Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH AKUNTANSI INTERNASIONAL

“KURANGNYA PENGENDALIAN INTERNAL, INDEPENDENSI, DAN


PROFESIONALISME KINERJA AUDITOR PRICE WATERHOUSE COOPERS
(PwC) TERHADAP LAPORAN KEUANGAN BRITISH TELECOM”
Studi kasus dikaitkan dengan Standar Audit dan Akuntansi yang berlaku di Italia

DOSEN PENGAJAR : DR. VENUS FERNANDO F., Ir. SE. M.M


HARI : JUMAT
WAKTU : 10.00 – 22.00 WIB

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 8

FITRI KHAIRUN NISA (1814190055)

NISA OKTAVIANTI (1814190056)

HYLFINE FEHRINTZ (1814190057)

GABY ULI (1814190062)

AKUNTANSI S-1
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I
2021 / 2022
STANDAR AUDIT & AKUNTANSI ITALIA
Sebelum membahas kasus kurangnya pengendalian internal, independensi, dan
profesionalisme kinerja auditor Price Waterhouse Coopers (PwC) terhadap laporan keuangan
british telecom Italia. kita akan sedikit mengulas standar audit dan standar akuntansi yang
diterapkan di Italia.
Italia merupakan salah satu negara yang menjadi tempat bersejarah dalam perkembangan
akuntansi dunia. Walaupun Itali merupakan tempat asal akuntansi, namun perkembangan
akuntansi italia saat ini telah dipengaruhi oleh beberapa negara eropa maupun negara Amerika.
Standar akuntansi Italia yang digunakan oleh setiap perusahaan disana adalah IFRS
(Internastional Financial Report Standart) dan GAAP (General Accepted Accounting
Principle).
Commision of European Union (EU) adalah lembaga yang didirikan untuk mencapai integrasi
pasar keuangan. Sejak tahun 2002 sampai Uni Eropa mengatur seluruh perusahaan-perusahaan
eropa termaksud pasar modal, bank dan perusahaan-perusahaan asuransi untuk menggunakan
IFRS, hal ini dilakukan agar pertukaran informasi antar negara di eropa lebih mudah
dilaksanakan. Italia adalah anggota Uni Eropa, konsekuensinya Italia juga harus mengikuti apa
yang diatur oleh Uni Eropa.
Salah satu cita-cita uni eropa adalah mencapai penggabungan pasar eropa, untuk mencapai cita-
citanya, uni eropa telah merperkenalkan intruksi dan melaksanakan prakarsa besar untuk :
1. Meningkatkan modal untuk basis uni eropa
2. Menetapkan kerangka hokum bersama dalam psar sekuritas derivative
3. Mencapai satu susunan standar akuntansi bagi perusahaan-perusahaan yang terdafta
Selain IFRS, Italia juga menggunakan GAAP (General Accepted Accounting Principle).
GAAP diizinkan untuk digunakan oleh perusahaan-perusahaan Italia, tapi hanya untuk sebatas
ruang lingkup Italia. GAAP tidak bisa digunakan jika suatu perusahaan memiliki hubungan
bisnis atau hubungan konsolidasi dengan perusahaan diluar Italia.
Regulator domestik Italia dalam mengawasi penggunaan standar akuntansi di setiap laporan
keuangan perusahaan , yaitu :
1. Banca d’italia , merupakan bank sentral Italia yang mengatur seluruh kegiatan ekonomi
di Italia, selain itu juga menjadi bagian dari European System of Central Banks.
2. CONSOB (Commissione Nazioale per le Sociate e la Borsa) or Italian Securities and
Exchange Commision adlah lembaga berwenang yang bertanggungjawab untuk
mengatur peredaran saham di Italia. CONSOB juga memeriksa setiap laporan keuangan
perusahaan yang akan masuk dalam pasar modal. Menurut Banca d’Italia adapun
struktur laporan keuangan yang harus dilaporkan oleh setiap perusahaan setiap tahun
yaitu :
1) Laporan Rugi-laba, disertai dengan kerugian maupun keuntungan yang belum
direalisasikan.
2) Neraca.
3) Laporan arus kas.
4) Laporan kebijakan akuntansi yang digunakan.
5) Informasi aktiva bersih perusahaan selama 3 tahun.

