Anda di halaman 1dari 26

KONSEP KEHILANGAN

DAN BERDUKA
(LOSS AND GRIEF)

Rr Dian Tristiana
Diantristiana@fkp.unair.ac.id
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
perubahan merupakan bagian dari kehidupan, berupa
mendapatkan sesuatu atau kehilangan sesuatu.
Berduka merupakan hal yang wajar bagi individu.
Individu/kelompok punya cara masing-masing dalam
pengalaman dan mengekspresikan berduka dan belajar apakah
perasaan tsb diperlukan atau penting, berespons yg baik serta
sadar akan kebutuhannya selama proses berduka
 Kehilangan adalah pengalaman perpisahan yang berhubungan
dengan suatu objek, orang, kepercayaan, hubungan antar
manusia yang bernilai (Dyer, 2001 dalam Ritanti, 2010).
 kehilangan sebagian situasi saat ini atau yang akan terjadi,
dimana sesuatu yang berbeda nilainya karena hilang
keberadaannya
 Kehilangan berarti “dicuri” atau “hilangnya sesuatu yang
berharga”
Jenis Kehilangan

 Actual (loss of someone or some thing).


 Perceived (felt by an individual but not tangible
to others, e.g. loss of self-esteem).
 Physical (loss of part or aspect of the body).
 Psychological (emotional loss, e.g. a woman’s
feelings after menopause).
JENIS KEHILANGAN

patofisiologis (kehilangan fungsi atau kemandirian sekunder


akibat kardiovaskuler, trauma, muskloskeletal, dan lain-lain);
tindakan: dialisis jangka panjang, operasi (mastektomi,
kolostomi, histerektomi);
disfungsional: penyakit terminal, kematian, perpisahan,
perceraian, pensiun, anak akan meninggalkan rumah, dan lain-
lain;
maturasional: penuaan.
Sedangkan dalam menghadapi kehilangan, individu dipengaruhi
oleh bagaimana persepsi individu terhadap kehilangan, tahap
perkembangan, kekuatan/koping mekanisme, dan support
system (Potter & Perry, 2005).
Berduka

 Berduka merupakan respons terhadap suatu kehilangan


 Berduka merupakan komponen psikologis terhadap
suatu kehilangan
 Berduka adalah proses kompleks yang normal yang
mencakup respons dan perilaku emosi, fisik, spiritual,
sosial, dan intelektual ketika individu, keluarga, dan
komunitas menghadapi kehilangan aktual, kehilangan
yang diantisipasi, atau persepsi kehilangan ke dalam
kehidupan mereka sehari-hari (NANDA, 2011).
Berduka
Jenis berduka:
1. Berduka normal (ex.proses berduka yang adaptif)
2. Berduka disfungsional (ex.proses berduka yang kompleks dan
rumit yang terjadi diluar yang diharapkan secara normal)
3. Berduka antisipatori (ex. Proses berduka yang terjadi
terutama akibat kehilangan sesuatu yang nyata)
4. Disenfranchised griefing (ex. Proses berduka yang secara
sosial tidak diterima misalnya pada keluarga yang kehilangan
anggota keluarganya yang meninggal akibat overdosis
narkoba, aborsi)
5. Berduka akibat tragedi publik (ex. Proses berduka akibat
bencana)
Berduka
 Berduka bukanlah penyakit-tidak bisa diobati atau dipercepat.
 Tidak ada seorangpun yang mengalami proses berduka yang sama
persis
 Berduka dipengaruhi oleh banyak fektor seperti: bentuk kehilangan,
riwayat masa lalu individu, budaya, kepercayaan dan kepribadian.
 Tidak ada benar dan salah dalam mengalami proses berduka.
 Beberapa respons berduka adalah sebagai berikut: sedih,
menangis, syok, mati rasa, sulit menerima kehilangan, marah,
merasa bersalah, malu, lega, takut bila reaksi yang ditunjukkan itu
tidak normal, pikiran bunuh diri, sulit berkonsentrasi, tidak menjadi
diri sendiri, penyalahgunaan obat/substansi, reaksi fisik (sakit
kepala, penurunan nafsu makan, gangguan tidur
PROSES BERDUKA (Grieving Process)

