Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN KASUS

Visum Et Repertum Kecelakaan Lalu Lintas

DISUSUN OLEH:

Erica Sugandi I4061192039 Michela Hengrawi Harianto I4061192051


Saskya Maulidya Astari I4061192040 Indry Nurafsari I4061192053
Wenny Tri Rahmawati I4061192042 Safira Sukma Dewinda I4061192068
Nur Cahyati Yusmia Putri I4061192043 Permata Iswari Sartika Dewi I4061192070
Florentina Vina I4061192046 Muhammad Ibnu Nazari I4061192071
Lala Utami I4061192047 Musfiroh I4061192072
Muthia Alya Fadhila I4061192049 Ririh Cintya Anjani I4061192073
Muhammad Yunus I4061192050

Periode Stase: 4 Januari 2021 – 29 Januari 2021

Pembimbing:

dr. Wahyu Dwi Atmoko, Sp.F


NIP. 19770224 201001 1 005

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA
JANUARI 2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Telah disetujui Laporan Kasus dengan judul:

Visum Et Repertum Kecelakaan Lalu Lintas

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Forensik & Medikolegal

Hari, tanggal: Kamis, 28 Januari 2021

Oleh :

Erica Sugandi I4061192039


Saskya Maulidya Astari I4061192040
Wenny Tri Rahmawati I4061192042
Nur Cahyati Yusmia Putri I4061192043
Florentina Vina I4061192046
Lala Utami I4061192047
Muthia Alya Fadhila I4061192049
Muhammad Yunus I4061192050
Michela Hengrawi Harianto I4061192051
Indry Nurafsari I4061192053
Safira Sukma Dewinda I4061192068
Permata Iswari Sartika Dewi I4061192070
Muhammad Ibnu Nazari I4061192071
Musfiroh I4061192072
Ririh Cintya Anjani I4061192073

Disetujui Oleh Penyusun

dr. Wahyu Dwi Atmoko, Sp.F Penulis


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kecelakaan lalu lintas (KLL) merupakan salah satu penyebab kematian


tersering di Indonesia. Jumlah korban yang cukup besar akan memberikan
dampak ekonomi dan sosial yang tidak sedikit. 1 Kecelakaan lalu lintas
memerlukan penanganan yang serius mengingat angka kematian yang terjadi
sangat tinggi.2 Permasalahan ini pada umumnya terjadi ketika sarana
transportasi, baik dari segi jalan, kendaraan, dan sarana pendukung lainnya
belum mampu mengimbangi perkembangan yang ada di masyarakat.
Pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk yang besar menyebabkan
meningkatnya aktivitas pemenuhan kebutuhan yang tentunya meningkatkan
pula kebutuhan akan alat transportasi, baik itu yang pribadi maupun yang
umum.3
Kecelakaan lalu lintas akhir-akhir ini sangat sering terjadi dan banyak
menimbulkan kerugian. Akibat dari kecelakaan lalu lintas berupa kerusakan
terhadap fasilitas-fasilitas umum dan timbulnya korban yang meninggal dunia.
Kondisi lalu lintas yang semakin kompleks ini dengan meningkatnya jumlah
kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat secara langsung maupun
tidak turut andil dalam peningkatan jumlah kejadian kecelakaan lalu lintas. 4
Kecelakaan lalu lintas saat ini bukan hal yang jarang dijumpai. 2
Sebanyak 1,24 juta korban meninggal setiap tahun di seluruh dunia dan 20-50
juta orang mengalami luka akibat KLL.5 Menurut the global report on road
safety tahun 2015, Indonesia menduduki peringkat ketiga se Asia untuk jumlah
kematian terbanyak akibat KLL, di bawah Tiongkok dan India dengan total
38.279 kematian. Kecelakaan yang terjadi dapat menyebabkan luka-luka, dari
luka ringan hingga terjadinya kecacatan pada korban bahkan yang paling fatal
dapat menyebabkan kematian. Luka merupakan suatu kerusakan fisik yang
terjadi ketika tubuh manusia mengalami atau mendapat kontak yang akut (tiba-
tiba) dari tingkat energi yang tidak tertahankan. Setiap luka memiliki pola
tertentu yang dapat membantu polisi untuk menentukan cara kematian pada

4
korban. Oleh karena itu polisi memerlukan bantuan dokter untuk menyelidiki
kondisi korban kecelakaan yang dapat dilihat dari pola luka yang terjadi. 6
Pada pemeriksaan forensik ini, berperan dalam memnentukan cara
kematian dan penyebab kematian pada kasus kecelakaan lalu lintas.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Menjelaskan tentang kecelakaan lalu lintas dalam traumatologi.
b. Menjelaskan tentang aspek forensik pada kematian.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pemeriksaan luar pada korban.

C. Manfaat
a) Bagi penulis
Sebagai sarana pembelajaran mengenai visum pemeriksaan luar.
b) Bagi pembaca
a. Mengetahui tentang kecelakan lalu lintas dalam aspek traumatologi.
b. Mengetahui tentang aspek forensik pada kematian.
c) Bagi kepolisian
Hasil pemeriksaan luar dan dalam dilaporkan dalam visum et repertum
sebagai bukti yang sah secara hukum mengenai keadaan terakhir korban.

5
BAB II
PEMERIKSAAN JENAZAH

A. Identitas
Nama : Tunang Arief Hidayah
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 22 tahun
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Alamat : Dsn Nangsri Kidul Rt 02/01 Ds Nangsri Kec. Kebakkramat
Kab. Karanganyar
Pemeriksaan luar dilakukan sesuai surat permintaan visum sebagai berikut

B. Kronologis
Dari keterangan penyidik, orang tersebut meninggal dunia akibat kecelakaan
lalu lintas jalan yang terjadi pada hari Kamis tanggal 21 Januari 2021 sekitar
pukul 16.15 WIB di Jln Karanganyar menuju Tawangmangu tepatnya di depan
rumah Makan Jimbaran Dsn Gerdu Bloro Ds Karangpandan Kec Karangpandan
Kab Karanganyar.

6
C. Pemeriksaan Luar
1. Keadaan Jenazah
Jenazah terletak di atas meja otopsi berbahan stainless steel, tidak
bermaterai. Jenazah memakai jaket jeans warna biru muda dengan logo
America, kaus pendek hitam bertuliskan AVM multimedia, celana jeans
hitam, celana kolor warna hitam dengan garis biru, celana dalam cokelat
dengan tulisan MASSIVE, tas hitam dan wireless earphone berwarna hitam.

Gambar 1. Keadaan jenazah di atas meja otopsi; dan Properti yang masih
menempel ditubuh jenazah.
2. Sikap jenazah
Telentang, dengan muka menghadap ke depan, lengan atas kanan tegak
lurus terhadap sumbu tengah tubuh dan tegak lurus terhadap lengan bawah.
Tangan dan jari-jari tangan kanan menekuk menghadap ke bawah. Lengan
atas kiri lurus terhadap sumbu tubuh dan tegak lurus terhadap lengan bawah
kiri dengan tangan kiri dan jari-jari tangan kiri menekuk menghadap ke
bawah.

7
Kaki kanan tungkai atas menekuk membentuk sudut tiga puluh derajat dari
sumbu tengah, telapak kaki dan jari-jari kaki kanan menghadap ke depan.
Kaki kiri lurus dengan telapak kaki kiri menghadap ke bawah dan jari-jari kaki
menghadap ke depan.