Karena Italy menganut IFRS dan GAAP, maka seluruh acuan standar audit berbasis
internasional, karena IFRS merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan oleh
International Accounting Standard Board (IASB) yang menjadi standar global untuk
penyusunan laporan keuangan perusahaan publik.
Italia menganut IFRS yang berkualitas tinggi dan kerangka akuntansi berdasarkan prinsip yang
meliputi pertimbangan profesional yang kuat dan pengungkapan yang jelas serta transparan
mengenai substansi ekonomi transaksi hingga mencapai simpulan tertentu. Dengan demikian,
pengguna laporan keuangan dengan mudah untuk membandingkan informasi keuangan entitas
antarnegara di berbagai belahan dunia.
Selain IFRS, Italia juga berpedoman pada GAAP yang bersifat mengatur/aturan (rules-based
accounting standard atau form focused), sedangkan IFRS lebih bersifat prinsip (principles-
based accounting standard atausubstance focused). Implikasinya, principles based accounting
standard memerlukan pertimbangan profesional dan kompetensi serta integritas yang lebih baik
dibandingkan rules based. Sebaliknya, dari sisi penyusunan laporan keuangan dan auditor
(dalam proses audit) lebih mudah memahami dan menerapkan berbasis aturan dibandingkan
dengan berbasis prinsip, karena memiliki sesuatu atau seperangkat aturan rinci yang harus
diikuti ketika menyusun laporan keuangan.

