Anda di halaman 1dari 37

KOMPETENSI INTI (KI) DAN KOMPETENSI DASAR (KD)

TINGKAT MADRASAH TSANAWIYAH


SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM KELAS VIII SEMESTER GANJIL
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
1. Menghargai dan menghayati ajaran 1.1 Menghayati semangat perjuangan
agama yang dianutnya Islam dari proses berdirinya Daulah
Abbasiyah
1.2 Menghayati nilai-nilai Islam dari
perkembangan peradaban Islam
pada masa Dulah Abbasiyah
1.3 Menghayati nilai-nilai Islam dari
perjuangan tokoh ilmuwan muslim
Ali bin Rabban at-Tabari, Ibnu Sina,
ar-Razi, (ahli kedokteran), Al-Kindi,
Al-Gazali, Ibnu Maskawaih (ahli
filsafat), Jabir bin Hayyan, (ahli
kimia), Muhammad bin Musa al-
Khawarizmi (ahli astronomi) dan
perananya dalam kemajuan
peradaban Islam pada masa Daulah
Abbasiyah
1.4 Menghargai karya ulama muslim
sebagai khazanah intelektual Islam
2. Menghargai dan menghayati 2.1 Menjalankan sikap gigih dan sabar
perilaku jujur, disiplin, tanggung dalam mewujudkan cita-cita
jawab, peduli (toleransi, gotong 2.2 Menjalankan sikap produktif dan
royong), santun, percaya diri dalam inovatif dalam mengembangkan
berinteraksi secara efektif dengan ilmu pengetahuan
lingkungan social dan alam dalam 2.3 Menjalankan sikap produktif dan
jangkauan pergaulan dan inovatif dalam mengembangkan
keberadaanya ilmu pengetahuan
2.4 Mengamlakan perilaku semangat
belajar di bidang ilmu agama
3. Menganalisis dan menerapkan 3.1 Menganalisis sejarah berdirinya
pengetahuan (factual, konseptual, Daulah Abbasiyah
dan procedural) berdasarkan rasa 3.2 Menganalisis perkembangan
ingin tahunya tentang ilmu peradaban Islam pada masa Daulah
pengetahuan, teknologi, seni, Abbasiyah
budaya terkait fenomena dan 3.3 Menganalisis tokoh ilmuwan
kejadian tampak mata muslim Ali bin Rabban at-Tabari,
Ibnu Sina, ar-Razi, (ahli
kedokteran), Al-Kindi, Al-Gazali,
Ibnu Maskawaih (ahli filsafat), Jabir
bin Hayyan, (ahli kimia),
Muhammad bi`n Musa al-
Khawarizmi (ahli astronomi) dan
perananya dalam kemajuan
peradaban Islam pada masa Daulah
Abbasiyah
3.4 Menganalisis para ulama penyusun
kutubussittah (ahli hadis), empat
imam mazhab (ahli fikih), Imam At-
Tabari, Ibnu Katsir (ahli tafsir) dan
perananya dalam kemajuan
peradaban Islam pada masa Daulah
Abbasiyah
4. Mengolah, menyaji, dan menalar 4.1 Menyusun peristiwa-peristiwa
dalam ranah konkret penting dari proses berdirinya
(menggunakan, mengurai, Daulah Abbasiyah
merangkai, memodifikasi, dan 4.2 Menyajikan hasil analisis tentang
membuat) dan ranah abstrak perkembangan peradaban Islam
(menulis, membaca, menghitung, pada masa Daulah Abbasiyah
menggambar, dan mengarang) 4.3 Mengolah informasi dari biografi
sesuai dengan yang dipelajari di dan karya para ilmuwan muslim
sekolah dan sumber lain yang sama pada masa Daulah Abbasiyah
dalam sudut pandang/teori 4.4 Mengidentifikasi karakter para
tokoh ilmuwan muslim dalam
bidang agama pada masa Daulah
Abbasiyah dan menyajikannya
dalam bentuk tulisan atau media
lain

BAB I
JEJAK PERADABAN DINASTI ABBASIYAH
Dinasti Umayyah yang dirintis oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan pada tahun 41
H/661 M dan dilanjutkan oleh generasi keturunannya mengalami pasang surut? Pada
awal didirikannya, banyak keberhasilan yang dicapai selama masa pemerintahan
Mu`awiyah sebagai khalifah pertama, terutama penguatan administrasi pemerintahan
dan perluasan wilayah. Selanjutnya, masa-masa kejayaan dan kebesaran dialami pada
masa pemerintahan Abdul Malik, al Walid I, Umar II dan Hisyam, baik di bidang politik,
militer, ekonomi, budaya, sastra, dan ilmu pengetahuan. Namun dalam
perkembangannya kemudian, berbagai kesuksesan dan kebesaran yang telah diraih
oleh Dinasti Umayyah mengalami kemunduran bahkan memasuki masa kehancuran,
antara lain akibat kelemahan-kelemahan di dalam negeri dan semakin kuatnya tekanan
dari pihak luar. Akan tetapi kita harus menyadari bahwa semua ini merupakan
Sunatullah, kejayaan dan kehancuran sebuah kekuasaan akan berlangsung secara
bergilirian.
Hal ini sebagaiman yang disebutkan dalam firman Allah Swt;;

ِ َّ‫اولُهَا بَ ۡي َن ٱلن‬
‫اس َولِيَ ۡعلَ َم‬ َ ‫ح ِّم ۡثلُ ۚۥهُ َوتِ ۡل‬ٞ ‫ح فَقَ ۡد َمسَّ ۡٱلقَ ۡو َم قَ ۡر‬ٞ ‫ِإن يَمۡ َس ۡس ُكمۡ قَ ۡر‬
ِ ‫ك ٱَأۡليَّا ُم نُ َد‬
ٰ
١٤٠ ‫ين‬ َ ‫وا َويَتَّ ِخ َذ ِمن ُكمۡ ُشهَ َدٓا ۗ َء َوٱهَّلل ُ اَل يُ ِحبُّ ٱلظَّلِ ِم‬ ْ ُ‫ين َءا َمن‬ َ ‫ٱهَّلل ُ ٱلَّ ِذ‬
140. Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum
(kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa
(kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka
mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman
(dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai)
syuhada´. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim
PETA KONSEP

KERUNTUHAN DINASTI
UMAYYAH

PROPAGANDA
MUHAMMAD BIN ALI
PROSES TERBENTUKNYA
UNTUK MENGGULINGKAN
DINASTI ABBASIYAH
KEKUASAAN DINASTI
UMAYAH
JEJAK PERADABAN DINASTI
ABBASIYAH

SILSILAH DINASTI 37 ORANG KHALIFAH


ABBASIYAH DINASTI ABBASIYAH

PERPINDAHAN PUSAT
PERPINDAHAN PUSAT KEKUASAAN DARI
KEKUASAAN KE BAGDAD DAMASKUS KE ANBAR, LALU
KE BAGDAD

A. Keruntuhan Dinasti Umayyah


Diantara beberapa peristiwa yang mendorong kemunduran Bani Umayyah dapat
diidentifi kasi sebagai berikut:
1. Figur pewaris kekhalifahan yang lemah. Sepeninggal Hisyam, tidak ada lagi
khalifah yang kuat, mampu memperkuat pemerintahan, serta menjaga
keutuhan dan kewibawaan negara.
2. Tidak adanya ketentuan tata cara pengangkatan khalifah. Akibatnya, terjadi
perebutan kekuasaan di kalangan anggota keluarga Umayyah.
3. Pemindahan ibu kota dari Madinah ke Damaskus yang merupakan bekas ibu
kota Kerajaan Byzantium. Gaya hidup mewah bangsawan Byzantium
dianggap telah mempengaruhi dan ditiru oleh Dinasti Umayyah.
4. Para ulama merasa kecewa terhadap para penguasa. Mereka dipandang tidak
memiliki integritas keagamaan dan politik yang sesuai dengan syariat Islam.
5. Pertentangan yang sudah lama terjadi antara suku Arab Utara (disebut Arab
Quraisy atau Mudariyah yang menempati Irak) dengan Arab Selatan (disebut
Yamani atau Himyariyah yang mendiami wilayah Suriah) mencapai
puncaknya. Hal tersebut karena para khalifah berpihak kepada suku Arab
Yamani.
6. Ketidakpuasan sejumlah pemeluk Islam non-Arab, yakni pendatang baru dari
bangsa-bangsa yang dikalahkan (disebut “Mawali”). Mereka bersama-sama
bangsa Arab mengalami beratnya peperangan, tetapi diperlakukan sebagai
masyarakat kelas dua. Golongan non-Arab, terutama di Irak dan wilayah
bagian timur lainnya, merasa tidak puas karena status Mawali
menggambarkan inferioritas. Ditambah lagi dengan keangkuhan bangsa Arab
yang diperlihatkan pada masa Bani Umayyah.
7. Latar belakang terbentuknya Daulah Umayyah tidak bisa dipisahkan dari
konflik politik yang terjadi di masa Khulafaur Rasyidin terakhir, yaitu
Khalifah Ali bin Abi Ṭ alib. Sisa-sisa kaum Syi`ah (pengikut Ali) dan Khawarij
terus menjadi gerakan oposisi. Penumpasan terhadap gerakan tersebut
banyak menyedot kekuatan pemerintah.
8. Penyebab langsung tergulingnya Daulah Umayyah adalah munculnya
kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan Abbas bin Abdul Muṭalib.
Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari Bani Hasyim, golongan Syi`ah,
dan kaum Mawali yang merasa dikelasduakan oleh pemerintahan Bani
Umayyah.
Keruntuhan Dinasti Umayyah benar-benar terjadi pada tahun 748 M. Pasukan
Abbas bin Abdul Muṭalib yang didukung oleh pasukan Abu Muslim al-Khurasani
menang dalam pertempuran Zab Hulu melawan pasukan Khalifah Marwan. Kekalahan
ini menjadi akhir dari kekuasaan Dinasti Umayyah, sekaligus menjadi awal berdirinya
Dinasti Abbasiyah mulai tahun 750 M hingga 1258 M.
Latar belakang runtuhnya kekuasaan Dinasti Umayah di atas mengingatkan kita
bahwa jika manusia hidup saling berkonflik, baik konflik sosial, politik kekuasaan, harta,
serta hilangnya rasa kepercayaan rakyat kepada pempimpinnya karna krisis
multidimensional penguasa maka akan menyebabkan kehancuran, bahkan kehidupan
mereka akan sempit jauh dari rahmat Allah, sebagaimana firman Allah dalam surat
Thoha ayat 124 berikut:

)124( ‫ َونَحْ ُش ُرهُ يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة َأ ْع َمى‬ ً ‫ضنكا‬ َ ‫َو َم ْن َأ ْع َر‬


