Anda di halaman 1dari 18

PERIORITAS PROGRAM GIZI 2020-2024

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah: Epidemiologi
Dosen Pengampu: Abdul Hairuddin Angkat, SKM, M.Kes

Oleh
Yoppi Candra Mendrofa
P01031120078

Prodi D-III Gizi

Kelas 3B

POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN


2021
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan karunia dan rahmat-Nya sehingga makalah dengan judul
“PERIORITAS PROGRAM GIZI 2020-2024” untuk Mahasiswa Politeknik Kesehatan
kemenkes Medan Jurusan Gizi ini dapat diselesaikan seperti yang direncanakan.

Kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah
ini, saya menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih.

Penulis menyadari bahwa kemampuan dan pengetahuan masih terbatas


sehingga masih banyak kekurangan disana sini

Untuk itu saya dengan senang hati akan menerima saran dan kritik yang bersifat
membangun perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan di Negara kita khususnya
pendidikan di Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan Jurusan Gizi.

DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 3

1.1 LATAR
BELAKANG.......................................................................................................................... 3
1.2 RUMUSAN
MASALAH .......................................................................................................................... 4
1.3 TUJUAN
PENULISAN ......................................................................................................................... 4

BAB II

PEMBAHASAN ......................................................................................................................... 6

2.1 RPJMN 2020-2024 ................................................................................................................ 6

2.2 Perbaikan Gizi dan Kesehatan Jangka Panjang dan Jangka Menegah .................................. 8

2.3 5 Pilar Rencana Aksi ............................................................................................................ 10

2.4. Intervensi Kegiatan Perbaikan Gizi Spesifik Dan Sensitive ................................................ 10

2.5. Indikator Peningkatan Status Gizi Masyarakat Pada Tahun 2020-2024 ............................ 11

2.6 Jenis Kegiatan Atau Program Perbaikan Gizi Yang Dilakukan Oleh Direktoral Bina Gizi .. 14

BAB III

PENUTUP ....................................................................................................................................16

3.1 Kesimpulan .............................................................................................................................16


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bagi bangsa Indonesia, secara khusus tujuan pembangunan nasional telah di
gariskan dalam Pembukaan Undang Undang Dasar (UUD) 1945, yaitu untuk:
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia; memajukan
kesejahteraan umum; mencerdaskan kehidupan bangsa; dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial.

Sesuai dengan RPJPN 2005-2025, sasaran pembangunan jangka menengah 2020-


2024 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur
melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan
terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif
di berbagai wilayah yang didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan
berdaya saing.

Pembangunan Indonesia tahun 2020-2024 ditujukan untuk membentuk sumber


daya manusia yang berkualitas, berdaya saing, sehat, cerdas, adaptif, inovatif, terampil,
dan berkarakter. Dalam Peraturan Presiden No. 18 tahun 2020 tentang RPJMN,
disebutkan arah dan kebijakan strategi RPJMN 2020-2024 adalah untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta terutama penguatan
pelayanan kesehatan dasar (Primary Health Care) dengan mendorong peningkatan
upaya promotif dan preventif, didukung inovasi dan pemanfaatan teknologi yang
dijabarkan dalam Program Prioritas (PP), Kegiatan Prioritas (KP), Proyek Prioritas (PP)
dan Proyek K/L. Masing-masing memiliki indikator dan target tahun 2020-2024.

Secara bersamaan, Kementerian Kesehatan menyusun Rencana Strategis


(Renstra) Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024, dimana Direktorat Jenderal
Kesehatan Mayarakat mengusulkan 4 (empat) Indikator Kinerja Program (IKP) dan 20
(dua puluh) Indikator Kinerja Kegiatan (IKK). Tiap indikator RPJMN dan Renstra 2020-
2024 perlu dijelaskan secara rinci, mulai dari definisi operasional, cara perhitungan,
mekanisme pencatatan dan pelaporan serta petugas yang ditunjuk untuk melaporkan
indikator tersebut.

Oleh sebab itu, untuk memudahkan dan menyamakan persepsi antara pengelola
program kesehatan masyarakat tingkat pusat dan daerah dalam memahami indikator
tersebut, maka Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat menyusun buku Pedoman
Penjelasan Indikator Program Kesehatan Masyarakat menurut RPJMN dan Renstra
tahun 2020-2024.