Gambar 2. Sikap jenazah

3. Lebam Jenazah
Terdapat bercak jenazah berwarna merah pada paha, pinggang, punggung,
leher samping kanan dan kiri yang hilang pada penekanan.

Gambar 3. Lebam jenazah

8
4. Kaku jenazah
Terdapat kaku jenazah pada seluruh persendian besar, sukar digerakan.
Pada persendian jari, kaku jenazah dapat digerakkan.

5. Pembusukan Jenazah
Tidak terdapat tanda pembusukan jenazah lanjut.

6. Ukuran Jenazah
Panjang badan seratus enam puluh lima sentimeter.

Gambar 4. Panjang badan jenazah


7. Kepala
a. Rambut
Berwarna hitam, lurus, sukar dicabut, dengan panjang depan empat
sentimeter, panjang samping kanan satu sentimeter, panjang kiri satu
sentimeter, dan panjang belakang satu sentimeter.

Gambar 5. Rambut jenazah.

9
b. Bagian yang tertutup rambut
Tidak ditemukan adanya luka, memar, dan tidak teraba derik tulang.

c. Dahi
Ditemukan adanya luka memar tiga sentimeter di atas alis kanan,
empat sentimeter dari garis tengah dengan ukuran panjang delapan
sentimeter lebar dua sentimeter, dan tidak teraba derik tulang.

Gambar 6. Dahi jenazah.

d. Mata kanan
Terbuka satu sentimeter, rambut mata panjang nol koma delapan
sentimeter, kelopak mata bagian luar warna normal seperti kulit tubuh,
kelopak mata bagian dalam berwarna pucat. Sekitar mata tidak ditemukan
luka dan tidak teraba derik tulang, selaput bening mata berwarna jernih,
selaput lendir mata tampak kemerahan, pupil melebar berukuran nol koma
lima sentimeter, bola mata tampak normal utuh, pada perabaan teraba
kenyal.

10
Gambar 7. Mata Kanan Jenazah

e. Mata kiri
Terbuka satu sentimeter, rambut mata panjang nol koma delapan
sentimeter, kelopak mata bagian luar warna normal seperti kulit tubuh,
kelopak mata bagian dalam berwarna pucat. Sekitar mata tidak ditemukan
luka dan tidak teraba derik tulang, selaput bening mata berwarna jernih,
selaput lendir mata tampak kemerahan, pupil melebar berukuran nol koma
lima sentimeter, bola mata tampak normal utuh, pada perabaan teraba
kenyal.

Gambar 8. Mata Kiri Jenazah

f. Hidung
Dari kedua lubang keluar cairan merah berbuih, tidak tampak luka,
memar, dan tidak teraba derik tulang.

Gambar 9. Hidung

11
g. Mulut
Terdapat kumis hitam dengan rambut lurus cukur rapih. Mulut dalam
keadaan tertutup. Dari lubang mulut keluar cairan berwarna merah. Dalam
mulut sulit dievaluasi karena kaku jenazah. Lidah tidak tergigit dan tidak
menjulur. Kondisi dalam mulut dan gigi geligi sulit dievaluasi karena kaku
jenazah.

Gambar 10. Mulut Jenazah

h. Dagu
Terdapat jenggot hitam, lurus, sukar dicabut, dan tercukur rapi. Tidak
tampak adanya luka, memar, dan tidak teraba derik tulang.

Gambar 11. Dagu Jenazah

i. Pipi kanan dan kiri


Tidak tampak adanya luka, memar, dan tidak teraba derik tulang.

12
j. Telinga
Warna kulit telinga kanan dan kiri normal seperti kulit tubuh. Dari
kedua lubang telinga keluar cairan berwarna merah. Tidak tampak adanya
luka, memar, dan tidak teraba derik tulang.

Gambar 12. Telinga jenazah

8. Leher
Tidak terdapat jejas jerat. Tidak didapatkan luka, memar dan tidak teraba
derik tulang.
9. Dada
Ditemukan adanya luka lecet di dada sebelah kanan, tujuh sentimeter dari
garis tengah, delapan sentimeter dari puting kanan, dengan ukuran panjang
dua belas sentimeter lebar enam sentimeter. Teraba derik tulang pada iga
pertama dan tulang selangka. Pada ketukan terdengar suara redup pada seluruh
lapang dada.

Gambar 13. Dada Jenazah

13
10. Perut
Permukaan perut lebih tinggi daripada permukaan dada. Didapatkan luka
memar pada pinggang kanan samping dengan ukuran panjang lima sentimeter,
lebar empat sentimeter. Pada perabaan teraba kenyal bertahanan. Pada ketukan
terdengar suara redup pada seluruh lapang perut.

Gambar 14. Perut Jenazah

11. Alat kelamin


Jenis kelamin laki-laki, sudah disunat. Rambut kelamin berwarna hitam,
keriting, panjang dua sentimeter. Dari lubang kelamin tidak keluar cairan.
Pada kantong pelir teraba dua buah pelir.

Gambar 15. Alat kelamin jenazah

14
12. Anggota gerak atas
a. Kanan
Pada bahu terdapat luka lecet memanjang sampai lengan atas panjang
dua puluh lima sentimeter lebar empat sentimeter, teraba derik tulang.
Pada lengan bawah ditemukan luka terbuka ukuran panjang sembilan belas
sentimeter lebar sembilan sentimeter, lokasi di bawah siku, kedalaman
sampai tulang. Teraba derik tulang pada lengan bawah. Jaringan dibawah
kuku jari berwarna biru keunguan. Tidak terdapat tanda-tanda pembusukan
lanjut.

Gambar 16. Anggota Gerak Atas Kanan Jenazah

b. Kiri
Tidak terdapat luka, memar dan tidak teraba derik tulang. Jaringan
dibawah kuku jari berwarna biru keunguan. Tidak terdapat tanda-tanda
pembusukan lanjut.

Gambar 17. Anggota Gerak Atas Kiri Jenazah

15
13. Anggota gerak bawah
a. Kanan
Teraba derik tulang pada paha satu sentimeter di atas lutut. Terdapat
luka robek di tungkai bawah sepuluh sentimeter dari lutut, panjang
sembilan sentimeter lebar dua sentimeter, dasar tulang, tidak teraba derik
tulang. Ditemukan luka robek pada telapak kaki kanan, panjang tujuh
sentimeter lebar tiga sentimeter dengan kedalaman empat sentimeter, tidak
teraba derik tulang. Jaringan dibawah kuku jari berwarna biru keunguan
Tidak terdapat tanda-tanda pembusukan lanjut.

Gambar 18. Anggota Gerak Kanan Bawah Jenazah

b. Kiri
Tidak terdapat luka, memar dan tidak teraba derik tulang. Jaringan
dibawah kuku jari berwarna biru keunguan. Tidak terdapat tanda-tanda
pembusukan lanjut.

16
Gambar 19. Anggota Gerak Kiri Bawah Jenazah

14. Punggung
Tidak terdapat luka, memar dan tidak teraba derik tulang. Tidak terdapat
tanda-tanda pembusukan lanjut.

15. Pantat
Tidak terdapat luka, memar dan tidak teraba derik tulang. Tidak terdapat
tanda-tanda pembusukan lanjut.

16. Dubur
Tidak terdapat luka, memar dan tidak teraba derik tulang. Tidak terdapat
kotoran dari lubang dubur. Tidak terdapat tanda-tanda pembusukan lanjut.