َ ً‫ض ع َْن ِذ ْك ِري فَِإ َّن لَهُ َم ِعي َشة‬
Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya
penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat
dalam keadaan buta". (Toha: 124)
B. Latar Belakang Berdirinya Dinasti Abbasiyah
Pemerintah Dinasti Abbasiyah dapat dikatakan sebagai kelanjutan dari
pemerintah Dinasti Bani Umayah yang telah digulingkannya. Dinamakan kekhalifahan
Abbasiyah karena para pendiri dan para penguasa dinasti ini adalah keturunan Abbas
bin Abdul Muthalib, paman Nabi Muhammad Saw. Sebelum penggulingan kekuasaan
Dinasti Bani Umayah terjadi, para keluarga Abbas melakukan berbagai persiapan
dengan melakukan pengaturan strategi yang kuat. Karena menurut Muhammad bin Ali,
salah seorang keluarga Abbas, bahwa perpindahan kekuasaan dari satu penguasa ke
penguasa lainya memerlukan berbagai persiapan yang matang dan dukungan kuat dari
masyarakat. Karena bila tidak, maka usaha untuk mengambil kekuasaan tidak akan
berhasil bahkan akan mengalami kegagalan total.
Perubahan sangat cepat tanpa kesiapan jiwa dan dukungan kuat dari rakyat,
hanya akan menimbulkan kuraban sia-sia dan tidak membawa hasil maksimal,
memperhitungkan keadaan untuk melakukan gerakan propaganda dengan atas nama
orang yang terpilih dari keluarga Nabi Muhammad Saw.
Oleh karena itu, Muhammad bin Ali meminta kepada masyarakat pendukungnya untuk
membantu keluarga Nabi Muhammad Saw. Propaganda ini dilakukan dengan cara yang
sangat cermat, sehingga banyak tokoh masyarakat dan tokoh agama yang tertarik
dengan propaganda tersebut.
Sebagai basis pergerakan, Muhammad bin Ali menjadikan kota Kufah sebagai
pusat kegiatan penyebaran dan propagandnya, pengambilan kota ini sebagai pusat
pergerakan didasari atas letak geografisnya yang sangat strategis yang dapat dijadikan
sebagai benteng pertahanan apabila terjadi serangan dari pasukan Bani Umayah.
Propaganda Muhammad bin Ali mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat,
terutama dari kalangan Mawali. Hal ini terjadi karena beberapa faktor:
1. Meningkatnya kekecewaan kelompok Mawali terhadap Dinasti Bani Umayah,
karena selama dinasti ini berkuasa mereka ditempatkan pada posisi kelas
dua dalam sistem pelapisan sosial, sementara orang-orang Arab menduduki
kelas bangsawan.
2. Pecahnya persatuan antar suku-suku bangsa Arab dengan lahirnya fanatisme
kesukuan antara Arab Utara, yakni Arab Mudhariyah dengan Arab Selatan,
yakni Arab Himyariyah.
3. Timulnya kekecewaan kelompok agama terhadap pemerintah Dinasti Bani
Umayah yang dianggap sekuler. Mereka menginginkan pemimpin Negara
yang memiliki pengetahuan, wawasan dan integritas kegamaan yang
mempuni.
4. Perlawanan dari kelompok Syi’ah yang menuntut hak mereka atas kekuasaan
yang pernah dirampas oleh Dinasti Bani Umayah. Mereka tidak mudah
melupakan peristiwa Karbala yang menewaskan keturunan Ali bin Abi Thalib
Atas dasar itulah kemudian propaganda Muhammad bin Ali berhasil menggalang
kekuatan guna melengserkan kekuasaan Dinasti Bani Umayah. Semula propaganda yang
dilakuakan Muhammad Bin Ali tidak menggunakan atau tidak menonjolkan nama Bani
Abbas, tetapi menggunakan nama Bani Hasyim. Penggunaan nama Bani Hasyim
bertujuan untuk menghindari terjadinya perpecahan antara mereka dengan kelompok
Syi’ah. Strateginya ini ternyata berhasil memadukan dua kekuatan besar bahkan lebih,
yakni antara para pendukung yang fanatik dengan Ali bin Abi Thalib dengan para
pendukung dari kelompok lain.
Untuk melaksanakan kegiatan propaganda tersebut, mereka mengangkat 12
(dua belas) orang propagandis terkenal yang tersebar di berbagai daerah, seperti di
Khurasan, Kufah, Irak, Mekah, dan beberapa tempat strategis lainnya. Di antara isu
yang dikembangkan dalam propaganda tersebut adalah masalah keadilan yang selama
itu diterapkan oleh pemerintah pusat Dinasti Bani Umayah yang bermarkas di
Damaskus.
Dari sekian banyak propagandis yang tersebar di tengah-tengah masyarakat,
terdapat salah seorang propagandis terkenal dan berhasil menarik banyak pengikut
adalah Abu Muslim al-Khurasani. Dia adalah salah seorang tokoh masyarakat Khurasan
yang merasa dirugikan selama masa pemerintah Dinasti Bani Umayyah. Dengan gaya
kepemimpinanya yang matang ditambah dengan pengembangan isu yang menjadi
bahan pembicaraan banyak masyarakat, ia berhasil menarik simpati masyarakat,
khususnya masyarakat Khurasan, Persia. Masyarakat Marwa menyampaikan sumpah
setia kepada Abu Muslim dan bersedia membantunya untuk menuntut keadilan dari
pemerintah Dinasti Bani Umayyah. Untuk kelancaran kegiatanya, ia membentuk cabang
dan perwakilan di setiap daerah, sehingga banyak simpatisan yang datang dan
menyatakan setia kepada Abu Muslim al-Khurasani untuk membela Bani Abbas dan
Bani Hasyim. Dengan dukungan ini, posisi Abu Muslim al-Khurasani semakin kuat,
sehingga gerakanya menjadi kekuatan yang tidak tertandingi bahkan merupakan salah
satu gerakan yang ditakuti para penguasa Bani Umayyah.
Akhirnya, Dinasti Umayyah mengalami kekalahan total dalam pertempuran.
Khalifah Marwan II bersama 120.000 tentaranya, yang berusaha bertahan dengan
menyebrangi sungai Tigris menuju Zab Hulu (Zab Besar), berhasil dikalahkan oleh
gerakan kelompok Bani Hasyim. Khalifah Marwan II tewas dalam di Busir (wilayah al-
Fayyum) tahun 132 H/750 M. kematian khalifah Marwan II menjadi akhir dari
runtuhnya Dinasti Umayyah, sekaligus menjadi awal berdirinya Dinasti Abbasiyah. Abul
Abbas as-Saffah merupakan khalifah pertamanya, sedangkan pusat kekuasaan awalnya
ditempatkan di Kufah.
Selama masa pergerakan, terdapat 5 (lima) orang tokoh yang sangat berjasa di
dalam penggulingan kekuasaan Dinasti Umayyah, mereka adalah;
1. Muhammad bin Ali
2. Ibrahim bin Muhammad bin Ali
3. Abu Abbas al-Saffah
4. Abu Ja’far al-Mansur
5. Abu Muslim al-Khurasani
Pergantian Dinasti adalah keniscayaan, karena kekuasaan dan jabatan hanyalah
semantara dan hanya Allah saja yang Maha Kuasa mengatur ketetapan-ketetapan
terhadap makhluk-Nya. Allah SWT berfirman:

‫اء َو تُ ِع ُّز‬ َ ‫ع ْال ُم ْل‬


ُ ‫ك ِم َّم ْن تَ َش‬ ُ ‫اء َو تَ ْن ِز‬
ُ ‫ك َم ْن تَ َش‬ َ ‫ك تُْؤ تِ ي ْال ُم ْل‬
ِ ‫ك ْال ُم ْل‬
َ ِ‫قُ ِل اللَّ ه َُّم َم ال‬
ٌ ‫ك َع لَ ٰى ُك ِّل َش ْي ٍء قَ ِد‬
‫ير‬ َ َّ‫ك ْال َخ ْي ُر ۖ ِإ ن‬ ُ ‫اء َو تُ ِذ لُّ َم ْن تَ َش‬
َ ‫اء ۖ بِ يَ ِد‬ ُ ‫َم ْن تَ َش‬
Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan
kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang
Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau
hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan.
Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Ali Imran: 26)

C. SILSILAH KHALIFAH DINASTI ABBASIYAH


Selama lebih kurang dari lima setengah abad (132-656 H/750-1258 M), masa
kekuasaan Dinasti Abbasiyah, dinasti ini mempunyai 37 orang khalifah berkuasa, yaitu
sebagai berikut:
Dari Bani Abbas
1. Abul 'Abbas al-Safaah (tahun 133-137 H/750-754 M)
2. Abu Ja'far al-Mansyur (tahun 137-159 H/754-775 M)
3. Al-Mahdi (tahun 159-169 H/775-785 M)
4. Al-Hadi (tahun 169-170 H/785-786 M)
5. Harun al-Rasyid (tahun 170-194 H/786-809 M)
6. Al-Amiin (tahun 194-198 H/809-813 M)
7. Al-Ma'mun (tahun 198-217 H/813-833 M)
8. Al-Mu'tashim Billah (tahun 218-228 H/833-842 M)
9. Al-Watsiq Billah (tahun 228-232 H/842-847 M)
10. Al-Mutawakil 'Ala al-Allah (tahun 232-247 H/847-861 M)
11. Al-Muntashir Billah (tahun 247-248 H/861-862 M)
12. Al-Musta'in Billah (tahun 248-252 H/862-866 M)
13. Al-Mu'taz Billah (tahun 252-256 H/866-869 M)
14. Al-Muhtadi Billah (tahun 256-257 H/869-870 M)
15. Al-Mu'tamid 'Ala al-Allah (tahun 257-279 H/870-892 M)
16. Al-Mu'tadlid Billah (tahun 279-290 H/892-902 M)
17. Al-Muktafi Billah (tahun 290-296 H/902-908 M)
18. Al-Muqtadir Billah (tahun 296-320 H/908-932 M)
19. Al-Qahir Billah (tahun 320-323 H/932-934 M)
Dari Bani Buwaih
1. Al-Radli Billah (tahun 323-329 H/934-940 M)
2. Al-Muttaqi Lillah (tahun 329-333 H/940-944 M)
3. Al-Musaktafi al-Allah (tahun 333-335 H/944-946 M)
4. Al-Muthi' Lillah (tahun 335-364 H/946-974 M)
5. Al-Thai'i Lillah (tahun 364-381 H/974-991 M)
6. Al-Qadir Billah (tahun 381-423 H/991-1031 M)
7. Al-Qa'im Bi Amrillah (tahun 423-468 H/1031-1075 M) 
Dari Bani Saljuk 
1. Al Mu'tadi Biamrillah (tahun 468-487 H/1075-1094 M)
2. Al Mustadhhir Billah (tahun 487-512 H/1094-1118 M)
3. Al Mustarsyid Billah (tahun 512-530 H/1118-1135 M)
4. Al-Rasyid Billah (tahun 530-531 H/1135-1136 M)
5. Al Muqtafi Liamrillah (tahun 531-555 H/1136-1160)
6. Al Mustanjid Billah (tahun 555-566 H/1160-1170 M)
7. Al Mustadhi'u Biamrillah (tahun 566-576 H/1170-1180 M)
8. An Naashir Liddiinillah (tahun 576-622 H/1180-1225 M)
9. Adh Dhahir Biamrillah (tahun 622-623 H/1225-1226 M)
10. Al Mustanshir Billah (tahun 623-640 H/1226-1242 M)
11. Al Mu'tashim Billah ( tahun 640-656 H/1242-1258 M)
D. PERPINDAHAN PUSAT KEKUASAAN KE BAGHDAD
Ketika pasukan di bawah pimpinan Abul Abbas al-Saffah yang berkoalisi dengan
pasukan Abu Muslim al-Khurasani berhasil menggulingkan kekuatan Dinasti Umayyah
pada tahun 132 H/750 M dan menguasai kota Damaskus, maka untuk memantapkan
kekuatan dan kekuasaanya ia tidak mengambil istana peninggalan Dinasti Umayyah
sebagai basis pemerintah baru Bani Abbas. Abul Abbas al-Saffah malah mendirikan
tempat tinggal di Anbar, sebuah kota kuno di Persia sebelah Timur Sungai Eufrat.
Istananya ini diberi nama Hasyimiyah, yang dinisbatkan kepada nama kakeknya, yaitu
Hasyim bin Abdi Manaf.
Namun setelah Abul Abbas al-Saffah meninggal dan kedudukanya digantikan
oleh saudaranya yang bernama Abu Ja’far al-Mansur, pusat pemerintahan dipindahkan
oleh Abu Ja’far ke Kufah dengan mendirikan istana baru
kemajuan yang juga diberi nama istana
Adminisrasi,
Pemerintah, Militer dan
Hasyimiyah II. Tujuanya adalah untuk membedakan dengan bangunan istana
kebijakan publik

