Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 FAKTA HUKUM

 Kasus ini dimulai dengan Perjanjian kerjasama yang dilakukan antara


GARAY PAATH, INC. yang berkedudukan di 333 Orchard Road yang
berdiri sejak tahun 1990 di Singapore yang diwakili oleh Mrs. Khatrin Lie,
M.Sc. selaku General Manager dengan PT. SATRIA PARAMARTHA
yang berkedudukan di Yogyakarta dimana diwakili oleh Nyonya Viona
Ansila S.E., M.BA. selaku Presiden Direktur. Dimana GARAY PAATH,
INC. sebagai perusahaan industri makanan berupa “Hanan” Chocolate,
“Kebi” Candies, “Adianti” Wheat Porridge, “Aunt Mey” Rice Crackers
dan “Herwinda’s” Cookie Bar.
 Bahwa Perjanjian Distribusi yang disepakati Tertanggal 14 Februari 2000
yang dibuat oleh Notaris Aryani S.H., M.Kn., Perjanjian tersebut pada
Pasal 3 ayat (1) menyebutkan bahwa perjanjian tersebut baru akan
berakhir pada tanggal 14 Februari 2020. Dimana perjanjian tersebut
berisikan bahwa GARAY PAATH, INC. akan bertindak sebagai
distributor tunggal untuk memasarkan sejumlah produk unggulan dari
GARAY PAATH, INC. di seluruh wilayah Indonesia sesuai dengan
ketentuan hukum Indonesia yang berlaku. Dimana PT SATRIA
PARAMARTHA adalah satu-satunya pihak yang berhak untuk
memasarkan produk di seluruh wilayah Indonesia dan Bahwa GARAY
PAATH, INC, maupun pihak ketiga tidak diperbolehkan dan dilarang
untuk memasarkan Produk di seluruh wilayah Indonesia tanpa melalui PT.
SATRIA PARAMARTHA.
 Bahwa tahun 2010, GARAY PAATH, INC mendirikan PT GARAY
PAATH INDONESIA yang wakili oleh Nyonya Michelle Tanaga, M.A.
sebagai Country Manager, dimana pendirian tersebut dengan alasan agar

1
sebagian produk dapat diproduksi di Indonesia, sehingga biaya produksi
akan lebih ekonomis yang selanjutnya mengakibatkan harga sebagian
produk lebih bersaing dan lebih dapat diterima oleh masyarakat Indonesia.
 Bahwa pemegang saham PT GARAY PAATH INDONESIA adalah:
a. GARAY PAATH, INC, sebanyak 90% saham; dan
b. PT. FAHRIZAL YUDATHAMA (yang merupakan perusahaan afiliasi
dari GARAY PAATH, INC.) sebanyak 10% saham.
 Bahwa setelah PT GARAY PAATH INDONESIA mulai beroperasi, PT
SATRIA PARAMARTA yang biasanya mengimpor produk langsung dari
GARAY PAATH, INC. sejak tahun 2011 selanjutnya menjadi membeli
produk dari PT. GARAY PAATH INDONESIA dan hal ini terus berlanjut
hingga tahun 2013.
 Bahwa sepanjang tahun 2011 sampai dengan tahun 2013, PT. SATRIA
PARAMARTHA tidak pernah lagi memesan produk-produk dari GARAY
PAATH. INC.
 Bahwa awal tahun 2013, PT. GARAY PAATH INDONESIA mulai
mengurangi wilayah distribusi produk ke PT. SATRIA PARAMARTHA.
PT. GARAY PAATH INDONESIA mempersempit cakupan wilayah
distribusi dari PT. SATRIA PARAMARTHA menjadi hanya Jakarta
Selatan, Yogyakarta, dan Bali saja.
 Bahwa awal tahun 2013, PT SATRIA PARAMARTHA diminta oleh
PT. GARAY PAATH INDONESIA menjadi distributor di bawah
multi distributor, tidak hanya itu saja.
 Bahwa akhir tahun 2013, PT. GARAY PAATH INDONESIA
mengirimkan pemberitahuan kepada beberapa pelanggan untuk langsung
mendaftarkan produk atas nama PT. GARAY PAATH INDONESIA
agar PT. GARAY PAATH INDONESIA dapat mengirimkan barang
langsung kepada pelanggan dan tidak lagi melalui PT. SATRIA
PARAMARTHA.
 Sehingga pendapatan signifikan dialihkan dan dikelola secara langsung
oleh PT. GARAY PAATH INDONESIA dan PT. SATRIA

