Anda di halaman 1dari 26

PENTINGNYA MENJAGA KESEHATAN MENTAL

Untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Tahun Ajaran 2021/2022

Guru Pembimbing:

Rodearni Purba, S.Pd.

Disusun oleh:

David Mel Gibson Sianturi XII MIPA/06

Gisela Fortunata Putri XII MIPA/09

Louise Agustine Kristanto XII MIPA/12

SMA DON BOSCO III

Jl. Sentosa Raya, Taman Sentosa Raya, Taman Sentosa, Pasir Sari, Cikarang Selatan,
Bekasi, Jawa Barat
PENTINGNYA MENJAGA KESEHATAN MENTAL

Untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Tahun Ajaran 2021/2022

Guru Pembimbing:

Rodearni Purba, S.Pd.

Disusun oleh:

David Mel Gibson Sianturi XII MIPA/06

Gisela Fortunata Putri XII MIPA/09

Louise Agustine Kristanto XII MIPA/12

SMA DON BOSCO III

Jl. Sentosa Raya, Taman Sentosa Raya, Taman Sentosa, Pasir Sari, Cikarang Selatan,
Bekasi, Jawa Barat

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
berkat-Nya yang melimpah dan menyertai penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
artikel ini. Artikel ini merupakan salah satu tugas wajib bagi siswa-siswi kelas XII SMA Don
Bosco III. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Kristina Budi Murwati, S.Si selaku Kepala SMA Don Bosco III.
2. Ibu Rodhearni Purba, S.Pd. selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia
3. Teman-teman yang telah memberikan bantuan dan berpartisipasi sehingga
penulisan artikel ini dapat berjalan dengan lancar
4. Keluarga yang telah memberi dukungan dan memberikan fasilitas untuk
penulis menyelesaikan artikel ini

Penulis meminta maaf atas kesalahan yang ada dalam artikel ini, baik kesalahan
berupa kata maupun kesalahan lainnya. Penulis berharap semoga dengan adanya artikel ini,
pembaca dapat lebih peduli tentang edukasi kesehatan mental..

Bekasi, 27 Januari 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

PENTINGNYA MENJAGA KESEHATAN MENTAL i


KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan Penelitian 4
1.4 Manfaat Penelitian 5
1.5 Sistematika Penyajian 5
BAB II
2.1 Data Penderita Kesehatan Mental di Indonesia 7
2.2 Data Kesehatan Mental di Masa Pandemi 8
2.3 Berita Mengenai Orang yang Mengalami Gangguan Kesehatan Mental di Indonesia 9
2.4 Penyebab Terjadinya Gangguan Kesehatan Mental 10
2.5 Undang-Undang yang Mengatur Mengenai Kesehatan Jiwa 11
2.6 Jenis-Jenis Gangguan Kesehatan Mental 12
2.7 Cara Mengurangi Resiko Gangguan Kesehatan Mental 15
2.8 Cara Mengatasi Gangguan Kesehatan Mental 16
2.9 Akibat Jika Tidak Memperhatikan Kesehatan Mental 18
2.10 Opini dan Pendapat Penulis Mengenai Kesehatan Mental 19
BAB III
3.1 Kesimpulan 20
3.2 Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 22

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kesehatan mental adalah


keadaan sejahtera di mana setiap individu bisa mewujudkan potensi mereka sendiri.
Artinya, mereka dapat mengatasi tekanan kehidupan yang normal, dapat berfungsi
secara produktif dan bermanfaat, dan mampu memberikan kontribusi kepada
komunitas mereka.

Sering kali, istilah kesehatan mental secara keliru digunakan sebagai ungkapan
pengganti untuk masalah kesehatan mental – yang terkait dengan depresi, gangguan
kecemasan, skizofrenia, dan lain-lain - padahal sebenarnya kesehatan mental tidak
sama dengan masalah kesehatan mental.

Masalah kesehatan mental adalah serangkaian kondisi yang berdampak pada


kesehatan mental. Karenanya, ini adalah kondisi yang mengganggu suasana hati kita,
perilaku, pemikiran atau cara seseorang berinteraksi dengan orang lain. Kondisi ini
bisa ringan, sedang, dan berat; dan ditentukan berdasarkan seberapa jauh dampaknya
terhadap fungsi harian seseorang. Contohnya adalah depresi, kecemasan, gangguan
bipolar atau skizofrenia. Dengan dukungan dan perawatan yang tepat, orang dapat
pulih dari dan menstabilkan kondisi kesehatan mental mereka sehingga bisa menjalani
hidup yang sehat dan memuaskan.

Saat ini kita berada pada situasi pandemi, yaitu pandemi COVID-19. Pandemi
COVID-19 ini juga bisa membuat orang lebih rentan mengalami penyakit mental.
Berdasarkan gejalanya, penyakit mental dibagi menjadi 2, yaitu :

a) Penyakit mental psikotik

Penyakit mental psikotik atau psikosis adalah suatu kondisi mental yang
membuat penderitanya sulit membedakan realita. Seseorang yang mengalami
kondisi ini juga bisa mengalami halusinasi, yaitu melihat atau mendengar
sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Selain itu, penderita psikotik juga kerap

1
meyakini suatu hal yang sebetulnya tidak benar atau delusi. Beberapa penyakit
mental yang termasuk psikotik adalah:

● Gangguan bipolar
● Depresi berat dengan gejala psikotik
● Gangguan waham
b) Penyakit mental nonpsikotik

