Rencana Pembangunan Lima Tahun Ii - Kelompok 2
Rencana Pembangunan Lima Tahun Ii - Kelompok 2
(REPELITA II)
Untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Sejarah Indonesia
Disusun oleh :
Ahmad Fauzan (04)
Hafish Arbyan (12)
Rivaldy Novyan Dwi Putra (32)
Shalsabila Aristawidya (34)
Wiranti Nazla Azkia (36)
A. Latar belakang
Rencana Pembangunan Lima Tahun atau REPELITA merupakan satuan perencanaan yang
dibuat oleh pemerintah orde baru di indonesia. Yang dilaksanakan selama 30 tahun masa jabatan
Ir. Soeharto. Program ini menerapkan pembangunan terpusat untuk ekonoi makro yang ada di
indonesia. Perancangan program repeliata berada di bawah arahan Widjojo Nitisastri pada tahun
1967 saat ia menjabat sebagai kepala badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)
yang disempurnakan selama kurun waktu lebih kurang setahun. SelainNitisastro, program ini
juga disusunbersamadengantokoh teknokrat lain yang juga
berasaldarilingkungan FakultasEkonomi Universitas Indonesia, yaitu Emil Salim, Ali
Wardhana, J.B. Sumarlin, Saleh Afiff, Subroto dan Mohammad Sadli.
Setelah selesainya tahap repelita I maka masuklah ketahap repelita II yang dimulai pada tahun
1974 sampai 1979 dengan membawa target utama yang ingin dicapai diantaranya :
1. Tersedianya pangan dan sandang yang serba cukup dengan mutu yang bertambah baik dan
terbeli oleh masyarakat umum;
2. Tersedianya bahan bahan perumahan dan fasilitas fasilitas lain yang diperlukan, terutama
untuk kepentingan rakyat banyak;
3. Keadaan prasarana yang makin meluas dan sempurna;
4. Keadaan kesejahteraan rakyat yang lebih baik dan lebih merata;
5. Meluasnya kesempatan kerja.
Guna mencapai sasaran tersebut maka harus terjadi peningkatan-peningkatan yang lebih pesat
dari sebelumnya dalam pelaksanaanya diberbagai bidang, seperti bidang ideologoi, ekonomi,
politik, sosial, budaya, dan pertahan dan keamanan. Namun tidak semudah yang dibayangkan,
bahkan sempat terjadi beberapa hal yang menghambat target repelita II ini untuk tercapai. Tapi
untungnya hambatan-hambatan tersebut bisa diselesaikan olehh pemerintah dengan menerapkan
upaya-upaya yang diberlakukan. dan karena terjadinya beberapa peningakatan yang pesat dalam
berbagai bidang tersebut, maka tentu hal ini berdampak juga bagi masyarakat indonesia.Yang
mungkin sebagian berpandangan negatif dan ada juga yang positif. Tapi secara keseluruhan,
REPELITA II ini dapat dikatakan berhasil.
B. Rumusan masalah Repelita
Dari uraian latar belakang tersebut, maka diperoleh beberapa rumusan masalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah pelaksanaan REPELITA II dalam bidang ideologi, ekonomi, politik,sosial,
budaya, pertahanan dan keamanan?
2. Apa saja hambatan hambatan yang di dalam pelaksanaanya dalam berbagai bidang?
3. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut?
4. Apa dampak dari pelaksanaan repelita II ini di berlakukan?
C. Tujuan
Berdasarkan beberapa rumusan masalah yang sudah ada, dapat ditarik tujuan dari
penulisanmakalah ini adalah sebagai berikut.
1. Menjelaskan pelaksanaaan REPELITA II dalam ke 6 bidang.
2. Menjelaskan hambatan apa saja yang mengahambat REPELITA ini dilakukan.
3. Menjelaskan upaya dalam mengatasi hambatan yang ada.
4. Menjakaskan dampak dari pelaksanaanya REPELITA II.
BAB II
PERENCANAAN
A. Perencanaan Repelita II
Perencanaan REPELITA Rencana Pembangunan Lima Tahun II (atau yang sering disingkat
dengan istilah “REPELITA II”) adalah salah satu dari rangkaian program kerja besar yang
disusun kabinet-kabinet pemerintahan pada periode Indonesia era orde baru. Kurun waktu
berlangsungnya REPELITA II adalah antara tahun 1974 hingga tahun 1979, tepatnya semenjak
dimulainya masa kerja Kabinet Pembangunan II pada tanggal 28 Maret 1973 hingga tanggal 29
Maret 1978.
