Anda di halaman 1dari 11

KRONOLOGI KASUS PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

Kronologi adalah urutan waktu atas beberapa peristiwa yang terjadi dalam
satu masalah. Dalam kaitan perselisihan hubungan industrial misalnya pemutusan
hubungan kerja (PHK) dimulai dari sejak kapan diterima bekerja, apa status
hubungan kerjanya - PKWTT atau PKWT, apa dan sejak kapan menjabat atau
menduduki jabatan/posisi apa, berapa dan sejak kapan memperoleh upah sejumlah
tertentu, kapan PHK dilakukan, bagaimana bentuk PHK dilakukan - apakah tertulis,
lisan, atau dilarang masuk kerja, apa alasan PHK - apakah karena dianggap
mengundurkan diri, melakukan kesalahan berat, kesalahan melanggar peraturan
perusahaan atau PKB, efisiensi, pensiun, pailit, ditahan pihak yang berwajib, kinerja
buruk, dan lain-lain. Kapan dan apa upaya penyelesaian yang sudah dilakukan.

Jika mogok kerja atau unjuk rasa, ditambah lagi antara lain adakah
pemberitahuan ke pengusaha dan disnaker atau tidak, siapa-siapa dan/atau berapa
orang, sejak kapan dimulai, kapan berakhir, dimana saja dilakukan, damai atau tidak
damai. Jika alasan mengundurkan diri karena dipaksa – kapan, dimana, siapa yang
melakukan, bagaimana bentuk pemaksaan itu atau apa kata-kata, kalimat, sikap,
perbuatan orang atau pihak-pihak yang memaksa, bagaimana bentuk pengunduran
diri itu – apakah tertulis atau tidak, atau mangkir berapa hari, apa upaya yang
dilakukan atas kemangkiran.

Dalam kronologi perselisihan hubungan industrial juga dibuat pokok-pokok


yang diminta atau dituntut kepada pihak lawan. Apakah misalnya dipekerjakan
kembali atau PHK dengan mendapat sejumlah hak. Atau dalam kaitan perselisihan
peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama apakah dinyatakan sah atau
tidak sah atau dirubah menjadi seperti apa.

Dari kronologi itu kuasa akan dapat melihat lebih jernih, lebih mudah dan
akurat membuat analisa hukum dan memberikan pendapat hukum serta saran/solusi
atas perselisihan yang terjadi.

Isi kronologi harus dibuat sesuai fakta peristiwa, tidak boleh ada yang ditutup-
tupi bahkan disembunyikan. Misalnya, dalam kronologi diuraikan “jabatan dan gaji
saya diturunkan dari Manager menjadi Supervisor dan gaji dari Rp 19.000.000,-
menjadi Rp 15.000.000 perbulan tanpa kesepakatan”. Ternyata setelah kuasa
membangun berbagai argumentasi hukum tentang penurunan jabatan (demosi)
secara tertulis dari berbagai aspek hukum, hukum ketenagakerjaan, hukum
perdata/BW, hukum hak asasi manusia yang disampaikan ke mediator ternyata
diketahui dalam sidang mediasi bahwa si pekerja secara lisan sudah menyetujui
penurunan jabatannya tersebut, hanya besaran upah yang belum disepakati pihak
pekerja dan pengusaha. Alangkah malunya kuasa dalam persidangan mediasi jika
terjadi hal seperti ini.

Atau, dalam kronologi pengusaha menguraikan “pekerja sudah setuju


jabatannya diturunkan dari Manager menjadi Supervisor dan gajinya menjadi Rp
15.000.000 dari Rp 19.000.000 tapi setelah beberapa hari si pekerja berubah sikap
tidak menyetujui penurunan jabatan dan gajinya”. Ternyata setelah kuasa
membangun berbagai argumentasi hukum tentang penurunan jabatan (demosi) dan
gaji dari berbagai aspek hukum secara tertulis yang disampaikan ke mediator
ternyata diketahui dalam sidang mediasi bahwa pengusaha dan pekerja hanya
menyetujui penurunan jabatan, sedangkan penurunan upah belum disepakati.
Pengusaha beranggapan dengan disetujuinya penurunan jabatan maka secara
otomatis gaji juga menurun sesuai dengan besaran gaji jabatan supervisor lainnya di
perusahaannya. Ini tidak dijelaskan dalam kronologi.

