Nggarai Tenang
Nggarai Tenang
Abstrak
Tujuan dilakukan penelitian ini yaitu untuk menenetukan efisiensi termal boiler furnace dan menentukan spesific fuel consumed
bahan bakar. Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui heat loss pada ukan proses pembakaran ada unit boiler furnace. Bahan
bakar yang digunakan yaitu solar dengan massa bahan akar yang berbeda – beda. Hasil yang diperoleh dari perhitungan maka
didapat heat loss radiasi pada boiler furnace sebesar 13%, heat loss konveksi 7,18%, dari teori yang Seharusnya heat loss ini
harusnya tidak lebih dari 1 % . Heat loss yang terjadi di unit prototype steam power plant ini masih terbilang besar jika ditinjau dari
PLTGU PLN Sektor Keramasan dengan heat loss secara radias, dan konveksi. Heat loss ini dapat ditanggulangi dengan beberapa
cara salah satunya yaitu dengan teknik isolator baik menggunakan semen atau pun asbes sesuai dengan nilai konduktifitas yang
dibutuhakan dan dapat ditentukan dari hasil perhitungan desain.
Abstract
The purpose of this experiment is to determine the thermal efficiency of the boiler furnace and determine the specific
fuel consumption of fuel. Research has been conducted to find out th e heat loss of fish in the combustion process there
is a boiler furnace unit. The fuel used is solar with a mass of different root materials – different. The result obtained
from the calculation is then obtained heat loss radiation on the boiler furnace of 13%, convection heat loss 7.18%, from
the theory that should heat loss should be no more than 1%. Heat loss that occurs in the unit prototype steam power
plant is still somewhat large when viewed from PLTGU PLN Sector Keramasan with heat loss in radiatio n, and
convection. Heat loss can be overcome by several ways one of them is with the technique of insulator either using
cement or asbestos in accordance with the conductivity value that dibutuhakan and can be determined rom the results
of design calculations.
7
ISSN : 1693-9050
Perhitungan neraca massa dan energi pada Boiler c. Entalpi Fresh Water
Furnace Untuk menentukan entalpi fresh water dapat
Perhitungan neraca massa dan neraca energy dihitung dengan:
dilakukan dengan menggunakan persamaan persamaan Q = m x hf
termodinamika, perpindahan panas serta reaksi kimia Dimana :
yang berlangsung di dalam sistem. Perhitungan neraca m = Massa Fresh Water
massa merupakan tahapan awal yang harus dilakukan. hf = Entalpi (temperatur 28O C)
(sumber: Hougen, 1943)
Data hasil perhitungan neraca massa selanjutnya
digunakan untuk perhitungan neraca energi.
d. Entalpi Udara
Neraca Massa Untuk menentukan entalpi solar dapat dihitung
Pehitungan neraca massa didasarkan atas hukum dengan:
Q = n x Cp x ∆T
kekekalan massa seperti persamaan dibawah ini:
Dimana:
= ... (1) n = Mol Udara
Dimana: Cp = Kapasitas Panas.
= + ... (2) ∆T = Selisih antara tempratur udara dan
tempratur Refrence
= ... (3) Untuk mengetahui Cp udara dapat diketahui dengan
(sumber: Hougen, 1943)
Cp =a+ (T2 + T1 ) + (T2 2 + T2 .T1 + T1 2 )
Neraca Energi (sumber: Hougen, 1943)
Perhitungan neraca energi dilakukan berdasarkan
hukum pertama termodinamika, atau biasa disebut e. Entalpi H2 O dari Udara
dengan hukum kekekalan energy, maka dapat ditulis Untuk menentukan entalpi fresh water dapat
dihitung dengan:
Qinput = Qoutput ... (4) Q = m x hf
(sumber: Hougen, 1943) Dimana:
m = Massa H2 O dari Udara
Untuk menganalisis energi pada Water Tube Boiler h f = Entalpi (temperatur 30O C)
yaitu menentukan energi input dan output pada water (sumber: Hougen, 1943)
tube boiler. Panas yang masuk pada water tube boiler
terdiri dari: OUTPUT
a. Entalpi Flue Gas
INPUT Untuk menentukan entalpi flue gas dihitung dari
a. Entalpi bahan bakar (solar) entalpi setiap komponen gas pada flue gas berupa
Untuk menentukan entalpi solar dapat dihitung CO2 , CO, O2 , N2 , dan H2 O dengan:
dengan: Q = n x Cp x ∆T
Q = m x Cp x ∆T Dimana:
Dimana: n = Mol Gas
M = Massa Bahan Bakar Cp = Kapasitas Panas.