Terdapat beberapa aspek keseluruhan penting tentang perkembangan ekonomi dan akuntansi
internasional negara Italia, yaitu :
1. Sumber pendanaan
Pemerintah Italia sangat intensif dalam mendorong kegiatan investasi atau
pendanaan dalam setiap bisnis legal yang ada di negaranya. Berbagai program
pendanaan pun disusun untuk memperluas dan menguatkan perekonomian Italia. Ada
tiga sumber pendanaan Italia yaitu berasal dari negara eropa lainnya, pemerintah, dan
pihak lainnya. Usaha penyediaan dana selain dilakukan oleh Pemerintah Italia, tetapi
usaha ini juga didorong oleh European Union atau Uni Eropa untuk meningkatkan dan
menguatkan perkembangan ekonomi, kompetisi dan mendukung usaha kecil dan
medium di Italia. Oleh karena itu Pemerintah Italia menawarkan beberapa program
pendanaanuntuk membantu dan mendorong pengembangan usaha atau proyek, yaitu :
1) Contratto di Programma, program pemerintah Italia dengan memberikan total
pendanaan sebesar 40 juta euro. pendanaan ini hanya berlaku jika adanya kerjasama
antar wilayah negara atau provinsi dalam membangun proyek yang besar.
2) Localisation Agreements, program Kementrian perencanaan ekonomi Italia
(comitato interministeriale per la programmazione economica), dimana
menawarkan pendanaan yang berasal dari luar negeri.
3) The National Programme for Research and Competitiveness, Program pendanaan
dalam mendukung penelitian, inovasi, dan pengembangan bisnis khusus untuk
daerah yang masih dalam pengembangan. Pendanaan ini diberikan langsung oleh
Uni Eropa.
Tujuan dari kegiatan pendanaan yang diberlakukan oleh pemerintah Italia yaitu :
1) Memenuhi pinjaman usaha kecil, menengah, dan besar untuk meningkatkan modal
kerja.
2) Menigkatkan industri Jasa, perdagangan, dan pariwisata
3) Memajukan dan menguatkan ekonomi sektor bisnis lokal
Dengan adanya berbagai sumber pendanaan yang ditawarkan oleh pemerintah Italia,
tentu sangat mempengaruhi proses pelaporan akuntansi yaitu setiap entitas yang
terlibat dalam proses pendanaan, diwajibkan oleh pemerintah Italia untuk
mempublikasikan laporan keuangan tahunan perusahaan yang terdiri dari laporan
direktur dan laporan auditor, hal ini dilakukan agar para pemberi dana bisa
mengambil keputusan berdasarkan informasi keuangan dan ekonomi usaha yang
terkandung di dalam laporan keuangan.
2. Sistem hukum
Italia merupakan negara yang menganut civil law. Civil Law merupakan sistem huku
yang tertua dan paling berpengaruh di dunia yang berasal dari tradisi Roman-Germania.
Ketika Italia telah mempunyai pemerintahan sendiri, Italia memutuskan untuk
menggunakan hukum romawi atau civil law sebagai dasar dari hukum nasional. Civil
law di Italia dibagi di dalam bidang hukum publik dan bidang hukum privat. Civil law
sendiri mempengaruhi akuntansi di Italia, dimana seluruh bisnis di Italia harus
menyesuaikan prosedur otorisasi, pencatatan akun-akun, maupun distribusi
laporan keuangan harus berdasarkan Italian Civil law, beberapa contoh Italian civil
code yang mengatur mengenai prosedur laporan kuangan yaitu :
1) Italian civil code No. 2423
“Annual financial statement shall include balance sheet, profit and loss account,
notes to the financial statement.”
menetapkan bahwa komponen Laporan keuangan yang harus dilaporkan
perusahaan yaitu Neraca, Laporan rugi dan laba, Catatan atas Laporan keuangan
2) Italian civil Code No. 2428
“The annual director’s report, must provide information and a true and fair.”
menetapkan bahwa perusahaan harus menyediakan informasi yang terpercaya dan
adil, oleh karena itu laporan keuangan harus diadit oleh pihak eksternal sebelum
dipublikasi.
3. Perpajakan
Pemerintah Italia menurunkan pajak bagi mereka yang berpenghasilan rendah
untuk memperbaiki kondisi perekonomian negara sehingga dapat meningkatkan
pendapatan rumah tangga dan permintaan domestik. Pengurangan pajak ini akan
membantu sekitar 10 juta wajib pajak. Pemerintah akan mengurangi pajak sekitar EUR
80 per bulan, yang akan diterapkan mulai bulan Mei, bagi orang-orang berpenghasilan
kurang darI EUR 26.000 per tahun. Selain itu Pemerintah juga akan mengurangi pajak
bisnis tahun ini yang diperkirakan sekitar EUR 6.9 milyar untuk meringankan beban