Alangkah malunya kuasa dalam persidangan mediasi jika terjadi hal seperti
itu. Bukan hanya malu, dalam penambahan isi kronologi yang tidak sebenarnya
serangan hukum dan peluru pidana terbuka untuk ditembakkan lawan kepada kita.
Karenanya, jujurlah kepada kuasa.

Contoh 1

Kronologi PHK Atas Alasan Kesalahan Berat

Saya yang bertanda tangan di bahwa ini:


Nama : CINTA LOVE
Warganegara : Indonesia
Alamat : Jl. Nangka No. 7 RT 05, RW 25, Cimanggis, Depok, Jawa Barat
Pekerjaan/jabatan : Staf Pengadaan PT. MAJU JAYA
NIK KTP : 454545454575454009 (Fotocopy KTP terlampir)

Dengan ini saya membuat kronologi pemutusan hubungan kerja (PHK) yang
dilakukan PT. MAJU JAYA terhadap saya, sebagai berikut:
1. Saya telah bekerja pada PT. Maju Jaya, beralamat di Jl. Cengkeh No. 7 Jatinegara,
Jakarta Timur, sejak tanggal 1 November 2011 dengan menerima upah terakhir
sebesar Rp 6.000.000,- (enam juta rupiah) perbulan dengan perincian sebagai
berikut:
- Gaji pokok Rp 4.000.000,- (empat juta rupiah);
- Tunjangan golongan Rp 500.000,- (lima ratus ribu rupiah);
- Tunjangan komunikasi Rp 500.000,- (lima ratus ribu rupiah);
- Tunjangan kehadiran Rp 500.000,- (lima ratus ribu rupiah);
- Tunjangan makan Rp 500.000,- (lima ratus ribu rupiah);
2. Selama saya bekerja saya tidak pernah melakukan kesalahan atau tidak pernah
mendapat surat peringatan. Akan tetapi pada tanggal 10 Oktober 2017 secara
tiba-tiba Kepala Personalia, yaitu Sdr. Semburu, S.H., melakukan PHK terhadap
saya melalui surat No. 20/Pers.MJ/X/2017 tertanggal 10 Oktober 2017;
3. Dalam surat PHK itu pengusaha menuduh saya melakukan kesalahan berat karena
katanya pada tanggal 9 Oktober 2017 mulai jam 13.00 WIB sampai dengan 17.00
WIB (jam pulang kerja) saya bersama Bapak Subaik (Kepala Bagian Transportasi)
dengan sengaja meninggalkan pekerjaan saya yang berakibat perusahaan
mengalami kerugian materil. Katanya proses produksi menjadi berhenti selama 4
(empat) jam karena tidak ada material yang dapat dikerjakan para pekerja;
4. Tuduhan pengusaha tersebut adalah tidak benar, karena pada tangga 9 Oktober
2017 mulai jam 13.00 WIB sampai dengan 17.00 WIB saya telah mendapat ijin
tertulis dari atasan saya langsung, yaitu Kepala Bagian Pengadaan (Bapak Robby)
untuk pulang ke rumah karena saya mengalami sakit gejala pusing-pusing dan
muntah. Sedangkan Bapak Subaik (Kepala Bagian Transportasi) hanya mengantar
saya pulang ke rumah saya di Depok;
5. Lagi pula menurut informasi yang saya dengar dari beberapa orang teman
pekerja, tidak ada produksi berhenti pada tanggal 9 Oktober 2017 jam 13.00 WIB
s/d 17.00 WIB seperti yang dibilang pengusaha. Dan seandainyapun proses
produksi berhenti pada tanggal 9 Oktober 2019 jam 13.00 WIB s/d 17.00 WIB dan