Cp = Kapasitas Panas. ∆T = Selisih antara tempratur flue gas dan
∆T = Selisih antara tempratur bahan bakar dan tempratur Refrence
Tempratur Refrence Terlebih dahulu menentukan Cp untuk setiap
(sumber: Hougen, 1943) komponen gas dan dapat diketahui dengan
Cp = a + (T2 + T1 ) + (T2 2 + T2 .T1 + T1 2 )
b. Heating Value Bahan Bakar (sumber: Hougen, 1943)
Kalor atas (High Heating Value) merupakan nilai
kalor yang diperoleh secara eksperimen dengan b. Panas Penguapan H2 O flue gas
menggunakan calorimeter dimana hasil pembakaran Untuk menentukan entalpi fresh water dapat
bahan bakar didinginkan sampai suhu kamar sehingga dihitung dengan:
sebagian besar uap air yang terbentuk dari pembakaran Q = m x h fg
hydrogen mengembun dan melepaskan panas latennya. Dimana:
Untuk menghitung Heating Value Solar dapat m = Massa H2 O dalam flue gas
digunakan rumuas sebagai berikut: h fg = Entalpi (temperatur flue gas 140O C)
HV = M solar x HHV solar (sumber: Hougen, 1943)
8
ISSN : 1693-9050
SFC =
d. Entalpi Superheated Steam
(sumber: Hougen, 1943)
Untuk menentukan entalpi superheated steam dapat
dihitung dengan:
Nilai Kalor Bahan Bakar
Q = m x hg
Dimana: Reaksi kimia antara bahan bakar dengan oksigen
m = Massa steam dari udara menghasilkan panas.Besarnya panas yang
timbulkan jika satu satuan bahan bakar dibakar
h g = Entalpi (temperatur steam 200O C
tekanan 20 bar) sempurna disebut nilai kalor bahan bakar (Calorific
(sumber: Hougen, 1943) Value). Berdasarkan asumsi ikut tidaknya panas laten
pengembunan uap air dihitung sebagai bagian dari nilai
e. Entalpi Air Keluar Ekonomizer kalor suatu bahan bakar, maka nilai kalor bahan bakar
Untuk menentukan entalpi air keluar ekonomizer dapat dibedakan menjadi nilai kalor atas dan nilai kalor
dapat dihitung dengan: bawah.
Q = m x hf Nilai kalor atas (High Heating Value) merupakan
Dimana: nilai kalor yang diperoleh secara eksperimen dengan
m = Massa Air menggunakan calorimeter dimana hasil pembakaran
h f = Entalpi (temperatur 100O C) bahan bakar didinginkan sampai suhu kamar sehingga
(sumber: Hougen, 1943) sebagian besar uap air yang terbentuk dari pembakaran
hydrogen mengembun dan melepaskan panas latennya.
f. Entalpi Blowdown Secara teoritis, besarnya nilai kalor atas (HHV) dapat
Untuk menentukan entalpi blowdown dapat dihitung bila diketahui komposisi bahan bakar dengan
dihitung dengan: menggunakan persamaan Dulong:
Q = m x hf
HHV = 33950 + 144200 + 9400 S
Dimana:
m = Massa Air pada Blowdown Dimana:
h f = Entalpi (temperatur 100O C) HHV = Nilai kalor atas (kJ/kg)
(sumber: Hougen, 1943) C = Persentase karbon dalam bahan bakar
H2 = Persentase hidrogen dalam bahan bakar
g. Heat Loss Radiasi Permukaan Furnace O2 = Persentase oksigen dalam bahan bakar
Untuk menentukan heat loss radiasi permukaan S = Persentase sulfur dalam bahan bakar
furnace dapat dihitung dengan:
Q = . . A boiler . ((Ts 4 ) – (Tref 4 )) Nilai kalor bawah (Low Heating Value) merupakan
Dimana: nilai kalor bahan bakar tanpa panas laten yang berasal
= Emisivitas steel oxidized dari pengembunan uap air. Umumnya
= Nilai tetapan stefan-boltzman kandunganhidrogen dalam bahan bakar cair berkisar
A = Luas Furnace 15% yang berarti setiap satu satuan bahan bakar dan
Ts = Temperatur dinding furnace 0,15 bagian merupak hidrogen. Pada proses
Tref = Temperatur lingkungan pembakaran sempurna, air yang dihasilkan dari
(sumber: J.P Holman. 1986) pembakaran bahan bakar adalah setengah dari jumlah
mol hidrogennya.