17
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Traumatologi
1. Pengertian
Traumatologi berasal dari kata trauma dan logos. Trauma berarti
kekerasan terhadap jaringan tubuh yang hidup (living tissue) yang dapat
menimbulkan efek pada fisik ataupun psikis. Dalam ilmu kedokteran
forensik, efek fisik berupa luka-luka yang ditemukan pada tubuh atau fisik
korban. Sedangkan logos berarti ilmu.7 Traumatologi adalah cabang ilmu
kedokteran yang mempelajari tentang trauma atau perlukaan, cedera, serta
hubungannya dengan berbagai kekerasan (ruda paksa).8
2. Jenis Jenis
Kekerasan digolongkan menjadi kekerasan mekanik, fisik, dan kimiawi.
1) Kekerasan mekanik
Kekerasan mekanik terdiri dari kekerasan tumpul, kekerasan tajam, dan
kekerasan akibat senjata api.7
a. Kekerasan tumpul
Luka akibat kekerasan tumpul adalah kerusakan jaringan yang
disebabkan oleh benda atau alat yang tidak bermata tajam, konsistensi
keras atau kenyal, dan permukaan halus atau kasar.7 Cara kejadian
kekerasan tumpul lebih sering disebabkan oleh kecelakaan atau
penganiayaan, dan jarang karena bunuh diri.7 Jenis luka yang
ditimbulkan akibat kekerasan tumpul yang sering dijumpai antara lain
luka memar, luka lecet, luka robek, serta patah tulang. Luka-luka
tersebut dapat menyebabkan dampak kerusakan jaringan maupun organ
bervariasi mulai dari ringan hingga berat, bahkan lebih parah yaitu
kematian. Jenis luka terbanyak yang dialami penduduk akibat kekerasan
tumpul adalah luka lecet atau memar (70,9%), dan luka robek (23,2%).
a) Luka memar (kontusio)
Memar merupakan salah satu bentuk luka yang ditandai oleh

18
kerusakan jaringan tanpa disertai diskontinuitas permukaan kulit.
Kerusakan tersebut disebabkan oleh pecahnya kapiler sehingga darah
keluar dan meresap ke jaringan di sekitarnya. Orang dengan kelainan
darah dan penyakit hati biasanya memiliki luka memar yang lebih parah
daripada orang yang sehat. Penyembuhan luka memar dapat dilihat
berdasarkan perubahan warna yang terjadi, yaitu dari biru atau merah,
merah-biru, hijau, coklat, dan akhirnya kuning. Perubahan warna ini
mungkin muncul tidak beraturan dan mungkin tumpang tindih. Tidak
ada cara untuk mengetahui berapa lama setiap tahap warna akan
berlangsung.
Jika dilihat sepintas, luka memar terlihat seperti lebam mayat, tetapi
jika diperiksa dengan seksama akan dapat dilihat perbedaan–
perbedaanya, yaitu:

b) Luka lecet (abrasio)


Luka lecet adalah rusaknya atau lepasnya lapisan luar kulit yang
disebabkan oleh gesekan. Sebuah luka dapat berupa dalam atau dangkal
tergantung pada kekuatan dan kekasaran permukaan yang menyebabkan
luka. Ciri luka lecet yaitu bentuk luka tidak teratur, batas luka tidak
teratur, tepi luka tidak rata, kadang ditemukan sedikit perdarahan, pada

19
pemeriksan mikroskopik terlihat adanya beberapa bagian yang masih
ditutupi epitel, dan terdapat reaksi jaringan (inflamasi).
Luka lecet juga dapat terjadi secara post mortem yang ditandai
dengan warna kuning mengkilat, lokasi biasnya di daerah penonjolan
tulang, pemeriksaan mikroskopik tidak di temukan adanya sisa- sisa
epitel, dan tidak di temukan reaksi jaringan.
c) Luka robek
Luka terbuka / robek adalah luka yang disebabkan karena
persentuhan dengan benda tumpul dengan kekuatan yang mampu
merobek seluruh lapisan kulit dan jaringan di bawahnya dengan ciri
bentuk garis batas luka tidak teratur dan tepi luka tak rata, bila ditautkan
tidak dapat rapat (karena sebagaian jaringan hancur), tebing luka tidak
rata, serta terdapat jembatan jaringan, di sekitar garis batas luka
ditemukan memar, lokasi luka lebih mudah terjadi pada daerah yang
dekat dengan tulang.9
b. Kekerasan tajam
a) Luka Tusuk
Pada luka tusuk, panjang luka pada kulit dapat sama, lebih kecil
ataupun lebih besar dibandingkan dengan lebar pisau. Kebanyakan luka
tusuk akan menganga bukan karena sifat benda yang masuk tetapi
sebagai akibat elastisitas dari kulit. Panjang luka di permukaan kulit
tampak lebih kecil dari lebar alat. Bila luka masuk dan keluar melalui
alur yang sama maka lebar luka sama dengan lebar alat. Tetapi sering
yang terjadi lebar luka melebihi lebar alat kerena tarikan ke samping
waktu menusuk dan waktu menarik. Demikian juga bila alat/pisau yang
masuk kejaringan dengan posisi yang miring.10
b) Luka Iris
Ciri utama luka iris dibanding luka akibat benda tajam lainnya adalah
panjangnya melebihi kedalamannya, sebab terjadi akibat tekanan ringan
benda tajam sewaktu digeserkan pada permukaan kulit. Dengan
demikian panjang dan dalam luka iris sama sekali tidak
menginformasikan ukuran benda tajam penyebab.10

20
c) Luka Bacok
Luka bacok terdiri dari luka iris yang memiliki alur atau potongan
pada dasar tulang. Jika arah bacokan melingkar, maka bagian yang
terkena berbentuk seperti piringan yang terpotong pada tulang atau
jaringan lunak sekitarnya. Tepi yang tumpul pada senjata bacok (seperti
sekop) bisa menyebabkan lebih banyak remukan daripada irisan pada
jaringan yang menghasilkan luka yang lebih konsisten ke arah robekan
daripada luka irisan. Baling-baling yang bergerak (kapal atau pesawat)
bisa menyebabkan luka bacok yang lebih parah. Adanya jaringan lunak
yang disertai hemoragik dengan luka bacok atau luka iris secara umum
dianggap sebagai bukti yang baik, bahwa luka timbul sebelum kematian.
Tubuh yang terendam lebih lama didalam air bisa menyebabkan
hemoragik yang pada awalnya ada di luka lebih memudar, dan
menyebabkan tampilan penyebab kematian yang sulit ditemukan. 10

2) Kekerasan fisik
Ada 3 penyebab fisik terjadinya trauma (kecederaan), yaitu:
1. Suhu (thermal burn)
a) Benda bersuhu tinggi
Kekerasan oleh benda bersuhu tinggi akan dapat menimbulkan
luka bakar yang cirinya amat tergantung dari jenis bendanya,
ketinggian suhu serta lamanya kontak dengan kulit. Api, benda
padat panas atau membara dapat mengakibatkan luka bakar
derajat I, II, III atau IV. Zat cair panas dapat mengakibatkan luka
bakar tingkat I, II atau III. Gas panas dapat mengakibatkan luka
bakar tingkat I, II, III atau IV.
b) Benda bersuhu rendah
Kekerasan oleh benda bersuhu dingin biasanya dialami oleh
bagian tubuh yang terbuka; seperti misalnya tangan, kaki, telinga
atau hidung. Mula-mula pada daerah tersebut akan terjadi
vasokonstriksi pembuluh darah superfisial sehingga terlihat
pucat, selanjutnya akan terjadi paralise dari vasomotor kontrol

