Anda di halaman 1dari 16

KODE ETIK DAN KODE PERILAKU PROFESI

FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/JASA

Gedung LKPP
❖ Komplek Rasuna Epicentrum, Jl. Epicentrum Tengah Lot. 11B
Jakarta Selatan - 12940
Eighty Eight@ Casablanca Tower Lt. 10 Unit E.
❖ Jl. Casablanca Kav. 88 Kel. Menteng Dalam, Kec. Tebet
Jakarta Selatan – 12870

1
KATA PENGANTAR

Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan


Barang/Jasa Pemerintah menyatakan bahwa Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah mempunyai peran penting dalam pelaksanaan pembangunan
nasional untuk meningkatkan pelayanan publik dan mengembangkan
perekonomian pusat dan daerah. Agar Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
dapat menjalankan peran tersebut secara optimal, salah satu faktor kunci
adalah ketersediaan SDM pengadaan yang profesional dan kompeten.
Dalam rangka mewujudkan SDM pengadaan yang profesional dan
kompeten, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP)
memfasilitasi pembentukan Jabatan Fungsional Pengelola Pengadaan
Barang/Jasa berdasarkan Peraturan Menteri PAN-RB No. 77 Tahun 2012.
Selanjutnya pada tahun 2016, beberapa PNS yang telah diangkat menjadi
Fungsional Pengelola Pengadaan Barang/Jasa berinisiasi membentuk suatu
organisasi profesi sebagai wadah perkumpulan bagi para Fungsional
Pengelola Pengadaan Barang/Jasa yang bernama Ikatan Fungsional
Pengadaan Indonesia (IFPI).
Dalam pelaksanaan pengadaan yang penuh dinamika, Fungsional
Pengelola Pengadaan Barang/Jasa memegang peran penting dan strategis.
Oleh karena itu, selain harus profesional dan kompeten, Fungsional
Pengelola Pengadaan Barang/Jasa juga dituntut untuk memiliki integritas
tinggi serta independen. Dalam rangka menjaga integritas, independensi,
serta mengatur perilaku Fungsional Pengelola Pengadaan Barang/Jasa
diperlukan Kode Etik dan Kode Perilaku. Hal ini juga selaras dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai
Negeri Sipil yang menyatakan bahwa setiap Organisasi Profesi Jabatan
Fungsional (JF) wajib menyusun Kode Etik dan Kode Perilaku Profesi. Kode
Etik dan Kode Perilaku Profesi ditetapkan oleh organisasi profesi JF setelah
mendapat persetujuan dari pimpinan instansi pembina.
Menindaklanjuti Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017,
IFPI menyusun Kode Etik dan Kode Perilaku Profesi Fungsional Pengelola
Pengadaan Barang/Jasa. Kode Etik dan Kode Perilaku Profesi Fungsional
Pengelola Pengadaan Barang/Jasa merupakan panduan etika dan perilaku
bagi Fungsional Pengelola Pengadaan Barang/Jasa untuk mencegah
terjadinya segala bentuk penyimpangan dalam menjalankan tugas. Lebih
jauh, Kode Etik dan Kode Perilaku Profesi Fungsional Pengelola Pengadaan
Barang/Jasa diharapkan dapat menjamin agar prinsip-prinsip pengadaan
efisien, efektif, transparan, terbuka, bersaing, adil, dan akuntabel dapat
diterapkan sepenuhnya, sehingga pengadaan yang dilaksanakan tidak
hanya bebas dari penyimpangan tetapi juga dapat memberikan pemenuhan
nilai manfaat sebesar-besarnya (best value for money).

Dewan Pengurus Nasional

Ikatan Fungsional Pengadaan Indonesia

2
DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar 2

Keputusan Dewan Pengurus Nasional IFPI 4

Pasal 1 : Istilah dan Pengertian 8

Pasal 2 : Maksud dan Tujuan 9

Pasal 3 : Prinsip Pengadaan Barang/Jasa 10

Pasal 4 : Kode Etik dan Kode Perilaku Profesi Fungsional Pengelola 11


Pengadaan Barang/Jasa

Pasal 5 : Pedoman Praktik 13

Pasal 6 : Komite Kode Etik dan Kode Perilaku Profesi Fungsional 14


Pengelola Pengadaan Barang/Jasa

Pasal 7 : Majelis Pertimbangan Kode Etik dan Kode Perilaku Profesi 14


Fungsional Pengelola Pengadaan Barang/Jasa

Pasal 8 : Sanksi 16

Pasal 9 : Penutup 16

3
KEPUTUSAN DEWAN PENGURUS NASIONAL
IKATAN FUNGSIONAL PENGADAAN INDONESIA
NOMOR: 001 TAHUN 2019

TENTANG

KODE ETIK DAN KODE PERILAKU PROFESI


FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/JASA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEWAN PENGURUS NASIONAL