keuangan publik. Hal ini dilakukan pemerintah atas tekanan besar dari negara-negara
Uni Eropa untuk membuat deficit anggaran sampai 3 persen dari PDB. Pemerintah
Italia memperkirakan ekonomi akan tumbuh 0.8 persen tahun ini.
4. Inflasi
Italia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat inflasi yang cukup tinggi dari
tahun ke tahun. Awal Januari tahun 2014 inflasi di Italia tidak masuk zona bahaya.
Namun Italia masih harus berjuang keluar dari resesi. Tingkat Inflasi di Italia pada
Desember 2013 relatif berkurang. Laporan tahunan Italian EU mengatakan adanya
penurunan HICP (Harmonised Consumer Price Inflation) di tahun 2013 dari 0,7 persen
menjadi 0.6 persen pada November. Penurunan sedikit meleset dari perkiraan survey
para analisis dari Reuters. Menurut laporan badan statistic (ISTAT) selama 2013,
tingkat inflasi menurun menjadi 1,3 persen disbanding tahunn 2012 yang mencapai 3,3
persen. Secara garis besar, sepanjang 2013, Italia mengalami kelesuan di hampir semua
bidang ekonomi.
Masalah inflasi yang terjadi di Italia tentu mempengaruhi penggunaan akuntansi inflasi
pada Italia. Hal ini terbukti dengan bergabungnya Italia dengan “Organisation for
Economic Co-Operation and Development” atau OECD selain memiliki tujuan untuk
meningkatkan hubungan perekonomian antar anggota, tetapi juga menetapkan sistem
akuntansi yang digunakan pada saat inflasi terjadi pada anggota-anggota OECD.
5. Tingkat perkembangan ekonomi
Perekonomian Italia memiliki 4,4 juta perusahaan yang beroperasi diberbagai industri.
Jenis industri yang paling mendominasi di Italia adalah small and medium-sized
enterprises (SMEs) / Usaha menengah kebawah, sedangkan sekitar 3.400 perusahaan
berukuran besar (large companies). Sektor jasa menjadi kontribusi terbesar untuk
perekonomian Italia, sektor ini menghasilkan kontribusi terbesar pada GDP yaitu
sebesar 73% , diantaranya seperti Parawisata, Jasa keuangan, dll.
Dari segi ekonomi, Italia juga mengandalkan pertanian yang paling terindustrialisasi
dan negara terkemuka dalam hal perdagangan internasional. Negara ini dikenal baik
atas sector ekonomi bisnis yang inovatif dan berpengaruh, atas sektor pertanian yang
berkerakter industrial dan berdaya saing (Italia adalah penghasil anggur terbesar di
dunia), dan atas desain busana, peralatan, industry, otomotif bermutu dan kreatif.
Berbagai jenis ukuran perusahaan di Italia mempengaruhi penggunaan akuntansi dalam
kegiatan operasional perusahaan. Usaha Menengah kebawah dan Usaha kecil di Italia
tidak diharuskan untuk menggunakan pelaporan keuangan sesuai IFRS/GAAP, tetapi
penyusunan dan pelaporan keuangan sesuai IFRS amupun GAAP diwajibkan kepada
perusahaan besar (large companies) kepada publik.
STUDI KASUS
Kurangnya Pengendalian Internal, Independensi, Dan Profesionalisme Kinerja
Auditor Price Waterhouse Coopers (Pwc) Terhadap Laporan Keuangan British
Telecom
I. Sejarah Singkat Perusahaan
1. Sejarah British Telecom (BT)
British Telecom adalah perusahaan induk yang memiliki British
Telecommunications plc, sebuah perusahaan Telecomunikasi multinasional Inggris
yang berkantor pusat di London, United Kingdom. Perusahaan ini beroperasi di
sekitar 180negara dan merupakan penyedia layanan fixed-line, mobile dan
broadband terbesar di Inggris, dan juga menyediakan televisi berlangganan dan
layanan IT. Asal-usul BT kembali ke tanggal pendirian perusahaan Telecomunikasi
pertama di Inggris. Di antara mereka adalah layanan telegraf komersial pertama,
Electric Telegraph Company, yang didirikan pada tahun 1846.
2. Sejarah Price Waterhouse Coopers (PwC)
Price waterhouse Coopers (PwC) adalah kantor jasa professional terbesardi dunia
saat ini. Kantor ini dibentuk pada tahun 1998 dari penggabungan usaha antara Price
Waterhouse dan Coopers & Lybrand. PwC adalah yang terbesar di antara the Big
Four auditors, yang lainnya adalah Deloitte, Ernst &Young dan KPMG.
Penghasilan gabungan Price waterhouse Coopers di seluruh dunia mencapai 20.3
miliar dolar Amerika Serikat untuk tahun fiskal 2005 ,dan mempekerjakan lebih
dari 130.000 profesional di 148 negara. Di Amerika Serikat kantor ini beroperasi
dengan nama Price waterhouse Coopers LLP yang merupakan perusahaan swasta
terbesar keenam.