Penyakit mental nonpsikotik tidak membuat penderitanya mengalami


gangguan realita. Namun, biasanya, penderita penyakit mental nonpsikotik
mengalami gangguan perasaan atau memiliki pola pikir yang tidak sesuai
dengan hukum atau norma yang berlaku. Penyakit ini biasanya berhubungan
erat dengan stres dan trauma. Contoh penyakit mental nonpsikotik antara lain:

● Depresi
● Gangguan kepribadian, seperti kepribadian antisosial
● Gangguan kecemasan umum

Namun sayangnya kesehatan mental seringkali terlupakan oleh masyarakat,


padahal hal ini sama pentingnya dengan kesehatan fisik lainnya. Pembicaraan
mengenai kesehatan mental masih menjadi hal yang tabu di tengah-tengah
masyarakat Indonesia dan masih ada stigma negatif yang mengganjal sehingga
orang-orang kurang sadar akan pentingnya kesehatan mental ini. Ada beberapa hal
yang membuat masyarakat terhambat untuk memahami betapa pentingnya kesehatan
mental itu, yaitu:

1. Stigma terhadap pengidap gangguan kesehatan mental

Stigma atau nilai buruk yang diberikan kepada pengidap kesehatan mental di
Indonesia didapatkan melalui pengaruh lingkungan yang buruk. Labelling,
pengucilan, dan stereotip terhadap pengidap gangguan kesehatan mental
membuat orang yang menderita gangguan mental memilih bungkam atau tidak
berkonsultasi kepada ahli.

2. Rendahnya pemahaman mengenai kesehatan mental

Di Indonesia, informasi mengenai kesehatan mental masih belum banyak

2
dipahami oleh masyarakat. Minimnya pengetahuan tentang kesehatan mental
membuat penilaian masyarakat terhadap pengidap gangguan kesehatan mental
menjadi negatif. Akibatnya, terjadi salah penanganan terhadap penderita
kesehatan mental.

3. Kesehatan mental di Indonesia masih jadi hal tabu

Keterbatasan pemahaman dan pengetahuan mengenai kesehatan mental di


Indonesia tidak dapat lepas dari nilai-nilai tradisi budaya atau kepercayaan
masyarakat. Sebagian masyarakat masih mempercayai penyebab kesehatan
mental berasal dari hal-hal supernatural atau takhayul sehingga pengidap
gangguan kesehatan mental menganggap gangguan yang terjadi dalam dirinya
adalah aib. Pemahaman ini membuat orang yang membutuhkan bantuan
tenaga ahli enggan untuk ditangani. Tak jarang, pengidap gangguan kesehatan
mental merasa malu untuk berada di masyarakat.

4. Diskriminasi terhadap pengidap gangguan kesehatan mental

Kesadaran masyarakat yang rendah tidak jarang mengakibatkan munculnya


diskriminasi terhadap pengidap gangguan kesehatan mental. Bentuk
diskriminasi tersebut dapat berupa perlakuan kasar, penghinaan, maupun
perundungan. Tak jarang pula masyarakat menjauhi pengidap gangguan
kesehatan mental serta keluarganya

5. Akses terhadap kesehatan mental belum merata

Akses terhadap kesehatan mental di Indonesia masih sulit. Anggaran


pemerintah untuk kesehatan mental, kapasitas rumah sakit jiwa, serta bangsal
psikiatri di rumah sakit umum masih belum dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat Indonesia. Di Indonesia, ada delapan provinsi yang tidak memiliki
rumah sakit jiwa dan tiga provinsi tidak memiliki seorang pun psikiater.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah sebagai berikut:

3
1.2.1 Bagaimana data penderita kesehatan mental di Indonesia?

1.2.2 Apakah kesehatan mental di masa pandemi makin memburuk?

1.2.3 Adakah berita mengenai orang yang mengalami gangguan kesehatan mental di
Indonesia?

1.2.4 Apa penyebab terjadinya gangguan kesehatan mental?

1.2.5 Adakah undang-undang yang mengatur mengenai kesehatan jiwa?

1.2.6 Apa saja jenis-jenis gangguan kesehatan mental?

1.2.7 Bagaimana cara mengurangi resiko gangguan kesehatan mental?

1.2.8 Bagaimana cara mengatasi gangguan kesehatan mental?

1.2.9 Bagaimana akibat jika tidak memperhatikan kesehatan mental?

1.2.10 Bagaimana opini dan pendapat penulis mengenai kesehatan mental?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.3.1 Mengetahui data penderita kesehatan mental di Indonesia

1.3.2 Mengetahui data penderita kesehatan mental di masa pandemi

1.3.3 Mengetahui salah satu berita mengenai orang yang mengalami gangguan
kesehatan mental di Indonesia

1.3.4 Mengetahui penyebab terjadinya gangguan kesehatan mental

1.3.5 Mengetahui undang-undang yang mengatur mengenai kesehatan jiwa

1.3.6 Mengetahui jenis-jenis gangguan kesehatan mental

1.3.7 Mengetahui cara mengurangi resiko gangguan kesehatan mental

4
1.3.8 Mengetahui cara mengatasi gangguan kesehatan mental

1.3.9 Mengetahui akibat jika tidak memperhatikan kesehatan mental

1.3.10 Mengetahui opini dan pendapat penulis mengenai kesehatan mental

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang akan didapat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Penelitian untuk Pembaca

Pembaca dapat lebih teredukasi mengenai jenis-jenis gangguan


kesehatan mental, cara mengurangi resiko, dan cara mengatasi gangguan
mental tersebut serta dapat lebih menjaga kesehatan mental sendiri.

1.4.2 Manfaat Penelitian untuk Penulis

Penulis dapat menambah pengetahuan tentang kesehatan mental dan


gangguan-gangguan yang dialami serta dapat lebih waspada terhadap
gangguan kesehatan mental.

