A. Masalah Utama
Berduka situasional
Tanda dan gejala berduka juga dikemukan oleh Videbeck (2001), yang
mencakup ke dalam lima respon, yaitu respon kognitif, emosional, spiritual,
perilaku, dan fisiologis yang akan dijelaskan dalam tabel dibawah ini:
4. Tahap Berduka
Terdapat beberapa teori mengenai tahap berduka. Salah satunya adalah teori
yang dikemukan Kubler-Ross (1969) (dalam Moyle & Hogan, 2006).
Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross adalah berorientasi
pada perilaku dan menyangkut lima tahap, yaitu sebagai berikut:
a) Fase pengingkaran (Denial)
Perasaan tidak percaya, syok, biasanya ditandai dengan menangis, gelisah,
lemah, letih, dan pucat. Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-
apa dan dapat menolak untuk mempercayai bahwa telah terjadi
kehilangan. Pernyataan seperti “Tidak, tidak mungkin seperti itu,” atau
“Tidak akan terjadi pada saya!” umumnya dilontarkan klien;
b) Fase kemarahan (Anger)
Perasaan marah dapat diproyeksikan pada orang atau benda yang ditandai
dengan muka merah, suara keras, tangan mengepal, nadi cepat, gelisah,
dan perilaku agresif. Individu mempertahankan kehilangan dan mungkin
“bertindak lebih” pada setiap orang dan segala sesuatu yang berhubungan
dengan lingkungan. Pada fase ini individu akan lebih sensitif sehingga
mudah sekali tersinggung dan marah. Hal ini merupakan koping individu
untuk menutupi rasa kecewa dan merupakan menifestasi dari
kecemasannya menghadapi kehilangan;
c) Fase tawar menawar (Bargaining)
Individu mampu mengungkapkan rasa marah akan kehilangan, ia akan
mengekspresikan rasa bersalah, takut dan rasa berdosa. Individu berupaya
untuk membuat perjanjian dengan cara yang halus atau jelas untuk
mencegah kehilangan. Pada tahap ini, individu sering kali mencari
pendapat orang lain. Peran perawat pada tahap ini adalah diam,
mendengarkan, dan memberikan sentuhan terapeutik;
d) Fase depresi (Depression)
Fase ini terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari
makna kehilangan tersebut. Individu menunjukan sikap menarik diri, tidak
mau bicara, putus asa. Perilaku yang muncul seperti menolak makan,
susah tidur, dan dorongan libido menurun. Peran perawat pada fase ini
tetap mendampingi individu dan tidak meninggalkannya sendirian;
e) Fase penerimaan (Acceptance)
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan, pikiran yang
berpusat pada objek kehilangan mulai berkurang. Peran perawat pada
tahap ini menemani klien bila mungkin, bicara dengan pasien, dan
menanyakan apa yang dibutuhkan klien.
C. Tipe Kehilangan
1. Actual Loss
Kehilangan yang dapat dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain,
sama dengan individu yang mengalami kehilangan. Contoh : kehilangan
anggota badan, uang, pekerjaan, anggota keluarga.
2. Perceived Loss (Psikologis)
Kehilangan Sesuatu yang dirasakan oleh individu bersangkutan namun
tidak dapat dirasakan/dilihat oleh orang lain. Contoh : Kehilangan masa
remaja, lingkungan yang berharga.
3. Anticipatory Loss
Perasaan kehilangan terjadi sebelum kehilangan terjadi. Individu
memperlihatkan perilaku kehilangan dan berduka untuk suatu kehilangan
yang akan berlangsung. Sering terjadi pada keluarga dengan klien (anggota)
menderita sakit terminal.
D. Faktor Predisposisi
Dalam Hidayat (2012), faktor predisposisi yang mempengaruhi rentang
respon kehilangan adalah sebagai berikut:
a) Faktor genetik
Individu yang dilahirkandan dibesarkan dalam keluarga dengan riwayat
depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis dalam menghadapi suatu
permasalahan, termasuk dalam menghadapu perasaan kehilangan.
b) Faktor fisik
Individu dengan fisik, mental, serta pola hidup yang teratur cenderung
mempunyai kemampuan dalam mengatasi stres yang lebih tinggi
dibandingkan dengan individu yang mengalami gangguan jasmani.
c) Faktor mental
Individu yang mengalami gangguan jiwa, terutama yang mempunyai riwayat
depresi yang ditandai dengan perasaan tidak berdaya dan pesimis, selalu
dibayangi masa depan peka dalam mengahadapi situasi kehilangan.
d) Pengalaman kehilangan di masa lalu
Kehilangan atau perpisahan dengan orang yang dicintai pada masa kanak-
kanak akan mempengaruhi kemampuan individu dalam mengatasi perasaan
kehilangan pada masa dewasa.
e) Struktur kepribadian
Individu dengan konsep diri negatif dan perasaan rendah diri akan
menyebabkan rasa percaya diri rendah dan tidak objektif terhadap stres yang
dihadapi.
E. Faktor Presipitasi
Ada beberapa stresor yang dapat menimbulkan perasaan kehilangan. Stresor
ini dapat berupa stresor yang nyata ataupun imajinasi individu itu sendiri, seperti
kehilangan biopsikososial yang meliputi kehilangan harga diri, pekerjaan,
seksualitas, posisi dalam masyarakat, milik pribadi (harta benda, dan lain-lain).
a) Kehilangan kesehatan
b) Kehilangan fungsi seksualitas
c) Kehilangan peran dalam keluarga
d) Kehilangan posisi dalam masyarakat
e) Kehilangan harta benda atau orang yang dicintai
f) Kehilangan kewarganegaraan
F. Pohon Masalah
Berduka
Kehilngan
Objektif:
1) Marah
2) Menangis
3) Pola tidur berubah
4) Tidak mampu berkonsentrasi
5) Memisahkan diri
Minor
Subjektif:
1) Mimpi buruk atau pola mimpi
2) Merasa tak berguna
Objektif:
1) Memelihara hubungan dengan yang hilang
2) Fungsai imunitas terganggu (mudah sakit)
Budi Anna Keliat, Achir Yani S. Hamid, Novy H. C. Daulima, Yulia Wardani, Herni
Susanti, Giur Hargiana, Ria Utami Panjaitan. 2019. Asuhan Keperawatan Jiwa.
ed. Monica Ester. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.