h. Heat Loss Konveksi Permukaan Furnace Selain berasal dari pembakaran hidrogen, uap air
Untuk menentukan heat loss konveksi permukaan yang terbentuk pada proses pembakaran dapat pula
furnace dapat dihitung dengan: berasal dari kandungan air yang memang sudah ada
h =1,42 ( )1/4 didalam bahan bakar (moisture). Panas laten
pengkondensasian uap air pada tekanan parsial 20
Q = h x A x ∆T kN/m2 (tekanan yang umum timbul pada gas buang)
Dimana: adalah sebesar 2400 kJ/kg, sehingga besarnya nilai
Tdinding = Emisivitas steel oxidized kalor bawah (LHV) dapat dihitung berdasarkan
Tref = Nilai tetapan stefan-boltzman persamaan berikut:
A = Luas Furnace LHV = HHV – 2400 (M + 9 H2 )
∆T = Temperatur dinding furnace Dimana:
(sumber: J.P Holman, 1986)
LHV = Nilai kalor bawah (kJ/kg)
9
ISSN : 1693-9050
M = Persentase kandungan air dalam bahan fungsi yang berbeda beda dimana pada bagian bawah
bakar (moisture) unit tersebut terdapat satu buah Furnace dan satu buah
Burner. Selain itu juga dilengkapi dengan Tangki
Dalam perhitungan efisiensi panas dari mesin Bahan Bakar, Pipa, Pompa, Kompressor dan Cerobong
bakar, dapat menggunakan nilai kalor bawah (LHV) (Stack ).
dengan asumsi pada suhu tinggi saat gas buang
meninggalkan mesin tidak terjadi pengembunan uap
air. Namun dapat juga menggunakan nilai kalor atas
(HHV) karena nilai tersebut umumnya lebih cepat
tersedia.Peraturan pengujian berdasarkan ASME
(American of Mechanical Engineers) menentukan
penggunaan nilai kalor atas (HVV).
10
ISSN : 1693-9050
ekonomizer sebelum dikirim ke burner (BR-01) 11. Melanjutkan percobaan untuk parameter lain yang
dan mengatur flowrate bahan bakar melalui telah dibuat seperti pada matrix penelitian.
flowmeter (F-02). Bahan bakar yang telah
mengalami pemanasan dari zona ekonomizer di C. Langkah mematikan boiler
kirim ke burner (BR-01). Temperatur dan tekanan 1. Mematikan boiler dengan menekan tombol off
masing-masing pada (TI-01) dan (PI-01).
2. Mematikan sumber energy
6. Melakukan proses pembakaran bahan bakar
3. Menutup katup sumber gas.
dengan melakukan penyalaan menggunakan
Igniter. 4. Menutup katup supply uap utama dan katup
feedwater.
7. Pada saat pembakaran mulai konstan, maka
dilakukan pencatatan data awal saturated steam 5. Melakukan complete blow – off dengan mambuka
setiap 5 menit. Temperatur dan tekanan steam katup blow – off untuk mengeluarkan air pada
dicatat melalui data tekanan (PI-03) dan tube.
temperatur pada (TI-03). Proses dilanjutkan
hingga tekanan dan temperatur dari Steam Drum HASIL DAN PEMBAHASAN
konstan. Hasil
Hasil yang didapatkan dari penelitian ini
8. Setelah temperatur dan tekanan konstan terjadi di
berdasarkan data yang diperoleh dari Steam Power
dalam Steam Drum maka proses start up atau
Plant yang merupakan perangkat alat hasil rancang
proses non steady state telah selesai. Dan proses
bangun dengan menggunakan solar sebagai bahan
akan dilanjutkan pada tahap steady state.
bakar. Siklus dasar yang digunakan pada steam power
plant adalah siklus rankine, dengan komponen utama
B. Langkah kerja tahapan proses steady state boiler, turbin uap dan generator. Pada siklus rankine
1. Proses steady state merupakan adanya proses terjadi proses pemanasan air pada garis saturated. Lalu
balik (siklus) dari aliran fluida uap dari steam air dipanaskan hingga menjadi uap jenuh dan terus
drum menuju turbin uap, kemudian ke kondenser dipanaskan hingga menjadi uap kering. Setelah
dan dikembalikan ke Steam Drum melalui pompa. menjadi uap kering, uap akan masuk ke turbin dan
2. Memastikan proses pembakaran bahan bakar terjadi penurunan temperatur pada entropi yang sama.
tetap berlangsung stabil sesuai dengan rasio bahan Penelitian ini untuk mencapai sasaran penelitian
bakar yang terjadi pada proses non steady state serangkaian percobaan yang telah dilakukan waktu
