Anda di halaman 1dari 7

PUSAT PENGEMBANGAN HUKUM PERBURUHAN

DAN KETENAGAKERJAAN
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jalan MT Haryono No.169 Malang 65145 Telp. (0341) 553898
Fax 566505 e-mail: hukum@ub.ac.id Website: http://www.hukum.ub.ac.id

PENDAPAT HUKUM
Kepada Yth.

: Bapak Hadi
Ketua SBKKASBI
Di Surabaya

Dari
Pokok Masalah
Nama para pihak
Tanggal

: Tim Advokasi dari PPHPK


: PHK karena pekerja melakukan kegiatan keserikatburuhan
: CV Angkasa Raya melawan Triono
: 25 Agustus 2011

Catatan:
Pendapat hukum dibuat berdasarkan keterangan dari Ketua Serikat Pekerja (???)
yang datang pada tanggal Agustus 2011 dengan membawa dokumen-dokumen
yang disampaikan pada kami. Pendapat hukum ini dapat berubah apabila terdapat
keterangan atau dokumen-dokumen lain yang berbeda .
Permasalahan Hukum
1. Apakah Pengusaha yang tidak membalas secara lisan atau tertulis terhadap
pengajuan Surat Dispensasi yang diajukan oleh Pengurus dan/atau Anggota
Serikat Pekerja untuk menjalankan kegiatan organisasi, kemudian
memberikan Surat Peringatan I, II, dan III serta menskorsing mereka
setelahnya, telah melakukan perbuatan melanggar hukum karena telah
melanggar larangan menghalang-halangi Pengurus dan/atau Anggota Serikat
Pekerja untuk menjalankan kegiatan organisasinya?
2. Apakah Pengusaha telah melakukan diskriminasi terhadap Pengurus dan/atau
Anggota Serikat Pekerja yang menjalankan kegiatan organisasi dengan
mengajukan Surat Dispensasi, sebagian dari mereka tidak diberikan Surat
Peringatan dan sebagian yang lainnya diberikan Surat Peringatan I, II dan III,
kemudian diskorsing?
3. Apakah Pengurus dan/atau Anggota Serikat Pekerja yang tidak hadir di
perusahaan karena menjalankan kegiatan organisasi dan telah mengajukan
Surat Dispensasi, Pengusaha menerima dan memberikan tanda terima, akan
tetapi Pengusaha tidak memberikan balasan secara lisan atau tertulis,
memerlukan kesepakatan dari Pengusaha?
Jawaban Singkat (Brief Answer)
1. Pengusaha yang tidak membalas secara lisan atau tertulis terhadap
pengajuan Surat Dispensasi yang diajukan oleh Pengurus dan/atau Anggota
Serikat Pekerja untuk menjalankan kegiatan organisasi, kemudian
memberikan Surat Peringatan I, II, dan III serta menskorsing mereka
setelahnya, telah melakukan perbuatan melanggar hukum yaitu telah
melanggar larangan menghalang-halangi Pengurus dan/atau Anggota Serikat
Pekerja untuk menjalankan kegiatan organisasinya
2. Pengusaha telah melakukan diskriminasi atau tidak memperlakukan sama
terhadap Pengurus dan/atau Anggota Serikat Pekerja yang menjalankan
kegiatan organisasi dengan mengajukan Surat Dispensasi, karena sebagian
dari mereka tidak diberikan Surat Peringatan dan sebagian yang lainnya
diberikan Surat Peringatan I, II dan III, kemudian dilakukan skorsing.
3. Pengurus dan/atau Anggota Serikat Pekerja yang tidak hadir di perusahaan
karena melakukan kegiatan organisasi dan telah mengajukan Surat