Empat tugas kehilangan Worden


(Four Tasks to Deal with Loss Successfully)
Tugas ini biasanya dialami individu selama satu tahun.
Menerima kenyataan akan kehilangan
Mengalami proses sakitnya berduka (berduka akan
dirasakan secara emosional, kognitif, fisik dan spiritual)
Menyesuaikan/membiasakan diri tanpa orang yang telah
pergi tersebut
Menemukan kembali hubungan dengan orang yang telah
pergi dengan menemukan kehidupan baru.
PROSES BERDUKA (Grieving Process)

Engle’s Theory (1964)


Tahap berduka yang merupakan tahapan yang terjadi secara
berurutan:
 Syok dan tidak percaya (menolak menerima kenyataan akan
fakta kehilangan sesuatu, terjadi disorientasi, denial dan rasa
tidak berdaya).
 Mengembangkan rasa kewaspadaan (individu mulai sadar
bahwa ia telah kehilangan sesuatu, pada tahap ini bisa
muncul rasa bersalah, sedih, isolasi, marah, rasa
permusuhan).
 Restitution (individu melewati masa berduka dan biasanya
melakukan ritual budaya atau kepercayaan pada tahapan ini)
 Resolusi (individu mencari dukungan sosial untuk mengatasi
proses berduka serta dapat menerima kenyataan)
PROSES BERDUKA (Grieving Process)

Erich Lindemann coined the phrase


grief work and described typical grief
reactions:
• Somatic distress.
• Preoccupation with the image of the
deceased.
• Guilt.
• Hostile reactions.
• Loss of patterns of conduct.
PROSES BERDUKA (Grieving Process)

John Bowlb’s attachment theory


Bowlby percaya bahwa kedekatan berkembang sejak awal
kehidupan yang menawarkan rasa aman dan nyaman pada
individu. Saat kedekatan itu hilang, individu akan mengalami
stres dan gangguan emosional seperti kecemasan, menangis dan
marah.
4 fase berduka yaitu:
1. Mati rasa (numbing)
2. Kerinduan dan mencari-cari
3. Disorganisasi
4. reorganisasi
PROSES BERDUKA (Grieving Process)

Stroebe and Schut: Dual process


Merupakan model dinamis dimana individu terombang-ambing antara kehilangan
orientasi dan restorasi. Individu yang berduka akan fokus pada rencana atau aktivitas
restorasi saat fokus pada kehilangan menjadi sebuah beban berat. Keduanya
merupaka sumber stres dan beban serta berkaitan dengan distres dan kecemasan
Koping terhadap kehilangan mungkin tidak akan kembali pada tingkatan sebelumnya
namun bernegosiasi untuk melanjutkan hidup tanpa orang yang telah pergi.

Rando
– Avoidance
– Confrontation
– Accommodation
PROSES BERDUKA (Grieving Process)

 Tahapan berduka Kubler-Ross (1969), bukan tahapan yang kaku


 Syok dan Denial (tidak percaya akan kehilangan sesuatu, syok dpt
terjadi akibat kurang informasi, takut akan sst yg tidak diketahui,
takut salah; komunikasi sgt penting pada tahap ini)
 Anger (marah; muncul rasa frustasi seperti “mengapa terjadi
padaku? Ini tidak adil” “ini salah siapa”)
 Bargaining (bernegosiasi, melibatkan harapan bahwa individu
dapat menhindari kondisi yang dialami, misalnya saat bernegosiasi
“aku tidak akan minum alkohol lagi, jika di kembali lagi”)
 Depression (depresi; individu mulai putus asa dengan realita,
individu mungkin mulai mjd pendiam, menolak
kunjungan,sendirian, dsb)
 Acceptance (menerima; individu mulai menerima kehilangan
misalnya”aku pasti bisa, dan tidak apa-apa”)
TAHAPAN BERDUKA KUBLER ROSS