1.2 Rumusan Masalah


A. RPJMN 2020-2024
B. Perbaikan gizi dan kesehatan jangka panjang dan jangka menengah
C. 5 Pilar rencana aksi
D. Intervensi kegiatan perbaikan gizi spesifik dan sensitive
E. Indikator peningkatan status gizi meningkat pada tahun 2020-2024
F. Jenis kegiatan atau program perbaikan gizi yang dilakukan oleh direktoral bina
gizi

1.3 Tujuan Penulisan


A. Untuk mengetahui apa saja yang di rumuskan pada rumusan masalah.
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN 2020-2024)

-Indonesia Berpenghasilan Menengah – Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan


Berkesinambungan-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024
merupakan tahapan terakhir dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN) 2005-2025 sehingga menjadi sangat penting. RPJMN 2020-2024 akan
mempengaruhi pencapaian target pembangunan dalam RPJPN, dimana pendapatan
perkapita Indonesia akan mencapai tingkat kesejahteraan setara dengan negara-
negara berpenghasilan menengah atas (upper-middle income country/MIC) yang
memiliki kondisi infrastruktur, kualitas sumber daya manusia, layanan publik, serta
kesejahteraan rakyat yang lebih baik. Sesuai dengan RPJPN 2005-2025, sasaran
pembangunan jangka menengah 2020-2024 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia
yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai
bidang dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh
berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh sumber
daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing.
Terdapat 4 (empat) pilar dari RPJMN ke IV tahun 2020-2024 yang merupakan
amanat RPJPN 2005- 2025 untuk mencapai tujuan utama dari rencana pembangunan
nasional periode terakhir. Keempat pilar tersebut diterjemahkan ke dalam 7 agenda
pembangunan yang didalamnya terdapat Program Prioritas, Kegiatan Prioritas, dan
Proyek Prioritas. Tujuan RPJMN IV tahun 2020 – 2024 telah sejalan dengan
Sustainable Development Goals (SDGs). Target-target dari 17 tujuan (goals) dalam
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) beserta indikatornya telah ditampung
dalam 7 agenda pembangunan.
Kementrian Kesehatan RI dalam RPJM 2020-2040 telah menentukan strateginya
yang terurai dalam lima point yaitu: 1Peningkatan Kesehatan ibu dan anak dan
kesehatan reproduksi, 2. Percepatan perbaikan gisi masyarakat , 3 .peningkatan
pengendalian penyakit, 4.penguatan gerakan masyarakat hidup sehat (Germas), 5.
peningkatan pelayanan kesehatan dan pengawasan obat dan makanan. Kesehatan Ibu
dan anak terkait dengan kondisi masih tingginya angka kematian ibu melahirkan dan
juga angka kematian bayi. banyak program sudah dilakukan dalam upaya menurunkan
kematian ibu dan anak, maka agromedis mengambil sisi lain yang belum banyak
disentuh orang adalah faktor lain yaitu faktor lingkungan berupa paparan zat zat kimia
dalam pertanian yang berdasarkan hasil riset terkini menunjukkan keterkaitan antara
keduanya.
Pangan yang aman dan sehat para para konsumen tentu menjad hal yang
menarik, kandungan gizi makanan yang baik bisa jadi rusak dan tidak berfungsi
maksimal manakala didalam makanan tersebut juga terkontaminasi oleh zat kimia
berbahaya atau ada parasit dan lainnya yang akan ikut termakan dan memberikan efek
buruk bagi kesehatan.
2.2 Perbaikan Gizi dan Kesehatan Jangka Panjang dan Jangka
Menegah
Kementerian Kesehatan akan memfokuskan peningkatan gizi masyarakat dan
telah tercantum pada Rencana Strategis (Renstra) Kemenkes 2020-2024. Berdasarkan
hasil Riset Kesehatan Dasar, kondisi gizi anak telah menunjukkan perbaikan. Pada
masalah stunting terjadi penurunan prevalensi pada anak balita dari 37,21% di tahun
2013 menjadi 30,79% tahun 2018. Demikian juga apabila dibandingkan dengan data
prevalensi stunting pada balita tahun 2016 (Sirkesnas), yaitu 33,60 persen. Selain itu
perbaikan gizi juga tercermin dari penurunan kekurangan gizi (underweight) pada anak
balita dari 19,6% pada 2013 menjadi 17,68% pada 2018. Penurunan wasting atau anak
balita kurus dari 12,12% pada 2013 menjadi 10,19% tahun 2018.Terkait kegemukan
(obesitas) pada anak balita juga mengalami perbaikan yaitu menurun dari 11,90% pada
2013 menjadi 8,04% tahun 2018.
Menteri Kesehatan RI Nila Moeloek mengatakan upaya perbaikan gizi harus