3. Memastikan valve (V-10) (V-11) (V-12) terbuka. pemanasan sampai kondisi steady state..
4. Mengalirkan air pendingin ke kondenser dengan
menghidupkan pompa (P-03). Pembahasan
5. Melakukan pengaliran steam dari Steam Drum ke Hasil diperoleh dari penelitian ini berdasarkan data
separator (SP-01) dengan cara membuka valve penelitian di lapangan menggunakan pembangkit uap
(V-06) (V-07) (V-08). Dengan membuka valve skala pilot plant di teknik energi. Pengukuran data
tersebut maka saturated steam akan terdistribusi dilakukan beberapa kali. Percobaan dan hasilnya diolah
ke zona Superheated untuk merubah Saturated menjadi data rata-rata. Bahan bakar sebagai sumber
Steam menjadi Superheated Steam. energi menggunakan solar, jumlah bahan bakar yang
6. Menghidupkan kembali pompa (P-02) dan buka dibutuhkan untuk proses diukur rata-rata perjam.
valve (V-04) untuk mengalirkan kondensat steam Kondisi operasi pembangkit uap ditetapkan pada
dari kondenser ke Steam Drum. tekanan 5 dan 10 bar pada keadaan saturated untuk
7. Pada kondisi ini proses siklus telah terjadi dimana menentukan AFR pada percobaan, maka dilakukan
steam dari Steam Drum telah mengalami siklus terlebih dahulu menghitung AFR stokiometri melalui
termodinamika melalui tahapan beberapa reaksi pembakaran teoritis yang nilainya sebesar
peralatan seperti daerah saturated, dearah 15.479.
superheated, turbin, kondenser, dan pompa. Dari AFR stokiometri maka ditetapkan AFR actual
Tunggu proses hingga kondisi tekanan dan sebagai acuan untuk melakukan percobaan sesuai
temperatur steam di Steam Drum stabil dengan dengan kondisi operasi diatas yakni pada AFR 18.. Hal
ditandai tekanan dan temperatur pada (PI-03) dan ini bertujuan untuk menghasilkan pembakaran yang
(TI-03) tidak mengalami perubahan. sempurna. (Testo industryal gas analyzer) pada angka
8. Setelah stabil maka lakukan pencatatan terhadap AFR tersebut haruslah % excess O2 pada dry flue gas
data-data yang diperlukan seperti tekanan dan berkisar antara 10-30 %. Hal ini bertujuan untuk
temperatur pada beberapa unit peralatan yang menghasilkan pembakaran yang sempurna. Pada AFR
diperlukan serta kuat arus (A) dan voltase (V) teoritis tidak mungkin terjadi pembakaran sempurna,
pada panel instrument. sementara untuk AFR yang terlalu besar berdampak
9. Setelah dilakukan pengambilan data maka terhadap hilangnya sebagian besar panas terbawa oleh
lakukan langkah-langkah untuk mematikan proses gas buang. Dan mengakibatkan terjadinya pemborosan
di unit Steam Power Generation sesuai SOP. bahan bakar.
10. Melakukan analisa data hasil percobaan dan
lakukan perhitungan efisiensi peralatan.
11
ISSN : 1693-9050
Dari hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan masuk ke dalam boiler furnace dari total energi input
dibuat neraca massa dalam bentuk blok diagram yang yang masuk dipergunakan sebanyak 19272,45
menunjukkan secara jelas massa yang masuk dan Kcal/jam untuk pembentukan steam. Sehingga dapat
keluar dari sistem furnace. dikatakan bahwa energi pembentukan steam sebesar
34,23% pada tekanan 5 bar sedangkan pada tekanan
10 bar sebesar 95,90 % dari energi input bahan bakar.
Sementara, energi lain adalah energi gas buang
2558,60 Kcal/jam (13,28%) pada tekanan 5 bar.