sebelumnya. Selain itu, juga dimaksudkan sebagai tanda kebesaran Abu Ja’far sendiri.
Kemajuan ekonomi,
sosial dan budaya
Dipilihnya Kufah sebagai basis pemerintahan dan tempat tinggalnya, karena di daerah
tersebut banyak terdapat para pengikut setianya, selain dekat dengan pusat
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
pemberontakan yang menentang kebijkan Khalifah Abu Ja’far. Para bemberontak ini
PERADABAN EMAS
DINASTI ABBASIYAH
kebanyakan berasal dari golongan pengikut Ali yang sering juga disebut kelompok
kemajuan ilmu-ilmu
agama
Syi’ah. Kelompok ini mendukung Muhammad dan Ibrahim untuk menjadi khalifah dari
keluarga keturunan Ali bin Abi Thalib. Akan tetapi semua pemberontakan tersebut
kemajuan seni dan
dapat dipadamkan oleh khalifah Abu Ja’far al-Mansur. arsitektur
Keberhasilan Khalifah Abu Ja’far al-Mansur dalam mengatasi para pemberontak
kemajuan pendidikan
membuatnya berpikir untuk menghindari konflikdan
lebih jauh dengan kelompok Syi’ah.
perpustakaan

Karenanya kemudian ia memilih suatu tempat yang kelak dijadikan basis pertahanan
dan pusat pemerintah kekhalifahan Dinasti Abbasiyah, yaitu Baghdad.
Kota Baghdad merupakan sebuah kota kuno yang didirikan oleh orang-orang
Persia yang berada di tepian sungai Eufrat dan Tigris. Kota ini dulunya dikenal sebagai
kota pusat perdagangan yang sering dikunjungi oleh para pedagang dari berbagai
penjuru dunia, termasuk para pedagang yang berasal dari India dan Cina. Untuk
membangun kota Baghdad, Abu Ja’far mendatangkan para insinyur, tukang batu dan
para pekerja dari Syiria, Mosul, Basrah, Kufah dan Wasit. Kota ini dibangun selama 4
(empat) tahun yaitu mulai dari tahun 145-149 H/762-768 M. Kemudian Baghdad
menjadi pusat pemerintah Dinasti Abbasiyah dan merupakan kota yang paling megah di
abad pertengahan. Di wilayah timut kota ini didirikan kamp militer. Di tengah kota
dibangun istana dan masjid agung yang megah. Kota ini berbentuk bundar dan
dikelilingi oleh dinding berlapis. Selain itu, terdapat beberapa gerbang menuju kota ini
yang masing-masing gerbang dilengkapi dengan menara pengawas.
Dalam perkembangannya, kota Bagdad menjadi kota yang sangat ramai, tidak
hanya karena terdapat pusat pemerintahan, juga karena jumlah penduduknya kian
bertambah. Pertambahan jumlah penduduk disebabkan karena banyaknya para
pendatang dari luar kota bahkan luar negeri yang bertujuan untuk berdagang dan
mencari ilmu pengetahuan. Hal ini karena kota Bagdad tidak hanya terkenal sebagai
pusat pemerintahan, juga sebagai kota peradaban. Para penduduk asli dan pendatang
melakukan kerja keras untuk mengembangkan Bagdad sebagai pusat kota. Pada masa
itu, Bagdad merupakan kota termegah, bahkan tercatat di dalam cerita seribu satu
malam sebagai sebuah kota impian.
RINGKASAN
Dinasti Abbasiyah yang berkuasa selama lebih kurang enam abad (132-656 H/750-
1258 M), didirikan oleh Abul Abbas al-Saffah dibantu oleh Abu Muslim al-Khurasani,
seorang jendral muslim yang berasal dari Khurasan, Persia. Gerakan-gerakan
perlawanan untuk melawan kekuasaan Dinasti Umayyah sebenarnya sudah dilakukan
sejak masa-masa awal pemerintahan Dinasti Umayyah, hanya saja gerakan tersebut
selalu digagalkan oleh kekuatan militer Dinasti Umayyah, sehingga gerakan-gerakan
kelompok penentang tidak dapat melancarkan serangannya secara kuat. Tetapi di
masa-masa akhir pemerintahan Dinasti Umayyah gerakan tersebut semakin menguat
seiring banyaknya protes dari masyarakat yang merasa tidak puas atas kinerja dan
berbagai kebijakan pemerintah Dinasti Umayyah. Gerakan ini ini menemukan
momentumnya ketika para tokoh dari Bani Hasyim melancarkan seranganya.
Para tokoh tersebut antara lain Muhammad bin Ali salah seorang keluarga Abbas yang
menjadikan kota Kufah sebagai pusat kegiatan perlawanan. Gerakan Muhammad bin Ali
ini mendapat dukungan dari kelompok Mawali yang selalu ditempatkan sebagai
masyarakat kelas dua. Selain itu, juga dukungan kuat dari kelompok Syi’ah yang
menuntut hak mereka atas kekuasaan yang pernah dirampas oleh Dinasti Umayyah.
Akhirnya, pada tahun 132 H/750 M, Marwan bin Muhammad, dapat dikalhkan dan
akhirnya tewas mengenaskan di Fustat, Mesir pada 132 H/705 M. Sejak itu, secara
resmi Dinasti Abbasiyah mulai berdiri.
GLOSSARY
Muhammad bin Ali : tokoh awal gerkan perlawanan terhadap pemerintah
danisati Ummayah
Abul Abbas al-Saffah : penerus gerakan Muhammad bin Ali dan dikenal sebagai
pendiri Dinasti Abbasiyah
Abu Muslim al-Khurasani : seorang jendral asal Khurasan, Persia yang membantu
Abul Abbas al-saffah dalam melawan pemerintahan Dinasti Umayyah
Marwan bin Muhammad : khalifah terakhir dari Dinasti Umayyah yang tewas di
Fustat
Fustat : salah satu kota yang berada di Mesir tempat pelarian
terakhir Marwan bin Muhammad , khalifah terakhir Dinasti Umayyah
Anbar : kota kuno di Persia, tempat berdirinya istana Hasyimiyah
Eufrat (furat) dan Tigris (Dajlah) : dua sungai yang mengapit istana bagdad
LATIHAN
BAB 2
PARA KHALIFAH DINASTI ABBASIYAH YANG TRKENAL

Dari 37 khalifah Dinasti Abbasiyah, terdapat beberapa orang khalifah yang


terkenal, diantaranya Abu Ja’far al-Mansur, Harun ar-Rasyid, dan Al-Makmun. Masa
pemerintahan ketiganya merupakan periode keemasan peradaban Islam. Para khalifah
agung tersebut dikenal sebagai penguasa yang adil dan bijaksana, juga memiliki
perhatian dan kecintaan yang kuat terhadap ilmu pengetahuan. Dukungan dan
kegigihan mereka dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan perdaban Islam
tercermin dalam berbagai kebijakan pemerintahannya. Cinta ilmu dan pengetahuan
merupakan spirit Islam, bagi mereka yang memiliki iman dan kecintaan terhadap ilmu
Allah janjikan hal berikut sebagaimana firman-Nya:

ٍ ‫ين ُأوتُوا ْال ِع ْل َم َد َر َج‬


 ۚ ‫ات‬ َ ‫آم نُوا ِم ْن ُك ْم َو الَّ ِذ‬ َ ‫يَ ْر فَ ِع هَّللا ُ الَّ ِذ‬ 
َ ‫ين‬
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. (Al-Mujadilah; 11)
Maka tak heran pada masa ketiga Khalifah tersbut Islam jaya, peradaban maju
pesat, hingga karya-karya Ulama di zaman tersebut bermanfaat hingga kini.
Untuk mengetahui lebih jelas, bacalah uraian berikut.
PETA KONSEP

MENJELASKAN BIOGRAFI
KEBIJAKAN DAN USAHA
ABU JA'FAR AL-MANSUR
PENGEMBANGAN
PERADABAN ISLAM

MENJELASKAN BIOGRAFI
PARA KHALIFAH DINASTI
KEBIJAKAN DAN USAHA
ABBASIYAH YANG HARUN AL-RASYID
PENGEMBANGAN
TERKENAL
PERADAB AN ISLAM