DENIAL

ACCEPTANCE ANGER

DEPRESSION BARGAINING
Faktor yang mempengaruhi
proses berduka
PERASAAN

• Tahap
perkembangan
• Kepercayaan
dan budaya. PERILAKU KESEDIHAN FISIK

• Hubungan
dengan obyek
yang hilang
• Penyebab KOGNISI
kematian
Pengkajian pada klien yang sedang berduka

Age
 Toddler
 Preschooler
 School-age
 Young adult
 Middle age
 Elderly
Nature of relationship
Nature of the loss
Cultural and spiritual beliefs
Gender roles
Socioeconomic status/ social support system
 kehilangan majemuk: kehilangan tunggal akan menjadi
pencetus kehilangan hal lainnya (misalnya hilangnya anggota
tubuh karena operasi mastektomi akan menyebabkan
kehilangan pada area gambaran tubuh, seksualitas, peran,
kesehatan dan independensi)
 karakteristik yang kehilangan (laki-laki dan perempuan
menunjukkan cara yang berbeda dalam berduka; bila yang
kehilangan adalah anak-anak akan ada konsekuensi yang serius
bila tidak tertangani dgn baik; orang dewasa/tua mungkin
memiliki reaksi yang lebih sedikit namun tergantung pada
hubungannya dengan orang yang meninggal; fisik yang tidak
sehat akan membatasi kemampuan dalam proses berduka;
penggunaan obat psikofarmaka; riwayat masalah kejiwaan;
kepribadian; pola koping, pengalaman kehilangan sebelumnya,
masalah sosial atau psikologis saat ini; budaya; suku; agama;
hubungan dgn yang mati; peran yang mati dalam keluarga;
disfungsi keluarga)
 penyebab kematian (kematian tiba-tiba, bunuh diri)
 karakteristik orang yg meninggal (usia; kepribadian; waktu,
misal pensiun, saat pernikahan cucu/anak)
Keadekuatan dukungan sosial (individu yang kurang dukungan
akan memiliki dampak yg buruk; perlindungan dari orang
terdekat; budaya)
Isu gender (Laki-laki berbeda dengan perempuan; laki-laki
biasanya diam, berduka “rahasia”, aksi fisik, perilaku adiktif)
 anak dan berduka (sesuai dengan kelompok usia, perlu diajari
memahami proses berduka, orang tua harus terlibat)
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Berduka Disfungsional
 Membantu klien menghadapi kehilangan, berduka
 Mendukung klien dapa berduka antisipatori
 Menginformasikan pada klien tentang reaksi yang diharapkan
pada proses berduka
 Menyediakan sumber daya untuk klien dapat melalui proses
berduka
 Mengevaluasi koping klien dan rasa takut berkaitan dengan
berduka
IMPLEMENTASI
 Membangun rasa saling percaya perawat-klien
 Menggali perasaan klien dalam lingkungan yang mendukung dan
tidak melakuan penilaian pribadi
 Mengajari klien, koping adaptif
 Mendorong keluarga klien untuk memberi dukungan pada klien
 Memberikan kesempatan pada klien untuk memulai proses berduka
sebelum kehilangan benar-benar terjadi
 Menjelaskan proses berduka yang normal terhadap reaksi yang
ditunjukkan klien
 Melakukan terapi individu, terapi kelompok dan kelompok dukungan
sosial
 Maintenance of independence
 Prevention of loneliness and isolation
 Promotion of spiritual comfort
 Support for the grieving family
 Hospice Care
 meningkatkan realita kehilangan
Membantu orang yang berduka mengatasi
dampak laten maupun respons berduka saat
ini
Membantu orang yang berduka mengatasi
rintangan
Mendorong orang yang berduka melakukan
penarikan emosional dengan baik
1. Mulai konseling berduka sedini mungkin
2. Keluarga merupakan bagian dari perawatan
3. Berduka merupakan proses yang normatif dan perlu banyak
mendengar
4. Berikan waktu yang cukup untuk berduka (kebanyakan
orang berduka dalam waktu satu tahun)

Anda mungkin juga menyukai