Fokus kerja yang ditetapkan dalam REPELITA II adalah pembangunan infrastruktur untuk
menjangkau pelosok daerah di Indonesia. Selain itu, berbagai persiapan tersebut dilakukan dalam
rangka mempersiapkan industri-industri hulu atau industri yang mengurusi bahan paling baku
dalam alur rantai produksi. Terdapat pula program Transmigrasi atau pemindahan penduduk ke
pelosok wilayah untuk membangun potensi lokal yang ada beserta mewujudkan pemerataan
pembangunan. Periode perencanaan pembangunan :
1. Sebelum orde baru :
Periode 1945 – 1950
Periode 1951 – 1955
Periode 1956 – 1960
Periode 1961 – 1965
PELAKSANAAN REPELITA II
Sejak tahun 1974/75 sampai dengan tahun 1978/79 telah diberi bimbingan
agama Islam kepada 1.787 kelompok karyawan dan 2.417 kelompok lainnya
terdiri dari suku terasing, transmigran dan kelompok remaja serta kelompok
khusus, di samping penyediaan buku/brosur agama sebanyak 6,8 juta
eksemplar dan 84,6 ribu buah paket dakwah. Demikian pula telah disediakan
berbagai jenis peralatan penerangan audio-visuil.
Selama Repelita II telah dibangun 250 buah Balai Nikah, 160 buah Balai
Sidang Pengadilan Agama serta telah ditatar 1,5 ribu Hakim Agama dan
Panitera, di samping 4.782 petugas NTCR/BP4.
Pengadaan kitab suci yang diusahakan dalam rangka pembangun-an di
bidang agama, kecuali untuk membantu masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan kitab suci, juga dimaksudkan untuk merangsang dan memberikan
bimbingan kepada masyarakat, khususnya para ahli dan penerbit, untuk
senantiasa mengembangkan metode penafsiran kitab suci yang dapat
memudahkan dan menarik perhatian masyara- kat dalam mempelajari ajaran
agama masing-masing.
Sejak tahun 1974/75 sampai dengan 1978/79 telah disediakan dan disebarkan
sejumlah 3.238.275 buah kitab suci dari berbagai golongan agama, terdiri
dari :
Kitab suci umat [slam sebanyak 2.694.170 buah;
Kitab suci umat Kristen Protestan sebanyak 192.555 buah;
Kitab suci umat Katolik sebanyak 77.650 buah;
Kitab suci umat Hindu/Budha sebanyak 40.300 buah.
Di samping itu telah disusun bahan-bahan hasil kerjasama dengan dunia universitas
dan tenaga ahli tentang berbagai masalah pokok yang perlu disusun perundang-
undangannya sejumlah 41 buah (naskah akademis).
Dalam rangka pembinaan hukum telah dilaksanakan 73 buah penelitian dan 34
penulisan karya ilmiah dalam berbagai bidang masalah hukum terutama sebagai hasil
kerjasama dengan berbagai universitas dan badan-badan penelitian lainnya. Pertemuan
ilmiah (lokakarya, seminar simposium) di berbagai bidang hukum telah diselenggarakan
sebanyak 38 kali.
Usaha-usaha inventarisasi yurisprudensi dilakukan sejak tahun 1974 dengan
mengadakan kerjasama antara pengadilan-pengadilan tinggi dengan 14 fakultas hukum
negeri setempat. Sampai dengan tahun 1978/79 telah berhasil dikumpulkan dan dihimpun
3,6 ribu putusan pengadilan perkara perdata dan 1,6 ribu putusan pengadilan perkara
pidana, penjilidan yurisprudensi 16,2 ribu eksemplar buku perkara perdata dan 16,2 ribu
eksemplar buku perkara pidana serta pencetakan 46,6 ribu kartu indeks.
Mengenai hukum laut, usaha-usaha telah dilakukan dalam rang-ka melanjutkan
perjuangan dan kemantapan pengakuan Wawasan Nusantara di forum-forum regional dan
internasional serta pengisian Wawasan Nusantara dengan pengetrapan prinsip-prinsipnya
ke dalam tata hukum nasional.
