Anda di halaman 1dari 3

XI MIPA 3 Kelompok 1 :

1. Adlan Sasmitha S. A. 02
2. Alya Luthfitasari 04
3. Jennifer Frederica A. 16
4. Muhammad Deryl Akmal 23
5. Raffi Aryasatya R. 30

BIOGRAFI MATHEN INDEY

Profil Marthen Indey

 Nama : Soroway Indey


 Panggilan : Marthen
 Tempat, tanggal lahir : Doromena, Jayapura 16 Maret 1912
 Tempat, tanggal wafat : Jayapura, 17 Juli 1986
 Tempat tinggal : Doromena, Jayapura
 Agama : Kristen
 Lahir dari : Indey
 Gelar pahlawan pada : 14 September 1993
 Keluarga
- Istri : Agustina Heumasse
- anak : Frans Marcelino Charles Engelbert lndey Fikena

Riwayat Masa Kecil

Di awal kehidupannya, Indey sangat dipengaruhi oleh seorang misionaris Ambon yang
dikirim Belanda untuk menyebarkan agama Kristen di New Guinea. Ia adalah Johannes
Bremer. Indey bersama dengan beberapa saudaranya menghabiskan sebagian masa kecil
mereka bersama dengan keluarga Bremer di Ambon. Saat duduk di bangku sekolah dasar,
Indey meningkatkan penguasaan bahasa Melayunya. Saat itu, bahasa Melayu bukanlah
menjadi bahasa umum yang digunakan di banyak bagian timur Hindia.

Riwayat Sekolah

Marthen Indey tercatat pernah bersekolah di sebuah sekolah rakyat selama lima tahun. Pada
1926, Indey berhasil menyelesaikan sekolahnya. Lulus dari sana, Marthen Indey kemudian
melanjutkan pendidikan ke Sekolah Kepolisian di Sukabumi, Jawa Barat. Kemudian ia
melanjutkan di sekolah Angkatan Laut di Makassar, yaitu Kweekschool voor Indische
Schepelingen dan juga di Surabaya. Ia pun lulus dari sekolah tersebut pada 1932. Tidak
hanya itu, ketika di Australia, Marthen Indey juga sempat mengikuti pelatihan di Bris-bane
Cans Australia. Setelah menjalankan tugas pelayaran pertamanya, Indey memutuskan
meninggalkan karier angkatan lautnya.

Riwayat Karir

 Kontrolir diperbantukan pada Residen Jayapura dan berpangkat Mayor Tituler, 1963-
1983
 Anggota MPRS (Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara) mewakili Irian Jaya,
1963-1968
 Ketua PIM (Partai Indonesia Merdeka)
 Kepala Distrik Arso Yamai dan Waris
 Anggota Polisi Hindia Belanda

Kehidupan Pernikahan

Ketika Marthen lndey mengantar saudaranya kembali ke Ambon, ia bertemu Agustina


Heumasse kemudian tertarik mengambil istri. Pada saat berjuang di daerah sekitar Paniai,
Wandamen dan Asmat pada bulan 30 Maret 1936, berbekal surat jalan dan rekomendasi dari
Kepolisian Ambon mereka berangkat menuju Manokwari dan melangsungkan pernikahan.
Tak lama, Marthen Indey harus segera menjalankan tugas pada Dienst Veld Politie di Demba
Waropenkai, bahkan tak sempat menengok ketika istrinya keguguran dan hamil pertama.
Pada I Januari 1937, mereka berpindah ke tempat tugas barunya di Serui. Marthen kemudian
bertugas selama 14 bulan hingga telah lahir anak pertamanya yang wafat sebelum diberi
nama. Tahun 1943, Marthin lndey mendapat tugas ke Australia dan membawa semua
keluarganya. Istrinya, Agustia adalah seorang yang aktif di Perwib (Persatuan Wanita lrian
Barat) pada tahun 1963. Semenjak wafatnya Marthen, masa tua Agustina dihabiskan dari
pensiunan di Jalan Pasar Baru, Palomo, Sentani kemudian hidup bersama cucunya yang
masih sekolah dan menyewakan rumahnya kepada pengusaha film untuk menambah biaya.