21
yang mengakibatkan daerah tersebut menjadi kemerahan. Pada
keadaan yang berat dapat menjadi gangren.
2. Listrik (electrical burn)
Sengatan oleh benda bermuatan listrik dapat menimbulkan
luka bakar sebagai akibat berubahnya energi listrik menjadi energi
panas. Besarnya pengaruh listrik pada jaringan tubuh tersebut
tergantung dari besarnya tegangan (voltase), kuatnya arus (ampere),
besarnya tahanan (keadaan kulit kering atau basah), lamanya kontak
serta luasnya daerha terkena kontak. Bentuk luka pada daerah kontak
(tempat masuknya arus) berupa kerusakan lapisan kulti dengan tepi
agak menonjol dan disekitarnya terdapat daerah pucat dikelilingi
daerah hiperemis. Sering ditemukan adanya metalisasi.
Pada tempat keluarnya arus dari tubuh juga sering
ditemukannya luka. Bahkan kadangkadang bagian dari baju atau
sepatu yang dilalui oleh arus listrik ketika meninggalkan tubuh juga
ikut terbakar. Tegangan arus kurang dari 65 voltase biasanya tidak
membahayakan, tetapi tegangan antara 65-1000 volt dapat
mematikan. Sedangkan kuat arus (ampere) yang dapat mematikan
adalah 100 mA. Kematian tersebut terjadi akibat fibrilasi ventrikel,
kelumpuhan otot pernapasan atau pusat pernapasan. Sedang faktor
yang sering memperngaruhi kefatalan adalah kesadaran seseorang
akan adanya arus listrik pada benda yang dipegangnya. Bagi orang-
orang tidak menyadari adanya arus listrik pada benda yang
dipegangnya biasanya pengaruhnya lebih berat dibanding orang-
orang yang pekerjaannya setiap hari berhubungan dengan listrik.
3. Petir (lightning/eliksem)
Petir terjadi karena adanya loncatan arus listrik di awan yang
tegangannya dapat mencapai 10 mega Volt dengan kuat arus sekitar
100.000 A ke tanah. Luka-luka karena sambaran petir pada
hakekatnya merupakan luka-luka gabungan akibat listrik, panas dan
ledakan udara. Luka akibat panas berupa luka bakar dan luka akibat
ledakan udara berupa luka-luka yang mirip dengan akibat

22
persentuhan dengan benda tumpul. Dapat terjadi kematian akibat
efek arus listrik yang melumpuhkan susunan syaraf pusat,
menyebabkan fibrilasi ventrikel. Kematian juga dapat terjadi karena
efek ledakan atau efek dari gas panas yang ditimbulkannya. Pada
korban mati sering ditemukan adanya arborescent mark
(percabangan pembuluh darah terlihat seperti percabangan pohon),
metalisasi bendabenda dari logam yang dipakai, magnetisasi benda-
benda dari logam yang dipakai. Pakaian korban terbakar atau robek-
robek.

3) Kekerasan kimiawi
Ada 2 penyebab kimia terjadinya trauma (kecederaan), yaitu:
1. Asam
Termasuk zat kimia korosif dari golongan asam antara lain:
• Asam mineral (H2SO4, HCl dan NO3)
• Asam organik (asam oksalat, asam formiat dan asam asetat)
• Garam mineral (AgNO3 dan Zinc Chlorida)
• Halogen (F, Cl, Ba dan J)
Cara kerja zat kimia korosif dari golongan ini sehingga
mengakibatkan luka, ialah:
a) Mengekstraksi air dari jaringan.
b) Mengkoagulasi protein menjadi albuminat.
c) Mengubah hemoglobin menjadi acid hematin.
Ciri-ciri dari luka yang terjadi akibat zat-zat asam korosif tersebut di
atas ialah:
o Terlihat kering.
o Berwarna coklat kehitaman, kecuali yang disebabkan oleh nitric
acid berwarna kuning kehijauan.
o Perabaan keras dan kasar.
2. Basa
Zat-zat kimia korosif yang termasuk golongan basa antara lain ialah
KOH, NaOH, NH4OH. Cara kerja dari zat-zat tersebut sehingga

23
menimbulkan luka ialah:
a) Mengadakan ikatan dengan protoplasma sehingga membentuk
alkaline albumin dan sabun.
b) Mengubah hemoglobin menjadi alkaline hematin.
Ciri-ciri luka yang terjadi sebagai akibat persentuhan dengan zat-zat
ini:
• Terlihat basah dan edematous
• Berwarna merah kecoklatan
• Perabaan lunak dan licin

B. Kecelakaan
Kecelakaan lalu lintas (KLL) tidak lepas dari perkembangan pesat dari
perindustrian otomotif akhirakhir ini dan kemampuan daya beli masyarakat
untuk kendaraan bermotor. Hal ini menyebabkan peningkatan terjadinya KLL
di jalan raya. Da’i Bachtiar menyebutkan bahwa penyebab KLL ialah sebagai
berikut: faktor manusia (91%), faktor kendaraan (5%), faktor jalan (3%), dan
faktor lingkungan (1%). Faktor-faktor penyebab KLL dari pihak pejalan kaki
ialah konsentrasi yang kurang baik, kelelahan fisik dan mental (termasuk
keadaan sakit dan mabuk), tidak mematuhi peraturan lalu lintas yang berlaku
bagi pengguna jalan, serta kelainan jiwa dan kepribadian. 11,12 Korban
kecelakaan ditinjau dari umur kebanyakan berada di rentang umur 21-30 tahun
dengan pengendara dalam keadaan mabuk, dengan presentase laki-laki lebih
banyak dari perempuan.13 Dokter di bidang kedokteran forensik dan dokter
umum sewaktu-waktu dapat diminta dalam membuat Visum et Repertum
bahkan autopsi dalam korban kecelakaan.
Cedera kepala adalah trauma kepala yang paling sering melanda dunia
bagaikan wabah dalam kehidupan modern penggunaan kendaraan.Korban
kecelakaan sepeda motor sebagian besar antara umur 21-30 tahun yang
tercatat mencapai 43.5%. Menurut World Health Organization tahun (WHO)
tahun 2004, Case Rate (CFR) cedera akibat kecelakaan lalu lintas tertinggi di
jumpai di beberapa Negara Amerika Latin (41,7%), Korea Selatan (21,9%). 14
Dari seluruh kecelakaan yang ada WHO mencatat bahwa, 90% kecelakaan

24
lalu lintas dengan cedera kepala banyak terjadi di negara berkembang seperti
Indonesia. Kecelakaan lalu lintas dengan cedera kepala penting diketahui,
karena kecelakaan lalu lintas dapat mengakibatkan kematian serta kerugian
lainnya. Tercatat di data kepolisian Republik Indonesia tahun 2011 mencapai
108.696 jumlah kecelakaan dengan 31.195 korban meninggal dan 35.285
mengalami luka berat, dan 55,1% dari data tersebut mengalami cedera
kepala.13