saya sengaja meninggalkan pekerjaan pada tanggal dan jam tersebut, tidak adil
apabila hanya saya yang dituduh melakukan pelanggaran/kesalahan karena
dibagian Pengadaan terdapat 4 (empat) orang staff yang sama-sama mempunyai
tugas dan tanggungjawab memasukkan material dari gudang ke line;
6. Menurut saya PHK yang dilakukan pengusaha melalui Kepala Personalia Sdr.
Semburu, S.H., kepada saya adalah tidak murni karena saya melakukan kesalahan
seperti yang dituduh pengusaha, akan tetapi karena Sdr. Semburu, S.H., cemburu
melihat saya diantar pulang oleh Bapak Subaik, karena sejak bulan Agustus 2017
melalui ajakan lisan dan melalui telepon dan whatsapp Sdr. Semburu, S.H., sering
mengajak saya untuk pulang bersama dengan naik mobilnya akan tetapi saya
selalu menjawab “terima kasih pak”. Misalnya,
 Pada tanggal 1 September 2017 sekira jam 15.00-15.30, Sdr. Semburu, S.H.,
memanggil saya ke ruang kerjanya. Saat itu Sdr. Semburu, S.H., menyampaikan
antara lain bahwa bagian gudang membutuhkan leader dan juga menanyakan
saya apakah sudah punya pacar, saya jawab belum. Dan berbagai pertanyaan
lain yang bersifat pribadi, bukan tentang perusahaan;
 Pada tanggal 27 September 2017 jam 11.30 WIB, Sdr. Semburu, S.H., melalui
handphone miliknya nomor .... .... .... .... mengirim pesan whatsapp ke nomor
handphone saya nomor .... .... .... .... dengan kata-kata sebagai berikut: “Cin nanti
jam 12 bareng makan siang ya”;
 Pada tanggal 28 September 2017 jam 15.30 WIB, Sdr. Semburu, S.H., melalui
handphone miliknya nomor .... .... .... .... mengirim pesan whatsapp ke nomor
handphon saya nomor .... .... .... .... dengan pertanyaan sebagai berikut: “Cinta
nanti pulang sama aku ya”;
 Pada tanggal 29 September 2017 jam 15.50 WIB Sdr. Semburu, S.H., melalui
handphone miliknya nomor .... .... .... .... mengirim pesan whatsapp ke nomor
handphone saya nomor .... .... .... .... dengan kalimat sebagai berikut: “Cinta nanti
saya antar pulang ke depok ya...”;
 Dan berbagai pesan whatsapp lainnya berupa ajakan-ajakan, kebanyakan
ajakan makan siang, makan malam, dan ajakan pulang bersama. Dan kadang
kala ditelepon. Tapi semua pesan dan permintaannya itu saya jawab terima
kasih dan tidak usah;
7. Sejak tanggal 11 Oktober 2017 sampai dengan sekarang tanggal 20 Januari 2018
pengusaha tidak pernah lagi membayar upah saya;
8. Permintaan dan tuntutan saya adalah:
a. Saya tetap dipekerjakan sebagai Staf Pengadaan di PT. Maju Jaya;
b. Upah saya sejak tanggal 11 Oktober 2017 s/d 20 Januari 2018 dibayar;

Demikian kronologi ini saya buat dan saya sampaikan kepada Bapak Harris Manalu,
S.H. Apabila isi kronologi ini mengandung ketidakbenaran atau mengandung
kebohongan maka saya siap bertanggungjawab secara hukum dan membebaskan
Bapak Harris Manalu, S.H., dari segala tuntutan hukum apapun.