1.5 Sistematika Penyajian

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penelitian

1.4 Manfaat Penelitian

BAB II PEMBAHASAN

5
2.1 Data penderita kesehatan mental di Indonesia

2.2 Data kesehatan mental di masa pandemi

2.3 Berita mengenai orang yang mengalami gangguan kesehatan mental di


Indonesia

2.4 Penyebab terjadinya gangguan kesehatan mental

2.5 Undang-undang yang mengatur mengenai kesehatan jiwa

2.6 Jenis-jenis gangguan kesehatan mental

2.7 Cara mengurangi resiko gangguan kesehatan mental

2.8 Cara mengatasi gangguan kesehatan mental

2.9 Akibat jika tidak memperhatikan kesehatan mental

2.10 Opini dan pendapat penulis mengenai kesehatan mental

BAB III KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Data Penderita Kesehatan Mental di Indonesia

Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, menunjukkan lebih dari 19
juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan mental emosional,
dan lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza
Dr.Celestinus Eigya Munthe menjelaskan masalah kesehatan jiwa di Indonesia terkait
dengan masalah tingginya prevalensi orang dengan gangguan jiwa. Untuk saat ini
Indonesia memiliki prevalensi orang dengan gangguan jiwa sekitar 1 dari 5 penduduk,
artinya sekitar 20% populasi di Indonesia itu mempunyai potensi-potensi masalah
gangguan jiwa. “Ini masalah yang sangat tinggi karena 20% dari 250 juta jiwa secara
keseluruhan potensial mengalami masalah kesehatan jiwa,” katanya.

Pada usia remaja (15-24 tahun) memiliki persentase depresi sebesar 6,2%.
Depresi berat akan mengalami kecenderungan untuk menyakiti diri sendiri (self harm)
hingga bunuh diri. Sebesar 80 – 90% kasus bunuh diri merupakan akibat dari depresi
dan kecemasan. Kasus bunuh diri di Indonesia bisa mencapai 10.000 atau setara
dengan setiap satu jam terdapat kasus bunuh diri. Menurut ahli suciodologist 4.2%
siswa di Indonesia pernah berpikir bunuh diri. Pada kalangan mahasiswa sebesar 6,9%
mempunyai niatan untuk bunuh diri sedangkan 3% lain pernah melakukan percobaan
bunuh diri. Depresi pada remaja bisa diakibatkan oleh beberapa hal seperti tekanan
dalam bidang akademik, perundungan(bullying), faktor keluarga, dan permasalahan
ekonomi.

Selain itu sebesar 91% masyarakat Indonesia yang mengalami gangguan jiwa
tidak tertangani dengan baik dan hanya 9% sisanya yang dapat tertangani. Tidak
ditangani dengan baik bisa menjadi indikasi akan kurangnya fasilitas kesehatan
mental ditambah kurangnya pemahaman akan kesehatan mental. Masyarakat
cenderung memberi stigma negatif terhadap orang dengan gangguan mental atau jiwa
yaitu dengan mencela dan menganggapnya sebagai aib, anggapan akan orang gila.
Selain itu masyarakat yang kurang paham akan tanda – tanda gangguan mental seperti
depresi, yang mana depresi merupakan gangguan kesehatan mental yang paling sering

7
ditemukan. Hal ini menyebabkan orang dengan kesehatan mental yang terganggu
cenderung susah terbuka akan pengobatan dan malah merasa lebih tertekan akan
stigma masyarakat.

2.2 Data Kesehatan Mental di Masa Pandemi

Selama hampir 2 tahun belakangan ini kita sedang dilanda oleh pandemi
Covid-19, dimana interaksi sosial kita dengan sesama berkurang, harus waspada
dengan dunia sekitar, dan kurangnya refreshing karena kita benar-benar dilarang untuk
keluar. Hal ini ternyata berdampak pada kesehatan mental kita, khususnya pada
anak-anak dan remaja dimana seharusnya mereka bermain dan mengeksplor dunia
luar. Bahkan UNICEF memperingatkan bahwa anak-anak dan remaja berpotensi
mengalami dampak jangka panjang dari COVID-19 terhadap kesehatan mental
mereka. “Waktu 18 bulan terakhir terasa sangat, amat berat bagi kita dan terutama
bagi anak-anak. Peraturan karantina nasional dan pembatasan mobilitas karena
pandemi menyebabkan anak-anak harus menghabiskan waktu-waktu yang berharga
dalam kehidupan mereka terpisah dari keluarga, teman, sekolah, dan kesempatan
bermain – padahal, semua hal ini penting bagi masa kanak-kanak,” ujar Direktur
Eksekutif UNICEF Henrietta Fore.

Pandemi ini benar-benar berdampak besar bagi para anak muda, hal ini dapat
dibuktikan dengan hasil survei yang dilakukan oleh UNICEF dan Gallup di 21 negara
pada paruh pertama tahun 2021. Hasil dari survei tersebut adalah hampir satu dari tiga
anak muda di Indonesia (29%) dilaporkan sering merasa tertekan atau memiliki
sedikit minat dalam melakukan sesuatu. Hal ini tentu sangat berbahaya untuk masa
depan mereka, karena waktu yang seharusnya mereka pakai untuk mengeksplor dunia
luar menjadi tersita, hingga pada akhirnya mereka tidak memiliki minat lagi.

Dampak pandemi terhadap kesehatan mental kian tahun kian memburuk.