MENJELASKAN BIOGRAFI
KEBIJAKAN DAN USAHA
AL-MAKMUN
PENGEMBANGAN
PERADABAN ISLAM
A. KHALIFAH ABU JA’FAR AL-MANSUR (136-158 H/754-775M)
Dalam catatan sejarah perkembangan pemerintah Dinasti Abbasiyah, Abu Ja’far
al-Mansur adalah salah seorang penerus kekhalifahan Dinasti Abbasiyah setelah Abul
Abbas al-Saffah. Dia dikenal sebagai salah seorang khalifah yang cerdas dan memiliki
kecintaan terhadap ilmu pengetahuan. Kecintaanya ini merupakan awal dari upaya
pengembangan peradaban Islam pada masanya. Hampir dalam setiap kebijakan yang
dikeluarkannya selalu berusaha mendukung pengembangan ilmu pengetahuan dan
peradaban Islam.
Untuk mengetahui siapa Abu Ja’far al-Mansur dan apa saja upaya-upaya yang
dilakukanya dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban islam serta jasa-
jasanya yang dia tinggalkan, berikut uraiannya.
1. Biografi Singkat Khalifah Abu Ja’far Al-Mansur (136-158 H/754-775M)
Selama masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah terdapat 37 orang penguasa atau
khalifah. Dari sejumlah khalifah yang ada terdapat beberapa orang khalifah yang
terkenal, diantaranya adalah Abu Ja’far al-Mansur, Harun ar-Rasyid, dan Al-Makmun.
Pada saat mereka berkuasa, banyak kebijakan yang dikeluarkan. Kebijakan-kebijakan
tersebut sesungguhnya berdampak positif bagi pertumbuhan, perkembangan dan
kemajuan perdaban Islam, yang sekaligus membawa nama harum umat Islam itu
sendiri.
Abu Ja’far al-Mansur adalah putra Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin
Abdul Muthalib dilahirkan di Hamimah pada tahun 101 H. Ibunya bernama Salamah,
bekas seorang hamba. Al-Mansur adalah sudara Ibrahim al-Imam dan Abul Abbas al-
Saffah. Ketiganya dikenal sebagai tokoh pendiri Dinasti Abbasiyah. Bahkan Abu Ja’far al-
Mansur dikenal sebagai pendiri Dinasti Abbasiyah yang sebenarnya, karena dialah
peletak dasar-dasar dan sistem pemerintah Dinasti Abbasiyah. Ia pula yang mengatur
politik pemerintahan Dinasti Abbasiyah.
Al Mansur memiliki kepribadian kuat, tegas, berani, cerdas dan memiliki
pemikiran cemerlang. Dalam usia 36 tahun, ia telah menjadi khalifah menggantikan
kedudukan Abu Abbas al-Saffah yang telah wafat. Di usia yang begitu muda, ia tampil ke
depan menyelesikan berbagai persoalan yang tengah melanda pemerintah Dinasti
Abbasiyah.
Setelah menjalankan pemerintah selama lebih dari 22 tahun, pada tanggal 7
Zulhijjah tahun 158 H/775 M, al-Mansur wafat ketika perjalanan ke Makkah untuk
menunaikan ibadah haji dalam usia 57 tahun, di suatu tempat bernama “Bikru
Ma’unah”. Jenazahnya dimakamkan di Makkah.
2. Kebijakan Khalifah Abu Ja’Far al-Mansur
a. Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Dalam sejarah Islam, Abu Ja’far al-Mansur dikenal sebagai seorang khalifah yang
memiliki jasa sangat besar dalam pengembangan peradaban Islam. Selain itu, ia juga
dikenal sebagai seorang khalifah yang cinta ilmu pengetahuan, sehingga ia
memanfaatkan kekuasaan dan harta kekayaanya untuk pengembangan dan kemajuan
ilmu pengetahuan dan perdaban Islam. Untuk kepentingan itu, ia meminta kepada para
ilmuwan guna mengembangkan ilmu yang dimilikinya demi kepentingan umat manusia.
Bahkan ia memberi dorongan kepada ilmuwan untuk melakukan kajian atau riset
mengenai berbagai cabang ilmu. Kebijakan ini membawa dampak positif bagi
pertumbuhan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam pada masa-masa sesudahnya, di
antara ilmu yang dikaji adalah ilmu astronomi dan filsafat.
Hal ini tidak lepas dari kebijakan dan kecintaanya terhadap ilmu pengetahuan,
sehingga semua orang berlomba untuk melakukan kajian atau riset ilmu pengetahuan
sesuai dengan disiplin dan kemampuan yang mereka miliki.
b. Penertiban Administrasi Pemerintah
Selain hal tersebut di atas, terdapat kebijakan lain yang dilakukan untuk
memajukan Dinasti Abbasiyah. Langkah-langkah tersebut antara lain adalah penertiban
pemerintahan. Dalam upaya memprkokoh kedudukan dan kekuasaan Dinasti
Abbasiyah, Abu Ja’far al-Mansur mulai mengadakan penertiban dalam bidang
administrasi dan mengadakan kerjasama di antara para pejabat pemerintah dengan
sistem kordinasi dan kerjasama lintas sektoral, seperti kerjasama antara Qadhi dengan
Polisi Rahasia, dengan Kepala Pajak dan dengan Kepala Jawatan Pos.
Tujuan penertiban ini, selain yang telah disebutkan di atas adalah untuk mempermudah
pelayanan masyarakat yang membutuhkan jasa dan bantuan dari dinas tersebut, guna
menyelesaikan berbagai permasalahan yang mereka hadapi.
c. Hubungan Politik Luar Negeri
Untuk memperluas pengaruh politiknya, Abu Ja’far al-Mansur banyak melakukan
hubungan diplomatik dengan Negara-negara lain di luar jazirah Arabia. Hubungan ini
diperlukan untuk memperkuat posisi dan kedudukan khalifah Abbasiyah di mata dunia
luar saat itu. Hal ini dilakukan karena banyak pihak yang tidak suka atas keberhasilan
dinasti ini dalam membangun kekuasaanya, sehingga banyak pula yang melakukan
gerakan perlawanan dan pemberontakan. Di antara pihak-pihak yang tidak suka itu
adalah para penguasa Byzantium.
Untuk mengatasi semua itu, Khalifah Abu Ja’far al-Mansur selalu mengirim
pasukannya guna menghancurkan kekuatan lawan. Misalnya mengirim pasukan untuk
menyerang pasukan Byzantium, bahka tak jarang ia mengadakan perjanjian dengan
lawan musuhnya, seperti perjanjian dengan Raja Peppin dari bangsa Frank. Kerjasama
ini dilakukan untuk menghalangi melebarnya pengaruh dan kekuasaan Dinasti
Umayyah di Andalusia yang sedang giat-giatnya memperluas kekuasaan di bawah
penguasa Abdurrahman al-Dakhil.
B. Khalifah Harun Al-Rasyid (170-193 H/786-809 M)
Masa kepemimpinan khalifah Harun al-Rasyid merupakan puncak kegemilangan
pemerintah Dinasti Abbasiyah. Pemerintah ketika itu menikmati segala bentuk
kejayaan, kebesaran dan keagungan ilmu pengetahuan. Pada masa inilah peradaban
Islam menemukan momentumnya, sehingga pemerintah Dinasti Abbasiyah di bawah
Khalifah Harun al-Rasyid merupakan Negara super power dalam berbagai bidang
kehidupan, baik politik, ekonomi, sosial, budaya, agama, ilmu pengetahuan, dan
sebagainya. Khalifah Harun al-Rasyid amat disegani dan dihormati oleh Negara-negara
tetangga, dan ditakuti oleh lawan politiknya. Kebijakan-kebijkan yang dikeluarkanya
selalu berorientasi pada pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam.
Harun al-Rasyid dilahirkan di Ray pada bulan Februari 763 M/145 H. Ayahnya
bernama al-Mahdi dan ibunya bernama Khaizuran. Waktu kecil ia didik oleh Yahya Ibn
Khalid al-Barmaki. Ia dibesarkan dengan baik di lingkungan istana dan diasuh agar
memiliki pribadi yang kuat dan berjiwa toleransi. Ayahnya telah memberikan beban
dan tanggung jawab yang berat di pundaknya dengan melantiknya sebagai gubernur di
Saifah pada tahun 163 H.
Untuk membantu jalanya pemerintah di wilyah-wilayah tersebut, Harun al-
Rasyid telah mengangkat wakil-wakilnya di daerah tersebut, sehingga pemerintahan
berjalan dengan baik. Karena keberhasilanya, pada tahun 165 H al Mahdi melantiknya
kembali menjadi gubernur untuk kedua kalinya di Sifah. Kecermelangan dan
keberhasilan yang dicapainya membawa Harun al-Rasyid menduduki jabatan sebagai
putra mahkota yang akan menggantikan kedudukanya ayahnya kelak.
Pribadi dan akhlak Harun al-Rasyid yang baik dan mulia, begitu dihormati dan disegani.
Dia adalah salah seorang khalifah yang suka bercengkrama, alim dan dimuliakan. Selain
itu, ia juga terkenal sebagai seorang pemimpin yang pemurah. Suka musik, mencintai
ilmu pengetahuan, dekat dengan para ulama dan penyair.
Sifat-sifatnya tersebut tetap diperlihatkan hingga ia menjadi khalifah. Harun al-
Rasyid menjadi khalifah pada bulan September 786 M dalam usia 23 tahun. Ia
menggantikan kedudukan saudaranya Musa al-Hadi. Sewaktu menjadi khalifah ia
banyak memperoleh bantuan dari Yahya Ibn Khalid dan keempat putranya.
Khalifah Harun al-Rasyid meninggal dunia di Khurasan pada tanggal 3 atau 4
Jumadissani 193 H/809 M, saat meninggal dunia usianya 45 tahun. Shalat jenazah
Khalifah Harun al-Rasyid dipimpin oleh anaknya sendiri bernama Salih.
Dinasti Abbasiyah dan dunia Islam saat itu benar-benar kehilangan sosok pemimpin
yang saleh, adil, dan bijaksana. Dimasa itu, tidak seorang pun yang teraniaya tanpa
diketahui oleh Haun al-Rasyid untuk mendapatkan perlindungan hokum yang adil.
C. Khalifah Abdullah al-Makmun 786-833M)
Abdullah bin Harun ar-Rasyid lebih dikenal dengan panggilan Al-Makmun. Ia
dilahirkan pada tanggal 15 Rabi’ul Awal 170 H/786 M, bertepatan dengan hari wafat
kakeknya (Musa al-Hadi) dan pengangkatan ayahnya, Harun ar-Rasyid. Ibunya bernama
Murajil, bekasseorang budak yang dinikahi ayahnya, namun meninggal setelah
melahirkannya. Al-Makmun termasuk anak yang jenius. Sebelum usia 5 tahun, ia
mendapat pendidikan agamadan baca Al-Quran dari dua orang ahli terkenal bernama
Kasai Nahvi dan Yazidi.
Untuk mendalami Hadiṡ, Al-Makmun dan Al- Amin dikirim ayahnya, Harun ar-
Rasyid berguru kepada Imam Malik di Madinah, khususnya untuk belajar kitab Al-
Muwaṭṭa karangan Imam Malik. Dalam waktu yang sangat singkat, Al- Makmun telah
menguasai berbagai ilmu seperti kesusastraan, tata negara, hukum, hadiṡ, fi lsafat,
astronomi, dan berbagai ilmu pengetahuan lainnya. Ia juga hafal Al-Quran dan ahli juga
menafsirkannya.
Setelah khalifah Harun Ar-Rasyid meninggal, sebagaimana wasiatnya jabatan
kekhalifahan diserahkan kepada Al-Amin, sementara Al-Makmun mendapatkan jabatan
sebagai gubernur di daerah Khurasan. Baru setelah Al-Amin meninggal, Al-Makmun
menggantikannya menjadi khalifah.
Sebagaimana ayahnya, Al-Makmun adalah khalifah Dinasti Abbasiyah yang besar
dan menonjol. Ia memiliki sifat-sifat yang agung, diantaranya memiliki tekad yang kuat,
penuh kesabaran, menguasai berbagai ilmu, penuh ide, cerdik, berwibawa, berani, dan
toleran. Pada masa kekhalifahannya, Dinasti Abbasiyah mengalami masa kegemilangan.
Berikut beberapa pencapaian kejayaan dan kegemilangan peradaban Islam.
a. Bidang Pertanian dan Perdagangan
Dengan keamanan terjamin, kegiatan pertanian berkembang secara luas dan
pesat. Produksi buah-buahan dan bunga-bungaan dari Parsi makin meningkat dan
terjamin mutunya. Anggur dari wilayah Shiraz, Yed, dan Isfahan telah menjadi komoditi
penting dalam perdagangan di seluruh Asia. Tempat-tempat pemberhentian kafi lah
dagang menjadi ramai dan meluas ke berbagai penjuru dunia. Sebagai contoh, lalu lintas
dagang dari teluk Parsi menuju Tiongkok berkembang melalui dataran tinggi Pamir,
yang dikenal dengan “Jalan Sutera” (Silk Road) dan “Jalur Laut” (Sea Routes).
b. Bidang Pendidikan
Perhatian besar terhadap pengembangan ilmu pengetahuan sebagaimana yang
dimulai oleh Khalifah Harun ar-Rasyid, dilanjutkan dan semakin mencapai puncaknya
masa Al-Makmun. Ia mendorong dan menyediakan dana yang besar untuk melakukan
gerakan penerjemahan karya-karya kuno, terutama karya Yunani dan Syria ke dalam
bahasa Arab, seperti ilmu kedokteran, astronomi, matematika, fi lsafat, dan lain-lain.
Para penerjemah yang termasyhur antara lain: Yahya bin Abi Manṣur, Qusta bin Luqa,
Sabian bin Ṡabit bin Qura, dan Hunain bin Ishaq yang digelari Abu Zaid al-Ibadi. Hunain
bin Ishak adalah ilmuwan Nasrani yang menerjemahkan buku-buku Plato dan
Aristoteles atas permintaan Al-Makmun. Selain itu, Al-Makmun juga mengirim utusan
kepada Raja Roma, Leo Armenia, untuk mendapatkan karya-karya ilmiah Yunani Kuno
untuk diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.
Al-Makmun mengembangkan perpustakaan Bait al-Hikmah yang didirikan
ayahnya menjadi pusat ilmu pengetahuan. Lembaga ini kemudian berhasil melahirkan
sederet ilmuwan Muslim yang melegenda. Selanjutnya dibangun Majelis Munaẓarah,
sebagai pusat kajian keagamaan. Pada masanya muncul ahli Hadis termasyhur seperti
Imam Bukhori, juga sejarawan terkenal seperti Al-Waqidi.
c. Perluasan Daerah Islam dan Penertiban Administrasi Negara
Di era kekhalifahan Al-Makmun, Dinasti Abbasiyah menjelma menjadi negara
adikusa yang sangat disegani. Wilayah kekuasaan dunia Islam begitu luas, mulai dari
Pantai Atlantik di Barat hingga Tembok Besar Cina di Timur. Dalam perluasan wilayah
kekuasaannya, ada beberapa peristiwa besar yang dicapai, diantaranya penaklukan
Pulau Kreta (di Laut Tengah) tahun 208 H/823 M, dan juga penaklukan Pulau Sicily (di
Laut Mediterranean) tahun 212 H/827 M.
Kemudian pada tahun 829 M, wilayah Islam mendapat serangan dari imperium
Byzantium (Romawi). Di penghujung tahun 214 H/ 829 M, Al-Makmun bersama
pasukan yang besar menyerang imperium Byzantium. Ketika itu, ia berhasil menduduki
wilayah Kilikia dan Lidia pada tahun 832 M. Hanya saja, belum seluruh wilayah
Byzantium ditaklukkan, Al-Makmun meninggal dunia tahun 218 H/833 M. Perjuangan
selanjutnya diteruskan oleh saudaranya, Al-Mu’taṣim.
Khalifah dan para pemimpin harus punya target dan cita-cita besar, mau dibawa
ke mana rakyat dan negaranya:

َ ُ‫فََأ ْي َن ت َْذ َه ب‬
‫ون‬
maka ke manakah kamu akan pergi? (At-Takwir: 26)
BAB 3
CEMERLANGNYA ILMUWAN MUSLIM DINASTI ABBASIYA
Pada masa dinasti Abbasiyah kehidupan peradaban Islam sangat maju, sehingga
pada masa itu dikatakan sebagai jaman keemasan Islam. Kaum muslimin sudah sampai
puncak kemuliaan, baik kekayaan, bidang kekuasaan, politik, ekonomi, dan keuangan,
lebih lagi dalam bidang kebudayaan dan ilmu pengetahuan, baik pengetahuan agama
dan pengetahuan umum mengalami kemajuan yang sangat pesat. Berbagai ilmu telah
lahir, ilmu pengetahuan dipandang sebagai sesuatu yang sangat penting dan mulia. Para
khalifah dan pembesar lainnya membuka peluang seluas-luasnya untuk kemajuan dan
perkembangan ilmu pengetahuan.
Para Khalifah dan Ulama-ulama Dinasti Abbasiyyah yang mencintai ilmu, maka ia
akan mendapat anugerah hikmah dari Allah SWT, sehingga mereka akan mendapatkan
keberlimpahan anugerah Allah, maju peradabannya. Allah SWT berfirman:

ۗ ‫يُْؤ تِي ا ْل ِح ْك َمةَ َمنْ يَشَا ُء ۚ َو َمنْ يُْؤ تَ ا ْل ِح ْك َمةَ فَقَ ْد ُأوتِ َي َخ ْي ًرا َكثِي ًرا‬
ِ ‫َو َما يَ َّذ َّك ُر ِإاَّل ُأولُو اَأْل ْلبَا‬
‫ب‬
Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah)
kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar
telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat
mengambil pelajaran (dari firman Allah). (Al-Baqarah: 269)
Para khalifah sendiri pada umumnya adalah ulama-ulama yang mencintai ilmu,
cemerlangnya perkembangan ilmu pengetahuan masa Dinasti Abbasiyah akan diulas
lebih mendalam pada bab ini
PETA KONSEP

Tokoh-tokoh Ilmuwan Dinasti


Abbasiyah

Ilmuan Dinasti Abbasiyah

Lebih Dekat Dengan Ulama Masa


Abbasiyah
A. TOKOH TOKOH ILMUAN DINASTI ABBASIYAH
Dinasti Abbasiyah, yang berkuasa lebih dari lima abad, sejak 132-656 H/750-
1258 M, merupakan dinasti Islam yang memberikan sumbangan besar bagi
kegemilangan peradaban Islam. Dengan dukungan para khalifah yang memiliki
perhatian besar bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban, melahirkan
banyak ilmuan dan para ulama cemerlang yang karya-karyanya abadi sepanjang sejarah
sekaligus membuktikan bahwa perdaban dan kebudayaan islam member sumbangan
besar bagi peradaban dunia.
Predikat ulama inilah yang disinggung di dalam al-Qur’an:

ٌ ُ‫يز َغ ف‬
‫ور‬ ُ ‫اد ِه ْال ُع لَ َم‬
ٌ ‫اء ۗ ِإنَّ هَّللا َ َع ِز‬ ِ َ‫ِإنَّ َم ا يَ ْخ شَى هَّللا َ ِم نْ ِع ب‬
Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang
ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut
kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Pengampun. (Fathir: 28)
Tak heran, dinasti ini dijuluki masa kejayaan Islam, karena saking massifnya
lahir para ulama yang kompeten di berbagai bidang ilmu. Untuk mengenal lebih dekat,
ilmuwan dan ulama-ulama besar tersebut, berikut uraianya.
1. Ali Ibnu Rabbani At-Tabari (838-870M)
Abu Al-hasan Ali bin sahl Rabban at Tabari berasal dari keluarga Yahudi Syiria
terkenal di Merv. Ia pindah ke Tabaristan sehingga dikenal dengan nama At-Tabari.
Ayahnya Sahl bin Bisyr adalah seorang pejabat negara, berpendidikan tinggi, dan
dihormati masyarakat. Ali bin Sahl aṭ-Ṭ abari masuk Islam pada masa kekhalifahan Al-
Mu'tasim. At-tabari dikenal sebagai seorang dokter. Dia juga menjadi ilmuwan yang
menulis ensiklopedia kedokteran.
Ali Rabbani at-Tabari bukan hanya seorang dokter, tetapi juga ilmuwan yang
menguasai berbagai ilmu,diantaranya ahli dalam ilmu astronomi, filsafat, matematika,
dan sastra. Ia merupakan guru Zakaria Abu Bakar ar-Razi,seorang ahli pengobatan
Muslim terkenal lainnya. Karya-karya Ali At-Thabari di antaranya :
 Firdaus Al-Hikmah : merupakan ensiklopedia kesehatan yang memuat di
dalamnya tentang obat-obatan dan cabang ilmu kesehatan. Buku ini ditulis pada
tahun 850 M dan terdiri dari tujuh jilid.
 Din Ad-Daulah : sebuah kitab membahas tentang agama dan negara.
 Hifzussihhah : sebuah buku yang menjelaskan cara menjaga kesehatan, dan
masih banyak yang lainnya.
2. Abu Ali al-Husein bin Abdullah bin sina/Ibnu (370 H - 428 H/ 980 M - 1037
M)
Di dunia barat,Ibnu Sina dikenal dengan nama Avvicenna. Ia lahir bulan Safar 370
H/ Agustus 980 M di ifsyna. Orang tuanya pada masa Dinasti Saman. Pada usia sepuluh
tahun, ia sudah banyak mempelajari ilmu agama islam dan berhasil menghafal Al-
Quran.Di usia 17 tahun, Ibnu Sina telah dikenal sebagai dokter. Ia pernah mengobati
pangeran Nuh Ibnu Mansur sehingga pulih kembali kesehatannya. Sejak itu , Ibnu Sina
mendapat akses untuk mengunjungi perpustakaan istana terlengkap , yaitu Kutub
Khana.
Ibnu Sina adalah ilmuan muslim pertama yang menemukan peredaran darah
manusia. Dia juga yang pertama kali mengatakan bahwa selama dalam kandungan, bayi
mengambil makanannya lewat tali pusar. Karyanya beruoa buku mencapai 200
judul,yang meliputi bidang filsafat, kedokteran, geometri, astronomi, teologi, filologi,
dan kesenian.
3. Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi (251-313H/864-930M)
Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi, berasal dari persia,lahir di Rayy pada
tahun 865 M. Ar-Razi adalah murid Ali bin Sahl Rabban at-Tabari yang cemerlang. Ia
menjadi seorang dokter dan filosof besar pada zamannya. Ar-Razi wafat pada tahun 932
M dikota kelahirannya.
Ar-Razi juga merupakan penulis paling produktif, semasa hidupnya ia menulis
tidak kurang dari 200 karya ilmiah. Diantaranya adalah :
 Al-Hawi (buku yang komprehensif) : buku ini dianggap sebagai karya utama
Ar-Razi dalam bidang kedokteran, yang pertama kali diterjemahkan ke
bahasa Latin oleh seorang dokter Yahudi Sisilia, Faraj bin Salim pada 1279 M.
 Al-Judari wal Hasbah : buku ini membahasa tentang penyakit cacar air,
campa, dan bisul serta dipandang sebagai mahkota dalam literatur ilmu
kedokteran. Buku ini pertama kali diterjemahkan ke dalam bahasa Latin di
Vanesia pada tahun 1565 M.
Karya-karya besar Ar-Razi menjadi rujukan utama bagi pengembangan ilmu
kedokteran di masa-masa mendatang. Buku-buku karya Ar-Razi banyak dijumpai di
perpustakaan universitas di Eropa, dan digunakan sebagai buku rujukan untuk dunia
kedokteran di Barat. Masih banyak lagi karya-karya besar Ar-Razi yang sangat berarti
bagi perkembangan ilmu kedokteran, di antaranya adalah :
 Small-pox (penyakit cacar). Ia merupakan sarjana Islam pertama yang
meneliti penyakit ini. Ia lah yang membagi penyakit ini menjadi dua bagian;
cacar air (variola) dan cacar merah (vougella). Penemuan ini melambungkan
namanya dalam dunia kedokteran.
 Air Raksa (Hg). Salah satu penemuan Ar-Razi yang sangat berguna dalam
dunia medis.
 Diagnosa Hypertensi. Ar-Razi adalah seorang dokter yang pertama kali
melakukan diagnosis terhadap hypertensi (darah tinggi). Metode
pengobatannya tergolong khas, yaitu dengan pemanasan syaraf. Ia juga
melakukan pengobatan mirip cara akupuntur yang sudah amat populer saat
ini.
4. Abu Yusuf Ya'qub bin Ishaq al-Sabah al-Kindi (801-873M), Filosof Muslim
Pertama
Nama lengkapnya Abu Yusuf Ya'qub bin Ishaq bin Sabah bin Imran bin Ismail bin
Muhammad bin al-Asy'as bin Qais al-Kindi. Al-Kindi lahir di Kufah pada tahun 185 H/
801 M. Ayahnya bernama Ibnu as-Sabah,kakeknya Al-Asy'as bin Qais.
Al-Kindi sosok yang dikenal.berotak "encer". Tiga bahasa penting, yaitu Yunani,
Suryani dan Arab dikuasainya. Al-Kindi adalah filosof Muslim pertama. Al-Kindi
menguasai beragam ilmu pengetahuan. Sebanyak 270 karya telah berhasil ditulisnya.
Karya tersebut dapat di kelompokan dalam bidang filsafat, logika, ilmu hitung, musik,
astronomi, geometri, medis, astrologi, psikologi, politik dan meteorologi. Al-Kindi hiduo
tidak kutang dari periode kekhalifahan dinasti Abbasiyah, yaitu: Al-Amin, Al-Makmun,
Mu'tasim, Al-Wasiq, Al-Mutawaqil.
5. Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali al-Tusi al-Syafi'i (450-
505H/1058-1111M)
Nama lengkap imam al-Ghazali ialah Muhammad bin Ahmad al-Imam al-Jalil Abu
Hamid at-Tusi al-Ghazali. Al-Ghazali menguasai ilmu-ilmu pengetahuan pokok,Imam al-
Haramain mengatakan bahwa Al-Ghazali itu adalah "lautan tak bertepi".
Setelah Iman al-Haramain wafat, Al-Ghazali meninggalkan daerah
naisabur(nisafur). Ia pergi ke Mu'askar dan mengunjungi perdana mentri Nizam al-
Mulk, atas pemerintahan bani saljuk. Al-Ghazali disambut dengan penuh hormat sebagai
seorang ulama besar. Pada tahun 484 H/1091 M, Nizam al-Mulk akhirnya melantik al-
Ghazali sebagai guru besar dang mengajar pada perguruan tinggi Nizamiyah, Baghdad.
Al-Ghazali menulis banyak kitab di berbagai bidang ilmu pokok pada
zamannya,antara lain tentang tafsir Al-Quran, ilmu kalam, usul fiqih, fiqih, tasawuf,
mantiq, filsafat, dan lain lain. Al-Ghazali wafat pada usia yang ke 55 pada tahun 505 H
(1111 M) di Tusi (wilayah iran sekarang).
6. Ahmad bin Muhammad bin Yaqub bin Miskawaih (320-412 H/932-1030 M)
Nama lengkapnya Ahmad bin Muhammad bin Ya'qub bin Miskawaih. Nama itu
diambil dari kakeknya yang semula beragama majusi(persia),kemudian masuk islam. Ia
bergelar al-Khazin yang berarti bendaharawan/mentri keuangan.
Ibnu Miskawaih dilahirkan di Rayy (Teheran, di Iran sekarang). Pendapat umum
mengatakan Miskawaih lahir pada tahun 330 H/942 M, dan meninggal dunia pada
tanggal 9 Safar 421 H/16 Februari 1030 M.
Ibnu Miskawaih dikenal sebagai sejarawan besar,kemasyhurannya melebihi
pendahulunya yaitu at-Tabari. Ia adalah seorang dokter, penyair, ahli bahasa, dan filosof
muslim yang mampu memadukan metode pemikiran Yunani dan Islam. Ia juga ahli
dalam filsafat Romawi, India, Arab, dan Persia.
7. Abu Musa Jabir bin Hayyan (750-803 M)
Orang barat mengenalnya dengan sebutan 'Geber'. Abu musa Jabir bin Hayyan
lahir di kufah pada tahun 750 M. Sumbangan terbesar Jabir bin Hayyan dalam dunia
ilmu pengetahuan adalah di bidang kimia. Sumbangan lainnya yang penting antara lain
dalam penyempurnaan prises kristalisasi, distilasi, kalsinasi, sublimasi, dan penguapan
serta pengembangan peralatan untuk melakukan proses-proses tersebut.
8. Muhammad bin Musa al-Khawarizmi (780-850M)
Nama lengkap al-Khawarizmi adalah Muhammad bin Musa al-Khawarizmi atau
Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Yusuf. Ia hidup di Khawarism, Usbekistan
pada 194 H/780 M,dan meninggal dunia tahun 226 H/850 M di Baghdad. Al-
Khawarizmi, termasuk ilmuwan muslim yang berpengetahuan luas dibidang filsafat,
logika, aritmatika, geometri, musik, ilmu hitung, sejarah islam, dan kimia.
Al-Khawarizmi memperkenalkan angka-angka india dan cara-cara
perhitungannya kepada dunia islam. Ia adalah ilmuwan pertama kali yang
memperkenalkan ilmu aljabar dan hisab.
B. Lebih Dekat Dengan Ulama Dinasti Abbasiyah
1. Ulama penyusun Kutubus Sittah
a. Imam bukhari
Nama lengkapnya Abu 'Abd Allah Muhammad ibn Isma'il ibn Ibrahim ibn al-
Mughirah ibn Bardizbah al-Ju'fi al-Bukhari, lahir bulan syawal 194 H di Bukhara,
Uzbekistan (Asia Tengah). Sejak berusia sepuluh tahun, imam Bukhari sudah
mengembara untuk menuntut ilmu. Pada usia 18 tahun, dia sudah hafal karya Mubarak
dan Waki' bin Jarrah bin Malik. Imam Bukhari merupakan ulama yang banyak menulis
kitab hadis. Kitab-kitabnya menjadi rujukan bagi umat islam di seluruh dunia, termasuk
di Indonesia. Sebagian diantara karya-karya adalah: Sahih Bukhari, al-Adab al-Mufrad,
adh-Dhuafa ash-Shqhir, at- Tarikh as- Shaghir, at- Tharikh al- Aushat. At- thrikh al- Kabir,
at-Tafsir al-Kabir, al-Ilal, Raful yadain fi as-Salah, Birrul al-Walidain, ad-Dhuafa, al-hibah.
Diantara karya-karya tersebut yang termashur adalah al-Jami’ al-Musnad ash-Sahih al-
Mukhtasar min Umur Rasul Allah was Sunanih wa Ayyamih.
Imam al-Bukhari wafat pada malam Idul Fitri tahun 256 H dalam usia 62 tahun.
Jenazahnya dikuburkan di Khartank, sebuah desa di Samarkand.
b. Imam Muslim
Nama lengkapnya Imam Abd al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj ibn Muslim ibn
Qusyairi an-Naisyaburi, dilahirkan di Naisabur tahun 202 H/817 M. Pada masa Dinasti
Samanid, kota Naisabur pernah menjadi pusat pemerintahan dan perdagangan selama
150 tahun. Pada usia 10 tahun, ia sering datang berguru kepada Imam Ad-Dakhili,
seorang ahli hadis dikotanya.
Imam Muslim juga banyak menulis kitab hadis, diantaranya yang tamashur
adalah:1) Al-Jami' as-Sahih atau dikenal sebagai Sahih Muslim; 2) Al-Musnad al-Kabir;
3) Al-Asma' wa al-Kunyah; 4) Al-'Ilal; 5) Al-Qaran; 6) Sualat Ahmad ibn Hambal; 7) Al-
Intifa' bi Uhub as-Siba; 8) Al-Muhadra-main; 9) Man Laisa lahu illa Rawin Wahid; 10)
Kitab Aulad as-Sabah,dan; 11) Kitab Auham al-Muhaddisin. Selain itu, yang paling
mashur adalah as-Sahih, yang judul lengkapnya yaitu Al-Musnad as-Sahih al-Mukhtasar
min as-Sunan bi Naql al-Adl 'an Rasul Allah, yang berisi 3,033 Hadis. Beliau wafat pada
hari Ahad sore, 24 Rajab 261 H 4 Mei 875 M, dalam usia 55 tahun.
c. Imam Abu Dawud
Nama lengkapnya, Sulaiman bin Al-Asy'as bin Ishaq bin Basyirbin Syidad bin
'Amr al-Azdi As-Sijistani. Ia dilahirkan pada tahun 202 H/817 M di Sijistan. Sejak kecil,
Abu Dawud sudah mencintai ilmu dan para ulama. Abu Dawud adalah seorang ulama
besar yang warak, saleh, dan bijaksana. Imam Abu Dawud menulis banyak kitab Hadis,
antara lain: 1) Kitab as-Sunan (Sunan Abu Dawud); 2) Kitab al-Marasil; 3) Kitab al-
Qadr, An-Nasikh wa al-Mansukh; 4) Fada'il al-A'mal; 5) Kitab az-Zuhd; 6) Dala'il an-
Nubuwwah; 7) Ibtida' al-Wahyu, dan 8) Akhbar al-Khawarij. Abu Dawud meninggal di
Basrah pada tanggal 16 Syawwal 275 H/889 M.
d. Imam at-Tirmizi
Imam Tirmizi banyak pula mengarang kitab al-'Ilal, Kitab al-Asma' as-
Sahabah,Kitab al-Asma al-Kunyah, dan yang terkenal adalah kitab As-Sunan. Dalam bab
Hadis Hasan disebutkan bahwa Sunan at-Tirmizi adalah induk Hadis Hasan.
Keistimewaan kitab As-Sunan dinyatakan oleh Abdullah bin Muhammad al-Ansari
dengan ucapannya: "Kitab at-Tirmizi bagiku lebih terang dari pada kitab Bukhari dan
Muslim". Imam at-Tirmizi wafat di Tirmizi pada malam senin, 13 Rajab tahun 279 H/8
Oktober 892 M,dalam usia 70 tahun.
e. Imam An-Nasa'i
Nama lengkapnya adalah Ahmad ibn Syu'aib ibn 'Ali ibn Sinan Abu 'Abd ar-
Rahman al-Nasa'i, lahir pada tahun 215 H. Ia terkenal karena ketinggian sanad
Hadisnya. Kitab Sunan an-Nasa'i memuat lebih sedikit Hadis daifnya, setelah Kitab Sahih
Bukhari dan Kitab Sahih Muslim. Kitab-kitab Hadis karya An-Nasa'i diantaranya: 1) As-
Sunan al-Kubra; 2) As-Sunan al-Mujtaba; 3) Kitab at-Tamyiz; 4) Kitab ad-Du'afa; 5)
Khasa'is Ali 6) Musnad Ali; 7) Musnad Malik; 8) Manasik al-Hajj. Imam An-Nasa'i wafat
pada tahun 303 H/915 M.
f. Imam Ibnu Majah
Nama lengkapnya Abu 'Abdillah Muhammad ibn Yazid ibn Majah al-Rab'i al-
Qazwini. Dilahirkan di Qazwin,Irak tahun 209 H/824 M. Abu Ya'la al-Khalili al-Qazwini
mengatakan "Ibnu Majah adalah seorang yang terpercaya, yang diakui kejujurannya,
dan pendapatnya dapat dijadikan pedoman. Ia mempunyai pengetahuan yang luas dan
banyak menghafal hadis". Sedangkan Ibnu Katsir, ulama Tafsir termasyhur mengatakan
dalam kitabnya, Al-Bidayah: "Muhammad bin Yazid (Ibnu Majah) adalah pengarang
kitab sunan yang masyhur. Kitabnya merupakan bukti atas amal dan ilmunya, keluasan
pengetahuan dan pandangannya, serta kejujuran dan kepatuhannya kepada Hadis, baik
tentang masalah pokok (usul) maupun masalah cabang (furu)". Ibnu Majah meninggal
dunia tanggal 22 Ramadhan 273 H/887 M.
2. Empat Ulama Madzhab
a. Imam Hanafi
Nu'man ibn sabit ibn Zuta bin Mahan at-Taymi, dikenal sebagai Abu Hanifah ,
Lahir di Kufah, Irak tahun 80 H/699 M, dan wafat di Baghdad, Irak tahun 148 H/767 M.
Karya-karya yang ditinggalkan oleh Imam Hanafi antara lain: 1) Fiqh Akhbar; 2) Al-Alim
wa al-Mutam; dan 3) Musnad fikh al-akhbar.
b. Imam Maliki
Nama lengkapnya adalah Abu 'Abdullah Malik ibn Anas ibn Malik ibn Abi 'Amar
ibn Amr ibn al-Haris ibn Gaiman ibn Jusail ibn Amr ibn al-Haris zi Asbah, dilahirkan di
Madinah al-Munawwarah pada 93 H. Imam Malik wafat tanggal 14 Rabiul awwal 179
H/7 juni 795 M.
c. Imam Syafi'i
Abu 'Abdullah Muhammad ibn Idris al-Syafi'i merupakan keturunan Quraisy dari
bani Muthalib. Ia dilahirkan di Khuzzah tahu 150 H. Imam Syafi'i wafat akhir bulan
Rajab tahun 204 H/819 M di Mesir.
d. Imam Hanbali
Nama lengkapnya Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad al-
Marwazi al-Baghdadi, lahir tahun 164 H di Baghdad. Ia hafal al-quran sejak usia 15
tahun. Imam Hanbali meninggal hari Jum'at, 12 Rabi'ul awwal tahun 241 H pada usia 77
tahun.
3. Ulama Tafsir
a. Imam Ibnu Jarir at-Tabari
Nama lengkapnya Abu Jafar Muhammad ibn Jarir ibn Yazid ibn Kasir ibn Galib al-
Amali at-Tabari. Lahir pada tahun 838 H. At-Tabari banyak menulis kitab berkaitan
dengan berbagai bidang ilmu, seperti tafsir, sejarah, Hadis, Hukum, teologi, akhlak, dll.
At-Tabari wafat senin, 27 syawal bertepatan dengan 17 februari ,pada usia 85 tahun.
b. Imam Ibnu Kasir
Nama lengkapnya, Imaduddin Isma'il ibn 'Umar ibn Kasir al-Quraisy al -Busrawi,
lahir tahun 701 H/1302 M di Mijdal. Menurut Al-Hafiz bin Hajar al-'Asqalani, Ibnu Kasir
kehilangan pengelihatannya di akhir hayatnya. Ia wafat di Damaskus, syam pada tahun
774 H/1373 M.
BAB 4 KEMAJUAN PERADABAN DAN KEBUDAYAAN ISLAM MASA DAULAH
ABBASIYAH
Dalam peradaban umat Islam, Bani Abbasiyah merupakan salah satu bukti sejarah
peradaban umat Islam yang terjadi. Bani Abbasiyah merupakan masa pemerintah umat Islam
yang memperoleh masa kejayaan yang gemilang, pada masa ini banyak kesuksesan yang
diperoleh Bani Abbasiyah, baik itu bidang ekonomi, Politik, dan Ilmu Pengetahuan. Hal
inilah yang perlu kita ketahui sebagai acuan semangat bagi generasi umat Islam bahwa
peradaban umat Islam itu pernah memperoleh masa keemasan yang melampaui kesuksesan
Negara-negara Eropa. Dengan kita mengetahui bahwa dahulu peradaban umat Islam itu
diakui oleh seluruh dunia, maka akan memotivasi sekaligus menjadi ilmu pengetahuan kita
mengenai sejarah peradaban umat Islam sehingga kita akan mencoba untuk mengulangi masa
keemasan itu kembali nantinya oleh generasi umat Islam saat ini
PETA KONSEP