C. Cedera Kepala
1. Definisi
Cedera kepala atau trauma kapitis adalah suatu ruda paksa (trauma)
yang menimpa struktur kepala sehingga dapat menimbulkan kelainan
struktural dan atau gangguan fungsional jaringan otak.15
Menurut Brain Injury Association of America, cedera kepala adalah
suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun
degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan atau benturan fisik dari luar,
yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran dan dapat menimbulkan
kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.16
2. Klasifikasi Cedera Kepala
a. Menurut mekanisme
Kekuatan kontak biasanya mengakibatkan cedera fokal seperti
memar dan patah tulang tengkorak. kekuatan inersia terutama translasi
mengakibatkan cedera fokal, sedangkan cedera rotasi akselerasi dan
deselerasi lebih cenderung mengakibatkan cedera difus mulai dari
gegar otak hingga Diffuse Axonal Injury (DAI). Cedera rotasi secara
khusus menyebabkan cedera pada permukaan kortikal dan struktur
otak bagian dalam. Cedera lainnya merupakan trauma penetrasi atau
luka tembak yang mengakibatkan perlukaan langsung organ
intracranial.17
1) Cedera otak fokal
Cedera otak fokal secara tipikal menimbulkan kontusio serebri dan
traumatik Intrakranial hematoma.18

25
a) Kontusio Serebri (memar otak)
Kontusio serebri merupakan cedera fokal berupa
perdarahan dan bengkak pada subpial, merupakan cedera yang
paling sering terjadi. Depreitere et al melaporkan bahwa kasus
kontusio serebri paling sering disebabkan oleh kecelakaan lalu
lintas, jatuh dari ketinggian dan cedera olahraga
Kontusio serebri adalah memar pada jaringan otak yang
disebabkan oleh trauma tumpul maupun cedera akibat
akselerasi dan deselerasi yang dapat menyebabkan kerusakan
parenkim otak dan perdarahan mikro di sekitar kapiler
pembuluh darah otak. Pada kontusio serebri terjadi perdarahan
di dalam jaringan otak tanpa adanya robekan jaringan yang
kasat mata, meskipun neuron-neuron mengalami kerusakan
atau terputus. Pada beberapa kasus kontusio serebri dapat
berkembang menjadi perdarahan serebral. Namun pada cedera
berat, kontusio serebri sering disertai dengan perdarahan
subdural, perdaraham epidural, perdarahan serebral ataupun
perdarahan subaraknoid.
b) Traumatik Intrakranial Hematom
Intrakranial hematom tampak sebagai suatu massa yang
merupakan target terapi yang potensial dari intervensi bedah
(sebagai lawan paling memar). Lebih sering terjadi pada pasien
dengan tengkorak fraktur. Tiga jenis utama dari hematoma
intrakranial dibedakan oleh lokasi relatif terhadap meninges:
epidural, subdural, dan intracerebral.
• Epidural Hematoma (EDH).
EDH adalah adanya darah di ruang epidural yaitu ruang
potensial antara tabula interna tulang tengkorak dan
duramater. EDH dapat menimbulkan penurunan kesadaran,
adanya lusid interval selama beberapa jam dan kemudian
terjadi defisit neurologis berupa hemiparesis kontralateral
dan dilatasi pupil ipsilateral. Gejala lain yang ditimbulkan

26
antara lain sakit kepala, muntah, kejang dan hemiparesis.
• Subdural Hematoma (SDH).
Perdarahan subdural adalah perdarahan antara
duramater dan arachnoid, yang biasanya meliputi
perdarahan vena. Terbagi atas 3 bagian. SDH akut adalah
terkumpulnya darah di ruang subdural yang terjadi akut (0-
2 hari). Perdarahan ini terjadi akibat robeknya vena-vena
kecil dipermukaan korteks cerebri. Perdarahan subdural
subakut, biasanya terjadi 2-14 hari setelah cedera dan
dihubungkan dengan kontusio serebri yang agak berat.
Tekanan serebral yang terus-menerus menyebabkan
penurunan tingkat kesadaran. Perdarahan subdural kronis
terjadi karena luka ringan. Mulanya perdarahan kecil
memasuki ruang subdural. Beberapa minggu kemudian
menumpuk di sekitar membran vaskuler dan secara pelan-
pelan ia meluas, bisanya terjadi lebih dari 14 hari.
• Intracerebral Hematoma (ICH).
Intracerebral Hematoma adalah area perdarahan yang
homogen dan konfluen yang terdapat di dalam parenkim
otak. ICH disebabkan oleh gaya akselerasi dan deselerasi
akibat trauma yang menyebabkan pecahnya pembuluh
darah yang terletak lebih dalam, yaitu di parenkim otak
atau pembuluh darah kortikal dan subkortikal.
• Subarahnoid Hematoma (SAH) Traumatik.
Perdarahan subarahnoid diakibatkan oleh pecahnya
pembuluh darah kortikal baik arteri maupun vena dalam
jumlah tertentu akibat trauma dapat memasuki ruang
subarahnoid.
2) Cedera otak difus
Cedera otak difus merupakan efek yang paling sering dari cedera
kepala dan merupakan kelanjutan klinis cedera kepala, mulai dari
gegar otak ringan sampai koma menetap pasca cedera. Terjadinya

27
cedera kepala difus disebabkan karena gaya akselerasi dan deselerasi
gaya rotasi dan translasi yang menyebabkan bergesernya parenkim
otak dari permukaan terhadap parenkim yang sebelah dalam.
Vasospasme luas pembuluh darah dikarenakan adanya perdarahan
subarahnoid traumatika yang menyebabkan terhentinya sirkulasi di
parenkim otak dengan manifestasi iskemia yang luas, edema otak
disebabkan karena hipoksia akibat renjatan sistemik, bermanifestasi
sebagai cedera kepala difus. Dari gambaran morfologi pencitraan atau
radiologi, cedera kepala difus dikelompokkan menjadi concussion
cerebri dan DAI. Difus Axonal Injury (DAI) adalah keadaan dimana
serabut subkortikal yang menghubungkan inti permukaan otak dengan
inti profunda otak (serabut proyeksi), maupun serabut yang
menghubungkan inti-inti dalam satu hemisfer (asosiasi) dan serabut
yang menghubungkan inti-inti permukaan kedua hemisfer (komisura)
mengalami kerusakan.19
b. Beratnya Cedera Kepala
Terlepas dari mekanisme cedera kepala, pasien diklasifikasikan secara
klinis sesuai dengan tingkat kesadaran dan distribusi anatomi luka.
Kondisi klinis dan tingkat kesadaran setelah cedera kepala dinilai
menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS). Berdasarkan nilai GCS, maka
penderita cedera otak dengan nilai GCS 9- 13 dikategorikan sebagai
cedera otak sedang, dan penderita dengan nilai GCS 14-15 dikategorikan
sebagai cedera otak ringan. Keparahan dari cedera kepala dapat
diklasifikasikan sebagai berikut.20

28
Tabel 1. Klasifikasi Keparahan Cedera Kepala
c. Morfologi Cedera Kepala
Luka pada kulit dan tulang dapat menunjukkan lokasi atau area
terjadinya trauma. Cedera yang tampak pada kepala bagian luar terdiri
dari dua, yaitu trauma kepala tertutup dan terbuka. Trauma kepala tertutup
merupakan fragmen-fragmen tengkorak yang masih intak atau utuh pada
kepala setelah luka. Trauma kepala terbuka adalah yaitu luka tampak luka
telah menembus sampai kepada dura mater.15
Secara morfologi cedera kepala data dibagi atas: 21
1) Laserasi kulit kepala
Luka laserasi adalah luka robek yang disebabkan oleh benda
tumpul atau runcing. Luka yang disebabkan oleh benda tajam lukanya
akan tampak rata dan teratur. Kulit kepala terdiri dari lima lapisan
yang disingkat dengan akronim SCALP yaitu skin, connective tissue,
apponeurosis galea, loose connective tissue dan percranium. Diantara
galea aponeurosis dan periosteum terdapat jaringan ikat longgar yang
memungkinkan kulit bergerak terhadap tulang. Pada fraktur tulang
kepala sering terjadi robekan pada lapisan ini.
2) Fraktur tulang kepala
Fraktur tulang tengkorak berdasarkan pada garis fraktur dibagi
menjadi:
a) Fraktur Linier
Fraktur linier merupakan fraktur dengan bentuk garis
tunggal atau stellata pada tulang tengkorak yang mengenai seluruh