Dispensasi yang telah diterima oleh Pengusaha dengan memberikan tanda


terima tidak memerlukan kesepakatan, karena setelah menerima pengajuan
Surat Dispensasi, seharusnya Pengusaha menolak atau memberikan ijin
secara lisan atau tertulis untuk membalas pengajuan Surat Dispensasi
tersebut. Kalau tidak dilakukan sampai tanggal kegiatan dilaksanakan, maka
dianggap Pengusahaan tidak melarang atau diam-diam meluluskan Surat
Dispensasi Pekerja.
Pernyataan Fakta-fakta (Statement of Facts)
Kusnan (pengurus tingkat basis)
1. Tidak hadir pada tanggal 11 Agustus 2010 untuk menjalankan kegiatan
organisasi, sudah mengajukan Surat Dispensasi dan diterima oleh Pengusaha
serta Pengusaha sudah memberikan tanda terima, tapi Kusnan menerima
Surat Peringatan I pada tanggal 1 September 2010.
2. Tidak hadir pada tanggal 28 Oktober 2010 untuk menjalankan kegiatan
organisasi, sudah mengajukan Surat Dispensasi dan diterima oleh perusahaan
serta perusahaan sudah memberikan tanda terima, tapi Kusnan menerima
Surat Peringatan II pada tanggal 15 November 2010.
3. Tidak hadir di perusahaan pada tanggal 26 November 2010 dan diberikan
Surat Peringatan III pada tanggal 30 November 2010.
Nur Sartono (pengurus tingkat basis)
1. Tidak hadir pada tanggal 11 Agustus 2010 karena menjalankan kegiatan
organisasi, sudah mengajukan Surat Dispensasi ke Pengusaha dan
Pengusaha sudah menerima Surat Dispensasi tersebut dan telah memberikan
tanda terima, tetapi pada tanggal 1 September 2010 diberikan Surat
Peringatan I.
2. Dianggap mangkir pada tanggal 5 Desember 2010, pada hal hari itu hari
Minggu yang di mana seluruh anggota SBKKASBI juga tidak masuk kerja,
kecuali anggota SPSI yang diperintahkan oleh perusahaan. Dari seluruh
anggota SBKKASBI yang tidak masuk pada hari Minggu hanya Nur Sartono
yang mendapatkan sanksi dengan memberikan sanksi Surat Peringatan II
yang diberikan pada tanggal 18 Desember 2010.
3. Tidak hadir pada tanggal 10 Desember 2010 karena menjalankan kegiatan
organisasi. Pada hal ketika Nur Sartono mengikuti kedua kegiatan organisasi
tersebut, sudah mengajukan Surat Dispensasi kepada Pengusaha dan
Pengusaha sudah memberikan tanda terima. Nur Sartono menerima Surat
Peringatan III pada tanggal 20 Desember 2010.
4. Surat Peringatan II diberikan tanggal 18 Desember untuk tidak masuk kerja
pada tanggal 5 Desember, Surat Peringatan III diberikan tanggal 20 Desember
untuk tidak masuk kerja tanggal 10 Desember. Hal yang demikian ini tidak
masuk akal dan tidak sesuai dengan prinsip pembinaan.
Triono (Anggota),
1. Tidak masuk kerja pada tanggal 6 dan 7 Agustus 1010 karena sakit, namun
surat dokternya ketinggalan di desa asalnya. Triono menyampaikan hal
tersebut kepada Sekretaris Perusahaan, yaitu Nur dan menurut Nur dia sudah
memberitahukan kepada Enrico Changgih yang merupakan Asisten Direktur.
Enrico memberikan batas waktu 2 (dua) hari untuk mengambil surat dokter
tersebut dan Triono menyanggupinya. Tapi, setelah 2 (dua) hari kemudian
ketika surat dokter tersebut diberikan kepada Enrico, dinyatakan oleh Enrico
bahwa pemberian surat dokter tersebut sudah kadaluwarsa, sehingga pada
tanggal 1 September 2010 diberikan Surat Peringatan I pada tanggal 1
September 2010.
2. Tidak masuk pada tanggal 19 Agustus 2010 dan perusahaan memberikan
Surat Peringatan II pada tanggal 3 September 2010.
3. Tidak hadir di perusahaan pada tanggal 28 Oktober 2010 karena menjalankan
kegiatan organisasi dan sudah mengajukan Surat Dispensasi kepada
Pengusaha dan Pengusaha menerima pengajuan dispensasi tersebut dan
memberikan tanda terima, tapi Pengusaha memberikan Surat Peringatan III
pada tanggal 30 Nopember 2010.