2
PARAMARTHA secara otomatis akan kehilangan pelanggan dan
pendapatannya yang signifikan seharusnya bisa didapatkan sesuai dengan
perjanjian tsb.
 Bahwa PT. SATRIA PARAMARTHA telah mengirimkan somasi pertama
yaitu pada tanggal 28 Januari 2014 namun tidak ada tanggapan yang nyata
dari PT. GARAY PAATH INDONESIA.
 Bahwa PT. SATRIA PARAMARTHA telah mengirimkan somasi kedua
yaitu pada tanggal 11 April 2014 namun tidak ada tanggapan yang nyata
dari PT. GARAY PAATH INDONESIA.
 Bahwa hingga pada akhirnya PT. SATRIA PARAMARTHA mengirimkan
somasi pertama yaitu pada tanggal 28 July 2014 dan masih tidak ada
tanggapan yang nyata dari PT. GARAY PAATH INDONESIA. Sehingga
14 hari kemudian PT. SATRIA PARAMARTHA pun mengajukan
Gugatan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apakah PT. GARAY PAATH INDONESIA dapat dikatakan
melanggar Undang-undang?

3
BAB II
ANALISA HUKUM

2.1 PENGATURAN MENGENAI PERJANJIAN & ANALISA HUKUM

Dasar Hukum yang berlaku di Indonesia:


1. Menurut Pasal 1313 KUH Perdata, Perjanjian adalah Perbuatan
dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu
orang lain atau lebih. Dari peristiwa ini, timbullah suatu hubungan
hukum antara dua orang atau lebih yang disebut Perikatan yang di
dalamnya terdapat hak dan kewajiban masing-masing pihak.
Bahwa Dalam hal ini, PT. GARAY PAATH INC. yang merupakan
pemegang saham terbesar, yaitu 90% dari PT. GARAY PAATH
INDONESIA dan juga PT. FAHRIZAL YUDATHAMA (yang jug
merupakan perusahaan afiliasi dari GARAY PAATH INC.) sebesar 10%
telah mengikatkan dirinya pada suatu Perjanjian Distribusi yang dimana
PT. SATRIA PARAMARTHA lah yang akan menjadi Distributor
Tunggal produk unggulan dari PT. GARAY PAATH INDONESIA.
Yang aslinya bahwa PT. GARAY PAATH INDONESIA didirikan di
Indonesia hanya sebagai untuk biaya produksi yang lebih ekonomis.
Dalam perjanjian ini tertulis bahwa hanya PT. SATRIA
PARAMARTHA satu-satunya distibutor yang berhak menjual produk
tersebut. Bukan justru mengambil klien dari PT. SATRIA
PARAMARTHA.
Bahwa dalam ini, PT. GARAY PAATH INDONESIA kemudian
mempersempit cakupan wilayah distribusi dari PT. SATRIA
PARAMARTHA hanya menjadi wilayah Jakarta Selatan, Yogyakarta,
dan Bali saja. Hal ini tentunya melangga perjanjian sebagaimana yang
telah dicantumkan dalam perjanjian Distribusi yang telah dibuat kedua
belah pihak. Dimana dalam perjanjian tersebut jelas tercantum bahwa

4
masa akhir perjanjian Distribusi dalah 14 Februari 2020. Sehingga jelas
hingga saat ini perjanjian tersebut masuk berlaku sebagaimana.

2. Syarat Sahnya Perjanjian, Pada Pasal 1320 KUHPer menjelaskan,


supaya terjadi perjanjian yang sah, perlu dipenuhi empat syarat:
a. Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya;
b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
c. Adanya suatu Obyek Tertentu;
d. Suatu sebab yang diperbolehkan;
Dalam hal ini Perjanjian Distribusi yang dibuat tertanggal 14
Februari 2000 adalah sah secara Hukum. Karena dibuat berdasarkan
kesepakatan kedua belah pihak. Kedua belah pihak pun telah cakap.
Adanya suatu Obyek tertentu yaitu Produk Unggulan dari PT. GARAY
PAATH INC tsb. Unsur adanya suatu sebab yang diperbolehkan pun
telah terpenuhi. Sebab barang yang diperdagangkan tidaklah melanggar
hukum seperti narkotik dsb. Namun yang diperdagangkan adalah produk
makanan seperti “Hanari” Chocolate Bar, “Kebi” Candies, “Adianti”
Wheat Porridge, “Aunt Mey” Rice Crackers, dan “Herwinda’s Cookie
Bar” yang hanya merupakan makanan sehari-hari.