IKATAN FUNGSIONAL PENGADAAN INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam menjalankan profesi Fungsional


Pengelola Pengadaan Barang/Jasa diperlukan
adanya Kode Etik dan Kode Perilaku Profesi
sebagai pedoman pelaksanaan profesi;

b. bahwa Kode Etik dan Kode Perilaku Profesi


Fungsional Pengelola Pengadaan Barang/Jasa
diperlukan untuk menjaga nilai-nilai
profesionalisme, integritas, kejujuran, dan
keadilan;

4
c. bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b,
perlu ditetapkan Kode Etik dan Kode Perilaku
Profesi Fungsional Pengelola Pengadaan
Barang/Jasa dalam upaya mewujudkan
pengadaan barang/jasa yang bersih dan
kredibel;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999


tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih
dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 74, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3851);
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4843);
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5494);
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen
Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun
2017 Nomor 63);
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin

5
Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5135);
6. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2018 Nomor 33);
7. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 77
Tahun 2012 tentang Jabatan Fungional
Pengelola Pengadaan Barang/Jasa (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor
67);
8. Anggaran Dasar Ikatan Fungsional Pengadaan
Indonesia Pasal 8 Butir 12;
9. Surat Keputusan Ketua IFPI Nomor:
008/IN.01/DPN-IFPI/02/2018 Tanggal 8
Februari 2018 tentang Tim Penyusun Kode
Etik dan Kode Perilaku Profesi Pengelola
Pengadaan Barang/Jasa;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN DEWAN PENGURUS NASIONAL


IKATAN FUNGSIONAL PENGADAAN INDONESIA
TENTANG KODE ETIK DAN KODE PERILAKU
PROFESI FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN
BARANG/JASA.
KESATU : DENGAN DITETAPKANNYA KODE ETIK DAN KODE
PERILAKU PROFESI FUNGSIONAL PENGELOLA
PENGADAAN BARANG/JASA, MAKA SEMUA

6
FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN
BARANG/JASA WAJIB TUNDUK DAN
BERPEDOMAN PADA KODE ETIK DAN KODE
PERILAKU PROFESI FUNGSIONAL PENGELOLA
PENGADAAN BARANG/JASA.
KEDUA : SELURUH PENGURUS NASIONAL DAN PENGURUS
WILAYAH IFPI WAJIB MENYEBARLUASKAN KODE
ETIK DAN KODE PERILAKU PROFESI
FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN
BARANG/JASA KEPADA SELURUH FUNGSIONAL
PENGELOLA PENGADAAN BARANG/JASA DI
WILAYAH MASING-MASING.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 2 Agustus 2019
Ketua Umum
Ikatan Fungsional Pengadaan Indonesia

Tri Wahyu Widodo, S.Sos., M.M.


NPA. IFPI: 1 11 00027

7
PASAL 1
ISTILAH DAN PENGERTIAN

Dalam Keputusan Ikatan Fungsional Pengadaan Indonesia ini yang


dimaksud dengan:

(1) Kode Etik dan Kode Perilaku Profesi Fungsional Pengelola


Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disebut KEKPP-
FPPBJ adalah norma, sikap, dan perilaku yang harus dipahami
dan dilaksanakan oleh Fungsional Pengelola Pengadaan
Barang/Jasa dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya,
serta dalam menggunakan hak dan kewenangannya baik
sebagai individu profesional maupun sebagai bagian dari
Pemerintah.
(2) KEKPP-FPPBJ berisi kewajiban, tanggung jawab, tingkah laku,
dan perbuatan sesuai dengan nilai-nilai hakiki profesi yang
dikaitkan dengan nilai-nilai yang hidup dan berkembang dalam
masyarakat serta pandangan hidup Bangsa dan Negara.
(3) Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut
Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan Pengadaan
Barang/Jasa oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah
yang dibiayai oleh APBN/APBD yang prosesnya sejak identifikasi
kebutuhan, sampai dengan serah terima hasil pekerjaan.
(4) Ikatan Fungsional Pengadaan Indonesia yang selanjutnya
disebut IFPI adalah organisasi profesi Jabatan Fungsional
Pengelola Pengadaan Barang/Jasa.
(5) Fungsional Pengelola Pengadaan Barang/Jasa adalah Pejabat
Fungsional Pengadaan Barang/Jasa yang diberi tugas, tanggung
jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang
berwenang untuk melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa.
(6) Pelanggaran adalah segala perbuatan dalam bentuk ucapan,
tulisan, atau perilaku Fungsional Pengelola Pengadaan
Barang/Jasa yang bertentangan dengan KEKPP-FPPBJ;