Ketidakpastian akan berakhirnya masa pandemi, social distancing, isolasi, stigma dan
diskriminasi terhadap penderita, hingga kesulitan ekonomi memiliki dampak terhadap
kesehatan mental masyarakat luas. Stres yang muncul selama masa pandemi
COVID-19 dapat berupa:

● Kekhawatiran dan kecemasan mengenai kesehatan diri sendiri dan


orang-orang terdekat

8
● Perubahan pola tidur atau pola makan

● Sulit tidur dan konsentrasi

● Perburukan masalah kesehatan kronis

● Perburukan kondisi kesehatan mental

● Meningkatnya penyalahgunaan tembakau, alkohol, maupun


obat-obatan terlarang lainnya

Data terkini dari UNICEF menunjukkan bahwa, secara global, setidaknya 1


dari 7 anak mengalami dampak langsung karantina, sementara 1,6 miliar anak
terdampak oleh terhentinya proses belajar mengajar. Gangguan terhadap rutinitas,
pendidikan, rekreasi, serta kecemasan seputar keuangan keluarga dan kesehatan
membuat banyak anak muda merasa takut, marah, sekaligus khawatir akan masa
depan mereka. Contohnya adalah hasil dari survei daring di Tiongkok pada awal tahun
2020 yang dikutip di dalam The State of the World’s Children, yang mengindikasikan
bahwa sekitar sepertiga responden merasa takut atau cemas.

Sebenarnya perasaan takut dan cemas ini adalah hal yang wajar, namun tidak
wajar jika berlebihan. Oleh karena itu perlu diadakannya edukasi lebih untuk
mengolah perasaan-perasaan tersebut. Ada beberapa cara untuk mengendalikan stres
di masa-masa yang sulit ini, yaitu:

1. Menjaga komunikasi dengan keluarga dan orang-orang terdekat


2. Bijak dalam menerima informasi mengenai COVID-19 ( harus dari
sumber-sumber terpercaya)
3. Menerapkan pola hidup sehat (makan sehat, olah raga, dan tidur cukup)
4. Hindari penggunaan rokok/alkohol/obat-obatan karena malah akan
memperburuk keadaan
5. Lakukan aktivitas yang disenangi untuk mengurangi penat
6. Jangan takut untuk mencari pertolongan jika mengalami gangguan
secara fisik maupun mental.

2.3 Berita Mengenai Orang yang Mengalami Gangguan Kesehatan Mental di Indonesia

Baru-baru ini tanah air kembali dihebohkan dengan berita mengenai seorang
pria di Bali berinisial SCJ (33 tahun) yang harus dilarikan ke rumah sakit usai diduga
melakukan percobaan bunuh diri dengan jarum suntik. Pria yang berprofesi sebagai

9
dokter di salah satu rumah sakit di Denpasar, Bali itu nekat menyiksa dirinya sendiri
setelah bertengkar dengan sang istri. Percobaan bunuh diri itu dilakukan SCJ di
rumahnya yang berada di Jalan Badak Agung XVII Nomor 6 Denpasar Timur pada
Minggu, 2 Januari 2022 saat malam hari. Menurut Kanit Reskrim Polsek Denpasar
Timur, Iptu Erick Wijaya Siagian, di dekat pelaku ditemukan dua buah jarum suntik
yang diduga digunakan oleh pelaku untuk melukai dirinya.
Sebelum melakukan percobaan bunuh diri, SCJ terlibat pertengkaran dengan
istrinya, PR (29 tahun). Pertengkaran itu bahkan mengarah pada terjadinya kekerasan
dalam rumah tangga (KDRT). PR yang tidak tahan dengan ulah suaminya,
memutuskan untuk kabur dari rumahnya bersama sang anak sekitar pukul 23.00 Wita.
Dia bersembunyi di kamar kos tetangganya. Tak berselang lama, PR menerima pesan
melalui aplikasi Whatsapp dari SCJ. Pesan itu memperlihatkan foto pelaku yang
dalam keadaan berdarah-darah.
PR memilih untuk menghiraukan hal tersebut. Sebab sebelumnya, SCJ sering
melakukan hal itu dengan maksud untuk mencari perhatian. Selanjutnya, sekitar pukul
23.55 Wita, tetangga SCJ melaporkan kejadian itu ke petugas setempat. Pihak
kepolisian dan Linmas Sumerta Klod mendatangi TKP dan pelaku dibawa ke RSUP
Sanglah dengan menggunakan mobil ambulans BPBD Kota Denpasar. Pada saat
ditemukan, SCJ dalam keadaan lemas namun masih tersadar. Terdapat luka dan darah
mengalir yang keluar dari urat pada kaki sebelah kiri.

2.4 Penyebab Terjadinya Gangguan Kesehatan Mental

Dirangkum dari beberapa sumber, beberapa penyebab umum dari gangguan


mental berasal dari faktor luar dan juga faktor dalam. Contoh dari faktor luar adalah
cedera otak. Cedera otak dapat disebabkan karena kecelakaan, terbentur benda keras,
atau hal lainnya yang membuat beberapa bagian pada otak mengalami gangguan. Lain
daripada itu, contoh dari faktor dalam adalah faktor genetik. Faktor genetik dapat
berasal dari keluarga yang mempunyai riwayat sebagai pengidap gangguan mental.

Faktor lain yang menjadi penyebab gangguan kesehatan mental antara lain
sebagai berikut:

● Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) atau pelecehan lainnya.