Jakarta, 10 Januari 2018

Saya yang membuat,

Materai dan tandatangan

CINTA LOVE

==================================================================

Contoh 2

Kronologi Demosi dan Minta PHK

Saya yang bertanda tangan di bahwa ini:


Nama : DIDI MARIDI
Warganegara : Indonesia
Alamat : Jl. Binong Udik No. 50 RT 003, RW 016, Kel. Sukamandi, Kec.
Cijerah, Kota Bekasi, Jawa Barat
Pekerjaan : Manager Unit Informasi dan Teknologi PT. Maju Jaya.
NIK KTP : .................................... (Fotocopy KTP terlampir);

Dengan ini saya membuat kronologi pemutusan hubungan kerja (PHK) yang
dilakukan PT. MAJU JAYA terhadap saya, sebagai berikut:
1. Saya terikat hubungan kerja Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) dengan
PT. Maju Jaya, beralamat di Jl. Cengkeh No. 7 Jatinegara, Jakarta Timur, sejak
tanggal 5 Mei 2008. PKWT itu selama 1 (satu) tahun dari tanggal 5 Mei 2008
sampai dengan tanggal 4 Mei 2009 dengan jabatan System Administrator, dan
upah/gaji saat itu sebesar Rp 8.000.000,- (delapan juta rupiah) perbulan. PKWT
ini dibuat dalam bahasa Inggris berjudul CONTRACT OF EMPLOYMENT No.:
PGR/IT/068/May/08, tanpa tanggal;
2. Walaupun PKWT sudah habis masa berlakunya tanggal 4 Mei 2009, tapi dari
tanggal 5 Mei 2009 sampai dengan tanggal 30 Desember 2009 saya tetap
menjalankan pekerjaan sebagaimana biasanya dan menerima upah setiap bulan
tanpa perjanjian kerja apapun;
3. Kemudian berdasarkan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) No.:
014/PGR/OPR/Jan/2010, ditandatangani Direktur Eksekutif tanggal 30
Desember 2009, pengusaha dan saya membuat surat PKWT yang berlaku sejak
tanggal 1 Januari 2010 sampai dengan tanggal 30 Juni 2010 dengan jabatan tetap
sebagai System Administrator dan upah/gaji naik menjadi Rp 11.000.000,-
(sebelas juta rupiah) perbulan;
4. Kemudian berdasarkan Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) No.:
008/PKWTT/PGR/OPS/Juli/2010, tanpa tanggal, pengusaha menetapkan
hubungan kerja saya pada pengusaha menjadi pekerja tetap (PKWTT) terhitung
mulai tanggal 1 Juli 2010 dengan jabatan tetap sebagai System Administrator,
dan upah/gaji juga tetap sebesar Rp 11.000.000,- (sebelas juta rupiah) perbulan;
5. Berdasarkan Surat Keputusan Pengusaha No. 005/SK/ED/Juli/2012, tertanggal 1
Juli 2012, berikut lampirannya, terhitung sejak tanggal 1 Juli 2012 pengusaha
menetapkan jabatan saya sebagai Manager Unit Informasi dan Teknologi (IT
Manager) yang bertanggungjawab langsung ke atasan saya, yaitu Operation
Direction, terhitung sejak tanggal 1 Juli 2012;
6. Berdasarkan Surat Keputusan Pengusaha No.: 038A/OPS-HR/September/2012,
tanggal 1 September 2012, sejak tanggal 1 September 2012 saya diberikan
pekerjaan dan tanggungjawab tambahan sebagai Kepala ISO Internal Auditor;