8
(7) Kewajiban adalah perbuatan yang harus dilaksanakan oleh
Fungsional Pengelola Pengadaan Barang/Jasa dalam
menerapkan etika pengadaan.
(8) Larangan adalah perbuatan yang tidak boleh dilakukan oleh
Fungsional Pengelola Pengadaan Barang/Jasa dalam Pengadaan
Barang/Jasa.
(9) Sanksi adalah sanksi administrasi yang dikenakan kepada
Fungsional Pengelola Pengadaan Barang/Jasa yang terbukti
melakukan pelanggaran.
(10) Komite Kode Etik dan Kode Perilaku Profesi Fungsional
Pengelola Pengadaan Barang/Jasa adalah organ pendukung
Dewan Pengurus Nasional IFPI yang mengawasi kepatuhan
Fungsional Pengelola Pengadaan Barang/Jasa terhadap
pelaksanaan KEKPP-FPPBJ.
(11) Majelis Pertimbangan Kode Etik dan Kode Perilaku Profesi
Fungsional Pengelola Pengadaan Barang/Jasa terdiri atas
perwakilan Penasihat IFPI dan Ketua Divisi IFPI yang ditunjuk
dan diangkat oleh Ketua Umum IFPI melalui rapat terbatas
Dewan Pengurus Nasional IFPI yang memiliki tugas melakukan
penegakan, pelaksanaan, dan penyelesaian pelanggaran KEKPP-
FPPBJ.

PASAL 2
MAKSUD DAN TUJUAN

(1) KEKPP-FPPBJ dimaksudkan sebagai acuan dalam rangka


menegakkan disiplin dan pedoman perilaku Fungsional
Pengelola Pengadaan Barang/Jasa.
(2) Penegakan KEKPP-FPPBJ bertujuan untuk menciptakan
kepastian dan kesepahaman dalam penerapan KEKPP-FPPBJ.

9
PASAL 3
PRINSIP PENGADAAN BARANG/JASA

(1) Pengadaan Barang/Jasa menerapkan prinsip:


a. efisien;
b. efektif;
c. transparan;
d. terbuka;
e. bersaing;
f. adil; dan
g. akuntabel.
(2) Makna dari prinsip sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
meliputi:
a. efisien mempunyai makna bahwa Pengadaan Barang/Jasa harus
diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang minimum
untuk mencapai kualitas dan sasaran dalam waktu yang
ditetapkan atau menggunakan dana yang telah ditetapkan untuk
mencapai hasil dan sasaran dengan kualitas yang maksimum.
b. efektif mempunyai makna bahwa Pengadaan Barang/Jasa harus
sesuai dengan kebutuhan dan sasaran yang telah ditetapkan
serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya.
c. transparan mempunyai makna bahwa semua ketentuan dan
informasi mengenai Pengadaan Barang/Jasa bersifat jelas dan
dapat diketahui secara luas oleh Penyedia Barang/Jasa yang
berminat serta oleh masyarakat pada umumnya.
d. terbuka mempunyai makna bahwa Pengadaan Barang/Jasa
dapat diikuti oleh semua Penyedia Barang/Jasa yang memenuhi
persyaratan atau kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan
prosedur yang jelas.
e. bersaing mempunyai makna bahwa Pengadaan Barang/Jasa
harus dilakukan melalui persaingan yang sehat di antara
sebanyak mungkin Penyedia Barang/Jasa yang setara dan

10
memenuhi persyaratan, sehingga dapat diperoleh Barang/jasa
yang ditawarkan secara kompetitif dan tidak ada intervensi yang
mengganggu terciptanya mekanisme pasar dalam Pengadaan
Barang/Jasa.
f. adil mempunyai makna bahwa memberikan perlakuan yang sama
bagi semua calon Penyedia Barang/Jasa dan tidak mengarah
untuk memberi keuntungan kepada pihak tertentu, dengan tetap
memperhatikan kepentingan nasional.
g. akuntabel mempunyai makna bahwa harus sesuai dengan aturan
dan ketentuan yang terkait dengan Pengadaan Barang/Jasa
sehingga dapat dipertanggungjawabkan.