Kegiatan-kegiatan pembangunan khususnya di bidang penegak-an hukum terus
ditingkatkan melalui kerjasama yang lebih mantap dengan koordinasi yang lebih baik
antara semua unsur aparat pemerintah di bidang pembinaan tertib hukum.
Di samping itu penindakan terhadap perbuatan-perbuatan subversi telah makin
ditingkatkan. Dalam rangka usaha tersebut telah dilakukan penataran yang bertujuan
meningkatkan ketrampilan aparat keamanan dan penegakan hukum dalam menanggulangi
usaha subversi.
Untuk menanggulangi tindak penyelundupan yang dipandang dapat membahayakan
kehidupan perekonomian bangsa dan negara pada umumnya dan pertumbuhan
perdagangan serta perindustrian dalam negeri khususnya, telah dibentuk Team serta
dilancarkan operasi yang dinamakan Operasi 902 sejak tanggal 13 Pebruari 1976.
Tindakan tegas terhadap para pelaku penyelundupan tersebut ternyata telah memberi
pengaruh secara berarti terhadap penerimaan negara dari sektor bea masuk barang-barang
eks impor.
Kegiatan usaha pemberantasan korupsi terus ditingkatkan. Demikian pula telah
diusahakan penyederhanaan prosedur kerja. Hal ini dimaksudkan untuk lebih
mempercepat penyelesaian perkara. Mengenai perkara korupsi setiap tahunnya rata-rata
sekitar 300 perkara berhasil diusut, dituntut dan dijatuhi hukuman.
Masalah kenakalan remaja telah ditangani secara terkoordinir dengan mengambil
langkah-langkah penanggulangan di bidang preventip (antara lain kampanye, bimbingan
dan penyuluhan), represif (antara lain prioritas dalam penyelesaian kenakalan remaja dan
up-grading petugas hukum) dan pembinaan khusus.
Usaha-usaha menanggulangi masalah uang palsu dan penyebarannya telah
ditingkatkan antara lain dengan mempererat hubungan kerjasama dengan aparat penegak
hukum negara-negara tetangga dan negara-negara yang diperkirakan sebagai sumber
pemalsuan.
Penanggulangan penyalahgunaan narkotika dilakukan terutama dengan cara
pencegahan (preventip) dalam bentuk kegiatan penerangan, penyuluhan, pendidikan, dan
kampanye, dengan tujuan menimbulkan kesadaran dan tercapainya partisipasi aktip
masyarakat da- lam pemberantasan penyalahgunaan narkotika. Kemudian dengan
penindakan (represif) yaitu penindakan hukum dengan memberikan hukuman yang berat
serta melalui penyembuhan (rehabilitasi) yang ditujukan kepada korban penyalahgunaan
narkotika.
Di samping hal tersebut di atas telah ditangani berbagai kejadi- an yang merupakan
gangguan terhadap stabilitas politik maupun ekonomi.
Untuk menunjang kelancaran tugas penegak hukum, prasarana fisik kejaksaan telah
ditingkatkan. Dari tahun 1974/75 sampai dengan 1978/79 telah dilaksanakan
pembangunan gedung Kejaksaan Negeri III buah dan Kejaksaan Tinggi 4 buah serta
dilaksanakan perluasan Kejaksaan Agung; rehabilitasi 13 Kejaksaan Negeri dan 3
Kejaksaan Tinggi, serta telah dipenuhi kebutuhan SSB di Kejaksaan Agung dan di 10
Kejaksaan Tinggi (Ambon, Manado, Pontianak, Kupang, Pekanbaru, Balikpapan, Aceh,
Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan dan Irian Jaya).
Mengenai kelembagaan peradilan, dewasa ini telah ada sebanyak 261 Pengadilan
Negeri dan 14 Pengadilan Tinggi. Pembentukan pengadilan dilakukan secara bertahap
dengan mendasarkan pada ur-gensi prioritas. Dalam tahun 1974/75 sampai dengan
1978/79 sebanyak 26 pengadilan negeri baru telah dibentuk.
Dalam rangka pembinaan personil peradilan maka untuk menjamin obyektivitas dan
pembinaan karier hakim telah diadakan pe-mutasian hakim secara regional maupun
nasional. Untuk memenuhi kekurangan tenaga hakim sejak tahun 1974/75 sampai dengan
1978/ 79 telah diangkat 431 orang hakim baru.