7. Pada tahun 2017 Operation Director meninggal dunia, karenanya pengusaha
merekrut Operation Director baru, namun setelah bekerja selama lebih kurang 6
(enam) bulan Director Operation tersebut mengundurkan diri dan terjadi
kekosongan jabatan, sehingga atasan langsung saya menjadi Executive Director
(Direktur Utama);
8. Pada tahun 2018 dilakukan restrukturisasi organisasi/perusahaan, atasan
langsung saya menjadi Head Of People and Office Management;
9. Selama saya bekerja pada pengusaha hampir setiap tahun saya mendapatkan
kenaikan upah/gaji;
10. Berdasarkan Surat Pengusaha No. 022/Ops-HR/June/2018, tertanggal 28 Juni
2018, pengusaha telah menetapkan kenaikan upah/gaji saya sebagai IT Manager
menjadi sebesar Rp 21.458.000,- (Dua puluh satu juta empat ratus lima puluh
delapan ribu rupiah) per bulan, terhitung sejak Januari 2018;
11. Perselisihan terjadi sejak awal tahun 2019 dimana pengusaha melakukan
evaluasi kinerja (job analysis) saya sebagai IT Manager. Berdasarkan job analysis
yang dibuat pengusaha tersebut pengusaha menetapkan kinerja saya kurang
memuaskan;
12. Atas anggapan dan penetapan kinerja sekerja kurang memuaskan maka
pengusaha sejak tanggal 6 Februari 2019 memutuskan secara sepihak melakukan
tindakan merubah (amandemen) status hubungan kerja saya dari PKWTT
menjadi PKWT, dan disertai dengan tindakan melakukan demosi (penurunan
jabatan) dari jabatan IT Manager menjadi IT Officer, dan penurunan upah/gaji
dari Rp 21.458.000,- (dua puluh satu juta empat ratus lima puluh delapan ribu
rupiah) per bulan menjadi Rp 13.000.000,- (tiga belas juta rupiah) perbulan;
13. Perubahan status hubungan kerja dan demosi (penurunan jabatan) dan
penurunan upah/gaji tersebut tertuang dalam surat Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu No.: 008/PKWTT/PGR/OPS/Juli/2010, tanpa tanggal, berjudul
“AMANDEMEN” ditandatangani Direktur Eksekutif ;
14. Perubahan (amandemen) status hubungan kerja, dan diikuti penurunan
upah/gaji tersebut saya ditolak dengan tidak menandatangani PKWT No.:
008/PKWTT/PGR/OPS/Juli/2010 tersebut;
15. Sejak terjadi perubahan status hubungan kerja, demosi jabatan, dan penurunan
upah tersebut saya sudah melakukan beberapa kali perundingan dengan pihak
pengusaha tapi gagal. Perundingan tersebut berupa pembicaraan lisan dan
komunikasi lewat email;
16. Pada tanggal 22 Maret 2019 pihak pengusaha telah melanggar perjanjian kerja
dengan mentransfer gaji saya melalui rekening bank saya hanya sebesar Rp
13.000.000,- (tiga belas juta rupiah), padahal penurunan upah/gaji itu tanpa
kesepakatan;
17. Pada tanggal 25 Maret 2019 saya melakukan perundingan kembali dengan pihak
pengusaha. Didalam perundingan tersebut saya dijanjikan akan dipertemukan
dengan Senior Management Team, akan tetapi pada tanggal 8 April 2019 Senior