10
● Kekerasan pada anak atau riwayat kekerasan pada masa kanak-kanak.
● Memiliki kelainan senyawa kimia otak atau gangguan pada otak.
● Mengalami diskriminasi dan stigma.
● Mengalami kehilangan atau kematian seseorang yang sangat dekat.
● Mengalami kerugian sosial, seperti masalah kemiskinan atau utang.
● Merawat anggota keluarga atau teman yang sakit kronis.
● Pengangguran, kehilangan pekerjaan, atau tunawisma.
● Pengaruh zat racun, alkohol, atau obat-obatan yang dapat merusak otak.
● Stres berat yang dialami dalam waktu yang lama.
● Terisolasi secara sosial atau merasa kesepian.
● Tinggal di lingkungan perumahan yang buruk.
● Trauma signifikan, seperti pertempuran militer, kecelakaan serius, atau
kejahatan dan yang pernah dialami

2.5 Undang-Undang yang Mengatur Mengenai Kesehatan Jiwa

Dasar Hukum Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa


ini adalah Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Berikut adalah isi
dari pasal-pasal yang ada.

● Pasal 20

(1) Penatalaksanaan kondisi kejiwaan pada ODGJ dilakukan di fasilitas pelayanan di


bidang Kesehatan Jiwa.

(2) Penatalaksanaan kondisi kejiwaan pada ODGJ dilaksanakan melalui sistem


rujukan.

(3) Penatalaksanaan kondisi kejiwaan pada ODGJ dapat dilakukan dengan cara: a.
rawat jalan; atau b. rawat inap.

● Pasal 21

(1) Penatalaksanaan kondisi kejiwaan ODGJ yang dilakukan secara rawat inap
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) huruf b dilakukan atas hasil

11
pemeriksaan psikiatrik oleh dokter spesialis kedokteran jiwa dan/atau dokter yang
berwenang dengan persetujuan tindakan medis secara tertulis.

(2) Persetujuan tindakan medis secara tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh ODGJ yang bersangkutan.

(3) Dalam hal ODGJ dianggap tidak cakap dalam membuat keputusan, persetujuan
tindakan medis dapat diberikan oleh: a. suami/istri; b. orang tua, anak, atau saudara
sekandung yang paling sedikit berusia 17 (tujuh belas) tahun; c. wali atau pengampu;
atau d. pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

(4) Penentuan kecakapan ODGJ untuk mengambil keputusan dalam memberikan


persetujuan tindakan medis dilakukan oleh dokter spesialis kedokteran jiwa atau
dokter yang memberikan layanan medis saat itu.

● Pasal 28H ayat (1)

Upaya rehabilitasi sosial diberikan dalam bentuk bantuan sosial dan asistensi
sosial. Yang dimaksud dengan “bantuan sosial dan asistensi sosial” adalah upaya yang
dilakukan berupa pemberian bantuan kepada penerima pelayanan yang mengalami
guncangan dan kerentanan sosial agar dapat hidup secara wajar.

● Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun


1945

Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan


fasilitas pelayanan umum yang layak.

2.6 Jenis-Jenis Gangguan Kesehatan Mental

Jika kesehatan mental terganggu, maka timbul gangguan mental atau penyakit
mental. Gangguan mental dapat mengubah cara seseorang dalam menangani stres,
berhubungan dengan orang lain, membuat pilihan, dan memicu hasrat untuk
menyakiti diri sendiri.

Beberapa jenis gangguan mental yang umum ditemukan, antara lain


kecemasan, bipolar, ADHD, OCD, skizofrenia. Beberapa penyakit mental hanya

12
terjadi pada jenis pengidap tertentu, seperti postpartum depression hanya menyerang
ibu setelah melahirkan.

1. Kecemasan

Kecemasan merupakan hal normal yang dapat dialami oleh semua


orang. Tetapi pada gangguan ini, kecemasan yang dirasakan berlebihan dan
berlangsung sangat lama hingga menimbulkan beberapa efek samping, yaitu :
pada ada gejala fisik seperti kesulitan tidur, denyut jantung yang berdetak
dengan cepat, dan keringat berlebih, perubahan suasana hati atau mood yang
sangat cepat dan kesulitan berkonsentrasi karena kecemasan berlebih

2. Bipolar

Bipolar disorder atau gangguan bipolar sering terjadi dan tidak


disadari. Gangguan bipolar ini disebabkan oleh faktor biologis seperti
keturunan atau kelainan fungsi otak. Bipolar ditandai dengan kutub emosi
yang berbeda, biasanya penderita penyakit ini mengalami mania atau emosi
berlebih seperti amarah yang meledak-ledak, lalu kemudian dapat kembali
tenang secara dengan sangat cepat

3. ADHD

Gangguan mental yang umumnya terjadi pada anak-anak. ADHD


adalah gangguan mental dimana anak kesulitan untuk berkonsentrasi, hal ini
dapat disebabkan oleh : perbedaan anatomi otak, aktivitas listrik, metabolisme
ataupun paparan pada kadar timah logam yang memengaruhi perilaku orang

4. OCD

Gangguan ini merupakan gangguan yang ditandai dengan kecemasan


atau perilaku berulang. Misalnya seseorang dengan OCD mematikan kompor,
maka ia dapat memeriksa apakah kompor sudah mati atau belum lebih dari
tiga kali. Penderita OCD umumnya menyukai keteraturan, takut kotor, takut
melakukan kesalahan dan disalahkan.

5. Skizofrenia

13
Skizofrenia adalah gangguan perkembangan saraf yang serius dan
berlangsung seumur hidup. Orang dengan gangguan ini umumnya akan
mengalami delusi, halusinasi, dan mengalami kesulitan dalam mengendalikan
pikirannya, sehingga sangat berpotensi untuk menyakiti diri sendiri

6. Kontrol Impuls

Jenis gangguan mental ini dapat diartikan sebagai kesulitan seseorang


dalam menahan diri untuk selalu berbuat agresif. Penderita gangguan ini
kesulitan mengontrol diri sendiri sehingga membahayakan diri sendiri dan
orang lain.