PASAL 4
KODE ETIK DAN KODE PERILAKU PROFESI
FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/JASA

(1) Sesuai dengan prinsip Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 3, setiap Fungsional Pengelola Pengadaan
Barang/Jasa wajib mentaati KEKPP-FPPBJ yang terdiri atas:
a. melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung
jawab untuk mencapai sasaran, kelancaran, dan ketepatan
tujuan Pengadaan Barang/Jasa;
b. bekerja secara profesional, mandiri, dan menjaga
kerahasiaan informasi yang menurut sifatnya harus
dirahasiakan untuk mencegah penyimpangan Pengadaan
Barang/Jasa;
c. tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak
langsung yang berakibat persaingan usaha tidak sehat;
d. menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan
yang ditetapkan sesuai dengan kesepakatan tertulis pihak
yang terkait;
e. menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan
kepentingan pihak yang terkait, baik secara langsung

11
maupun tidak langsung, yang berakibat persaingan usaha
tidak sehat dalam Pengadaan Barang/Jasa;
f. menghindari dan mencegah pemborosan dan kebocoran
keuangan negara;
g. menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang
dan/atau kolusi; dan
h. tidak menerima, tidak menawarkan, atau tidak menjanjikan
untuk memberi atau menerima hadiah, imbalan, komisi,
rabat, dan apa saja dari atau kepada siapapun yang
diketahui atau patut diduga berkaitan dengan Pengadaan
Barang/Jasa.
(2) Dalam melaksanakan tugas, setiap Fungsional Pengelola
Pengadaan Barang/Jasa dilarang:
a. meminta dan/atau menerima imbalan dalam bentuk apapun
dari Penyedia atau Calon Penyedia Barang/Jasa, kuasa atau
wakilnya baik langsung maupun tidak langsung atau
perusahaan yang mempunyai afiliasi dengan Penyedia
Barang/Jasa;
b. memberikan data dan informasi yang tidak benar dan/atau
segala sesuatu yang belum pasti atau diputuskan;
c. menggunakan fasilitas/sarana kantor untuk kepentingan
pribadi, kelompok dan/atau pihak lain;
d. melakukan pengaturan tender dengan calon Penyedia
Barang/Jasa, kuasa atau wakilnya baik langsung maupun
tidak langsung atau perusahaan yang mempunyai afiliasi
dengan calon Penyedia Barang/Jasa di luar kantor baik dalam
jam kerja maupun di luar jam kerja;
e. melaksanakan proses pemilihan Penyedia Barang/Jasa yang
diskriminatif/pilih kasih;
f. melakukan pertemuan dengan calon Penyedia Barang/Jasa
yang sedang mengikuti proses tender di luar proses tender;
g. melakukan tindak pidana korupsi, kolusi, dan nepotisme

12
dengan pihak Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah dalam
pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa; dan
h. mengucapkan perkataan dan/atau menuliskan kalimat yang
tidak etis dan bersifat melecehkan atau melanggar kesusilaan
kepada Calon Penyedia atau Penyedia Barang/Jasa, kuasa
atau wakilnya baik langsung maupun tidak langsung atau
perusahaan yang mempunyai afiliasi dengan Penyedia
Barang/Jasa atau masyarakat.
(3) Setiap Fungsional Pengelola Pengadaan Barang/Jasa wajib
berperilaku atau beretika sosial sebagai berikut:
a. bertanggung jawab dan menjunjung tinggi kehormatan
serta martabat profesi.
b. bersedia untuk berbagi pengalaman dan wawasan
pengadaan barang/jasa kepada rekan seprofesi;
c. bersedia untuk memberikan dukungan kepada rekan
seprofesi dalam pengembangan dan peningkatan
kompetensi;
d. senantiasa menghormati hak-hak dan menjaga
kepercayaan rekan seprofesi.
e. berperan dalam mengembangkan organisasi profesi.
f. menghindari tindakan-tindakan yang berindikasi
gratifikasi, korupsi, kolusi, nepotisme, dan/atau konflik
kepentingan dalam proses pengadaan barang/jasa.
g. bersikap netral terhadap semua calon penyedia
barang/jasa.
h. saling menghormati dan menghargai profesi lain.

PASAL 5
PEDOMAN PRAKTIK

Dalam melaksanakan tugas, setiap Fungsional Pengelola Pengadaan


Barang/Jasa berpedoman sebagai berikut:
(1) Menerapkan tujuh prinsip pengadaan barang/jasa yaitu,
pengadaan yang efisien, efektif, transparan, terbuka, bersaing,

13
adil, dan akuntabel.
(2) Berperan serta dalam mewujudkan ekosistem pengadaan
barang/jasa yang berorientasi pada best practise pengadaan.
(3) Menciptakan dan memelihara hubungan antar sesama
Fungsional Pengelola Pengadaan Barang/Jasa baik di
lingkungan kerja maupun di dalam hubungan keseluruhan.
(4) Memelihara, membina, dan meningkatkan mutu organisasi
profesi sebagai sarana pengabdiannya.
(5) Patuh pada peraturan perundangan terkait, yang berlaku dalam
bidang Pengadaan Barang/Jasa.