Mengenai sarana fisik pengadilan dari tahun 1974/75 sampai dengan 1978/79
dilaksanakan pembangunan gedung Pengadilan Negeri 84 buah dan gedung Pengadilan
Tinggi 6 buah; rehabilitasi/perluasan gedung Pengadilan Negeri 67 buah dan gedung
Pengadilan Tinggi 6 buah; pembangunan rumah hakim-hakim Pengadilan Negeri 468
buah dan hakim Pengadilan Tinggi 73 buah. Di samping itu telah disediakan 208 buah
kendaraan bagi hakim Pengadilan Negeri dan 95 buah bagi hakim Pengadilan Tinggi.
Demikian pula telah dibangun 46 buah rumah dan disediakan 39 buah kendaraan bagi
Hakim Agung dan Asisten Hakim Agung.
Dalam hubungannya dengan usaha penanggulangan penyelundupan dan perkara
subversi telah ditetapkan 46 Hakim yang khusus ditugaskan menangani perkara-perkara
tersebut di seluruh Indonesia.
Untuk mengatasi masalah lembaga pemasyarakatan dari tahun 1974/75 sampai dengan
1978/79 telah dilaksanakan pembangunan kembali 34 buah gedung lembaga
pemasyarakatan, rehabilitasi 74 buah lembaga pemasyarakatan yang sudah tua dan rusak
berat, pem- bangunan 130 buah rumah dinas petugas lembaga, pengadaan 177
buah kendaraan, dan 88 buah kendaraan narapidana.
Di samping Lembaga Pemasyarakatan terdapat Balai-balai Bimbingan
Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak (Balai BISPA) sebanyak 28 buah di kota-kota
besar, 14 buah di antaranya telah mempunyai gedung kantor baru.
Tenaga pemasyarakatan yang memenuhi persyaratan dirasakan masih kurang. Dalam
hal ini diusahakan untuk diatasi dengan penempatan lulusan Akademi Ilmu
Pemasyarakatan yang hingga tahun 1978 mencapai 463 orang. Peningkatan mutu personil
dilakukan secara terus menerus melalui penataran-penataran.
Untuk lebih meningkatkan pelaksanaan tugas keimigrasian dan fasilitas pelayanan
terhadap masyarakat telah diadakan peningkatan beberapa Kantor Direktorat Jenderal
Imigrasi menjadi Kantor Wilayah dan peningkatan Kantor Resort menjadi Kantor
Direktorat Jenderal Imigrasi serta pembukaan kantor-kantor baru.
Pada waktu ini terdapat 12 Kantor Wilayah, 40 Kantor Direktorat Jenderal Imigrasi
dan 15 Kantor Resort yang berada di tempat-tempat strategis letaknya dilihat dari sudut
imigrasi.
Dalam tahun 1974/75 sampai dengan 1978/79 telah dilaksanakan pembangunan 44
buah gedung-gedung kantor imigrasi baru, perluasan dan penambahan II buah asrama
imigrasi, pembangunan perumahan dinas 140 buah, serta pengadaan kendaraan bermotor
89 buah.
Berbagai penataran diselenggarakan untuk pendidikan para penegak hukum dan pelaksana
hukum. Berbagai jenis penataran ter-sebut antara lain penataran bagi hakim, panitera
pengadilan, pejabat teknis pemasyarakatan, keimigrasian dan pelaksana teknis bidang
hukum.Penyebar luasan bahan hukum dan perundang-undangan mau- pun peraturan-
peraturan telah dilaksanakan secara bertahap sebagai salah satu kegiatan penyuluhan
hukum. Pembinaan kesadaran hukum dilakukan dengan penyuluhan, bimbingan,
pendidikan dan bantuan hukum. Antara tahun 1974/75-1978/79 telah diselenggarakan
pendidikan/penataran 2.768 orang tenaga kehakiman, sedangkan di bidang pendidikan
kejaksaan telah dilaksanakan pendidikan/pembentukan Jaksa sebanyak 440 orang,
pendidikan sandi 35 orang, dan pendidikan karier 80 orang.
a. Pelaksanaan di BidangPertahanan dan Keamanan
Pembangunan bidanghukumditujukanuntukmenunjangper-
kembanganmasyarakatkhususnya di bidangekonomi dan sosial. Sejaktahun 1974/75
sampaidengan 1978/79 rancanganundang-undang yang sudahdisyahkanmenjadiundang-
undangberjumlah 41 buah, di sampingtelahditetapkan pula sebanyak 174 PeraturanPe -
merintah (PP). Rancanganperundang-undangan yang telahselesaidisusunberjumlah 27
buahrancanganundang-undang (RUU) dan 21 buahrancanganperaturanpemerintah
(RPP).