didukung dengan komitmen yang tinggi dari pimpinan di semua tingkatan dan
kementerian/lembaga, serta berbagai pemangku kepentingan non pemerintah seperti
dunia usaha, kelompok masyarakat sipil, perguruan tinggi, mitra pembangunan,
organisasi profesi, dan masyarakat secara luas. Menkes menekankan perbaikan gizi
yang memerlukan perhatian khusus adalah penurunan stunting pada anak balita.
Karena stunting berkaitan dengan kecerdasan dan berbagai penyakit terutama penyakit
tidak menular. ''Pendekatan penurunan stunting pada tahun 2018 adalah
mengkombinasikan intervensi spesifik (intervensi langsung ke sasaran) yang umumnya
dilakukan sektor kesehatan dengan intervensi sensitif (intervensi tidak langsung) yang
umumnya dikerjakan oleh sektor di luar kesehatan. Selain itu, untuk meningkatkan
efektifitas kegiatan, intervensi terintegrasi tersebut difokuskan pada kabupaten/kota
yang memiliki prevalensi stunting tinggi, jumlah anak balita banyak, angka kemiskinan
tinggi, dan mewakili setiap provinsi. Pada tahun 2018 kegiatan fokus penurunan
stunting terintegrasi dilakukan pada 100 kabupaten/kota dan pada tahun 2019 diperluas
menjadi 160 kabupaten/kota,'' katanya.Selain status gizi, kesehatan ibu dan anak juga
sebagai penentu kualitas sumber daya manusia. Status gizi dan kesehatan ibu pada
masa pra-hamil, saat kehamilan, dan saat menyusui merupakan periode yang sangat
kritis. Apabila dihitung dari sejak hari pertama kehamilan, kelahiran bayi sampai anak
usia 2 tahun, maka periode ini merupakan periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)
manusia. ''Periode ini telah dibuktikan secara ilmiah merupakan periode yang
menentukan kualitas kehidupan, oleh karena itu periode ini ada yang menyebutnya
sebagai Periode Emas, Periode Kritis, dan Bank Dunia menyebutnya sebagai window
of opportunity,'' ucap Menkes.
Periode 1000 HPK merupakan periode yang sensitif karena akibat yang
ditimbulkan terhadap bayi pada masa ini akan bersifat permanen dan tidak dapat
dikoreksi. Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh masalah gizi pada periode
tersebut, dalam jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan,
gangguan pertumbuhan fisik dan gangguan metabolisme dalam tubuh. Sedangkan
dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah menurunnya
kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga
mudah sakit, dan resiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan,
penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua,
serta kualitas kerja yang tidak kompetitif yang berakibat pada rendahnya produktivitas
ekonomi. Terobosan yang dilakukan Kemenkes untuk menjadikan SDM unggul adalah
melalui peningkatan sasaran Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk balita kurus
dan ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK), pemberian Tablet Tambah Darah (TTD)
bagi seluruh ibu hamil, dan remaja putri. Walaupun remaja putri secara eksplisit tidak
disebutkan dalam 1000 HPK, namun status gizi remaja putri atau pranikah memiliki
kontribusi besar pada kesehatan dan keselamatan kehamilan dan kelahiran apabila
remaja putri menjadi ibu, kata Menkes. Integrasi program penurunan stunting melalui
kegiatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) perlu dilakukan mengingat masih
banyaknya masyarakat yang acuh dengan Pola Hidup Bersih dan Sehat.
Terobosan lainnya yang dilakukan Kemenkes adalah PMT bagi Balita kurus,
upaya Pendidikan gizi dalam peningkatan ASI Eksklusif, Pemberian Makanan Bayi dan
Anak (PMBA), dan promosi pedoman Gizi Seimbang.''Ini yang harus ditekankan kepada
masyarakat, kita tidak lagi mengacu pada empat sehat lima sempurna, tapi pedoman
gizi seimbang melalui isi piringku. Porsi Isi Piringku itu berisi makanan pokok (sumber
kabohidrat) dengan porsi 2/3 dari 1/2 piring, lauk pauk (sumber protein) dengan porsi
1/3 dari 1/2 piring, sayur-sayuran (sumber vitamin dan mineral) dengan porsi 2/3 dari
1/2 piring dan buah-buahan (sumber vitamin dan mineral) dengan porsi 1/3 dari 1/2
piring,''
2.3 5 Pilar Rencana Aksi
5 PILAR RENCANA AKSI
1. Perbaikan gizi masyarakat
2. Peningkatan aksesibilitas pangan yang beragam
3. Peningkatan mutu dan keamanan pangan
4. Peningkatan perilaku hidup sehat dan bersih (PHBS)
5. Penguatan koordinasi pembangunan pangan dan gizi.

