti webinar Bedah


Buku Teman Berjuang Indra Sugiarto yang diselenggarakan oleh Divisi
Pendidikan penerima Beasiswa Bank Indonesia. Hal tersebut dikarenakan
untuk mempersempit populasi dalam penelitian dimana penikmat buku
Teman Berjuang yang banyak dan itu tersebar di berbagai kota.

3.4.2 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek dan subjek yang memenuhi


syarat-syarat dalam penelitian ini. Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini ialah mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sriwijaya angkatan 2018. Tabel dibawah ini menunjukan
jumlah mahasiswa tersebut. Namun, tidak semua populasi akan dijadikan
objek, karena akan diwakili oleh sampel penelitian.

Tabel 3.2
Jumlah Mahasiswa Aktif Perjurusan Program Sarjana
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sriwijaya
Angkatan 2018
Semester Ganjil Tahun Ajaran 2021/2022

Jurusan Jumlah
Ilmu Komunikasi 224
Sosiologi 177
Ilmu Administrasi Publik 181
Ilmu Hubungan Internasional 209
Total 791
(Sumber: unsri.ac.id dan diolah oleh Penulis)

3.4.3 Sampel

Merupakan jumlah tertentu dari objek dan subjek populasi yang


memenuhi syarat dalam penelitian ini untuk mewakili populasi. Populasi
untuk penelitian ini tergolong besar oleh karena itu untuk mempersempit
jumlah populasi, peneliti menggunakan rumus yang dikemukakan oleh
Slovin dalam Umar (2003) dengan rumus sebagai berikut.

𝐍
𝐧=
𝟏+𝐍(𝐞)𝟐

keterengan:
n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

e = tingkat kesalahan (error)

Sehingga jumlah sampel yang didapatkan yaitu sebagai berikut.

791
𝐧=
1 + 791 (10%)2

791
𝐧=
1 + 791(0,1)2

791
𝐧=
1+3
791
𝐧= = 197.75
4
Berdasarkan perhitungan tersebut, jika dibulatkan maka jumlah sampel
adalah 198 orang. Dengan demikian, dapat disisimpulkan bahwa sampel
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 198 responden
mahasiswa dari keseluruhan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sriwijaya Angkatan 2018.

3.5 Data dan Sumber Data

3.5.1 Data

Berdasarkan jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini


adalah data kuantitatif. Merupakan jenis data yang diperoleh dalam bentuk
angka atau bilangan. Dalam mengolah atau menganalisis data ini akan
digunakan teknik perhitungan matematika atau statistika.

3.5.2 Sumber Data

Ditinjau dari sumbernya, data yang digunakan dalam penelitian ini


adalah data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Merupakan data yang diperoleh secara langsung dari objek
utama dalam penelitian ini.
2. Data Sekunder
Merupakan data tambahan yang diperoleh bukan dari objek
utama penelitian.
Dalam penelitian ini, yang menjadi data sekunder ialah data yang
diperoleh dengan membaca literatur, jurnal, laporan maupun penelitian
terdahulu yang terkait dengan penelitian ini.

3.6 Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen

3.6.1 Uji Validitas

Pengujian validitas dan reliabilitas instrumen bertujuan untuk


keperluan analisis data kuantitatif. Validitas adalah ukuran yang
menunjukkan tingkat kevalidan instrumen. Instrumen dapat dikatakan
valid apabila mempunyai validitas yang tinggi, artinya instrumen tersebut
dapat digunakan untuk mengukur yang seharusnya diukur, sebaliknya
instrumen dikatakan kurang valid apabila mempunyai validitas yang
rendah. Dalam penelitian ini menggunakananalisis butir, dimana untuk
menguji validitas butir, maka skor-skor yang ada pada butir yang
dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Perhitungan validitas dilakukan
dengan rumus dari Karl Pearson, yaitu:
N∑𝑥𝑦 − (∑𝑥)(∑𝑦)
r𝑥𝑦 =
√{N∑𝑥 2 − (∑𝑥 2 )}{N∑𝑦 2 − (∑𝑦 2 )}

Keterangan:

r𝑥𝑦 = koefisien kolerasi

N = jumlah sampel

∑x = jumlah skor butir

∑y = jumlah skor total

∑xy = jumlah perkalian X dan Y


Untuk melakukan uji validitas akan dilakukan dengan bantuan
softwareSPSS pada komputer, kemudian membandingkan nilai r hitung
dengan nilai r tabel, dalam hal ini koefisien validitas dianggap valid
apabila rxy ≥ 0,3 (Azwar, 2007:179). Jadi jika kolerasi antara butir soal
dengan skor total ˂ 0,3 maka butir dalam instrumen tersebut dinyatakan
tidak valid.

3.6.2 Uji Reabilitas Instrumen

Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini, uji reabilitas penelitian


dilakukan untuk mengetahui bahwa hasil dari pengukuran dapat dipercaya.
Bila suatu alat ukur dipakai ditempat yang berbeda atau digunakan pada
dua kesempatan pengukuran dalam waktu yang berbeda dan memberikan
hasil yang sama, alat ukur tersebut dapat dikatakan memiliki derajat
reabilitas yang tinggi (Atwar Bajari 2015:89). Uji reliabilitas dalam
penelitian ini menggunakan metode Alpha Cronbach (α) dengan rumus
sebagai berikut:
𝐾 𝑆𝑟2 − ∑𝑆𝑖2
α=( )( )
𝐾−1 𝑆𝑥2

Keterangan:

α = Koefisien reliabilitas

K = Jumlah item pertanyaan yang diuji

∑𝑆𝑖2 = Jumlah varians skor item

SX 2 = Varians skor-skor tes (seluruh item K)

Dengan ketentuan, Jika nilai alpha > 0,7 maka reliabilitas


mencukupi (sufficient reliability) sementara jika alpha > 0,80 maka
memiliki reliabilitas yang kuat.