29
ketebalan tulang kepala.
b) Fraktur Diastasis
Fraktur diastasis adalah jenis fraktur yang terjadi pada
sutura tulang tengkorak yang menyebabkan pelebaran sutura-sutura
tulang kepala. Jenis fraktur ini terjadi pada bayi dan balita karena
sutura-sutura belum menyatu dengan erat.
c) Fraktur kominutif
Fraktur kominutif adalah jenis fraktur tulang kepala yang
memiliki lebih dari satu fragmen dalam satu area fraktur.
d) Fraktur impresi
Fraktur impresi tulang pepala terjadi akibat benturan
dengan tenaga besar yang langsung mengenai tulang kepala.
Fraktur impresi pada tulang kepala dapat menyebabkan penekanan
atau laserasi pada duramater dan jaringan otak, fraktur impresi
dianggap bermakna terjadi jika tabula eksterna segmen tulang yang
impresi masuk hingga berada di bawah tabula interna segmen
tulang yang sehat.
e) Fraktur basis cranii
Fraktur basis cranii adalah suatu fraktur linier yang terjadi
pada dasar tulang tengkorak. Fraktur ini seringkali disertai dengan
robekan pada duramater yang melekat erat pada dasar tengkorak.
pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya rhinorrhea dan
racon eyes sign pada fraktur basis cranii fossa anterior, atau
ottorhea dan battle’s sign pada fraktur basis cranii fossa media.
3) Luka memar (kontusio)
Luka memar pada kulit terjadi apabila kerusakan jaringan subkutan
dimana pembuluh darah (kapiler) pecah sehingga darah meresap ke
jaringan sekitarnya, kulit tidak rusak, menjadi bengkak dan berwarna
merah kebiruan. Luka memar pada otak terjadi apabila otak menekan
pembuluh darah kapiler pecah. Biasanya terjadi pada tepi otak seperti
pada frontal, temporal dan oksipital. Kontusio yang besar dapat terlihat
di CT-Scan atau MRI (Magnetic Resonance Imaging). Pada kontusio

30
dapat terlihat suatu daerah yang mengalami pembengkakan yang
disebut edema. Jika pembengkakan cukup besar dapat menimbulkan
penekanan hingga dapat mengubah tingkat kesadaran. 22
4) Abrasi
Luka abrasi yaitu luka yang tidak begitu dalam, hanya superfisial.
Luka ini bisa mengenai sebagian atau seluruh kulit. Luka ini tidak
sampai pada jaringan subkutis tetapi akan terasa sangat nyeri karena
banyak ujung-ujung saraf yang rusak.23
5) Avulsi
Luka avulsi yaitu apabila kulit dan jaringan bawah kulit terkelupas,
tetapi sebagian masih berhubungan dengan tulang kranial. 23

D. Perdarahan
Penyebab utama kematian yang disebabkan karena trauma terjadi
akibat keadaan asidosis, koagulopati dan hipotermia yang dialami oleh
penderita. Kombinasi ini biasanya disebut sebagai lethal triad of trauma atau
trias of death atau trias kematian yaitu tiga kondisi yang saling berkaitan
yang menyebabkan kematian pada kasus trauma. Penyebab utama kematian
ini disebabkan karena perdarahan yang tidak terkontrol pada 1 jam pertama
setelah trauma dan 48 jam pertama setelah tindakan operasi darurat akibat
trauma. Lebih dari 25 persen dari semua kematian pada kasus trauma
disebabkan oleh perdarahan yang tidak terkontrol. Terlambatnya mengenali
tanda hipoperfusi jaringan pada awal pasien mengalami trauma dengan
perdarahan masif akan menyebabkan komplikasi yang berlanjut pada masalah
yang lebih kompleks dan berakhir dengan kegagalan organ dan kematian.
Implementasi pada prinsip “Damage Control” lebih awal selama resusitasi
dan pembedahan darurat mampu mengontrol efek yang ditimbulkan oleh
trauma dengan perdarahan yang hebat.24
Darah pada tubuh orang dewasa normal berkisar 7% dari berat badan
ideal yang menjadi salah satu komponen pilar kehidupan. Sehingga
kehilangan darah yang banyak dalam waktu cepat dikatakan sebagai
perdarahan masif yang dapat mengganggu perkusi dan oksigenasi

31
keberlangsungan metabolisme tubuh. Dimana perdarahan masif itu sendiri
adalah hilangnya 50% dari total darah dalam tubuh dalam waktu 3 jam.
Kondisi tersebut dapat menyebabkan kematian.25

32
BAB IV
ANALISIS KASUS

Jenazah laki-laki usia 22 tahun ditemukan mengalami kecelakaan lalu


lintas pada hari Kamis, 21 Januari 2021 sekitar pukul 16.15 WIB di Jln.
Karanganyar menuju Tawangmangi, tepatnya di depan rumah Makan Jimbaran
Dsn Gerdu Bioro Ds. Karangpandan Kec. Karangpandan Kab. Karanganyar.
Korban dibawa ke Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD Dr.
Moewardi pada hari Kamis, 21 Januari 2021 untuk dimintakan visum pemeriksaan
luar sesuai dengan surat permintaan Visum et Repertum dari Kepolisian Resor
Karanganyar. Tujuan dari visum kasus ini adalah untuk mengetahui penyebab
kematian, mengeliminasi kemungkinan kematian karena kriminalitas, dan
mengonfirmasi waktu kematian untuk pembuatan surat kematian dan Jasa
Raharja.
Jenazah tiba di ruang otopsi dan jenazah diletakkan di atas meja otopsi.
Jenazah telentang menghadap atas, dan masih mengenakan jaket, kaos, dan
celana. Posisi jenazah yaitu lengan atas kanan tegak lurus terhadap sumbu tengah
tubuh dan tegak lurus terhadap lengan bawah, terdapat luka terbuka; lengan kiri
atas kiri lurus terhadap sumbu tubuh. Kaki kanan tungkai atas menekuk
membentuk sudut tiga puluh derajat dari sumbu tengah tubuh dan kaki kiri lurus.
Panjang badan jenazah 165 cm.
Terdapat kaku jenazah pada seluruh persendian besar dan sulit digerakkan,
serta terdapat kaku jenazah yang masih dapat digerakkan pada persendian jari.
Kaku jenazah mulai tampak kira-kira 2 jam setelah mati klinis dari otot-otot kecil
(bagian luar tubuh) menuju bagian dalam tubuh. Kaku jenazah menjadi lengkap
setelah mati klinis 12 jam dan dipertahankan hingga 24 jam, kemudian
menghilang. Kaku jenazah terjadi karena pemecahan cadangan glikogen otot yang
menghasilkan energi telah habis. Energi ini digunakan untuk mengubah ADP
menjadi ATP. Jika cadangan glikogen dalam otot telah habis, maka energi tidak
dapat terbentuk, kompleks aktin-miosin selama kontraksi menjadi tetap dan tidak
berubah, menyebabkan otot gagal untuk berelaksasi dan menjadi kaku. 24,25 Kaku
jenazah pada kasus menunjukkan persendian besar yang sulit digerakkan dan