II. Kronologi Kasus


Salah satu cabang British Telecom yang ada di negara Italia yang beralamat Via
Tucidide, 56, 20134 Mmilano MI, Italy tersebut mengalami Fraud Akuntansi pada
tahun 2017.
Sejak awal triwulan kedua 2017 telah muncul isu terjadinya fraud akuntansi di British
Telecom. Fraud di British Telecom berdampak kepada akuntan publik PwC yang
merupakan kantor akuntan publik ternama di dunia dan termasuk the bigfour. Tentu
saja dampak fraud akuntansi ini bukan saja menyebabkan reputasi kantor akuntan
public tercemar, namun ikut mencoreng profesi akuntan publik.
Fraud akuntansi ini gagal dideteksi oleh PwC. Oleh karena itu British Telecom
segera mengganti PwC dengan KPMG yang juga merupakan kantor akuntan
publik ternama didunia dan termasuk the bigfour.
Yang mengejutkan adalah relasi PwC dengan British Telecom telah berlangsung sangat
lama, yaitu 33 tahun sejak British Telecom diprivatisasi. Board of Director British
Telecom merasa tidak puas atas kegagalan PwC mendeteksi fraud akuntansi di Italia.
Akhirnya, fraud berhasil dideteksi oleh pelapor pengaduan (whistleblower) yang
dilanjutkan dengan akuntansi forensik oleh KPMG. Modus fraud akuntansi yang
dilakukan British Telecom di Italia sebenarnya relatif sederhana dan banyak dibahas
diliteratur kuliah auditing namun banyak auditor gagal mendeteksinya yakni
melakukan inflasi (peningkatan) atas laba perusahaan selama beberapa tahun dengan
cara tidak wajar melalui kerja sama koruptif dengan klien-klien perusahaan dan jasa
keuangan. Modusnya adalah membesarkan penghasilan perusahaan melalui
perpanjangan kontrak yang palsu dan invoice-nya serta transaksi yang palsu
dengan vendor. Praktik fraud ini sudah terjadi sejaktahun 2013. Dorongan untuk
memperoleh bonus (tantiem) menjadi stimulus fraud akuntansi ini.
Dampak fraud akuntansi penggelembungan laba ini menyebabkan British Telecom
harus menurunkan GBP530 juta dan memotong proyeksi arus kas selama tahun ini
sebesar GBP500 juta untuk membayar utang-utang yang disembunyikan (tidak
dilaporkan). Tentu saja British Telecom rugi membayar pajak penghasilan atas laba
yang sebenarnya tak ada. Skandal fraud akuntansiini, sebagaimana biasanya,
berdampak kerugian kepada pemegang saham dan investor di mana harga saham British
Telecom anjlok seperlimanya Ketika British Telecom mengumumkan koreksi
pendapatannya sebesar GBP530 jutadi bulan Januari 2017.
Luis Alvarez, Eksekutif British Telecom yang membawahi British Telecom Italia pun
angkat kaki. Chief Executive Officer British Telecom Gavin Patterson dan Chief
Financial Officer Tony Chanmugam dipaksa mengembalikan bonus mereka masing-
masing GBP340.000 dan GBP193.000. Beberapa pemegang saham British Telecom
segera mengajukan tuntutan kerugian class-action kepada korporasi karena dianggap
telah mengelabui investor dan tidak segera mengumumkan fraud keuangan tersebut.
Atas fraud akuntansi tersebut, penegak hukum Italia sedang melakukan proses
investigasi terhadap mantan eksekutif dan duastaf British Telecomm di Italia. Tuduhan
fraud dialamatkan kepada :
1. Tuduhan fraud kepada Gianluca Cimini - mantan Chief Executive Officer British
Telecom di Italia yang dianggap paling bertanggung jawab melanggar tata kelola
perusahaan terkait permainan dengan vendor dan kontraknya serta perilaku yang
mengintimidasi bawahan.
2. Tuduhan fraud kepada Stefania Truzzoli - mantan Chief Operating Officer dituduh
memanipulasi hasil operasional yang dipakai menjadi dasar pemberian bonus dan
memanipulasi informasi hasil kinerja ke korporasi induk (British Telecom Europe).
3. Tuduhan fraud kepada Luca Sebastiani – mantan Chief Financial Officer dituduh
karena tidak mampu melaporkan fraud keuangan dan mendorong pegawainya
membuat invoice palsu
4. Tuduhan fraud kepada Luca Torrigiani – mantan staf yang bertanggung jawab
kepada klien pemerintah dan klien besar lainnya dituduh melanggar aturan British
Telecom dengan memilih vendor dan menerima pembayaran dari agen British
Telecom Italia.