Management Team menolak menghadirkan saya didalam perundingan yang telah
dijanjikan dan tetap memutuskan secara sepihak perubahan status hubungan
kerja serta penurunan jabatan dan gaji;
18. Pada tanggal 12 April 2019 sekerja meminta ijin ke pihak Pengusaha untuk
mencatatkan kasus perselisihan ke Kantor Suku Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi (Sudin Nakertrans) Kota Jakarta Timur, dan pihak Pengusaha
mengijinkan (mempersilahkan);
19. Pada tanggal 13 April 2019 saya mencatatkan perselisihan ke Sudin Nakertrans
Kota Jakarta Timur dan mendapatkan Nomor: 0120/PHI-OL/IV/2019;
20. Pada tanggal 3 Mei 2019 saya menerima surat panggilan klarifikasi dari Sudin
Nakertrans Kota Jakarta Timur dengan Nomor: 2195/-1.835, tertanggal 23 April
2019;
21. Pada tanggal 3 Mei 2019 pihak pengusaha kembali melanggar perjanjian kerja
dengan mentranfer upah/gaji saya untuk bulan April 2019 hanya sebesar Rp
13.000.000,- (tiga belas juta rupiah), dan upah/gaji tersebut telat dibayarkan ke
saya karena karyawan lain upah/gajinya dibayarkan tanggal 23 April 2019;
22. Pada tanggal 9 Mei 2019 saya dan pihak pengusaha yang diwakili HRD dan kuasa
hukumnya (Advokat) menghadiri panggilan klarifikasi di Kantor Sudin
Nakertrans Kota Jakarta Timur;
23. Berdasarkan Surat Keputusan pengusaha Nomor: 007/SK/2019, tanggal 14 Mei
2019, pengusaha melakukan pemberhentian sementara (skorsing) kepada saya
terhitung sejak tanggal 15 Mei 2019 sampai dengan tanggal dikeluarkannya
Anjuran dari Sudin Nakertrans Kota Jakarta Timur, atau sampai dengan tanggal
lain yang akan ditetapkan kemudian;
24. Permintaan dan tuntutan saya adalah sebagai berikut:
a. Saya minta hubungan kerja saya dengan pengusaha diputus saja dan saya
mendapat uang pesangon 2 (dua) kali, uang penghargaan masa kerja 1 (satu)
kali, dan uang penggantian hak, dengan dasar perhitungan upah sebesar Rp
21.458.000,- (dua puluh satu juta empat ratus lima puluh delapan ribu
rupiah);
b. Saya minta pengusaha membayar kekurangan upah/gaji saya untuk
penerimaan bulan Maret 2019 dan April 2019 sebesar Rp 16.916.000,- (enam
belas juta sembilan ratus enam belas ribu rupiah);
c. Saya minta pengusaha membayar denda dan bunga atas keterlambatan
membayar upah saya sebesar sebagai berikut:
a. Denda = Rp 8.458.000,- (delapan juta empat ratus lima puluh delapan
ribu rupiah);
b. Bunga = Rp 338.320,- (tiga ratus tiga puluh delapan ribu tiga ratus dua
puluh rupiah);
c. Saya minta pengusaha membayar kepada saya berupa tunjangan
tanggungjawab tambahan sebagai Kepala ISO Internal Auditor dari tahun 2012
sampai dengan tahun 2018 sebesar Rp 131.303.500,- (seratus tiga puluh satu
juta tiga ratus tiga ribu lima ratus rupiah), atas dasar kepatutan dimana dalam
1 tahun dibayar sebesar gaji sebulan berjalan selama 7 tahun itu (2012-2018);