kemajuan ilmu pengetahuan dan


teknologi

Penertiban Administrasi Pemerintahan,


Politik dan Militer

PERADABAN EMAS DINASTI


Kemajuan Ekomi, sosial dan budaya
ABBASIYAH

kemajuan seni dan arsitektur

Kemajuan pendidikan
Daulah Abbasiyah yang berkuasa selama lima setengah abad, adalah salah satu
pemerintahan dalam sejarah Islam yang sangat mementingkan usaha perkembangan
peradaban Islam. Telah banyak prestasi yang ditorehkan oleh Daulah Abbasiyah, dari
perluasan wilayah, pengembangan ilmu pengetahuan hingga seni bangunan arsitektur.
a. Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Periode awal pemerintahan, Daulah Abbasiyah memiliki khalifah-khalifah yang
memiliki perhatian besar terhadap pengembangan ilmu pengetahuan, seperti ; Khalifah
Abu Ja’far Al-Mansyur. Dikenal sebagai seorang khalifah yang cinta ilmu pengetahuan,
sehingga harta dan kekuasaaanya dimanfaatkan untuk pengembangan dan kemajuan
ilmu pengetahuan.
Pada periode inilah landasan bagi perkembangan ilmu pengetahuan disiapkan.
Khalifah Abu Ja’far Al-Mansyur secara langsung meminta kepada para ilmuan untuk
secara serius mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya untuk kemaslahatan
ummat manusia. Kerjasama yang apik antara ilmuan dan pemerintah melahirkan para
ilmuan muslim dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Kedokteran, Filsafat, Kimia,
Botani, Astronomi, Matematika, dan lain-lain.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan ilmu pengetahuan berkembang
dengan pesat, yaitu ;
1. Terjadinya asimilasi budaya, bahasa, pengetahuan antara bangsa Arab
dengan bangsa lainnya.
2. Gerakan penerjemahan berbagai ilmu pengetahuan dari bahasa asalnya ke
bahasa Arab. Gerakan penerjemahan ini berlangsung sejak Khalifah Abu
Ja’far Al-Mansyur hingga Khalifah Harun Ar-Rasyid. Buku-buku klasik
Romawi dan Yunani yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu filsafat,
astronomi, farmasi, dan seni budaya dialihbahasakan dalam bahasa Arab.
3. Pendirian pusat studi dan kajian yang diberi nama Baitul Hikmah. Tempat ini
bukan saja hanya menjadi pusat studi orang-orang di wilayah Baghdad, tapi
hampir dari seluruh penjuru dunia.
b. Penertiban Administrasi Pemerintahan
Usaha membangun peradaban emas juga terjadi pada bidang administrasi
pemerintahan Daulah Abbasiyah.
1. Pengangkatan Wazir (Perdana Menteri) yang bertugas membantu khalifah
dalam menjalankan roda pemerintahan.
2. Pengangkatan Ra’isul Kitabah (Sekretaris Negara) yang memimpin Diwanul
Kitabah (Sekretariat Negara).
3. Pengangkatan kepala daerah untuk menjaga daerah wilayah kekuasaan
Daulah Abbasiyah yang dipimpin oleh gubernur (Amir). Untuk memudahkan
kordinasi pemerintah pusat dan daerah, di bawah gubernur dibentuk
pemerintah desa (Qaryah) yang dipimpin oleh Syaikhul Qaryah (Kepala
Desa).
4. Pembentukan Mahkamah Agung, yang menangani beberapa bidang hokum.
c. Politik dan Militer
Dalam bidang politik Daulah Abbasiyah menjalan hubungan persahabatan yang
baik dengan negara-negara lain, diantaranya:
1. Menjalin kerjasama politik dengan Raja Frank di sebagian wilayah Andalusia
(Spanyol). Tujuannya adalah, untuk mengantisipasi meluasnya pengaruh Daulah
Umayyah.
2. Menjalin hubungan dengan Afrikan Barat. Tujuannya adalah, menambah kekuatan
dan keuasaan Abbasiyah di Baghdad, Irak.
Setidaknya ada empat periode kepemimpinan Daulah Abbasiyah dalam
mewujudkan kemandirian politik dan militer :
1. Periode pertama (750-847 M), kebijakan militer yang diambil pada periode
ini merupakan usaha para khalifah dalam memberikan landasan
pemerintahan yang tangguh dan militer yang kuat.
2. Periode kedua (847-946 M), periode ini kebijakan politik dan militer Daulah
Abbasiyah banyak dipengaruhi oleh orang-orang Turki. Hal ini
mengakibatkan banyak orang Turki yang menduduki posisi penting dalam
jabatan militer Daulah Abbasiyah. Orang-orang Turki yang banyak
menduduki posisi penting itu tidak dapat dikendalikan, mereka mampu
mengontrol kekuasaan bahkan banyak gubernur dan panglima tentara yang
menyatakan diri sebagai khalifah. Dari sini tanda-tanda perpecahan dalam
pemerintahan Daulah Abbasiyah mulai tampak.
3. Periode ketiga (946-1094 M), munculnya kekuatan politik dari Bani Buwaihi yang
beraliran Syiah. Mereka dapat mengontrol pemerintahan Daulah Abbasiyah, bahkan
mampu menekan khalifah Abbasiyah saat itu khalifah Al-Mustakfi. Agar menjadikan
Ahmad Buwaihi sebagai Amirul ‘Umara (Panglima Tentara). Sejak saat itu khalifah
Daulah Abbasiyah tidak lagi memiliki kekuasaan penuh, karena roda pemerintahan
dipengaruhi oleh dominasi Bani Buwaihi.
4. Periode keempat (1094-1258 M), pemerintahan Daulah Abbasiyah di bawah kendali
orang-orang Seljuk dari Turki. Mereka mampu menghilangkan dominasi Bani
Buawaihi yang berkuasa lama dalam pemerintahan Daulah Abbasiyah. Selama
periode inilah, Bani Seljuk berhasil mengambil alih kekuasan dan jalanya roda
pemerintahan dari tangan khalifah. Roda pemerintahan Daulah Abbasiyah tidak lagi
berada di tangan khalifah yang sah, para khalifah Daulah Abbasiyah hanya
diperkenankan mengurusi persoalan-persoalan agama. Kekhalifahan Daulah
Abbasiyah hilang di tahun 1258 M saat tentara Mongol yang dipimpin Hulagu Khan
memorak-porandakan kota Baghdad sebagai pusat pemerintahan Daulah Abbasiyah.
d. Ekonomi (Perdagangan, Perindustrian dan Pertanian)
Peningkatan taraf hidup masyarakat dalam bidang ekonomi masa Daulah
Abbasiyah sebenarnya telah dimulai saat Khalifah Abu Ja’far Al-Mansyur berkuasa. Ia
merupakan tokoh utama dari peletak dasar ekonomi Daulah Abbasiyah, sikap tegas, adil
dan bijaksana membawa Daulah Abbasiyah maju dalam berbagai bidang.
Kemajuan sektor ekonomi Daulah Abbasiyah pada masa ini disebabkan oleh
usaha-usaha para khalifah yang mendorong kemajuan dalam sektor perdagangan.
1. Sektor Perdagangan
Perekonomian masyarakat pada masa Daulah Abbasiyah meningkat saat khalifah
Al- Mahdi (775-785 M) memerintah. Hubungan luar negeri Daulah Abbasiyah dengan
kerajaan-kerajaan lain telah membawa peningkatan kesejahteraan masyarakat dan
menambah kas negara.
Kota Basrah menjadi pelabuhan penting, sebagai tempat transit antara Timur
dan Barat, banyak mendatangkan kekayaan bagi Abbasiyah. Selain itu, ada juga
pelabuhan Damaskus dan dermaga Kuffah. Seiring itu, terjadi peningkatan pada sektor
tambang, pertanian dan industri.
2. Sektor Perindustrian
Khalifah Daulah Abbasiyah memiliki perhatian yang sangat serius dalam
memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Untuk itu, mereka aktif mendorong kemajuan
sektor perindustrian. Para khalifah menganjurkan masyarakatnya untuk berlomba-
lomba dalam industri dan pengolahan.
Banyak kota dibangun untuk pusat perindustrian. kota Basrah menjadi pusat
industri gelas dan sabun, kota Kuffah merupakan pusat industri tekstil, industri pakaian
dari sutra bersulam ditempatkan di kota Damaskus yang pusat kerajinan sutranya
berada di Khazakstan, dan kota Syam menjadi pusat industri keramik dan gelas berukir.
3. Sektor Pertanian
Pembangunan kanal, bendungan, irigasi dan terusan diperuntukan untuk
memenuhi kebutuhan petani yang hasilnya mampu meningkatkan produktifitas para
petani dan kualitas hasil panennya. Sebagai contoh, pada masa khalifah Harun Ar-
Rasyid, istri khalifah, Ratu Zubaidah menyaksikan penderitaan rakyat akibat kemarau
panjang dalam kunjungannya ke Makkah dan Madinah. Atas usulan permaisuri, khalifah
membangun sebuah bendungan dan terusan yang dapat mengalirkan air ke ladang-
ladang dan untuk kebutuhan hidup para petani. Sehingga kehidupan masyarakat di dua
kota suci itu sejahtera. Untuk mengenang jasa Ratu Zubaidah, bendungan itu diberi
nama “Bendungan Zubaidah”.