33
persendian jari masih dapat digerakkan. Kaku jenazah muncul pertama kali pada
otot involunter seperti otot jantung dan kaku menjalar dari proksimal ke distal otot
volunter yang dimulai sekitar 1-2 jam post mortem seperti kelopak mata, diikuti
dagu bawah, leher, otot-otot pada batang tubuh dan dada, ekstremitas atas,
abdomen, ekstremitas bawah, dan terakhir pada jari-jari tangan dan kaki.27,28 Ini
dapat mendasari kaku jenazah di persendian jari yang masih dapat digerakkan,
sedangkan persendian besar yang telah menjadi kaku. Kaku jenazah belum
lengkap sehingga waktu kematian diperkirakan <12 jam.
Terdapat pula lebam jenazah berwarna merah pada paha, pinggang,
punggung, leher samping kanan dan kiri yang hilang pada penekanan. Lebam
jenazah mulai tampak 20-30 menit sesudah mati, makin lama intensitasnya
semakin bertambah dan menjadi lengkap dan menetap di seluruh tubuh setelah 8-
12 jam. Lebam masih dapat ditekan dan berubah pucat sekitar 6-8 jam post
mortem.26,27 Perubahan warna ini terjadi karena saat seseorang meninggal, maka
sirkulasi akan terhenti dan tertahan, kemudian darah akan bergerak pada bagian
tubuh yang lebih rendah mengikuti gravitasi dan mengisi vena dan venula. Hal ini
mengakibatkan muncul warna merah kebiruan pada bagian-bagian tubuh
tersebut.27 Kasus menunjukkan lebam pada daerah paha, pinggang, punggung,
leher samping kanan dan kiri masih dapat hilang dengan penekanan dan waktu
kematian diperkirakan <6-8 jam.
Tidak terdapat tanda pembusukan jenazah. Pembusukan jenazah ini
disebabkan oleh autolisis dan aktivitas mikroba. Mikroba yang paling sering
ditemukan yaitu Clostridium welchii. Pembusukan dimulai sekitar 24 jam dengan
perut kanan bawah di daerah yang berubah warna menjadi kehijauan dan terisi
oleh cairan dan bakteri.26 Kasus menunjukkan tidak adanya pembusukan jenazah,
sehingga waktu kematian diperkirakan <24 jam.
Pemeriksaan kepala didapatkan rambut yang sukar dicabut, ditemukan
luka memar pada dahi. Mata kanan dan kiri terbuka 1 cm, tidak ditemukan
deformitas. Pemeriksaan hidung menunjukkan keluar cairan merah berbuih.
Pemeriksaan mulut menunjukkan keluar cairan berwarna merah. Pemeriksaan
telinga menunjukkan keluar cairan berwarna merah. Rambut yang sukar dicabut
menunjukkan bahwa belum terjadi pembusukan pada jenazah. Keluar cairan

34
berwarna merah pada hidung, mulut, dan telinga menunjukkan adanya
kemungkinan trauma kepala. Ini terjadi karena bocornya cairan serebrospinal
ataupun kerusakan pembuluh darah otak akibat trauma kepala karena benturan,
dapat juga terjadi karena fraktur basis cranii. Umumnya, keluar darah dari hidung,
mulut dan telinga yang dapat bercampur dengan cairan serebrospinal. Tes Hallo
Sign atau Double Ring menggunakan kertas tisu/koran untuk melihat adanya
gambaran halo (darah terkumpul di tengah dan sekitarnya masih terbentuk
rembesan cairan serebrospinal yang membentuk cincin kedua yang mengelilingi
cincin pertama) dapat dilakukan untuk membuktikan adanya dugaan fraktur basis
cranii.29,30
Cedera kepala merupakan cedera tersering pada kecelakaan lalu lintas dan
menjadi urutan pertama jenis cedera tersering pada korban. Cedera kepala ini
sering terjadi pada pengendara sepeda motor akibat kelalaian pengendara yang
tidak menggunakan helm atau menggunakan tetapi tidak benar. 31
Pemeriksaan dada didapatkan adanya luka lecet di dada kanan dan teraba
derik tulang pada iga pertama dan tulang selangka. Ketukan terdengar suara redup
pada seluruh lapang dada. Luka lecet disebabkan oleh cedera pada epidermis yang
bersentuhan dengan benda yang memiliki permukaan kasar atau runcing.26
Pemeriksaan perut didapatkan permukaan perut lebih tinggi daripada
permukaan dada dan didapatkan luka memar pada pinggang kanan. Ketukan
terdengar suara redup pada seluruh lapang perut. Luka memar adalah perdarahan
pada jaringan di bawah kulit akibat pecahnya kapiler dan vena, yang disebabkan
kekerasan benda tumpul.26
Pemeriksaan anggota gerak atas didapatkan luka lecet pada bahu dan
teraba derik tulang. Lengan bawah ditemukan luka terbuka, lokasi di siku dan
kedalaman sampai tulang. Teraba derik tulang pada lengan bawah. Jaringan di
bawah kuku jari berwarna biru keunguan pada kedua tangan. Luka terbuka ini
adalah luka robek akibat trauma benda tumpul dengan ciri tidak beraturan, tepi
luka tidak rata. Derik tulang bisa didapatkan apabila adanya fraktur dan bisa
terjadi karena kekerasan tumpul yang cukup kuat.26
Pemeriksaan anggota gerak bawah didapatkan derik tulang pada paha, luka
robek di tungkai bawah. Ditemukan luka robek pada telapak kaki kanan. Jaringan

35
di bawah kuku jari kaki berwarna biru keunguan pada kedua kaki.
Pemeriksaan pada jenazah didapatkan adanya tanda trauma akibat benda
tumpul, seperti luka memar, luka robek, patah tulang, dan luka memar. Pada
korban, didapatkan luka lebih dari satu (multiple injury) dan sering terjadi pada
korban meninggal pada kecelakaan lalu lintas. 31 Distribusi luka pada korban
kecelakaan terbanyak adalah luka lecet pada bagian ekstremitas. Luka lecet ini
dapat terjadi ketika terjatuh dan biasanya pengendara akan terseret akibat gaya
tolak, gesekan antara aspal, baju dan kulit akan menghasilkan luka lecet pada
bagian yang berkontak langsung.32 Patah tulang pada kecelakaan lalu lintas
tersering pada tulang ekstremitas yang dapat dikarenakan tumbukan primer
dengan kendaraan lain dan terbentur struktur jalanan yang keras pada kendaraan
roda dua; patah tulang karena kaki membentur benda di depannya saat terjadi
hentakan akibat penghentian mobil secara tiba-tiba pada kendaraan roda empat.33
Perkusi redup pada pemeriksaan dada mengindikasikan adanya
kemungkinan rongga dada yang terisi cairan, umumnya terisi oleh darah.
Terisinya cairan ke dalam rongga dada dapat dimungkinkan karena trauma benda
tumpul yang menyebabkan robeknya pembuluh darah dan kerusakan organ
sehingga darah mengisi rongga tersebut. Patah tulang iga juga dapat disebabkan
oleh benturan karena trauma benda tumpul.34

36
BAB V
KESIMPULAN

Seorang jenazah berjenis kelamin laki-laki dengan identitas jelas dan


dikenal. Pada pemeriksaan luar didapatkan tanda-tanda trauma pada tubuh korban.
Didapatkan tanda trauma tumpul yaitu luka memar di dahi dan pinggang kanan,
luka lecet di dada dan bahu kanan, luka terbuka di lengan kanan bawah, luka
robek di tungkai bawah kanan dan telapak kaki kanan; ditemukan darah yang
keluar dari telinga dan mulut oleh trauma kepala. Sebab pasti kematian tidak dapat
ditentukan karena tidak dilakukan pemeriksaan dalam sesuai permintaan penyidik.
Namun, perlukaan akibat trauma tumpul pada bagian kepala dan dada korban
berhubungan dengan kematian korban. Waktu kematian korban diperkirakan
enam hingga dua belas jam sebelum pemeriksaan.