Sebelum Kusnan dan Nur Sartono serta Triono diberikan skorsing; Pengurus atau
Anggota Serikat Pekerja CV Angkasa Raya telah beberapa kali mengajukan Surat
Dispensasi dalam menjalankan kegiatan organisasi dengan cara yang sama yakni
mengajukan Surat Dispensasi dan diterima oleh Pengusaha dengan memberikan
surat tanda terima, kemudian para Pengurus dan/atau Anggota Serikat Pekerja
tersebut melaksanakan kegiatannya, tidak dipermasalahkan serta diupah penuh.
Mereka adalah:
1. Pada tanggal 12 Juli 2010, Lusiana bagian Operator, mengajukan Surat
Dispensasi karena menjalankan kegiatan organisasi. Pengajuan Surat
Dispensasi tersebut diterima oleh Pengusaha dan oleh Pengusaha juga
diberikan tanda terima.
2. Pada tanggal 26 Juli 2010, Kukuh Hartono, Nur Sartono dan Agus Santoso
juga mengajukan Surat Dispensasi untuk menjalankan kegiatan organisasi,
Surat Dispensasi tersebut diterima Pengusaha dan oleh Pengusaha juga
diberikan tanda terima.
3. Pada tanggal 6 Oktober 2010 Agus Santoso dan Kusnan tidak hadir di
perusahaan karena menjalankan kegiatan organisasi, dan mereka juga telah
mengajukan Surat Dispensasi dan Surat Dispensasi tersebut juga telah
diterima dan diberikan tanda terima oleh Pengusaha.
4. Semua pengalaman yang tercantum dalam point 1, 2, 3, menunjukkan bahwa
proses pengajuan Surat Dispensasi tersebut telah merupakan suatu hal yang
biasa dilakukan, oleh karenanya hal itu dapat dianggap sebagai kebiasaan
yang berlaku bagi para pihak.
Setelah melakukan skorsing kepada Kusnan, Nur Sartono dan Triyono, dan ketika
Pengusaha mengetahui bahwa Serikat Pekerja telah melaporkan tindak pidana yang
dilakukan oleh mereka, yakni telah menghalang-halangi Pengurus dan/atau
Anggota Serikat Pekerja untuk menjalankan kegiatan organisasi, maka pertamakali
dalam pengurusan tentang proses pengajuan Dispensasi, pengusaha melalui
Personalia Tauchid, SH membuat Surat Kesepakatan:
1. Pada tanggal 3 Januari 2011 Subiantoro dan Agus Wiyanto tidak hadir di
perusahaan karena menjalankan kegiatan organisasi, dan telah mengajukan
Surat Dispensasi, maka surat tersebut diterima serta Pengusaha memberikan
Kesepakatan Dispensasi.
2. Pada tanggal 17 Januari 2011 Agus Santoso dan Kusnan tidak hadir di
perusahaan karena menjalankan kegiatan organisasi, dan telah memberikan
Surat Dispensasi dan surat tersebut telah diterima serta Pengusaha telah
memberikan Kesepakatan Dispensasi.
3. Pada tanggal 9 Februari 2011 Agus Santoso mengajukan Surat Dispensasi
untuk menjalankan kegiatan organisasi, dan surat tersebut telah diterima serta
Pengusaha memberikan Penolakan Dispensasi.
Analisis
Untuk jawaban nomor 1 adalah:
Pasal 28 UU SP huruf a
Siapapun dilarang menghalang-halangi atau memaksa pekerja/buruh untuk
membentuk atau tidak membentuk, menjadi pengurus atau tidak menjadi
pengurus, menjadi anggota atau tidak menjadi anggota dan/atau
menjalankan atau tidak menjalankan kegiatan serikat pekerja/serikat buruh
dengan cara:
a. melakukan pemutusan hubungan kerja, memberhentikan sementara,
menurunkan jabatan, atau melakukan mutasi;

Kalau pekerja menjalankan kegiatan dalam Serikat Pekerja dengan mengajukan


Surat Dispensasi, dan telah menerima tanda terima, maka pihak Pengusaha
berkewajiban untuk membalas Surat Dispensasi tersebut sebelum kegiatan
dilakukan. Kalau membiarkan Surat Dispensasi tidak dibalas, kemudian memberikan
Surat Peringatan I, II, III, dan setelah itu melakukan skorsing, maka Perusahaan telah
melakukan perbuatan melawan hukum berdasarkan pasal 28 ayat (1) UU Serikat