Demikian kronologi ini saya buat dan saya sampaikan kepada Bapak Harris Manalu,
S.H. Apabila isi kronologi ini mengandung ketidakbenaran atau mengandung
kebohongan maka saya siap bertanggungjawab secara hukum dan membebaskan
Bapak Harris Manalu, S.H., dari segala tuntutan hukum apapun.

Jakarta, 17 Mei 2019

Saya yang membuat,

Materai dan tandatangan

DIDI MARIDI
==================================================================

Contoh 3

KRONOLOGI PHK KARENA DIPAKSA MENGUNDURKAN DIRI

Yang bertandatangan di bawah ini, saya:


Nama : Sony
Warganegara : Indonesia
Pekerjaan/jabatan : Assistant Manager Finance PT. OLM Indonesia
Alamat : Jl. Lapangan Tembak No. 7 RT 005, RW 007, Kel. Cibubur,
Kec. Ciracas, Jakarta Timur;
NIK KTP : ......................................... (fotocopy KTP terlampir);

Dengan ini membuat kronologi kasus pemutusan hubungan kerja (PHK) yang
dilakukan PT. OLM Indonesia kepada saya, sebagai berikut:
1. Saya terikat hubungan kerja dengan PT. OLM Indonesia, beralamat di Wisma 99,
Lt. 22, Jl. Jend. Sudirman Kav. 99, Jakarta Selatan, sejak tanggal 15 Januari 2010
berdasarkan surat perjanjian kerja tertanggal 14 Januari 2010 dengan jabatan
terakhir Assistant Manager Finance, dengan gaji terakhir Rp 23.326.500,- (Dua
puluh tiga juta tiga ratus dua puluh enam ribu lima ratus rupiah);
2. Sejak bekerja pada PT. OLM Indonesia tanggal 15 Januari 2010 sampai dengan
November 2018 saya bekerja dengan baik, tidak pernah mendapat surat
peringatan baik lisan maupun tertulis.
3. Perusahaan PT. OLM Indonesia bergerak dibidang pemasaran minyak untuk
beberapa negara.
4. Masalah timbul sejak Desember 2018 atas dilakukannya penilaian kinerja
terhadap saya secara tidak transparan dan tidak adil oleh atas saya langsung,
yaitu Mr. Sabar (Finance Manager OLM Corp. berkantor di Australia). Mr. Sabar
menilai kinerja saya buruk;
5. Masalah baru timbul lagi pada Januari 2019 dimana PT. OLM Indonesia melalui
Mr. Sabar secara diam-diam merekrut pejabat baru bernama Lery dengan level
yang sama dengan saya. Mr. Sabar juga melakukan pelimpahan sebagian besar
pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggungjawab saya kepada Lery, dengan
pembagian tugas dan tanggungjawab, saya bertanggungjawab untuk melakukan
tutup buku perusahaan bulan Desember 2018, melakukan berbagai rekonsiliasi
account sampai Desember 2018, dan menjalankan seluruh pekerjaan yang
tertunda sampai dengan Desember 2018, sedangkan Lery bertangungjawab untuk
melakukan tutup buku perusahaan sejak Januari 2019 ke depan, melakukan
berbagai rekonsiliasi account sejak Januari 2019 ke depan, serta seluruh
pekerjaan saya sejak Januari 2019 menjadi tanggungjawab Lery;
6. Padahal apa yang saya lihat dan rasakan cukup banyak tugas dan tanggungjawab
Lery harus saya bantu, seperti melakukan tutup buku perusahaan bulan Januari
2019 sampai selesai, karena Lery belum sepenuhnya mengerti alur transaksi dan
metode pelaporan perusahaan selama Januari 2019;
7. Puncak permasalahan terjadi pada tanggal 21 Maret 2019 atas kedatangan Mr.
Sabar dan Mrs. Lusi ke kantor PT. OLM Indonesia di Jakarta dari Australia;
8. Pada tanggal 21 Maret 2019 itu sekitar pukul 11.00 saya dipanggil oleh Mr. Sabar
ke ruang meeting. Di ruang meeting itu ada juga Mrs. Lusi. Di ruangan itu hanya
kami bertiga. Mr. Sabar dan Mrs. Lusi bukan warganegara Indonesia melainkan
warganegara Australia. Pembicaraan di ruang meeting itu dibuka oleh Mrs. Lusi
dengan menyuruh saya untuk membawa minuman sendiri karena katanya
pertemuan akan berlangsung lama. Lalu saya keluar ruang meeting untuk
mengambil minuman. Kami berbicara dalam bahasa Inggris. Setelah itu
pembicaraan dimulai lagi oleh Mr. Sabar dengan menanyakan mengenai margin
perusahaan dan saya jawab sesuai kenyataan. Setelah itu Mr. Sabar menanyakan
apakah saya menyadari bahwa dengan margin tersebut perusahaan mengalami