Di sampingitutelahdisusunbahan-bahanhasilkerjasamadengan dunia universitas
dan tenagaahlitentangberbagaimasalahpokok yang perludisusunperundang-
undangannyasejumlah41 buah (naskahakademis).
Dalamrangkapembinaanhukumtelahdilaksanakan 73 buahpenelitian dan 34
penulisankaryailmiahdalamberbagaibidangmasalahhukumterutamasebagaihasilkerjasama
denganberbagai universitas dan badan-badan penelitianlainnya. Pertemuanilmiah
(lokakarya, seminar simposium) di berbagaibidanghukumtelahdi selenggarakansebanyak
38 kali.
Usaha-usahainventarisasiyurisprudensidilakukansejaktahun 1974
denganmengadakankerjasamaantarapengadilan-pengadilantinggidengan 14
fakultashukumnegeri setempat. Sampaidengantahun 1978/79 telahberhasildikumpulkan
dan dihimpun 3,6 ribuputusanpengadilanperkaraperdata dan 1,6
ribuputusanpengadilanperkarapidana, penjilidanyurisprudensi 16,2
ribueksemplarbukuperkaraperdata dan 16,2
ribueksemplarbukuperkarapidanasertapencetakan 46,6 ribukartuindeks.
Mengenaihukumlaut, usaha-usahatelahdilakukandalam rang-ka
melanjutkanperjuangan dan kemantapanpengakuanWawasan Nusantara di forum-forum
regional dan internasionalsertapengisianWawasan Nusantara denganpengetrapanprinsip-
prinsipnyakedalam tata hukumnasional.
Kegiatan-kegiatanpembangunankhususnya di bidangpenegak -an
hukumterusditingkatkanmelaluikerjasama yang lebihmantapdengankoordinasi yang
lebihbaikantarasemuaunsuraparatpemerintah di bidangpembinaantertibhukum.
Di sampingitupenindakanterhadapperbuatan-perbuatansubver-
sitelahmakinditingkatkan. Dalamrangkausahatersebuttelahdi lakukanpenataran yang
bertujuanmeningkatkanketrampilanaparatkeamanan dan
penegakanhukumdalammenanggulangiusahasubversi.
Untukmenanggulangitindakpenyelundupan yang
dipandangdapatmembahayakankehidupanperekonomianbangsa dan negara pada
umumnya dan pertumbuhanperdagangansertaperindustriandalam negeri khususnya,
telahdibentuk Team sertadilancarkanoperasi yang dinamakanOperasi 902 sejaktanggal
13 Pebruari 1976.
Tindakan tegasterhadap para
pelakupenyelundupantersebutternyatatelahmemberipengaruhsecaraberartiterhadappeneri
maan negara darisektorbeamasukbarang-barangeksimpor.
Kegiatanusahapemberantasankorupsiterusditingkatkan. Demikian pula
telahdiusahakanpenyederhanaanprosedurkerja. Hal
inidimaksudkanuntuklebihmempercepatpenyelesaianperkara.
Mengenaiperkarakorupsisetiaptahunnya rata-rata sekitar 300 per karaberhasildiusut,
dituntut dan dijatuhihukuman.
Masalahkenakalanremajatelahditanganisecaraterkoordinirdenganmengambillangka
h-langkahpenanggulangan di bidangpreventip (antara lain kampanye, bimbingan dan
penyuluhan), represif (antara lain prioritasdalampenyelesaiankenakalanremaja dan up-
grading petugashukum) dan pembinaankhusus.
Usaha-usahamenanggulangimasalah uang palsu dan penyebar -
annyatelahditingkatkanantara lain
denganmempererathubungankerjasamadenganaparatpenegakhukum negara-negara
tetangga dan negara-negara yang diperkirakansebagaisumberpemalsuan.