e. Seni Budaya
Peradaban Islam dalalm bidang seni budaya, sastra mancapai puncak
kejayaannya pada masa Daulah Abbasiyah. Kota Baghdad menjadi kota pusat studi ilmu,
seni dan sastra. Kemajuan ini disebabkan karena proses asimilasi (pertemuan budaya)
antara bangsa Arab dengan bangsa lainnya. Apalagi setelah kegiatan penerjemahan
berbagai macam buku dari Yunani, India, Byzantium, dan Persia ke dalam bahasa Arab.
Perkembangan peradaban yang dapat diidentifikasi dalam bidang seni budaya dan
sastra seperti seni arsitektur ini sangat digemari oleh para khalifah. Seni arsitektur ini
sangat berguna untuk keperluan membangun gedung, masjid, istana, madrasah, dan
kantor pemerintahan. khalifah Abbsiyah tidak segan-segan mendatangkan arsitek-
arsitek dari Byzantium, Yunani, Persia, dan India untuk mendisain bangunan dan
mengajarkan seni arsitektur bangunan kepada orang Abbasiyah.
Seni tata kota dan arsitektur pada masa Daulah Abbasiyah bernilai sangat tinggi,
banyak bangunan dan kota dibangun dengan teknik tata kota yang berseni tinggi.
Diantara kota Bagdad, pada masa pemerintahan khalifah Abu Ja’far Al-Mansyur.
Pembangunan kota ini melibatkan 100.000 orang ahli bangunan, terdiri dari arsitek, tukang
batu, tukang kayu, pemahat, pelukis, dan lain-lain yang didatangkan dari Suriah, Iran, Basrah,
Mosul, Kuffah, dan daerah –daerah yang lainnya. Biaya pembangunan kota ini mencapai
4.833.000 dirham.
Kota Baghdad dibangun berbentuk bundar sehingga disebut kota bundar (Al-
Mudawwarah). Dikelilingi dua lapis tembok besar dan tinggi. Bagian bawah selebar 50
hasta dan bagian atas 20 hasta, tingginya 90 kaki (27.5 m). Di luar tembok dibangun
parit yang dalam, yang berfungsi ganda sebagai saluran air dan benteng pertahanan.
Di tengah kota dibangun istana khalifah diberi nama Qashrul Dzahab (istana emas) yang
melambangkan kemegahan dan kejayaan. Di samping istana, dibangun pula Masjid Jami’
Al-Mansyur.
f. Seni Sastra
Dunia sastra mencapai puncak kejayaannya pada masa Daulah Abbasiyah. Kota
Baghdad merupakan pusatnya para penyair dan sastrawan. Bahkan hampir seluruh
khalifah Abbasiyah menyukai sastra. Berikut beberapa penyair dan sastrawan yang
terkenal saat itu
1. Abu Athiyah (760 – 841 M)
2. Abu Nawas (741 – 794 M)
3. Abu Tamam (w 847 M)
4. Al-Buhtury (821 – 900 M)
5. Al-Muntanabbi (961 – 967 M)
Kota Baghdad terkenal dengan kisah yang melegenda di kalangan umat Islam
yaitu cerita tentang 1001 malam (Alfu Lailah Wa Lailah) yang ditulis oleh Mubasyir ibnu
Fathik.
g. Kemajuan Bidang Pendidikan dan Perpustakaan
Pada masa Abbasiyah, penyelenggaraan pendidikan dasar (kuttā b) umumnya
terpadu dengan masjid, bahkan masjid sering difungsikan sebagai sekolah dasar. Sekitar
30.000 masjid telah digunakan sebagai lembaga pendidikan dasar.
Selain itu, terdapat pula kegiatan belajar di rumah-rumah penduduk, juga tempat
lainnya seperti maktab, zawiyah, dan halaqah. Kurikulum utamanya dipusatkan pada
pembelajaran Al-Quran, termasuk membaca dan menuliskannya. Dalam mempelajari
ilmu-ilmu agama, anak-anak perempuan bahkan mendapat kesempatan yang sama
dengan anak laki-laki.
Untuk tingkat pendidikan lanjutan, Khalifah Al-Makmun (830 M) membangun di
Bait al- Ḥ ikmah. Ini merupakan lembaga pendidikan menengah pertama dalam Islam.
Kurikulumnya meliputi pelajaran tafsir, Hadis, uṣul fi kih, ilmu kalam, ilmu mantiq dan
kesusastraan. Selain berfungsi sebagai pusat penerjemahan, Bait al-Ḥ ikmah juga dikenal
sebagai pusat kajian akademis, perpustakaan umum, dan memiliki sebuah
observatorium. Pada saat itu, berbagai observatorium bermunculan sebagai pusat
pembelajaran astronomi.
masa Abbasiyah, masjid berfungsi sebagai pusat pendidikan, sekaligus sebagai
tempat penyimpanan buku. Buku itu sendiri diperolah dari hadiah-hadiah atau hasil
pencarian dari berbagai sumber. Pada saat itu, masjid menjadi pusat khazanah
keislaman karena kaya dengan buku keagamaan. Salah seorang penyumbang buku
ketika itu bernama Al-Khatib al-Baghdadi (1002-1017), seorang sejarawan terkenal
yang mewakafkan buku-bukunya untuk umat Islam.
Perpustakaan (khizanat al-kutub) lainnya juga dibangun oleh kalangan
bangsawan. Perpustakaan ini menjadi lembaga kajian untuk ilmu-ilmu umum. Buku
yang dikoleksinya antara lain tentang ilmu logika, fi lsafat, astronomi, dan bidang ilmu
lainnya. Abd ad-Daulah, salah seorang penguasa Bani Buwaihi pernah membangun
khizanat al-kutub di Syirazi. Semua buku-bukunya tersusun di lemari, terdaftar dalam
katalog, dan dikelola dengan baikoleh para pegawai perpustakaan.
Kemajuan di berbagai bidang yang dilakukan oleh Khalifah-khalifah Dinasti
Abbasiyyah tak terlepas dari prinsip yang mereka anut bahwa dalam rangka
memajukan negara, setidaknya ada 3 modal utama: agama yang kuat dalam arti yang
seluas-luasnya dan bersifat inklusif, ekonomi yang mapan, serta pertahanan dan
keamanan negara yang kuat dan kondusif. Hal ini sebagaimana dalam firman Allah:

ْ‫آم نَ ُه ْم ِم ن‬
َ ‫وع َو‬ ِ ‫ب ٰ َه َذ ا ْال بَ ْي‬
ٍ ‫ت الَّ ِذ ي َأ ْط َع َم ُه ْم ِم نْ ُج‬ َّ ‫فَ ْل يَ ْع بُدُوا َر‬
‫ف‬ٍ ‫َخ ْو‬
Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka'bah).
Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan
mengamankan mereka dari ketakutan. (Al-Quraisy: 3-4)
Maka merupakan sebuah keniscayaan dinasti ini cemerlang dan menjadi
barometer kemajuan Islam zaman dulu, bahkan bangsa eropa dan lainnya berkiblat
pada ulama-ulama Islam, dan jasa mereka sangat berarti dalam rangka meletakkan
dasar-dasar keilmuan di berbagai bidang.

Anda mungkin juga menyukai