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan berbagai data dalam penelitian ini dilakukan agar penelitian


ini dapat berlangsung dan menyajikan hasil yang baik. Berikut adalah teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam melakukan penelitian ini, diantaranya
sebagai berikut.
1. Penyebaran Kuesioner
Penyebaran kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan
memberikan pertanyaan terstruktur kepada responden penelitian.
Teknik pengumpulan data dengan penyebaran kuesioner ini
merupakan salah satu ciri dari penelitian kuantitatif. Dalam
penelitian ini, setiap item pertanyaan dalam kuesioner akan
menggunakan skala likert sebagai alternative jawaban responden
penelitian. Penyebaran kuesioner menggunakan google form.
2. Studi Dokumentasi
Studi Domumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan studi literatur, data dokumen baik berbentuk
tulisan, gambar maupun catatan peristiwa yang telah terjadi. Dalam
penelitian ini dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan
berbagai jurnal atau penelitian terdahulu sebagai referensi
penelitian, serta dokumen atau data yang terdapat pada saat
pelaksanaan webinar.
3. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara menanyakan secara langsung terkait informasi yang
dibutuhkan penelitian. Wawancara akan ditujukan kepada
mahasiswa yang menjadi objek penelitian.

3.8 Uji Normalitas Data


Dalam penelitian ini, uji normalitas data ini bertujuan untuk melihat
apakah data hasil penelitian pada variable terdistribusi dengan normal. Metode
yang digunakan untuk menguji normalitas adalah dengan menggunakan uji
Kalmogorov-Smirnov > 0,05, dengan rumus:
(𝑂𝑖 − 𝐸𝑖 )
𝑋2 = ∑
𝐸𝑖

Keterangan:
𝑋 2 = Harga chi kuadrat

𝑂𝑖 = Frekuensi hasil pengamatan

𝐸𝑖 = Frekuensi yang diharapkan

3.9 Konversi Skala Data Ordinal ke Interval


Merupakan cara konversi data yang diperlukan untuk menganalisa data
yang dihasilkan dengan menggunakan korelasi atau regresi . Konversi data ini
dilakukan dari konversi data ordinal kedalam bentuk interval. Untuk mengukur
minat belajar, digunakan Skala Guttuman yang disebut juga skala Likert.
Penentuan skor dalam jawaban kuesioner, dibagi dalam 5 (lima) kategori dengan
menggunakan skala Likert (Sugiono 2009:93), yaitu :
 Jawaban 1 dengan skor 1 pada alternatif jawaban sangat tidak setuju /
sangat tidak yakin.
 Jawaban 2 dengan skor 2 pada alternatif jawaban tidak setuju / tidak
yakin.
 Jawaban 3 dengan skor 3 pada alternatif jawaban netral.
 Jawaban 4 dengan skor 4 pada alternatif jawaban setuju / tidak yakin.
 Jawaban 5 dengan skor 5 pada alternatif jawaban sangat setuju/ sangat
tidak yakin.
Untuk menentukan interval, digunakan rumus sebagai berikut:
𝑅
I=
∑𝑘

Keterangan :

I = Interval

R = Skor tertinggi – skor terendah

∑k = Jumlah kelas

Nilai tertinggi 5, maka 5x75 = 375

Nilai terendah 1, maka 1x75 = 75

375 − 75
I=
5
300
I=
5

I = 60

Jadi besarnya interval adalah 60, sehingga kategori hasil dari skor yang dipilih
adalah sebagai berikut.

75 – 135 = Sangat tidak baik

136 – 196 = Tidak baik

197 – 257 = Cukup

258 – 318 = Baik

≥ 319 = Sangat baik

3.10 Teknik Analisis Data

Penelitian ini akan menggunakan teknik analisis data kuantitatif dimana


data yang dihasilkan diklasifikasikan ke dalam kategori berbentuk angka dan
diolah menggunakan bantuan program statistik komputer yaitu SPSS for
Windows versi 24.

3.10.1 Teknik Deskriptif Statistik Kuantitatif

Teknik analisis deskriptif statistik merupakan teknik analisis data


yang hasilnya kategorikan ke dalam bentuk angka dan dapat dihitung
untuk menghasilkan penelitian kuantitatif yang kokoh dengan bantuan
program komputer SPSS for Windows versi 24.

3.10.2 Teknik Eksplanatif

3.11 Uji Hipotesis


Menurut Sugiyono (2009) Hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian
biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Hipotesis juga dapat
dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum
jawaban yang empiric dengan data.

3.11.1 Hipotesis Penelitian

H0: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara penerimaan


informasi tayangan Mata Najwa Edisi “Bung, Ini Negeri
Kita” terhadap sikap mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Polititik Universitas Sriwijaya angkatan 2018
mengenai penghapusan mural.

H1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara penerimaan


informasi tayangan Mata Najwa Edisi “Bung, Ini Negeri
Kita” terhadap sikap mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Polititik Universitas Sriwijaya angkatan 2018
mengenai penghapusan mural.

3.12 Kelemahan dan Keterbatasan dalam Penelitian

Anda mungkin juga menyukai