2.4. Intervensi kegiatan perbaikan gizi spesifik dan


sensitive
Intervensi spesifik dilakukan oleh sektor kesehatan seperti penyediaan vitamin,
makanan tambahan, dan lainnya sedangkan intervensi sensitif dilakukan oleh sektor
non–kesehatan seperti penyediaan sarana air bersih, ketahanan pangan, jaminan
kesehatan, pengentasan kemiskinan dan sebagainya. Kerangka kegiatan intervensi gizi
spesifik umumnya dilakukan pada sektor kesehatan. Intervensi ini juga bersifat jangka
pendek dimana hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif pendek. Sedangkan
intervensi gizi sensitif adalah kegiatan pembangunan diluar sektor kesehatan dan
berkontribusi pada 70% intervensi stunting. Intervensi Gizi sensitif adalah upaya- upaya
untuk mencegah dan mengurangi masalah gizi secara tidak langsung. Kegiatan ini
pada umumnya dilakukan oleh sektor non– kesehatan. Kegiatannya antara lain
penyediaan air bersih, kegiatan penanggulangan kemiskinan, pemberdayaan
perempuan, dan lain-lain Intervensi gizi spesifik merupakan kegiatan yang langsung
mengatasi terjadinya stunting seperti asupan makanan, infeksi, status gizi ibu, penyakit
menular, dan kesehatan lingkungan.
Intervensi spesifik ini umumnya diberikan oleh sektor kesehatan hasil Intervensi
Gizi Spesifik Intervensi gizi spesfik adalah upaya untuk mencegah dan mengurangi
masalah gizi secara langsung. Kegiatan ini pada umumnya dilakukan oleh sektor
kesehatan. Kegiatan yang dilakukan antara lain berupa imunisasi, PMT ibu hamil dan
balita di posyandu. Sasaran : khusus kelompok 1000 HPK (ibu hamil, ibu menyusui dan
anak 0 – 23 bulan). Pencegahan stunting sangat penting dilakukan melalui dua
intervensi yakni intervensi gizi spefisik dan intervensi gizi sensitif. Intervensi gizi spefisik
merupakan intervensi yang ditujukan kepada anak dalam 1.000 hari pertama kehidupan
(HPK) dan berkontribusi pada 30% penurunan stunting. Kerangka kegiatan intervensi
gizi spesifik umumnya dilakukan pada sektor kesehatan. Intervensi ini juga bersifat
jangka pendek dimana hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif pendek. Sedangkan
intervensi gizi sensitif adalah kegiatan pembangunan diluar sektor kesehatan dan
berkontribusi pada 70% intervensi stunting. Sasaran dari intervensi gizi spesifik adalah
masyarakat secara umum dan tidak khusus ibu hamil dan balita pada 1.000 hari
pertama kehidupan. Upaya percepatan pencegahan stunting akan lebih efektif bila
intervensi gizi spesifik dan sensitif dilakukan secara konvergen. Penurunan stunting
perlu dilakukan sedini mungkin untuk menghindari dampak jangka panjang yang
merugikan seperti terhambatnya tumbuh kembang anak. Stunting mempengaruhi
perkembangan otak sehingga kecerdasan anak tidak maksimal. Hal ini beresiko
menurunkan produktivitas pada saat dewasa, lebih rentan terhadap penyakit. strategi
penurunan stunting adalah pendekatan muktisektor dan intervensi terintegrasi. Upaya
koordinasi dan sinkronisasi kebijakan diperlukan untuk mempercepat upaya
menurunkan angka prevalensi stunting pada anak.