7. Gangguan Kepribadian

Gangguan kepribadian menyebabkan penderitanya memiliki pola pikir


dan perilaku yang tidak normal dan sulit untuk diubah. Penderita gangguan ini
kesulitan untuk memahami situasi dan orang lain, sehingga seringkali tidak
dapat berbaur dengan lingkungan sosialnya.

8. Psikosomatis

Jenis gangguan mental ini memunculkan masalah fisik dari cara


berpikir penderita sendiri. Gejala gangguan ini diawali dari rasa cemas,
gelisah, stress, sampai depresi. Tidak hanya orang dewasa saja, anak-anak juga
bisa terkena gangguan ini. Masalah fisik yang muncul dari gangguan mental
ini meliputi mudah lelah, nyeri pada otot, sesak napas, hingga telapak tangan
berkeringat. Terkadang mereka juga cemas berlebih walau keluhannya itu
sangat ringan.

9. Disosiatif

Jenis gangguan mental menghilangkan kesinambungan antara pikiran,


tindakan, ingatan, hingga identitas. Gangguan ini sering dialami seseorang
dengan pengalaman traumatis yang mendalam sebagai bentuk pertahanan diri
dari trauma tersebut.

10. Depresi

14
Gangguan mental ini membuat penderitanya merasa gelisah, resah,
putus harapan dan tidak berharga. Kondisi tersebut sering dikaitkan dengan
bunuh diri karena perasaan putus asa yang berkelanjutan membuat
penderitanya merasa sia-sia untuk tetap hidup.

2.7 Cara Mengurangi Resiko Gangguan Kesehatan Mental

Tidak semua gangguan kesehatan mental dapat dicegah. Beberapa hanya dapat
dikurangi resikonya. Berikut adalah cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi
resiko terkena gangguan mental:

● Melakukan Aktivitas Fisik Secara Rutin


Semua bentuk aktivitas fisik dapat berguna sebagai penghilang stress.
Aktivitas fisik dapat memompa endorphin dan zat kimia alami lainnya yang
dapat meningkatkan rasa nyaman. Olahraga juga dapat membuat membuat
seseorang berfokus pada gerakan, meningkatkan suasana hati dan mengurangi
perasaan buruk.
● Mengkonsumsi Makanan Sehat
Mengkonsumsi makanan sehat merupakan bagian penting dari
menjaga diri sendiri. Beberapa jenis makanan yang baik bagi tubuh seperti
buah, sayuran dan biji-bijian.
● Menghindari Kebiasaan yang Tidak Sehat
Beberapa orang mengatasi stress dengan mengkonsumsi terlalu banyak
kafein, alkohol, rokok, atau obat-obatan terlarang. Hal tersebut dapat
mempengaruhi kesehatan.
● Meditasi
Saat melakukan meditasi, maka seseorang akan memusatkan perhatian
dan menenangkan pikiran yang mungkin dapat menyebabkan stress. Meditasi
dapat memberikan rasa tenang dan damai yang bermanfaat bagi kesejahteraan
emosional.
● Tertawa
Tertawa tidak hanya meringankan beban mental tetapi juga
menyebabkan perubahan fisik secara positif pada tubuh.
● Memiliki Orang Terdekat
Ketika seseorang merasa stress maka biasanya akan menutup diri.

15
Namun, sebaiknya menemui teman atau orang terdekat untuk meredakan
stress.
● Melakukan Yoga
Yoga merupakan kegiatan penghilang stress yang populer. Gerakan
yoga menguatkan fisik dan mental yang dapat membantu seseorang
mendapatkan kedamaian.
● Memiliki Tidur yang Cukup
Stress akan menyebabkan seseorang sulit untuk tidur. Namun, tidur
adalah waktu ketika otak dan tubuh beristirahat. Kualitas dan jumlah tidur
dapat mempengaruhi suasana hati, energi, konsentrasi dan fungsi tubuh secara
keseluruhan. Miliki tidur yang berkualitas dengan merilekskan diri sebelum
jadwal tidur, mendengarkan musik yang menenangkan dan membuat suasana
kamar menjadi nyaman seperti dengan aromaterapi.
● Konsultasi dengan psikolog atau psikiater

Berkonsultasilah dengan profesional ketika merasa mengalami


perubahan pada kepribadian atau kebiasaan sehari-hari untuk mendapatkan
terapi yang tepat dalam mengatasi penyebab stress dan gangguan kesehatan
mental.

2.8 Cara Mengatasi Gangguan Kesehatan Mental

Beberapa pilihan pengobatan yang akan dilakukan dokter dalam menangani


gangguan mental, antara lain:

1. Psikoterapi

Psikoterapi merupakan salah satu langkah penanganan yang paling


sering dilakukan oleh psikiater dan psikolog untuk menangani gangguan
emosional atau masalah psikologis yang dirasakan oleh pasien. Psikoterapi
merupakan terapi bicara yang memberikan media yang aman untuk pengidap
dalam mengungkapkan perasaan dan meminta saran. Psikiater akan
memberikan bantuan dengan membimbing pengidap dalam mengontrol
perasaan. Psikoterapi serta perawatan dengan menggunakan obat-obatan
merupakan cara yang paling efektif untuk mengobati penyakit mental,
misalnya obat antidepresan, antipsikotik, obat pereda cemas, dan penstabil

16
mood (mood stabilizer), tergantung apa diagnosis penyakit atau masalah
kejiwaan yang diderita pasien. Beberapa jenis psikoterapi yang cukup sering
dilakukan, antara lain:

a. Terapi perilaku kognitif

Jenis psikoterapi ini bertujuan untuk mengevaluasi pola pikir,


emosi, dan perilaku yang menjadi sumber masalah dalam kehidupan
pasien. Setelah itu, dokter atau psikolog akan melatih pasien untuk
merespon sumber masalah tersebut dengan cara yang positif.

