Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

BADAN AMAL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS)

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH LEMBAGA


KEUANGAN SYARIAH
DOSEN PENGAMPU:

DISUSUN OLEH :

WITA NOVIANI

MUHAMMAD FAJAR

SMT/KLS: III/A

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM KH. ABDUL KABIER


( STAIKHA)
KUBANG PETIR SERANG BANTEN
2020-2021 M
KATA PENGANTAR

1
Bismillahirrohmanirrohim.

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., yang telah
melimpahkan petunjuk, bimbingan, dan kekuatan lahir batin kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Badan Amal Zakat Nasional (BAZNAS)
untuk memenuhi tugas mata kuliah Lembaga Keuangan Syariah.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar
Muhammad SAW., para sahabat dan semua pengikutnya yang setia di sepanjang zaman.
Amiin!

Demikianlah, penulis telah berusaha dengan segala keamampuan yang ada untuk
menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya, namun di atas lembaran-lembaran
makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahan. Karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan makalah
selanjutnya.

Kubang, 10 Desember 2020

Penulis

DAFTAR ISI

2
COVER

KATA PENGANTAR.................................................................................................................2

DAFTAR ISI.................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah................................................................................................................4

Rumusan Masalah..........................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Zakat, Infaq, Shadaqoh ...........................................................................5

2. Pengelolaan Zakat ....................................................................................................................6

3. Lembaga Keuangan Zakat .......................................................................................................8

4. Golongan penerima zakat.........................................................................................................8

BAB III PENUTUP

Kesimpulan.....................................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Zakat merupakan salah satu pesan Islam yang bersentuhan langsung dengan kebutuhan
dasar umat manusia, yakni terciptanya kesejahteraan ekonomi yang seimbang, tidak
menumbuhkan kecemburuan yang makin menajam antara kaum kaya dan golongan miskin.
Zakatlah pesan Islam yang pernah mendapat prioritas pembinaan umat, ketika Nabi
Muhammad SAW pertama kali membina masyarakat dikota madinah.

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan badan resmi dan satu-satunya yang
dibentuk oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 8 Tahun 2001 yang
memiliki tugas dan fungsi menghimpun dan menyalurkan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS)
pada tingkat nasional. Lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan
Zakat semakin mengukuhkan peran BAZNAS sebagai lembaga yang berwenang melakukan
pengelolaan zakat secara nasional. Dalam UU tersebut, BAZNAS dinyatakan sebagai lembaga
pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden
melalui Menteri Agama.

Dengan demikian, BAZNAS bersama Pemerintah bertanggung jawab untuk mengawal


pengelolaan zakat yang berasaskan: syariat Islam, amanah, kemanfaatan, keadilan,
kepastian hukum, terintegrasi dan akuntabilitas.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas sekiranya dapat dirumuskan pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
1. Apakah pengertian Zakat, infaq dan shadaqoh?
2. Bagaimana cara pengelolaan zakat?
3. Jelaskan mengenai Lembaga Keuangan pengelola zakat!

4. Apa saja golongan yang berhak menerima zakat?

Baznas.go.id, diakses pada Senin, 14 desember 2020, pukul 11:00 WIB;


QS. At-taubah: 60, diakses pada Senin, 14 desember 2020 pukul 11:11 WIB;
www. UinBandung.co.id, diakses pada Senin,14 desember 2020, pukul 11: 20 WIB;

BAB II
PEMBAHASAN
1) Pengertian Zakat

4
Zakat secara harfiah berarti berkah, bersih, baik dan meningkat.(Ahmad Warson, 1997:
577). Zakat juga berarti pembersihan diri yang didapatkan setelah pelaksanaan kewajiban
membayar zakat. (Fazlur Rahman, 1996:235). Oleh karena itu, harta benda yang di keluarkan
untuk zakat akan membantu mensucikan jiwa manusia dari sifat mementingkan diri sendiri,
kikir dan cinta harta .

Menurut terminilogi Syariat (istilah), zakat adalah suatu bentuk ibadah kepada Allah
Ta’ala dengan cara mengeluarkan kadar harta tertentu yang wajib dikeluarkan menurut
syariat Islam dan diberikan kepada golongan atau pihak tertentu. (Syaikh Muhammad bin
Shalih Al-Utsaimin, 2008: 2).

Infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu (harta) untuk
kepentingan sesuatu, termasuk kedalam pengertian ini, infaq yang di keluarkan orang-orang
untuk kepentingan agamanya. Sedangkan menurut terminology syariat, infaq adalah
mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan (penghasilan) untuk suatu kepentingan
yang diperintahkan ajaran Islam. Jika zakat ada nisabnya,infaq tidak mengenal nisab. Jika
zakat harus diberikan pada mustahiq tertentu (8 asnaf), infaq boleh diberikan kepada siapun
juga, misalnya untuk kedua orang tua atau anak yatim.