III. Analisis Kasus dan Tanggapan Penulis


1. Identifikasi Pihak-Pihak Yang Terlibat
Berikut ini pihak-pihak yang terlibat dalam kasus diatas dan dengan disertai oleh
perannya masing-masing :
1) KAP PricewaterhouseCoopers (PwC) sebagai KAP yang dipercaya mengaudit
British Telecom di Italia.
2) Gianluca Cimini sebagai mantan Chief Executive Officer British Telecom di
Italia yang dianggap paling bertanggung jawab melanggar tata kelola
perusahaan terkait permainan dengan vendor dan kontraknya serta perilaku
yang mengintimidasi bawahan.
3) Stefania Truzzoli sebagai mantan Chief Operating Officer yang dianggap telah
memanipulasi hasil operasional yang dipakai menjadi dasar pemberian bonus
dan memanipulasi informasi hasil kinerja kekorporasi induk (British Telecom
Europe).
4) Luca Sebastiani sebagai mantan Chief Financial Officer yang dianggap tidak
mampu melaporkan fraud keuangan dan mendorong pegawainya membuat
invoice palsu.
5) Luca Torrigiani sebagai mantan staf yang bertanggung jawab kepada klien
pemerintah dan klien besar lainnya dianggap melanggar aturan British Telecom
dengan memilih vendor dan menerima pembayaran dari agen British Telecom
Italia.
2. Pelanggaran Kode Etik Yang Dilakukan
1) Pelanggaran Kode Etik yang dilakukan oleh Pihak British Telecom
Berikut ini merupakan pelanggaran-pelanggaran kode etik yang telah dilakukan
oleh pihak British Telecom yakni sebagai berikut :
a) Kompetensi
Ada beberapa poin penting dalam prinsip kompetensi ini yang telah
dilanggar oleh pihak British Telecom, yakni sebagai berikut :
a. Tanggung Jawab
Dalam hal ini sangat jelas para eksekutif tidak bertanggung jawab atas
profesi yang dia miliki. Para eksekutif yang seharusnya mampu bekerja
sama dengan anggota lainnya untuk mengelola keuangan perusahaan
serta bertanggung jawab untuk menjaga dan mengembangkan profesi
akuntansi justru mengabaikan hal ini dengan melakukan perjanjian
kontrak palsu.
b. Perilaku Profesional
Tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan standar perusahaan serta
berbuat kecurangan didalam pekerjaan tentu bukan ciri dari perilaku
profesionalitas. Para eksekutif tidak dapat berprilaku konsisten terhadap
pekerjaannya, yang tadinya bekerja dengan baik namun ketika terdapat
kesempatan untuk mendapat yang lebih mereka mengabaikan
kepentingan perusahaan sehingga menurunkan kredibilitas terhadap
profesi yang dimiliki.
b) Integritas
Dalam kasus ini para eksekutif jelas tidak mempunyai integritas, seseorang
yang berintegritas harus dapat menerima perbedaan pendapat dan tidak
dapat mentolerir sebuah kecurangan tetapi yang mereka lakukan justru
sebaliknya, melakukan perjanjian kontrak dan invoice palsu demi
mementingkan kepentingan pribadi agar mendapat bonus dan keuntungan
yang lebih. Padahal integritas sangat berpengaruh terhadap kepercayaan
publik.
2) Pelanggaran Kode Etik yang Dilakukan oleh Pihak PriceWaterhouse Coopers
(PwC)
Berikut ini merupakan pelanggaran-pelanggaran kode etik yang telah dilakukan
oleh pihak Price Waterhouse Coopers (PwC) yakni sebagai berikut:
a) Prinsip Integritas
Dalam prinsip integritas berkaitan erat dengan kepercayaan publik. Dalam
hal ini, pihak Price Waterhouse Coopers (PwC) gagal mendeteksi fraud
akuntansi yang relatif sederhana dan banyak dibahas di literature kuliah
auditing yang dilakukan oleh pihak British Telecom, melihat bahwa Price
Waterhouse Coopers (PwC) merupakan kantor akuntan publik ternama di
dunia dan termasuk the bigfour pastilah mencoreng profesi akuntan publik
dan kepercayaan masyarakat terhadap akuntan publik yang bahkan sudah
berskala besar.
b) Prinsip Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi
yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
Dalam hal ini, kinerja profesionalisme dari seorang auditor pada British
Telecom dapat merusak reputasi mereka selaku auditor, karena resiko audit
yang tidak berhasil mendeteksi adanya fraud akuntansi yang dilakukan oleh
pihak British Telecom.
3. Sanksi
Berikut ini merupakan sanksi-sanksi yang diterima oleh pihak yang terlibat dalam
kasus yang bersangkutan:
1) Mantan eksekutif British Telecom yang terlibat harus membayar denda sebesar
GBP129 Juta sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Lembaga
Antifraud Serious Fraud Office (SFO).
2) Korporasi mendapat tuntutan atas kerugian class-action yang diajukan oleh
pemegang saham British Telecom karena dianggap mengelabui investor dan
tidak segera mengumumkan fraud keuangan tersebut.
4. Dampak
Berikut merupakan dampak yang ditimbulkan dari kasus tersebut, yaitu:
a) Bagi Masyarakat
Masyarakat dalam hal ini merupakan para investor yang berinvestasi di
perusahaan tersebut. Penggelembungan laba ini menyebabkan British Telecom
harus menurunkan GBP530 juta dan memotong proyeksi arus kas selama tahun
ini sebesar GBP500 juta untuk membayar utang-utang yang disembunyikan
(tidak dilaporkan). Tentu saja British Telecom rugi membayar pajak
penghasilan atas laba yang sebenarnya tak ada.
Skandal fraud akuntansi ini, sebagaimana biasanya, berdampak kerugian
kepada pemegang saham dan investor di mana harga saham British Telecom
anjlok seperlimanya Ketika British Telecom mengumumkan koreksi
pendapatannya sebesar GBP530 juta di bulan Januari 2017 terpaksa mengalami
kerugian seiring dengan anjloknya harga saham yang dimiliki oleh
BritishTelecom.
b) Bagi perusahaan
Akibat kasus ini bukan hanya berdampak pada reputasi kantor akuntan publik
PwC tercemar karena tidak mampu mendeteksi fraud yang ada pada British
Telecom, namun ikut mencoreng profesi akuntan publik. Padahal eksistensi
akuntan publik sangat tergantung pada kepercayaan publik kepada reputasi
profesional akuntan publik. Terlebih lagi masalah ini merupakan kali kedua
bagi PwC setelah kasus dengan Tesco yang mengalami kegagalan dalam
memberitahukan ratusan juta poundsterling laba yang hilang. Hal ini sangat
berbahaya bagi keberlangsungan hidup kantor akuntan publik tersebut. Kasus
ini harus menjadi pembelajaran bagi pihak PwC agar lebih berhati-hati dalam
melakukan audit.
5. Keterkaitan dengan materi Standar Audit dan Akuntansi Global
Menurut penulis, auditor adalah seseorang yang mengemban kepercayaan publik,
oleh karena itu, auditor harus memiliki kemampuan yang akan digunakannya dalam
melaksanakan tugas audit. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki auditor
adalah kemampuan untuk mendeteksi kecurangan yang dapat saja terjadi dalam
tugas auditnya. Dalam kasus ini kemampuan mendeteksi kecurangan berarti proses
menemukan atau menentukan suatu tindakan ilegal yang dapat mengakibatkan
salah saji dalam pelaporan keuangan yang dilakukan secara sengaja.
Modus fraud akuntansi yang dilakukan British Telecom di Italia sebenarnya relatif
sederhana dan banyak dibahas di literatur kuliah auditing namun banyak auditor
gagal mendeteksinya.
Praktik fraud dalam kasus ini adalah melakukan inflasi (peningkatan) atas laba
perusahaan selama beberapa tahun dengan cara tidak wajar melalui kerja sama
koruptif dengan klien-klien perusahaan dan jasa keuangan. Modusnya adalah
membesarkan penghasilan perusahaan melalui perpanjangan kontrak yang
palsu dan invoice-nya serta transaksi yang palsu dengan vendor. Praktik fraud
ini sudah terjadi sejak tahun 2013. Dorongan untuk memperoleh bonus (tantiem)
menjadi stimulus fraud akuntansi ini.