37
DAFTAR PUSTAKA

1. Abdurrahman. Penyelesaian kasus kecelakaan lalu lintas oleh anak di bawah


umur melalui restorative justice (studi kasus di Polres Malang) [Skripsi].
Malang: Universitas Muhammadiyah Malang; 2016.
2. Wardhana Y. Analisis identifikasi kecelakaan lalu lintas di ruas jalan
komisaris 28 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 11, Nomor 1, Maret 2019, hlm.
23-28 Bambang Suprapto di Purwokerto [Tesis]. Purwekorto: Universitas
Muhammadiyah Purwekorto; 2016.
3. Hartini Rahayu. Hukum Pengangkutan di Indonesia. Citra Mentari. Malang.
2012.
4. C.S.T. Kansil dkk. Disiplin Berlalu Lintas di Jalan Raya. Rineka Cipta.
Jakarta. 1995.
5. Randi W. Analisis regresi logistik ordinal untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat keparahan kecelakaan lalu lintas di Kabupaten
Pasaman Barat [Tesis]. Padang: Universitas Andalas; 2017
6. Oktavianti, Putu. Prevalensi dan gambaran pola luka korban kecelakaan
sepeda motor di Instalansi Forensik RSUP Sanglah Denpasar tahun 2013.
ISM. 2016;7(1):33-41.
7. Tyas, MN. Gambaran Derajat Luka Akibat Kekerasan Tumpul Di RSUP Dr.
M. Djamil Padang Tahun 2016. Padang: Universitas Andalas; 2018.
8. Possible, JF et al. Prevalensi Kelengkapan Penulisan Deskripsi Luka Pada
Korban Hidup Kasus Truma Mekanik Berdasarkan Data Rekam Medik
Menurut Keilmuan Forensik Di Instalansi Forensik RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2016. Jurnal Ilmu Kedokteran Dan
Kesehatan. Volume 4. Nomor 3. Lampung: Universitas Malahayati; 2017.
9. Handout Keterampilan Klinik Ilmu Kedokteran Forensik Dan Medikolegal.
Makassar: Laboratorium Keterampilan Klinik Ilmu Kedokteran Forensik Dan
Medikolegal; 2012.
10. Nerchan E et al. Pola Luka Pada Kematian Akibat Kekerasan Tajam Di
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Dan Medikolegal RSUP Prof. Dr. R. D
Kandou Manado Periode 2013. Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 3, Nomor 2.

38
Manado: Universitas Sam Ratulangi; 2015.
11. Redaksi sinar grafika peraturan pelaksanaan undang-undang lalu lintas dan
angkutan jalan (Edisi Pertama). Jakarta: Radar Jaya Offset dan Penerbit Sinar
Grafika, 1993; p. 9-10,20.
12. Putranto LS. Rekayasa Lalu Lintas imdeks. 2008; p.8-22, 134-139.
13. Riyadina W, Subik IP. Profil Keparahan pada Korban Kecelakaan Sepeda
Motor di Instalasi Gawat Darurat RSUP Fatmawati: [Skripsi]. Jakarta: UNIV-
MEDICINE;2007.
14. Banga YT. Gambaran Korban Meninggal Akibat Kecelakaan Lalu Lintas di
Manado yang Masuk dibagian Forensik BLU RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou
Manado Periode January 2008-Desember 2010. [Skripsi]. Manado:FK-
UNSRAT;2011.
15. Sastrodiningrat, Gofar. Majalah Kedokteran Nusantara. 2006; 39(3):297-30.
16. Langlois, J., Rutland-Brown, Thomas , K. & Xi, Y. Incidence of Traumatic
Brain Injury, United State: Head Trauma Rehabilitation. 2006.
17. Youmans, J.R. Trauma : Neurological Surgery. 6th ed. New York: W.B.
Saunders Company. 2011; 3.
18. Youmans, JR dan Winn HR. Neurological Surgery. Saunders. 2017.
19. Sadewa, W. Kumpulan ilmu bedah saraf. Jakarta: Sagung Seto. 2011.
20. Brain Injury Association of Michigan. Traumatic Brain Injury Provider
Training Manual. Michigan Department Of Community Health. 2005.
21. Pascual JL, LeRoux PD, Gracias VH. Injury to the brain. Trauma :
Contemporary Principles and Therapy. Philadelphia : Lippincot. 2008: .276-
88.
22. Corrigan J, Selassie A, Orman J. The epidemiology of traumatic brain injury. J
Head Trauma Rehabil. 2010; 25: 72-80.
23. Arief Mansjoer. Kapita Selekta Kedokteran edisi 4. Jakarta : Media
Aesculapius. 2010.
24. Thorsen K, K. G. Ringdal, K. Strand. Clinical and cellular effects of
hypothermia, acidosis and coagulopathy in major injury.British Journal of
Surgery. 2011. 98; 894–907.
25. Stansby D, Maclennan, Hamilton. Manegement of massive blood loss: a

39
template guideline. 2017
26. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Winardi T, Abdul Mun'im, Sidhi,
dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi ke-1 Cetakan ke-2. Jakarta: Bagian
Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Indonesia; 1997.
27. Shedge R, Krishan K, Warrier V, Kanchan T. Postmortem [Internet]. Treasure
Island: StatPearls Publishing; 2020.
28. Kori S. Time since Death from Rigor Mortis: Forensic Prospective. Journal of
Forensic Sciences and Criminal Investigation. 2018; 9(5): 1-10.
29. Onda H, Fuse A, Yamaguchi M, Igarashi Y, Watanabe A, Suzuki G, dkk.
Traumatic Cerebrovascular Injury Following Severe Head Injury: Proper
Diagnostic Timetable and Examination Methods. Neurologia Medico-
Chirurgica. 2013; 53(9): 573-9.
30. Aflanie I, Nirmalasari N, Arizal MH. Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal. Edisi 1. Jakarta: Rajawali Press; 2017.
31. Oktavianti PH. Prevalensi dan Gambaran Pola Luka Korban Kecelakaan
Sepeda Motor di Instalasi Forensik RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2013.
Intisari Sains Medis. 2016; 7(1): 33-41.
32. Kepel FR, Mallo JF, Tomuka D. Pola Luka pada Kasus Kecelakaan Lalu
Lintas di Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUP Prof. Dr.
R. D. Kandou Manado Periode Tahun 2017. Jurnal Biomedik. 2019; 11(1):
23-8.
33. Riandini IL, Susanti R, Yanis A. Gambaran Luka Korban Kecelakaan Lalu
Lintas yang Dilakukan Pemeriksaan di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal
Kesehatan Andalas. 2015; 4(2): 502-8.
34. Dogrul BN, Kiliccalan I, Asci ES, Peker SC. Blunt trauma related chest wall
and pulmonary injuries: An overview. Chinese Journal of Traumatology.
2020; 23(3): 125-138.

40

Anda mungkin juga menyukai