Shadaqah berasal dari kata shadaqah yang berarti ‘benar’. Orang yang suka
bershadaqah adalah orang yang benar pengakuan imannya. Menurut terminology syariat,
pengertian shadaqah sama dengan pengertian infaq, termasuk juga hukum dan
ketentuanketentuannya. Hanya saja, jika infaq berkaitan dengan materi, shadaqah memiliki
arti lebih luas dari sekedar material, misalnya senyum itu shadaqah.

Yusuf Qardawi membagi tiga tujuan zakat, yaitu : pertama, pihak para wajib zakat
(Muzakki) tujuanya untuk mensucikan dari sifat bakhil, rakusegoistis, melatih jiwa untuk
bersikap terpuji berarti bersyukur kepada Alloh SWT. Kedua pihak penerima zakat
(Mustahiq) untuk memenuhi kebutuhan hidup terutama kebutuhamn primer sehari-hari dan
mensucikan ya mereka dari rasa dengki dan kebencian yang sering menyelimuti hati mereka
melihat orang kaya. Dan yang ketiga, dilihat dari kepentingan kehidupan social, antara lain
bahwa zakat bernilai ekonomi, merealisasi fungsi harta sebagai perjuangan menegaskan
agama Alloh dan untuk mewujudkan keadilan social ekonomi masyarakat. (Erni Rahayu,
2009 : 10).
Baznas.go.id, diakses pada Senin, 14 desember 2020, pukul 11:00 WIB;
QS. At-taubah: 60, diakses pada Senin, 14 desember 2020 pukul 11:11 WIB;
www. UinBandung.co.id, diakses pada Senin,14 desember 2020, pukul 11: 20 WIB;

2) Pengelolaan Zakat

Dalam melakukan pengelolaan zakat tidak akan terlepas dari fungsi-fungsi menejemen,
proses-proses yang harus dilalui adalah perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), pengarahan (actuating), dan pengontrolan (controlling).Sementara, berkaitan
dengan pengelolaan zakat yang perlu dilakukan adala sosialisasi, pengumpulan, pengunaan
dan pengawasan.

5
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah menentukan dan merumuskan segala apa yang dituntut oleh situasi
dan kondisi pada badan usaha atau unit organisasi yang kita pimpin. Perencanaan berkaitan
dengan upaya yang akan dilakukan untuk mengantisipasi kecenderungan dimasa yang akan
datang dan penentuan strategi yang tepat untuk mewujudkan target dan tujuan organisasi.
Adapun perencanaan dalam ZIS berfungsi untuk menentukan hal-hal sebagai berikut :

a. Perhitungan atau ramalan dimasa yang akan datang

b. Menetapkan sasaran dalam pencapaian tujuan

c. Merumuskan cara-cara kerja

d. Menetapkan metode

e. Pembuatan jadwal pelaksanaan (Abdul Rosyad, 1977:54).

2. Pengorganisasian (organizing)

Menurut Maluyu Hasibuan, menyatakan bahwa pengorganisasian adalah suatu proses


penentuan, pengelompokan, dan pengaturan bermacam-macam

3. Komunikasi informasi

4. Pengambilan keputusan

5. Memotivasi orang-orang dalam organisasi agar berperilaku sesuai dengan tujuan


organisasi agar berperilaku sesuai dengan tujuan organisasi

6. Pengendalian

7. Penilaian kinerja.

8. Meningkatkan akuntabilitas

9. Merangsang kepatuhan pada kebijakan, rencana, prosedur, peraturan, dan ketentuan


yang berlaku.

10. Melindungi aset organisasi.

Baznas.go.id, diakses pada Senin, 14 desember 2020, pukul 11:00 WIB;


QS. At-taubah: 60, diakses pada Senin, 14 desember 2020 pukul 11:11 WIB;
www. UinBandung.co.id, diakses pada Senin,14 desember 2020, pukul 11: 20 WIB;

11. Pencapaian kegiatan yang ekonomis dan efisien.

Bila fungsi wasdal dilaksanakan dengan tepat, organisasi akan memperoleh manfaat
berupa:

1. Dapat mengetahui sejauh mana program sudah dilakukan oleh staf, apakah sesuai
dengan standar atau rencana kerja, apakah sumberdaya telah digunakan sesuai dengan yang

telah ditetapkan. Fungsi wasdal akan meningkatkan efisiensi kegiatan program.