2.5 Indikator Peningkatan Status Gizi Masyarakat Pada


Tahun 2020-2024
Untuk mengukur tingkat keberhasilan dari implementasi strategi opeasional pembinaan
gizi masyarakat maka ditetapkan indikator kinerja program (IKP) dan indikator kinerja
kegiatan (IKK) pembinaan gizi masyarakat yang sebagai berikut:

Indikator Kinerja Program Peningkatan Status Gizi Masyarkat


Target Capaian Indikator Kinerja Program Peningkatan Status Gizi Masyarakat
2.7 Jenis kegiatan atau program perbaikan gizi yang dilakukan oleh
direktoral bina gizi
1. Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria (NSPK) Pembinaan Gizi Masyarakat
Kegiatan penyusunan Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) bertujuan
untuk menyediakan aturan atau ketentuan yang dipakai sebagai tatanan, acuan yang
dipakai sebagai patokan; metode atau tata cara, serta ukuran yang dipergunakan
menjadi dasar dalam melaksanakan suatu kegiatan.
2. Pelatihan dan Pendidikan
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku serta
keterampilan praktis dalam pelaksanaan tugas dan fungsi pengelola program dan
petugas kesehatan, khususnya petugas gizi, pada kegiatan pembinaan gizi masyarakat.
Pelaksanaan kegiatan ini diselenggarakan sesuai dengan kebijakan, pedoman atau
modul yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan. Lingkup kegiatan sumber daya
manusia kesehatan yang ditingkatkan kapasitasnya meliputi sosialisasi, orientasi dan
pelatihan.
3. Sarana Bidang Kesehatan
Kegiatan ini bertujuan untuk memenuhi sarana dan prasarana gizi yang dibutuhkan
oleh masyarakat.
4. Bantuan Masyarakat
Kegiatan ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, khususnya
kelompok tertentu terhadap suplementasi gizi, seperti balita kurus, ibu hamil KEK, anak
sekolah dasar serta dalam kondisi darurat bencana.
5. Fasilitasi dan Pembinaan Pemerintah Daerah
Kegiatan bimbingan teknis dan evaluasi bertujuan untuk memantau dan
mengevaluasi pelaksanaan NSPK gizi di daerah, sebagai dasar penyempurnaan NSPK
gizi. Selain itu pelaksanaan bimbingan teknis adalah untuk menyelesaikan masalah
yang terjadi dan dihadapi sehingga penyelesaiannya dapat dipertanggungjawabkan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Lokasi pelaksanaan
kegiatan ini meliputi tingkat provinsi, kabupaten/kota, puskesmas hingga posyandu
6. Pemantauan Masyarakat dan Kelompok Masyarakat
Kegiatan surveilans gizi untuk memantau secara terus menerus perkembangan
masalah gizi dan pencapaian pelaksanaan kegiatan pembinaan gizi. Kegiatannya
meliputi: pengumpulan data, pengolahan dan analisis data dan desiminasi informasi
serta melakukan tindak lanjut (respon).
7. Dukungan Layanan Manajemen
Dukungan layanan manajemen diperlukan untuk memfasilitasi dan memperlancar
proses, yang dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi
program pembinaan gizi masyarakat.
8. Koordinasi, advokasi dan sosialisasi yang mendukung percepatan
penurunan stunting dan peningkatan gizi masyarakat
Kegiatan advokasi, sosialisasi, koordinasi dan penguatan program gizi bertujuan
untuk penyebaran informasi, penyamaan persepsi, memperolehkesepakatan bersama,
serta memperoleh dukungan terhadap upaya pemecahan masalah gizi demi kelancaran
implementasi program gizi yang dilaksanakan di tingkat pusat sampai tingkat
masyarakat.
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Rencana aksi pembinaan gizi masyarakat ini merupakan acuan bagi pelaksana
kegaitan pembinaan gizi di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota agar dapat
memahami dan mampu melaksanakan proses perencanaan, pelaksanaan kegiatan,
monitoring dan evaluasi upaya pembinaan gizi masyarakat tahun 2020 – 2024.

Anda mungkin juga menyukai