Dalam hal ini penulis menilai bahwa, kurangnya peran auditor internal dan
eksternal dalam pengawasan peningkatan atau penurunan laba dari tahun ke tahun.
Jika hal ini terdeteksi sejak awal maka akan lebih mudah menentukan letak fraud
dan modusnya.
Selain itu juga terdapat kurangnya Harmonisasi. Harmonisasi merupakan proses
untuk menigkatkan kompatibilitas (kesesuaian) praktik akuntansi dengan
menentukan batasan-batasan seberapa besar praktik-prkatik tersebut dapat
beragam.
Harmonisasi akuntansi mencakup konvergensi :
a) Standar akuntansi (yang berkaitan dengan pengukuran dan pengungkapan).
b) Pengungkapan yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan publik terkait dengan
penawaran surat berharga dan pencatatan pada bursa efek.
c) Standar audit.

Standar harmonisasi dalam standar audit ini, bebas dari konflik logika dan dapat
meningkatkan komparabilitas (daya banding) informasi keuangan yang berasal dari
berbagai negara. Dengan adanya penerapan standar harmonisasi yang baik dan
benar akan menjadi suatu tolok ukur dalam pendeteksian adanya fraud dan
memberikan gambaran analisis informasi dalam suatu laporan keuangan suatu
perusahaan.
KESIMPULAN
Berdasarkan kasus diatas, dapat di ambil kesimpulan bahwa praktik fraud dapat terjadi dalam
ruang lingkup yang beragam, baik perusahaan kecil maupun besar tanpa terkecuali.
Ruang lingkup fraud :
a. Praktik fraud bukan hanya terjadi di perusahaan kecil, negara terbelakang, dan negara
berkembang atau terjadi di pemerintahan (anggaran negara) melainkan terjadi juga di
negara maju dan korporasi ternama. Ini artinya fraud harus dianggap sebagai bahaya laten
atau risiko bawaan di setiap organisasi.
b. Fraud tidak hanya menyeret kantor akuntan publik skala kecil atau menengah, namun
semua bigfour tidak ada yang luput dari kegagalan auditnya dalam mendeteksi fraud.
Oleh karena itu, perusahaan harus memperhatikan tata kelolanya. Sistem manajemen kinerja
yang sehat dan wajar adalah bagian dari tata kelola perusahaan yang baik. Keefektifan tata
Kelola dapat dijadikan acuan untuk menilai nilai suatu korporasi (corporate value) oleh
investor dan kreditor, karena value suatu organisasi mestinya tidak hanya mengacu pada kinerja
keuangan.
Selain tata kelola perusahaan, perlu juga diperhatikan standar audit dan akuntansi yang
diterapkan di perusahaan British Telecom, apakah sudah dilaksanakan dengan benar atau
belum. Jika ada kesalahan penerapan standar, maka hal tersebut harus di evaluasi baik oleh
auditor internal maupun manajemen perusahaan.
Pada kasus ini, dorongan untuk memperoleh bonus (tantiem) menjadi stimulus fraud akuntansi
ini. Biasanya bonus diukur dari pelampauan atas indicator laba dan asset yang telah ditentukan.
Selain itu, sistem pelaporan pengaduan (whistleblowing) yang dikelola dengan baik dan
terpercaya merupakan bagian dari tata kelola perusahaan yang baik. Pada kasus ini,
dugaan fraud efektif terbongkar melalui whistleblower.
Dalam hal ini penulis menilai bahwa, kurangnya peran auditor internal dan eksternal dalam
pengawasan peningkatan atau penurunan laba dari tahun ke tahun. Jika hal ini terdeteksi sejak
awal maka akan lebih mudah menentukan letak fraud dan modusnya. Selain itu juga terdapat
kurangnya Harmonisasi. Harmonisasi merupakan proses untuk menigkatkan kompatibilitas
(kesesuaian) praktik akuntansi dengan menentukan batasan-batasan seberapa besar praktik-
prkatik tersebut dapat beragam.
Publik tidak bisa hanya mengandalkan akuntan publik untuk mendeteksi fraud dalam
melakukan audit atas laporan keuangan. Mengaudit suatu laporan keuangan perusahaan, hal
utama yang akan diperhatikan adalah adanya asimetri atau tidak kesesuaian antara informasi
keuangan, hal ini lah yang akan menjadi petunjuk ada atau tidaknya kecurangan (fraud).
Dalam mengidentifikasi fraud tidaklah mudah karena fraud memiliki beberapa karakteristik
antara lain :
a. Selalu disembunyikan dan ditutupi
b. Adanya informasi asimetri
c. Groupthink yang kohesif
Karakteristik fraud itulah yang melindungi perbuatan tidak etis serta kelemahan bawaan atau
keterbatasan system pengendalian intern untuk mencegah fraud apabila terjadi kolusi dan
pengabaian control oleh eksekutif itu sendiri.
Sikap atau posisi akuntan publik terhadap risiko fraud serupa dengan audit intern bahwa
aktivitas audit intern diselenggarakan bukan untuk mendeteksi dan mengungkap praktik-
praktik fraud di organisasinya. Pengetahuan dan keahlian auditor intern pun tidak sama dengan
orang yang spesialis anti fraud atau menjadi investigator fraud.
Dalam kasus ini akuntan publik PwC belum bisa mengungkap praktik fraud dalam British
Telecom. Oleh karena itu British Telecom segera mengganti PwC dengan KPMG yang juga
merupakan kantor akuntan publik ternama didunia. Akhirnya, fraud berhasil dideteksi oleh
pelapor pengaduan (whistleblower) yang dilanjutkan dengan akuntansi forensik oleh KPMG.
Dari sini dapat kita pahami bahwa penerapan standar audit dan sistem akuntansi yang benar
sangat berpengaruh dalam analisis laporan keuangan. Dan peran suatu auditor internal dan
eksternal sangat penting dalam pencegahan dan pendeteksian adanya tindakan fraud.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.wartaekonomi.co.id/read145257/ketika-skandal-fraud-akuntansi-menerpa-
british-telecom-dan-pwc.html
https://widyasagala.wordpress.com/2017/04/23/perbedaan-standar-akuntansi-di-indonesia-
dan-di-italia/
https://id.scribd.com/document/401981610/Analisis-Standar-Akuntansi-di-Indonesia-Italia-
Filipina-dan-Qatar

Anda mungkin juga menyukai