6
2. Dapat mengetahui adanya penyimpangan pada pemahaman staf dalam melaksanakan
tugas-tugasnya.

3. Dapat mengetahui apakah waktu dan sumber daya lainnya mencukupi kebutuhan dan
telah dimanfaatkan secara efisien.

4. Dapat mengetahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan.

5. Untuk memberikan ruang regular untuk superviesees untuk merenungkan isi dan
pekerjaan mereka

6. Untuk menerima informasi dan perspektif lain mengenai pekerjaan seseorang

7. Untuk menjadi dukungan baik segi pribadi ataupun pekerjaan

8. Untuk memastikan bahwa sebagai pribadi dan sebagai orang pekerja tidak ditinggalkan
tidak perlu membawa kesulitan, masalah dan proyeksi saja.

9. Untuk menjadi pro-aktif bukan re-aktif

10. Untuk memastikan kualitas pekerjaan

Baznas.go.id, diakses pada Senin, 14 desember 2020, pukul 11:00 WIB;


QS. At-taubah: 60, diakses pada Senin, 14 desember 2020 pukul 11:11 WIB;
www. UinBandung.co.id, diakses pada Senin,14 desember 2020, pukul 11: 20 WIB;

3). Lembaga Keuangan Zakat

A. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). Sebutan BAZNAS adalah singkatan dari Badan Amil
Zakat Nasional berdasarkan Pasal 1 angka 7 dan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2011 tentang Pengelolaan Zakat (“UU 23/2011”) yakni lembaga yang berwenang melakukan
pengelolaan zakat secara nasional.

7
BAZNAS sebagai badan yang melakukan pengelolaan zakat berkedudukan di ibu
kota negara, dibentuk oleh pemerintah, yang merupakan lembaga pemerintah non
struktural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri
Agama. Lalu, sebagai rangka pelaksanaan pengelolaan zakat pada tingkat provinsi dan
kabupaten/kota dibentuk BAZNAS provinsi dan BAZNAS kabupaten/kota. BAZNAS provinsi
dibentuk oleh Menteri Agama atas usul gubernur, setelah mendapat pertimbangan dari
BAZNAS sedangkan BAZNAS kabupaten/kota Menteri Agama atau pejabat yang ditunjuk atas
usul bupati/walikota setelah mendapat pertimbangan BAZNAS [1] Atau jika gubernur atau
bupati/walikota tidak mengusulkan pembentukan BAZNAS provinsi atau kabupaten/kota,
Menteri Agama atau pejabat yang ditunjuk dapat membentuk BAZNAS provinsi atau
kabupaten/kota setelah mendapatkan pertimbangan BAZNAS.

Dalam zakat dikenal istilah Muzaki dan Mustahik. Muzaki adalah seorang muslim
atau badan usaha yang berkewajiban menunaikan zakat. Sedangkan mustahik adalah orang
yang berhak menerima zakat. Zakat yang dibayarkan oleh muzaki kepada BAZNAS atau
Lembaga Amil Zakat (“LAZ”) yang dikurangkan dari penghasilan kena pajak wajib
didistribusikan kepada mustahik sesuai dengan syariat Islam.

4). Golongan yang berhak menerima Zakat

Pendistribusian zakat dilakukan berdasarkan skala prioritas dengan memperhatikan


prinsip pemerataan, keadilan, dan kewilayahan. Berkaitan dengan pertanyaan Anda, selain
menerima zakat (mengelola zakat), BAZNAS dapat menerima dan mendistribusikan infak,
sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya. Pendistribusian dan pendayagunaan infak,
sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya tersebut dilakukan sesuai dengan syariat Islam
dan dilakukan sesuai dengan peruntukkan yang diikrarkan oleh pemberi. Pengelolaan infak,
sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya harus dicatat dalam pembukuan tersendiri.
Disini pentingnya laporan oleh BAZNAS, BAZNAS provinsi, dan BAZNAS Kabupaten/Kota yang
memuat akuntabilitas dan kinerja pelaksanaan Pengelolaan Zakat, infak, sedekah, dan dana
sosial keagamaan lainnya.

Baznas.go.id, diakses pada Senin, 14 desember 2020, pukul 11:00 WIB;


QS. At-taubah: 60, diakses pada Senin, 14 desember 2020 pukul 11:11 WIB;
www. UinBandung.co.id, diakses pada Senin,14 desember 2020, pukul 11: 20 WIB

Kedudukan lembaga zakat dalam lingkungan yang maju dan kompleks sangat
penting, Dengan semakin majunya umat, baik dari segi ekonomi, ilmu pengetahuan maupun
keyakinan beragama, maka diharapkan jumlah muzakki akan bertambah dan juga kuantitas
zakat akan meningkat. Untuk mengoptimalkan .