kerugian. Mr. Sabar menyatakan bahwa saya melakukan kesalahan dengan tidak
memberitahukan kepada manajemen bahwa perusahaan dalam keadaan merugi
dan juga tidak menginformasikan kepada perusahaan bahwa suami saya (Mr.
Kojek) bekerja untuk Oil sebagai produsen yang produknya dipasarkan oleh
perusahaan PT. OLM Indonesia. Pembicaraan dilanjutkan dengan menyatakan
saya telah melanggar code of conduct dimana saya tidak memberitahukan kondisi
perusahaan yang mengalami kerugian dan dituduh kerugian itu diakibatkan saya
telah melakukan kolusi dengan suami saya yang bekerja di Oil sejak April 2017.
Kemudian Mr. Sabar mengemukakan kembali tentang ketidakpuasan atas kinerja
saya dengan pembicaraan yang dimulai dengan pertanyaan, apakah saya
mengetahui bahwa tidak ada tutup buku perusahaan untuk bulan Februari 2019
dan gagalnya proses pembaruan software akuntansi. Mr. Sabar juga menyebutkan
satu kejadian dimana saya pulang kantor sebelum jam kerja tanpa ijin, padahal
saya sudah ijin kepada Mr. Tagor (Presiden Direktur PT. OLM Indonesia berkantor
di Jakarta). Setelah itu Mr. Sabar memaksa saya untuk membuat surat
pengunduran diri saat itu juga dan mengancam jika saya tidak mau membuat
surat pengunduran diri maka akan meminta Lawyer perusahaan yang berada di
kantor pusat Australia menerbitkan surat tuntutan kepada saya. Pada saat itu
saya meminta waktu untuk berpikir dan berdiskusi dengan suami saya, namun
Mr. Sabar melarang dengan mengatakan tidak boleh menghubungi siapapun dan
tidak boleh menyentuh handphone sampai saya bersedia membuat dan
menandatangani surat pengunduran diri. Setelah itu Mr. Sabar kembali
membicarakan mengenai kinerja saya dan memaksa saya untuk mengakui bahwa
kinerja saya buruk, tidak baik. Pada saat itu Mr. Sabar terlihat sangat emosi
dengan berdiri sambil menuding-nuding jarinya ke muka saya dengan kata-kata,
antara lain kantor pusat di Australia sudah memberikan penilaian yang buruk
terhadap kinerja saya, dan kantor pusat Australia meminta untuk segera
mengganti saya. Jika saya tidak mau mengakui kinerja buruk, dan tidak mau
mendatangani surat pengunduran diri maka akan mengumumkan ke seluruh
kantor bahwa saya bekerja secara tidak baik, agar seluruh kantor dapat
mengetahui reputasi saya selama bekerja. Semua tuduhan, ancaman dan
intimidasi itu saya alami berulang-ulang. Selama 2 (dua) jam lebih saya dikurung
dalam ruangan meeting itu. Oleh karena pada saat itu saya tidak sanggup lagi
untuk mendengarkan semua tuduhan, ancaman, dan intimidasi, akhirnya saya
membuat surat pengunduran diri dengan tulisan tangan di atas kertas kosong
dengan mencontoh surat pengunduran diri orang lain yang dibuka Mr. Sabar di
laptopnya. Surat pengunduran diri itu saya buat per tanggal 21 Maret 2019 dan
berlaku per tanggal 21 Maret 2019. Pada hari itu juga, 21 Maret 2019, PT. OLM
Indonesia serta merta menerbitkan surat penerimaan pengunduran diri saya.
Perusahaan hanya membayar gaji saya selama 21 hari dalam bulan Maret itu, gaji
April 2019;
9. Tuntutan saya adalah:
1) Pengunduran diri saya tidak sah;
2) Pengusaha membayar hak-hak saya atas terjadinya pemutusan hubungan
kerja tanpa kesalahan sesuai dengan undang-undang ketenagakerjaan yang
berlaku.

Demikian kronologi ini saya buat dan saya sampaikan kepada Bapak Harris Manalu,
S.H. Apabila isi kronologi ini mengandung ketidakbenaran atau mengandung
kebohongan maka saya siap bertanggungjawab secara hukum dan membebaskan
Bapak Harris Manalu, S.H., dari segala tuntutan hukum apapun.

Jakarta, 1 Mei 2019


Saya yang membuat,

Materai dan tandatangan

Sony

==================================================================
Catatan penulis Adv. Harris Manalu, S.H.:
Peristiwa dalam 3 contoh kronologi di atas adalah nyata. Namun nama, alamat, bidang
usaha, negara asal, dan nama-nama orang yang tercantum dalam kronologi ini
bukanlah nama sebenarnya.

Anda mungkin juga menyukai