3. Azas Kebebasan Berkontrak, Sesuai Pada pasal 1338 KUH Perdata


Yaitu bahwa para pihak dalam suatu perjanjian bebas untuk
menentukan materi/isi dari perjanjian sepanjang tidak bertentangan
dengan ketertiban umum, kesusilaan dan kepatutan. Azas ini menyatakan
bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah mengikat sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya.
Bahwa para pihak telah membuat Perjanjian Distribusi tanpa
adanya paksaan dari pihak manapun, dan merupakan kesepakatan pihak-
pihak tersebut sebagaimana telah dituangkan dalam perjanjian yang sah
yang dibuat oleh Notaris Ariyani Mutik S.H., M.Kn dengan Akta Notaris

5
No. 101. Yaitu “Perjanjian Distribusi” No. 01/SPD/PT.SP/2000.
Sebagaimana perjanjian itu mengikat para pihak yang membuatnya.

4. Tentang Pembatalan Perjanjian, Pasal 1266 KUHPer


“Syarat batal dianggap selalu dicantumkan dalam persetujuan yang
timbal balik, andaikata salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya.
Dalam hal demikian persetujuan tidak batal demi hukum, tetapi
pembatalan harus dimintakan kepada Pengadilan.
Dalam hal ini apabila PT. GARAY PAATH INC. menginginkan
adanya pembatalan perjanjian harus merupakan kesepakatan kedua belah
pihak. Bukan merupakan keinginan dari satu pihak semata. Kasus yang
terjadi di atas terlihat jelas adanya itikad yang tidak baik dari PT.
GARAY PAATH INC. yang ingin membatalkan perjanjian secara
sepihak.
Jika salah satu pihak tidak menyetujui akan pembatalan perjanjian
tersebut, maka pembatalan perjanjian harus dimintakan ke Majelis
Hakim yang dalam ini merupakan kewenangan Pengadilan. Bukan dari
keputusan pihak PT. GARAY PAATH INC semata.
Dalam hal ini PT. GARAY PAATH INDONESIA , dimana
merupakan PT. yang bertanggung jawab untuk mensuplai distribusi
barang yang telah berhasil didirikan oleh GARAY PAATH INC. yang
merupakan perusahaan yang didirikan oleh GARAY PAATH INC.,
dalam hal ini PT. GARAY PAATH INDONESIA mempunyai tanggung
jawab pula. Mengingat selama 3 tahun terakhir, yaitu sejak tahun 2011-
2013 GARAY PAATH INC. sudah tidak lagi mensuplai ke PT. SATRIA
PARAMARTHA tetapi digantikan oleh PT. GARAY PAATH
INDONESIA.
Meskipun hal ini tidak tertulis secara tertulis, namun hal ini sesuai
dengan perjanjian lisan yang dilakukan oleh Mrs. Khatrin Lie, M.Sc.
selaku General Manager dari GARAY PAATH INC. Mengingat bahwa
perjanjian tidak hanya berdasarkan apa yang tertulis juga, tetapi

6
perjanjian lisanpun diakui oleh perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia. Perjanjian lisan menjadi sah apabila hak dan kewajiban
terpenuhi. Mengingat pada tahun 2011-2012 PT. GARAY PAATH
INDONESIA telah rutin mengirimkan supply barang tanpa adanya suatu
keterlambatan.