Asas pelaksanaan pengelolaan zakat didasarkan pada firman Allah dalam Artinya:
“Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang
dilunakkan hatinya (mualaf), untuk memerdekakan hamba sahaya, untuk membebaskan

8
orang yang berhutang, untuk yang berada di jalan Allah dan untuk orang yang sedang di
dalam perjalanan sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana” (QS Al-Taubah 9:60)
Berdasarkan ayat tersebut, dapat diketahui bahwasannya pengelolaan zakat bukanlah
semata-mata dilakukan secara individual, dari muzakki diserahkan langsung kepada
mustahiq, tetapi dilaksanakan oleh sebuah lembaga yang khusus .

Seperti yang dijelaskan bahwa Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang
muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan
syariat Islam. Sebagaimana informasi yang kami dapatkan pada Baznas.go.id, zakat diberikan
kepada delapan golongan sesuai tuntutan QS. At-taubah: 60 yaitu:

Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,


pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan)
budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang
dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Baznas.go.id, diakses pada Senin, 14 desember 2020, pukul 11:00 WIB;


QS. At-taubah: 60, diakses pada Senin, 14 desember 2020 pukul 11:11 WIB;
www. UinBandung.co.id, diakses pada Senin,14 desember 2020, pukul 11: 20 WIB;

Masih dari sumber yang sama, kedelapan golongan itu dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Fakir, mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak mampu memenuhi
kebutuhan pokok hidup;

2. Miskin, mereka yang mempunyai harta tapi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
dasar kehidupan;

3. Pengurus zakat (Amil), mereka yang mengumpulkan dan mendistribusikan zakat;

9
4. Mu’allaf (mereka yang baru masuk Islam dan membutuhkan bantuan untuk menguatkan
dalam tauhid dan syariah);

5. Hamba sahaya, yaitu budak yang ingin memerdekakan dirinya;

6. Gharimin, mereka yang berutang untuk kebutuhan hidup dalam mempertahankan jiwa
dan izzahnya;

7. Fisabilillah, mereka yang berjuang di jalan Allah dalam bentuk kegiatan dakwah, jihad dan
sebagainya;

8. Ibnu Sabil, mereka yang kehabisan biaya di perjalanan dalam ketaatan kepada Allah.

Baznas.go.id, diakses pada Senin, 14 desember 2020, pukul 11:00 WIB;


QS. At-taubah: 60, diakses pada Senin, 14 desember 2020 pukul 11:11 WIB;
www. UinBandung.co.id, diakses pada Senin,14 desember 2020, pukul 11: 20 WIB;

1
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan badan resmi dan satu-satunya yang
dibentuk oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 8 Tahun 2001 yang

10
memiliki tugas dan fungsi menghimpun dan menyalurkan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS)
pada tingkat nasional. Lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan
Zakat semakin mengukuhkan peran BAZNAS sebagai lembaga yang berwenang melakukan
pengelolaan zakat secara nasional. Dalam UU tersebut, BAZNAS dinyatakan sebagai lembaga
pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden
melalui Menteri Agama.

Dengan demikian, BAZNAS bersama Pemerintah bertanggung jawab untuk


mengawal pengelolaan zakat yang berasaskan: syariat Islam, amanah, kemanfaatan,
keadilan, kepastian hukum, terintegrasi dan akuntabilitas.

B. Saran

Dan Dari tugas makalah tersebut, banyak hal yang dapat kita pelajari. Seperti halnya
yang sudah kami harapkan dan sampaikan pada kata pengantar tugas makalah ini, yaitu
semoga dengan terselesaikannya makalah ini dapat menambah wawasan kita dan pemahaman
mengenai Badan Amil Zakat Nasional (Baznas).

DAFTAR PUSTAKA

Baznas.go.id, diakses pada Senin, 14 desember 2020, pukul 11:00 WIB;

QS. At-taubah: 60, diakses pada Senin, 14 desember 2020 pukul 11:11 WIB;

www. UinBandung.co.id, diakses pada Senin,14 desember 2020, pukul 11: 20 WIB;

Departemen Agama RI. Dirjen Binmas Islam dan Penyelenggaraan Haji. Peraturan
Perundang-undangan Pengelolaan Zakat Tahun. 2003.

11
Hasan, Sofyan. Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf. Surabaya: Al-Ikhlas. 1994.

12

Anda mungkin juga menyukai