Misalnya jika dulu pasien sering menggunakan obat-obatan


atau minuman beralkohol untuk mengatasi stres, maka dengan
psikoterapi ini, pasien akan dilatih untuk merespon stres dengan
aktivitas yang lebih positif, misalnya berolahraga atau meditasi.

b. Terapi psikoanalitik dan psikodinamik

Jenis psikoterapi ini akan menuntun pasien melihat lebih dalam


ke alam bawah sadarnya. Pasien akan diajak untuk menggali berbagai
kejadian atau masalah yang selama ini terpendam dan tidak disadari.

Dengan cara ini, pasien dapat memahami arti dari setiap


kejadian yang dialaminya. Pemahaman baru inilah yang akan
membantu pasien dalam mengambil keputusan dan menghadapi
berbagai masalah.

c. Terapi interpersonal

Jenis psikoterapi ini akan menuntun pasien untuk mengevaluasi


dan memahami bagaimana cara pasien menjalin hubungan dengan
orang lain, misalnya keluarga, pasangan, sahabat, atau rekan kerja.
Terapi ini akan membantu pasien menjadi lebih peka saat berinteraksi
atau menyelesaikan konflik dengan orang lain.

d. Terapi keluarga

17
Terapi ini dilakukan dengan melibatkan anggota keluarga
pasien, khususnya jika pasien memiliki masalah psikologis yang
berhubungan dengan masalah keluarga. Tujuannya agar masalah yang
dihadapi pasien dapat diatasi bersama dan memperbaiki hubungan
yang sempat retak antara pasien dan keluarga.

e. Hipnoterapi

Hipnoterapi adalah teknik psikoterapi yang memanfaatkan


hipnotis untuk membantu pasien agar bisa mengendalikan perilaku,
emosi, atau pola pikirnya dengan lebih baik.

Metode psikoterapi ini cukup sering dilakukan untuk membuat


pasien lebih rileks, mengurangi stres, meredakan nyeri, hingga
membantu pasien berhenti melakukan kebiasaan buruknya, misalnya
merokok atau makan berlebihan.

2. Pengobatan terhadap penyalahgunaan zat.

Pengobatan ini dilakukan pada pengidap penyakit mental yang


disebabkan oleh ketergantungan akibat penyalahgunaan zat terlarang.

2.9 Akibat Jika Tidak Memperhatikan Kesehatan Mental

Menurut Rena Masri, S.Psi, M.Si, Psikolog, dampak dari gangguan mental
dibagi menjadi 2, yaitu jangka pendek dan panjang. Untuk jangka pendek, yang
pertama gangguan mental mempengaruhi psikologisnya, seperti emosi yang tidak
stabil, dan dapat memengaruhi fisiknya seperti lelah, jenuh, pusing, dan dampak
lainnya dapat berupa gangguan pencernaan yang diakibatkan oleh stress. Untuk
jangka panjang, dampaknya dapat berupa depresi, karena tekanan atau stress yang
berkepanjangan yang menjadi salah satu faktor pemicu munculnya depresi seseorang.

Banyak komplikasi yang bisa terjadi akibat buruknya kesehatan mental, selain
dari yang dijelaskan atau di paparkan oleh Rena Masri, S.Psi, M.Si, Psikolog.
Kerugian ini dapat membawa dampak buruk bagi kehidupan seseorang. Berikut ini
merupakan beberapa kerugian yang bisa datang jika seseorang mengabaikan
pentingnya kesehatan mental:

18
● Tidak bahagia
● Sulit menikmati hidup
● Hubungan bersama pasangan atau teman menjadi tak terjalin
● Isolasi sosial
● Lekat dengan gaya hidup tak sehat (merokok dan minuman keras)
● Ketinggalan pelajaran di sekolah
● Masalah finansial
● Kemiskinan
● Melukai diri sendiri (termasuk bunuh diri)
● Melemahnya sistem imun tubuh (sehingga sulit mencegah infeksi)
● Munculnya penyakit jantung dan kondisi medis berbahaya lainnya.

2.10 Opini dan Pendapat Penulis Mengenai Kesehatan Mental

Pandangan dan pemahaman masyarakat akan kesehatan mental harus segera


dibenahi. Menurut Riskesdas tahun 2018, lebih dari 19 juta penduduk mengalami
gangguan mental, dari data ini dapat dilihat bahwa kesadaran masyarakat terhadap
pentingnya kesehatan mental masih kurang. Padahal kesehatan mental sama
berharganya dengan kesehatan fisik, karena begitu mental kita roboh, perlahan-lahan
fisik kita juga akan ikut roboh. Seringkali masyarakat masih mengaitkan kebutuhan
mental dengan kegiatan keagamaan, misalnya kurang beribadah. Padahal, penyebab
gangguan mental itu sangat luas dan berbeda-beda setiap orangnya. Oleh karena itu,
masyarakat harus dibekali oleh informasi lebih tentang kesehatan mental yang
akurat, supaya kita dapat lebih responsif terhadap mental kita sendiri dan orang
sekitar sehingga angka gangguan mental di Indonesia diharapkan berkurang.
Gangguan mental secara efisien dapat diatasi dengan berkonsultasi dengan ahli
kejiwaan seperti psikolog dan psikiater. Jangan takut atau malu untuk berkonsultasi
ke profesional mengenai masalah kejiwaan yang dialami. Terutama pada saat
pandemi seperti ini, potensi dalam kenaikan angka gangguan mental lebih besar.
Namun disamping itu, kesehatan mental juga sangat penting untuk menjaga imunitas
kita. Maka dari itu, jagalah kesehatan mental kita layaknya kita menjaga kesehatan
fisik.