Pekerja/Serikat Buruh huruf a. Pasal ini mengemukakan tentang larangan bagi


siapapun yang menghalang-halangi pekerja untuk melakukan kegiatan Serikat
Pekerja, dan sebagai konsekwensinya dilarang pula untuk melakukan skorsing atau
memberhentikan sementara.
Pasal 29 ayat (1) dan ayat (2) UU SP
(1) Pengusaha harus memberikan kesempatan kepada pengurus dan/atau
anggota serikat pekerja/serikat buruh untuk menjalankan kegiatan
serikat pekerja/serikat buruh dalam jam kerja yang disepakati oleh
kedua belah pihak dan/atau yang diatur dalam perjanjian kerja
bersama.
(2) Dalam kesepakatan kedua belah pihak dan/atau perjanjian kerja
bersama dalam ayat (1) harus diatur mengenai:
a. jenis kegiatan yang diberikan kesempatan;
b. tata cara pemberian kesempatan;
c. pemberian kesempatan yang mendapat upah dan yang tidak
mendapat upah

Dalam pasal 29 ayat (1) dikemukakan tentang keharusan Pengusaha untuk


memberikan kesempatan kepada pekerja yang merupakan Pengurus dan/atau
Anggota Serikat Pekerja untuk menjalankan kegiatan dalam jam kerja yang
disepakati oleh para pihak dan/atau yang diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama;
sedangkan CV Angkasa Raya tidak mempunyai Perjanjian Kerja Bersama.
Karena tidak dilarang secara lisan maupun tertulis, maka Kusnan, Nur Sartono dan
Triono langsung menjalankan kegiatan pada hari yang ditentukan yang dicantumkan
pula dalam Surat Dispensasinya. Juga pada kegiatan-kegiatan Serikat Pekerja
selanjutnya. Lagi pula Surat Peringatan tersebut diberlakukan mundur, karena
diberikan kepada pekerja pada tanggal 18 Desember ketika pekerja tidak masuk
kerja tanggal 5 Desember, dan surat diberikan tanggal 20 Desember untuk pekerja
yang tidak masuk kerja tanggal 10 Desember.
Sebenarnya sebelum masalah ini menjadi sengketa, prosedur yang dilakukan oleh
para Pekerja tidak pernah dipersoalkan, dan dengan demikian prosedur tersebut
telah menjadi kebiasaan. Kalau hendak mengubah prosedur yang telah menjadi
kebiasaan tersebut seharusnya Pengurus Serikat Pekerja dan/atau Pekerja diberi
tahukan lisan atau diumumkan secara tertulis terlebih dahulu.
Dengan demikian, maka Pengusaha telah melakukan pelanggaran terhadap Pasal 29
ayat (1) dan pasal 43 UU SP merupakan sanksinya. Pelanggaran oleh Pengusaha ini
dalam peraturan dikualifikasikan sebagai tindak pidana kejahatan.
Pasal 43 UU SP
(1) Barang siapa yang menghalang-halangi atau memaksa pekerja/buruh
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, dikenakan sanksi pidana
penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun
dan/atau denda paling sedikit Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah)
dan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan
tindak pidana kejahatan.

Untuk menjawab nomor 2 adalah:


Pasal 6 UUK
Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa
diskriminasi dari pengusaha.

Kusnan, Nur Sartonodan Triono ketika hendak menjalankan kegiatan Serikat Pekerja,
telah mengajukan Surat Dispensasi dan diterima oleh pihak Pengusaha (bukti
terlampir). Pada hal Lusiana, Kukuh Hartono dan Agus Santoso juga melakukan hal
yang sama, yakni mengajukan Surat Dispensasi dan juga menerima tanda terima,
kemudian juga meninggalkan pekerjaan untuk menjalankan kegiatan Serikat Pekerja,