PASAL 6
KOMITE KODE ETIK DAN KODE PERILAKU PROFESI
FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/JASA

(1) Komite Kode Etik dan Kode Perilaku Profesi mempunyai tugas
melaksanakan pemeriksaan, investigasi, dan melaporkan
pelanggaran Kode Etik dan Kode Perilaku Profesi kepada Dewan
Pengurus Nasional IFPI.
(2) Komite Kode Etik dan Kode Perilaku Profesi terdiri atas
perwakilan Dewan Penasihat dan Ketua Divisi Pengurus
Nasional IFPI.
(3) Jumlah angggota Komite Kode Etik dan Kode Perilaku Profesi
sebagaimana dimaksud pada angka 2, berjumlah gasal.

PASAL 7
MAJELIS PERTIMBANGAN
KODE ETIK DAN KODE PERILAKU PROFESI
FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/JASA

(1) Dalam rangka menindaklanjuti rekomendasi Komite Kode Etik


dan Kode Perilaku Profesi, Dewan Pengurus Nasional IFPI
membentuk Majelis Pertimbangan KEKPP-FPPBJ yang bertujuan

14
untuk menegakkan KEKPP-FPPBJ dan menjamin profesionalisme
Fungsional Pengelola Pengadaan Barang/Jasa.

(2) Majelis Pertimbangan KEKPP-FPPBJ bersifat ad hoc, yaitu hanya


dibentuk apabila ada Fungsional Pengelola Pengadaan
Barang/Jasa yang diduga melakukan pelanggaran terhadap
KEKPP-FPPBJ.

(3) Keanggotaan Majelis Pertimbangan KEKPP-FPPBJ berjumlah


gasal sekurang-kurangnya 5 (lima) orang, terdiri atas :

- 1 (satu) orang Ketua merangkap anggota;

- 1 (satu) orang Sekretaris merangkap anggota, dan;

- 3 (tiga) orang Anggota

(4) Jabatan dan pangkat anggota Majelis Pertimbangan KEKPP-


FPPBJ tidak boleh lebih rendah dari jabatan dan pangkat
Fungsional Pengelola Pengadaan Barang/Jasa yang diduga
melanggar KEKPP-FPPBJ.

(5) Majelis Pertimbangan KEKPP-FPPBJ mengambil keputusan


setelah memanggil dan memeriksa Fungsional Pengelola
Pengadaan Barang/Jasa yang diduga melanggar KEKPP-FPPBJ.

(6) Keputusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 angka 5


diambil secara musyawarah mufakat. Dalam hal musyawarah
tidak mencapai mufakat, maka keputusan diambil dengan
pemungutan suara.

(7) Majelis Pertimbangan KEKPP-FPPBJ dapat mendengar


keterangan pejabat lain atau pihak lain yang dianggap perlu.

(8) Keputusan Majelis Pertimbangan KEKPP-FPPBJ bersifat final dan


tidak dapat diganggu gugat.

15
PASAL 8
SANKSI
(1) Fungsional Pengelola Pengadaan Barang/Jasa yang terbukti
melakukan pelanggaran dapat dikenakan sanksi berdasarkan
rekomendasi Majelis Pertimbangan KEKPP-FPPBJ.

(2) Sanksi yang diberikan mengacu kepada peraturan perundang-


undangan yang berlaku.

(3) Rekomendasi Majelis Pertimbangan KEKPP-FPPBJ sebagaimana


dimaksud pada angka (1) disampaikan kepada:

a. Fungsional Pengelola Pengadaan Barang/Jasa yang


bersangkutan;
b. Badan/Biro/Bagian Kepegawaian/SDM di Instansi yang
bersangkutan;
c. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
(LKPP) sebagai pembina Fungsional Pengelola Pengadaan
Barang/Jasa; dan
d. Dewan Pengurus Nasional IFPI.

PASAL 9
PENUTUP
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila di
kemudian hari terdapat kekeliruan dalam Keputusan ini akan
diadakan perubahan dan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 2 Agustus 2019
Ketua Umum
Ikatan Fungsional Pengadaan Indonesia

Tri Wahyu Widodo, S.Sos., M.M.


NPA. IFPI: 1 11 00027

16

Anda mungkin juga menyukai