19
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Setelah melakukan berbagai riset dan perbandingan terhadap kesehatan mental


di internet, penulis mendapatkan kesimpulan bahwa istilah kesehatan mental masih
digunakan secara keliru sebagai ungkapan pengganti untuk masalah kesehatan mental.
Hal-hal ini terkait dengan depresi, gangguan kecemasan, skizofrenia, dan lain-lain.
Padahal, sebenarnya kesehatan mental sendiri tidak sama dengan masalah kesehatan
mental. Selain itu jika ditinjau dari persepsi masyarakat umum, kesehatan mental
masih menjadi hal tabu dan kurang dipahami di tengah masyarakat. Masih ada stigma
negatif dan diskriminasi terhadap penderita sehingga menyebabkan penderita lebih
memilih untuk bungkam.

Dengan adanya persepsi masyarakat seperti itu, faktor penyebab gangguan


kesehatan mental dapat berasal dari luar, salah satunya adalah diskriminasi. Hal ini
juga dapat berasal dari dalam, contohnya faktor genetik dimana terdapat riwayat
pengidap gangguan mental dalam keluarga. Di Indonesia sendiri, ternyata penderita
gangguan mental cukup banyak dan bisa mencapai 20% dari populasi yang ada.
Namun, sebanyak 91% penderita belum bisa ditangani dengan baik karena kurangnya
fasilitas dan pemahaman akan kesehatan mental. Kondisi ini diperparah dengan
adanya pandemi Covid-19 yang masih berlangsung sehingga menyebabkan kurangnya
interaksi dengan dunia luar, ketidakpastian kapan berakhirnya pandemi, isolasi, dan
sebagainya yang berdampak besar bagi kesehatan mental. Jika seseorang sudah
terkena gangguan kesehatan mental, maka masalah yang diderita dapat beragam,
seperti kecemasan, bipolar, OCD, dan lain-lain. Kondisi ini perlu ditangani segera
karena akibatnya dapat fatal, seperti mengakibatkan bunuh diri.

Di samping semua hal negatif tersebut, baik secara fakta maupun opini,
masalah kesehatan mental sebenarnya dilindungi secara sah melalui undang-undang
oleh negara. Hal ini tertuang pada Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang
Kesehatan Jiwa pasal 20, pasal 21, pasal 28H ayat 1, dan pasal 34 ayat 3
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Terdapat pula cara
mengurangi resiko gangguan kesehatan mental, misalnya dengan meditasi,

20
mengkonsumsi makanan sehat, dan melakukan aktivitas fisik secara rutin. Jika
seseorang sudah mengalami gangguan kesehatan mental, maka cara untuk mengatasi
dapat dilakukan dengan psikoterapi dan pengobatan terhadap penyalahgunaan zat.
Pendapat dari penulis sendiri adalah berani untuk pergi ke profesional dan melakukan
pemeriksaan secara berkala untuk memastikan kondisi kesehatan mental.

3.2 Saran

Diharapkan untuk melakukan pencarian data yang lebih spesifik lagi agar ilmu
yang didapat lebih dalam dan lebih akurat. Selain itu, alangkah baiknya artikel ilmiah
ini disertai dengan wawancara langsung dengan subjek penelitian agar hasil yang
didapat lebih dipercaya dan lebih ilmiah.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. https://bem.eng.ui.ac.id/index.php/2021/05/24/mengenal-isu-kesehatan-mental-dan-ta
ntangannya-di-indonesia/
2. https://www.seributujuan.id/id/apa-itu-kesehatan-mental
3. https://www.alodokter.com/cari-tahu-informasi-seputar-kesehatan-mental-di-sini
4. https://www.halodoc.com/kesehatan/kesehatan-mental
5. https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/38646/uu-no-18-tahun-2014
6. https://lifepack.id/5-jenis-gangguan-kesehatan-mental-yang-perlu-anda-ketahui/
7. https://www.halodoc.com/kesehatan/kesehatan-mental
8. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20211007/1338675/kemenkes-be
berkan-masalah-permasalahan-kesehatan-jiwa-di-indonesia/
9. https://egsa.geo.ugm.ac.id/2020/11/27/darurat-kesehatan-mental-bagi-remaja/
10. https://denpasar.kompas.com/read/2022/01/03/201038478/bertengkar-dengan-istri-do
kter-di-bali-coba-bunuh-diri-dengan-jarum-suntik?page=all
11. https://www.unicef.org/indonesia/id/press-releases/dampak-covid-19-terhadap-rendah
nya-kesehatan-mental-anak-anak-dan-pemuda-hanyalah
12. https://rsgm.maranatha.edu/2021/01/05/kesehatan-mental-di-masa-pandemi/
13. https://www.orami.co.id/magazine/dampak-kesehatan-mental-jika-tidak-diatasi/
14. https://www.spma-samarinda.sch.id/post/wajid-di-baca-!!!-tentang-pentingnya-keseha
tan-mental-yang-tak-boleh-diremehkan-guys-
15. https://vivahealth.co.id/article/detail/13399/kesehatan-mental
16. http://ners.unair.ac.id/site/index.php/news-fkp-unair/30-lihat/1022-kesehatan-mental-2
17. https://www.alodokter.com/psikoterapi-untuk-mengatasi-gangguan-kesehatan-mental

22

Anda mungkin juga menyukai