Penanggulanganpenyalahgunaannarkotikadilakukanterutamadengancarapencegaha
n (preventip) dalambentukkegiatanpenerangan, penyuluhan, pendidikan, dan kampanye,
dengantujuanmenimbulkankesadaran dan tercapainyapartisipasiaktipmasyarakat da- lam
pemberantasanpenyalahgunaannarkotika. Kemudiandenganpenindakan (represif)
yaitupenindakanhukumdenganmemberikanhukuman yang
beratsertamelaluipenyembuhan (rehabilitasi) yang ditujukankepada korban
penyalahgunaannarkotika.
Di sampinghaltersebut di atastelahditanganiberbagaikejadi- an yang
merupakangangguanterhadapstabilitaspolitikmaupunekonomi.
Untukmenunjangkelancarantugaspenegakhukum,
prasaranafisikkejaksaantelahditingkatkan. Dari tahun 1974/75 sampaidengan 1978/79
telahdilaksanakanpembangunangedungKejaksaan Negeri III buah dan Kejaksaan Tinggi
4 buahsertadilaksanakanperluasanKejaksaan Agung; rehabilitasi 13 Kejaksaan Negeri
dan 3 KejaksaanTinggi, sertatelahdipenuhikebutuhan SSB di Kejaksaan Agung dan
di 10 Kejaksaan Tinggi (Ambon, Manado, Pontianak, Kupang, Pekanbaru, Balikpapan,
Aceh, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan dan Irian Jaya).
Mengenaikelembagaanperadilan, dewasainitelahadasebanyak 261 Pengadilan
Negeri dan 14 Pengadilan Tinggi. Pembentukanpe-
ngadilandilakukansecarabertahapdenganmendasarkan pada ur-gensiprioritas.
Dalamtahun 1974/75 sampaidengan 1978/79 sebanyak 26 pengadilan negeri
barutelahdibentuk.
Dalamrangkapembinaanpersonilperadilanmakauntukmenjaminobyektivitas dan
pembinaankarier hakim telahdiadakan pe-mutasian hakim secara regional
maupunnasional. Untukmemenuhikekurangantenaga hakim sejaktahun 1974/75
sampaidengan 1978/ 79 telahdiangkat 431 orang hakim baru.
Mengenaisaranafisikpengadilandaritahun 1974/75 sampaidengan 1978/79
dilaksanakanpembangunangedungPengadilan Negeri 84 buah dan gedungPengadilan
Tinggi 6 buah; rehabilitasi/perluasangedungPengadilan Negeri 67 buah dan
gedungPengadilan Tinggi 6 buah; pembangunanrumah hakim-hakim Pengadilan Negeri
468 buah dan hakim Pengadilan Tinggi 73 buah. Di sampingitutelahdisediakan 208
buahkendaraanbagi hakim Pengadilan Negeri dan 95 buahbagi hakim Pengadilan
Tinggi. Demikian pula telahdibangun 46 buahrumah dan disediakan 39
buahkendaraanbagi Hakim Agung dan Asisten Hakim Agung.
Dalamhubungannyadenganusahapenanggulanganpenyelun dupan dan
perkarasubversitelahditetapkan 46 Hakim yang khususditugaskanmenanganiperkara-
perkaratersebut di seluruh Indonesia.
Untukmengatasimasalahlembagapemasyarakatandaritahun 1974/75 sampaidengan
1978/79 telahdilaksanakanpembangunankembali 34 buahgedunglembagapemasyarakatan,
rehabilitasi 74 buahlembagapemasyarakatan yang sudahtua dan rusakberat, pem-
bangunan 130 buahrumahdinaspetugaslembaga, pengadaan 177 buahkendaraan, dan
88 buahkendaraannarapidana.
Di samping Lembaga PemasyarakatanterdapatBalai-balaiBimbinganKemasyarakatan
dan Pengentasan Anak (Balai BISPA) seba nyak 28 buah di kota-kotabesar, 14 buah di
antaranyatelahmempunyaigedungkantorbaru.
Tenaga pemasyarakatan yang memenuhipersyaratandirasakanmasihkurang.
Dalamhalinidiusahakanuntukdiatasidenganpe-
nempatanlulusanAkademiIlmuPemasyarakatan yang hinggatahun 1978 mencapai 463
orang. Peningkatanmutupersonildilakukansecaraterusmenerusmelaluipenataran-
penataran.
Untuklebihmeningkatkanpelaksanaantugaskeimigrasian dan
fasilitaspelayananterhadapmasyarakattelahdiadakanpeningkatanbeberapa Kantor
DirektoratJenderalImigrasimenjadi Kantor Wilayah dan peningkatan Kantor Resort
menjadi Kantor DirektoratJenderalImigrasisertapembukaankantor-kantorbaru.