tetapi tidak diberikan Surat Peringatan sebagaimana yang dialami oleh Kusnan, Nur
Sartono dan Triono.
Dengan demikian, pihak Pengusaha telah melakukan diskriminasi terhadap
pekerjanya, karena telah memberikan Surat Peringatan terhadap Kusnan, Nur
Sartono dan Triono, sedangkan kepada Lusiana, Kukuh Hartono dan Agus Santoso
tidak melakukan hal yang sama. Oleh karena itu, pasal 190 yang berupa sanksi
administratif berlaku bagi Pengusaha CV Angkasa Raya.
Pasal 190
(1) Menteri atau pejabat yang ditunjuk mengenakan sanksi administratif
atas pelanggaran ketentuan-ketentuan sebagaimana diatur dalam
Pasal 5, Pasal 6, Pasal 15, Pasal 25, Pasal 38 ayat (2), Pasal 45 ayat
(1), Pasal 47 ayat (1), Pasal 48, Pasal 87, Pasal 106, Pasal 126 ayat
(3), dan Pasal 160 ayat (1) dan ayat (2) Undang-undang ini serta
peraturan pelaksanaannya.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berupa:
a. teguran;
b. peringatan tertulis;
c. pembatasan kegiatan usaha;
d. pembekuan kegiatan usaha;
e. pembatalan persetujuan;
f. pembatalan pendaftaran;
g. penghentian sementara sebagian atau seluruh alat produksi;
h. pencabutan ijin.
(3) Ketentuan mengenai sanksi administratif sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut oleh Menteri.

Untuk menjawab nomor 3 adalah:


Pasal 29 ayat (2)
(2) Dalam kesepakatan kedua belah pihak dan/atau perjanjian kerja
bersama dalam ayat (1) harus diatur mengenai:
d. jenis kegiatan yang diberikan kesempatan;
e. tata cara pemberian kesempatan;
f. pemberian kesempatan yang mendapat upah dan yang tidak
mendapat upah

Penjelasan pasal 29
Yang dimaksud dengan pemberian pemberian kesempatan dalam pasal ini
adalah membebaskan pengurus dan anggota serikat pekerja/serikat buruh
dalam beberapa waktu tertentu dari tugas pokoknya sebagai pekerja/buruh,
sehingga dapat melaksanakan kegiatan serikat pekerja/serikat buruh.

Pada penjelasan pasal 29 dengan jelas memberikan pengertian tentang pemberian


kesempatan, di mana arti dari memberikan kesempatan tersebut adalah
membebaskan Pengurus atau Anggota Serikat Pekerja dalam beberapa waktu
tertentu dari pekerjaannya untuk menjalankan kegiatan Serikat Pekerja.
Dalam hal ini, karena pihak Perusahaan tidak menjawab pengajuan Surat Dispensasi
secara lisan dan tertulis, maka Kusnan, Nur Sartono dan Triono langsung
meninggalkan pekerjaannya untuk menjalankan kegiatan Serikat Pekerjanya. Lagi
pula sebelumnya hal itu tidak pernah dipermasalahkan, maka hal tersebut telah
menjadi kebiasaan dan dapat dianggap bahwa pihak Pengusaha tidak melarang.
Kesimpulan
Dari analsis tersebut dapat disimpulkan:
1. Pengusaha yakni CV Angkasa Raya, telah melakukan perbuatan melawan
hukum, karena melakukan pelanggaran pasal 29 ayat (1) UU SP, yang
merupakan kejahatan dan dihukum dengan pasal 43 UU SP.

2. Pengusaha CV Angkasa Raya juga telah melanggar pasal 6 UUK dan pasal
190 UUK merupakan sanksi administratif yang dikenakan.
Saran
Serikat Pekerja dapat melakukan perundingan bipartite untuk menyelesaikan
perselisihannya, tapi karena ada pelanggaran pasal-pasal dalam UU Serikat
Pekerja/Serikat Buruh dan UU Ketenagakerjaan, maka melaporkan Pengusaha ke
Polisi juga dapat dilakukan, secara bersama-sama.

Malang, 26 September 2011


Tim Advokasi dari Pusat
Pengembangan Hukum
Perburuhan dan Ketenagakerjaan
1. DR Rachmat Syafaat, SH, MSi
2. Umu Hilmy, SH, MS
3. Budi Santoso, SH, LLM
4. Ratih Deviana Puru, SH, LLM
5. Dhia Al Uyun, SH, MH

Anda mungkin juga menyukai