Perjuangan dalam Menyambut Kemerdekaan

Pada Februari 1941 rasa memiliki dan nasionalisme Marthen tumbuh, ketika
dipindahkan dari Manokwari dan bertugas sebagai komandan jaga di Tanah Merah. Ia sering
duduk bercerita dengan para tahanan dan tertarik dengan ide mereka. Marthen kemudian
mengadakan rapat gelap dengan 31 anak buahnya untuk mengadakan penangkapan dengan
memanfaatkan Jepang. Namun, anak buahnya ada yang berkhianat sehingga rahasia
terbongkar dan diasingkan secara halus ke Hutan Anida, Pesnamnam.

Setelah delapan bulan, Marthen ditugaskan memata-matai gerak maju tentara Jepang
di daerah Asmat. Tak lama kemudian, Jepang yang datang dan membuat kehidupan rakyat
makin sengsara. Kemudian rakyat Papua melakukan perang gerilya hingga Januari sampai
Maret 1945 sehingga banyak merugikan Jepang. Setelah kabar kemerdekaan, 17 Agustus
1945 Marthen segera meninggalkan pekerjaannya sebagai tentara NICA kemudian terjun ke
masyarakat untuk menggencarkan massa dan menentang politik. Ia pun diasingkan dan
ditangkap kemudian dimasukkan ke dalam penjara Tanah Merah lalu bersama kawan-
kawannya untuk menyempurnakan cara berjuang dikonsolidir.

Marthen mempelopori kegiatan bawah tanah untuk melawan Belanda. Setiap tengah
malam, mereka secara diam-diam memantau siaran RRI Yogyakarta serta pemancar Komite
Kemerdekaan Indonesia di Australia dan menerbitkan surat kabar “Penyuluh” dan kemudian
hendak membentuk Dewan Perwakilan Siswa. Aksi terbuka ini belum dijalankan, namun
sudah tercium oleh orang Indonesia yang pro Belanda lalu melaporkannya kepada komandan
Batalyon Papua, Kapten JPK. van Eechoud.

Peran Marthen Indey

Marthen Indey adalah salah satu tokoh yang ikut serta dalam membebaskan Papua
dari pendudukan Belanda, dengan membentuk Komite Indonesia Merdeka (KIM) dan
menjadi bagian delegasi Indonesia dalam Perjanjian New York.

Perjuangan Sampai Menjadi Tokoh Nasional

Marthen Indey awalnya adalah polisi yang menjaga penjara tahanan politik di Boven
Digul, Papua. Di sini, dia bertemu dengan para pejuang kemerdekaan yang dibuang oleh
penjajah Belanda di Papua, termasuk Sugoro Atmoprasojo. Pada tahun 1946, Marthen Indey
bergabung dengan Komite Indonesia Merdeka (KIM) yang kemudian dikenal dengan sebutan
Partai Indonesia Merdeka (PIM). Marthen dan kepala suku di Papua menyampaikan protes
atas rencana Belanda memisahkan wilayah Irian Barat dari Indonesia, akibatnya Marthen di
penjara selama tiga tahun di Bovem Digul.

Setelah bebas, pada tahun 1962, Marthen ikut bergerilya membantu anggota RPKAD
yang didaratkan di Papua selama masa Tri Komando Rakyat (Trikora). Di tahun yang sama,
Marthen menyampaikan Piagam Kota Baru yang berisi mengenai keinginan kuat penduduk
Papua untuk tetap setia pada Indonesia. Marthen lalu menjadi bagian delegasi Indonesia yang
dikirim ke New York untuk ikut melakukan perundingan tentang pengembalian Irian Barat ke
Indonesia, yang menghasilkan Perjanjian New York. Setelah itu, Marthen Indey lantas
menjadi anggota MPRS (Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara) sejak tahun 1963
hingga 1968. Kemudian ia juga diangkat sebagal kontrolir diperbantukan pada Residen
Jayapura dan berpangkat mayor tituler selama dua puluh tahun.

Anda mungkin juga menyukai