1784,05 Kcal/jam (8,15%) pada tekanan 10 bar,
blowdown 2011,39 Kcal/jam (10,44%) pada tekanan 5
bar dan 1508,4 Kcal/jam (6,89%) pada tekanan 10 bar.
energi radiasi 2581,65 Kcal/jam (13,40%) pada
Gambar 2. Neraca Massa tekanan 5 bar dan 2646,89 (12,09%) pada tekanan 10
bar, dan konveksi sebesar 1383,3 Kcal/jam (7,18%)
Pada Gambar 2 dapat dilihat kesetimbangan massa pada tekanan 5 bar, dan 1388,80 Kcal/jam (6,34%)
pada sistem furnace, dimana massa yang masuk pada tekanan 10 bar, merupakan energi yang hilang
kedalam sistem sama dengan massa yang keluar dari (bocor) keluar sistem. Sisanya sebesar 2767,86
sistem furnace. Massa total yang masuk kedalam Kcal/jam pada tekanan 5 bar (14,36%) dan 3186,21
furnace adalah 31,11 kg/jam. Dimana neraca massa kcal/jam (14,6%) pada tekanan 10 bar merupakan
yang diuapkan ini terbagi menjadi mass a bahan bakar energi yang tidak teranalisis energi ini sebagian besar
dan massa udara untuk keperluan pembakaran. terakumulasi dalam system.
Data laju alir massa bahan bakar pada sistem Dockrill dan Friedrich melakukan penelitian pada
furnace ini dibaca berdasarkan penurunan massa solar tahun 2011, pada penelitiannya terdapat banyak
yang diletakkan pada neraca teknis skala 0-250kg. kehilangan yang ditemukan pada proses produksi uap
Sementara laju alir massa udara pembakaran dilakukan yaitu pada gas buang yang bisa mencapai 10-30% dari
dengan perhitungan pembakaran teoritis terlebih total ruri-rugi, yang temperaturnya berkisar 150 –
dahulu, selanjutnya data tersebut digunakan pada 250ºC. Hal ini selaras dengan hasil penelitian di
operasi berikutnya untuk mengetahui pembakaran lapangan. Dari hasil penelitian, energi panas yang tidak
secara aktual. termanfaatkan berasal dari energi gas buang sebesar
Reaksi Pembakaran aktual untuk solar merupakan 13,28 % pada tekanan 5 bar, 8,15% pada tekanan 10
reaksi pembakaran yang tidak sempurna dalam arti gas bar. Angka ini menunjukkan bahwa temperatur gas
hasil pembakaran mengandung CO. Hal ini disebabkan buang masih terlalu tinggi. Untuk memanfaatkan gas
reaksi pembakaran solar berlangsung sangat cepat. buang agar dapat meningkatkan efisiensi boiler
Dengan demikian komposisi gas buang adalah CO 2 , ditambahkan economizer pada unit boiler untuk
CO, O2 sisa, N2 dari udara, H2 O dari hasil reaksi memanfaatkan sebagian panas yang terbawa oleh gas
pembakaran, dan H2 O berasal dari udara. Gas buang buang. Sehingga didapatkan penghematan energi
yang keluar stack tidak mengandung tar. Hasil sebesar 10 %.
perhitungan neraca massa dilakukan untuk perhitungan Faktor lain yang perlu mendapat pertimbangan
neraca energi. Hasil perhitungan neraca energi yang adalah jumlah panas yang tidak teranalisis seperti
menampilkan secara lengkap tujuan dan penggunaan panas yang terakumulasi dalam sistem. Sehinggga
energi pada boiler furnace ditampilkan pada Gambar 3. perlu dilakukan penelitian lanjut untuk meminimalkan
jumlah panas yang terakumulasi di dalam sistem
diantaranya dengan melakukan rekonstruksi pada
ruang bakar dan turbin sebagai media transfer panas.
Dengan demikian penggunaan bahan bakar dapat
dioptimalkan.
DAFTAR PUSTAKA
Bhatia, A. 2012. Improving Energy Efficiency of
Boiler Systems. www.PDHcenter.com Boiler
Efficiency Guide. http://kampongperga.word
press.com/. Diakses pada tanggal 20 Mei 2017.
Gambar 3. Neraca Energi Dockrill, P., dan Friedrich, F. 2001. Boiler and
Heaters: Improving Energy Efficiency. Canada:
Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa massa – massa Federal Industrial Boiler Program Natural
yang masuk kedalam boiler furnace yang terdiri dari Resources.
bahan bakar, udara, dan boiler feed water Einstein, D., Worrell, E., Khrushch, M. 2001. Systems
menghasilkan energi masuk untuk proses pembakaran. in Industry: Energy Use and Energy
Untuk pembentukan steam energi total input yang Efficiency Improvement Potentisls. Lawrence
12
ISSN : 1693-9050
13