Pasal 1320 KUHPerdata adalah syarat amat penting dalam sahnya


suatu perjanjian. Sepakat ditandai oleh penawaran dan penerimaan dengan
cara : a). tertulis; b). lisan; c). diam-diam; d). simbol-simbol tertentu. Oleh
sebab itu, jelas bahwa perjanjian lisan merupakan perjanjian yang sah
karena memenuhi unsur kata sepakat yang terdapat di dalam rumusan
Pasal 1320 KUHPerdata. Sehingga dalam hal ini perjanjian lisan yang
dilakukan oleh Mrs. Khatrin Lie, M.Sc. selaku General Manager dari
GARAY PAATH INC. dan disetujui dengan bersedianya PT. GARAY
PAATH INDONESIA yang merupakan anak cabang dari GARAY
PAATH INC. sendiri yang disetujui oleh Nyonya Michelle Tanaga, M.A.
sebagai Country Manager adalah sah menurut hukum.

5. Force Majeur, 1245 KUHPer

Berbunyi, “Tidak ada penggantian biaya. kerugian dan bunga.


bila karena keadaan memaksa atau karena hal yang terjadi secara
kebetulan, debitur terhalang untuk memberikan atau berbuat sesuatu yang
diwajibkan, atau melakukan suatu perbuatan yang terlarang baginya”.

Bahwa dalam hal ini salah satu pihak boleh tidak memenuhi
prestasinya apabila dalam keadaan terpaksa / force majeur. Namun
kenyataan yang terjadi tidak ada keadaan memaksa / force majeur. Jadi hal
ini membuat kami semakin yakin bahwa kejadian yang dialami oleh Klien
kami PT. SATRIA PARAMARTA merupakan hasil dari wanprestasi yang

7
dilakukan oleh PT. GARAY PAATH INC. yang sekarang ini merupakan
pemilik saham terbesar dari PT. GARAY PAATH INDONESIA.

Dalam hal ini PT. GARAY PAATH INDONESIA yang diwakili


oleh Nyonya Michelle Tanaga, M.A., sebagai Country Manager harus
bertanggung jawab atas kerugian yang dialami oleh PT. SATRIA
PARAMARTHA. Karena jelas bahwa berbagai pelanggaran yang
menyimpang dari Perjanjian Distribusi tersebut dilakukan oleh PT.
GARAY PAATH INDONESIA adalah Wanprestasi.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Didasarkan pada uraian dari bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan jawaban
dari rumusan permasalahan sebagai berikut:
1. Pihak PT. GARAY PAATH INC. tidak melaksanakan tanggung
jawabnya dan telah melakukan wanprestasi.

2. Pihak PT. GARAY PAATH INDONESIA yang juga


menyanggupi untuk mensupply barang kepada PT. SATRIA
PARAMARTHA yang merupakan perusahaan mayoritas milik
GARAY PAATH INC. melalui perjanjian lisan pun ikut terlibat
dalam wanprestasi.

3. PT. GARAY PAATH INDONESIA telah mengurangi Ruang


Lingkup Distribusi yang Dipersempit, dan tidak lagi menjadikan
PT. SATRIA PARAMARTHA sebagai Distributor Tunggal di
Indonesia tetapi hanya di 3 kota besar di Indonesia.

4. PT. GARAY PAATH INC. telah mengakhiri perjanjian secara


sepihak dan melanggar 1266 KUHPer yang juga diikuti oleh PT.
GARAY PAATH INDONESIA sebagai pihak yang membantu
distribusi barang selama tahun 2011-2012 sebagai perusahaan
pengganti dari GARAY PAATH INC.

3.2 Saran
1. Tindakan yang tegas harus diberikan kepada PT. GARAY PAATH
INDONESIA agar tidak semena-mena dalam bertindak dan memenuhi
kewajiban-kewajiban sebagaimana yang telah disepakatinya.
2. Mendesak Pemerintah untuk lebih aktif lagi, dalam memperhatikan Usaha
Menengah Ke Atas, dan tidak hanya berpihak pada perusahaan-perusahaan
besar saja,

9
3. Terus memberikan sanksi yang tegas kepada PT. GARAY PAATH
INDONESIA sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

10
DAFTAR PUSTAKA

Prof Dr. Agus Yudha Hernoko S.H., M.H., (2012). HUKUM PERJANJIAN.
Surabaya : Pena Grafika

Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo S.H., M.H. (2006). HUKUM ACARA PERDATA
INDONESIA. Yogyakarta: Liberty

Prof. Abdulkadir Muhammad, S.H. (2012). HUKUM ACARA PERDATA


INDONESIA. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti

Peraturan Perundang-undangan

 KUH Perdata

11

Anda mungkin juga menyukai