Pada waktuiniterdapat 12 Kantor Wilayah, 40 Kantor Direk toratJenderalImigrasi
dan 15 Kantor Resort yang berada di tempat-
tempatstrategisletaknyadilihatdarisudutimigrasi.
Dalamtahun 1974/75 sampaidengan 1978/79 telahdilaksanakanpembangunan 44
buahgedung-gedungkantorimigrasibaru, perluasandan penambahan II buah asrama
imigrasi, pembangunanperumahandinas 140 buah, sertapengadaankendaraanbermotor 89
buah.
Berbagaipenatarandiselenggarakanuntukpendidikan para penegakhukum dan
pelaksanahukum. Berbagaijenispenataranter-sebutantara lain penataranbagi hakim,
paniterapengadilan, pejabatteknispemasyarakatan, keimigrasian dan
pelaksanateknisbidanghukum.Penyebarluasanbahanhukum dan perundang-
undanganmau- pun peraturan-peraturantelahdilaksanakansecarabertahapsebagai salah
satukegiatanpenyuluhanhukum.
Pembinaankesadaranhukumdilakukandenganpenyuluhan, bimbingan, pendidikan dan
bantuanhukum. Antara tahun 1974/75-1978/79
telahdiselenggarakanpendidikan/penataran 2.768 orang tenagakehakiman, sedangkan
di bidangpendidikankejaksaantelah dilaksanakanpendidikan/pembentukanJaksasebanyak
440 orang, pendidikansandi 35 orang, dan pendidikankarier 80 orang.
Produksi sektor pertanian harus meningkat sekitar 4,6% setahun, sektor industri sekitar
13,0%, sektor pertambangan sekitar 10,1%, sektor perhubungan sekitar 10,0%, sektor bangunan
sekitar 9,2% dan lain-lain sektor sekitar 7,7%. Sebagai akibat dari laju peningkatan sektor-sektor
tersebut diperkirakan bahwa produksi nasional meningkat dengan sekitar 7,5 % setahun. Dengan
tingkat pertumbuhan penduduk sekitar 2,3 % pertahun, maka pendapatan per kapita akan
meningkat sebesar kira-kira 5% atau kenaikan sebesar 28,0% pada repelita II apabila
dibandingkan dengan keadaan pada akhirRepelita I
Usaha pembangunan telah pula berwujud dalam berbagai kegiatan kesenian oleh
masyarakat sendiri seperti pementasan seni drama, swni pedalangan, swni tari, dan seni musik,
pemeran seni rupa, dan produksi film nasional. Namun kegiatan tersebut perlu diperbaiki
mutunya. Dalam pada itu, kegiatan organisasi kesenian di dalam warga masyarakat ini justru
merupakan modal utama dalam perkembangan kehidupan kebudayaan bangsa.
f. Hambatan di Bidang Pertahanan dan Keamanan
Oleh karena pelaksanaan Repelita II pada dasarnya akan lebih berat dan lebih kompleks
daripada pelaksanaan Repelita I, pembangunan sektor Hankamnas memerlukan perangkat yang
dapat menjawab lebih baik dan untuk permalasahan keterbatasan dana serta biaya, pemerintah
menetapkan adanya pemilihan yang selektif terhadap usaha dan langkah yang perlu ditempuh
dalam sektor Hankamnas.
Perencanaan hukum dan perundangan undangan dalam kegiatan perencanaan hukum dan
perundang-undangan maka pertama Tama akan diusahakan tercapainya peninjauan kembali dan
penyusunan peraturan peraturan hukum dan perundangan undangan yang lebih sesuai dengan
perkembangan sosial ekonomi. Khususnya dalam bidang pertanian, perindustrian,
perkembangan, perhubungan, dan peradangan.
Akan tetapi, selain dampak positif ada pula dampak negatif dari pembangunan yaitu
terjadi kesenjangan sosial dalam masyarakat. Setiap akan membangun sebuah gedung, maka
sebelumnya harus menggusur rumah atau mengambil tanah masyarakat di sekitarnya. Akibatnya,
masyarakat banyak kehilangan tempat tinggal, hal tersebut akan menimbulkan angka
pengangguran, kemiskinan serta kejahatan meningkat. Semua itu merupakan beban bagi
pemerintah juga jika tidak secepatnya diatasi.
Kurang adanya keseimbangan pertumbuhan ekonomi antara daerah maupun sektor yang
mengakibatkan kurang adanya kesempatan kerja, kurang adanya kesempatan untuk memperoleh
pendapatan, kesempatan untuk berusaha khusussnya bagi golongan ekonomi lemah. Serta
keadaan politik dan keamanan negara menjadi kacau karena peristiwa gerakan 30 september
1965 ditambah adanya konflik di angkatan darat yang sudah berlangsung lama.
Demokrasi menekankan pada hak-hak politik warga dan kebebasan sipil untuk berkreasi,
memperoleh pekerjaan, mengeluarkan pendapat dan lain-lain. Namun disisi lain, esensi dari
demokrasi tersebut harus dikaitkan dengan nilai-nilai Pancasila. Hal inilah yang membuat
Indonesia bimbang dalam mengambil sikap. Jika ingin mewujudkan stabilitas politik untuk
menunjang ekonomi, maka pemenuhan berbagai hak politik antara lain kebebasan mengutarakn
pendapat banyak diabaikan dilanggar
.
c. Dampak di Bidang Ekonomi
Dampak repelita II dibidang ekonomi ini adalah jumlah penduduk meningkat dengan
rata-rata 2,3 % pertahun, berarti bahwa produksi nasional nyata perkapital akan meningkat
dengan lebih kurang 28% selama lima tahun yang akan datang,industri dengan rata-rata 13,0%
setahun, pertambangan 10,1 %, pengangkutan dan komunikasi 10,0%, dan bangunan sekitar
9,2% setahun,Pertanian termasuk perikanan dan kehutanan diperkirakan akan meningkat dengan
rata-rata 4,6 % setahun atau dua kali laju pertumbuhan penduduk, tetapi masih di bawah
pertumbuhan rata-rata produksi nasional.
Dengan demikian maka selama Repelita II jelas terlihat mulai adanya perobahan struktur
perekonomian Indonesia. Hal ini akan merupakan suatu langkah maju kearah tercapainya suatu
struktur perekonomian yang lebih seimbang di dalam jangka panjang.
Dampak dampak repelita II dibidang sosial memiliki beberapa bagian atau jenis nya
diantara lain :
1. Jumlah penduduk
Adanya usaha pembangunan mungkin saja menimbulkan perobahan di dalam angka-
angka kematian maupun kelahiran dan adanya kecenderungan memilih umur berakhiran 0 dan 5
merupakan salah satu faktor yang menimbulkan kesalahan dalam pelaporan umur.
2. Pertumbuhan penduduk
Tingginya tingkat kelahiran di satu pihak dan tingkat kemtian yang semakin menurun di
lain pihak dan Turunnya tingkat kematian berarti bertambah banyaknya jumlah orang dewasa
dan dengan fertilitas yang belum turun banyak hasilnya dan makin meningkatnya jumlah
penduduk. Adapun tingkat kematian akan terus turun sebagai akibat dari usaha perbaikan
kesehatan rakyat.
3. Struktur umur
Dalam Repelita II kecenderungan penduduk Indonesia menjadi lebih muda terlihat
dengan jelas. Lebih dari 50% dari seluruh pertambahan penduduk dalam Repelita II berumur di
bawah 30 tahun.
Struktur umur penduduk yang muda mengakibatkan banyak masalah pembangunan.
4. Penyebaran dan kepadatan penduduk
ada kota-kota di mana pertumbuhan penduduk berjalan amat cepat, timbul berbagai ragam
masalah. Pelayanan sosial yang meningkat menghendaki biaya yang besar. Konsentrasi
penduduk dalam daerah yang relatif kecil, menimbulkan pengotoran lingkungan dan keadaan
pemukiman yang kurang sehat, yang penanggulangannya juga menghendaki pembiayaan besar.
Juga kebutuhan pembukaan lapangan kerja di kota dirasakan semakin mendesak.
e. Dampak di Bidang Budaya
https://www.bappenas.go.id/files/6013/5027/4498/bab-01-1979-
cek__20090203161811__1806__0.doc
https://www.kompas.com/stori/read/2021/09/29/090000479/rencana-pembangunan-lima-tahun-
repelita-
https://id.wikipedia.org/wiki/Rencana_Pembangunan_Lima_Tahun