Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN ILMU UKUR TANAH II

PENGUKURAN POLIGON TERIKAT SEMPURNA MENGGUNAKAN ALAT


THEODOLIT

KELOMPOK 2

NAMA : FRAENDY PELLONDOU


NIM : 1923715908
KELAS/SEMESTER : A/III
PRODI/JURUSAN : PJJ/TEKNIK SIPIL

PERENCANAAN JALAN & JEMBATAN


TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
2021

LAPORAN IUT/KELOMPOK 3 Page 0


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala karunia, Rahmat dan berkatnya
sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan laporan ini dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana. Semoga laporan ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam bidang pendidikan.

Harapan saya semoga laporan ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi laporan ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.

Laporan ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan laporan ini.

Kupang, Oktober 2021

FRAENDY PELLONDOU

15
15
DAFTAR ISI
COVER Halaman

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i


DAFTAR ISI ……………………………………………………...……………………… ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
I.1. LATAR BELAKANG …..................................................................................... 1
I.2. LOKASI DAN WAKTU PRAKTIKUM …….................................................... 2
BAB II DASAR TEORI ….................................................................................................... 3
II.1 TEORI PRAKTEK …........................................................................................... 3
II.2 TUJUAN PRAKTEK …...................................................................................... 3
II.3PERALATAN YANG DI GUNAKAN …........................................................... 4
II.4 LANGKA KERJA ................................................................................................ 6
II.5 LANGKA PERHITUNGAN …………………………………………………… 7
II.6 LANGKA GAMBAR DAN PLOT …………………………………………….. 9
II.7DAFTAR TABEL PENGUKURAN …………………………………………… 11
II.8HASIL PENGUKURAN ...................................................................................... 13
BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 14
III.1 KESIMPULAN .................................................................................................. 14
III.2 SARAN .............................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 15

15
DAFTAR TABEL
HALAMAN

TABEL 1.1 PERALATAN 4


PENGUKURAN .........................................................................
TABEL 2.1 TABEL HASIL 11
PENGUKURAN .......................................................................

15
DAFTAR GAMBAR
HALAMAN

GAMBAR 1.1 LOKASI PENGUKURAN ............................................................................ 2


GAMBAR 2.1 PESAWAT THEDOLIT ……………............................................................ 4
GAMBAR 2.2 STATIF PESAWAT THEDOLIT ………………………………………….. 4
GAMBAR 2.3 RAMBU UKUR ……………………………………………………………. 5
GAMBAR 2.4 METER UKUR .............................................................................................. 5
GAMBAR 2.5 SPIDOL .......................................................................................................... 5
GAMBAR 2.6 KOMPAS …………………………………………………………………... 5
GAMBAR 2.7 ALAT TULIS MENULIS ………………………………………………….. 6
GAMBAR 2.8 HASIL PENGUKURAN .............................................................................. 13

15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Poligon adalah serangkaian titik-titik yang dihubungkan dengan garis lurus
sehingga titik-titik tersebut membentuk sebuah rangkaian (jaringan) titik atau poligon.
Pada pekerjaan pembuatan peta, rangkaian titik poligon digunakan sebagai kerangka
peta, yaitu merupakan jaringan titik-titik yang telah tertentu letaknya di tanah yang sudah
ditandai dengan patok, dimana semua benda buatan manusia seperti jembatan, jalan raya,
gedung maupun benda-benda alam seperti danau, bukit, dan sungai akan diorientasikan.
Kedudukan benda pada pekerjaan pemetaan biasanya dinyatakan dengan sistem koodinat
kartesius tegak lurus (X,Y) di bidang datar (peta), dengan sumbu X menyatakan arah
timur – barat dan sumbu Y menyatakan arah utara – selatan. Koordinat titik-titik poligon 
harus cukup teliti mengingat ketelitian letak dan ukuran benda-benda yang akan
dipetakan sangat tergantung pada ketelitian dari kerangka peta.
Menurut bentuknya, poligon  dibedakan menjadi dua yaitu :
A. Poligon Terbuka
Poligon terbuka adalah suatu poligon dimana titik awal dan titik akhirnya berbeda.
Jenis-jenis poligon terbuka adalah :
1. Poligon terbuka terikat sempurna
2. Poligon terbuka terikat sepihak
3. Poligon terbuka tidak terikat

B. Poligon Tertutup
Poligon tertutup adalah suatu poligon dimana titik awal dan titik akhirnya
mempunyai posisi yang sama atau berhimpit, sehingga poligon ini adalah suatu
rangkaian tertutup. Berdasarkan fungsinya, poligon dibedakan menjadi ;
1. Poligon untuk keperluan kerangka peta, syaratnya harus memiliki titik–titik
yang cukup baik, dalam arti menjangkau semua wilayah.
2. Poligon yang berfungsi sebagai titik-titik pertolongan untuk mengambil
detail lapangan.

Untuk memudahkan dalam memahami sudut-sudut yang ada dalam pengukuran


poligon, maka perlu dijelaskan hal-hal sebagai berikut :

1. Sudut dalam adalah selisih antara dua arah (jurusan) yang berlainan.
2. Azimuth (sudut arah) adalah sudut yang dihitung terhadap arah utara magnetis, dan
arah ini berhimpit dengan sumbu Y pada peta.

Unsur-unsur yang dicari dalam pengukuran poligon adalah semua jarak dan sudut (Di,
βi). Kedua unsur ini telah cukup untuk melukis poligon di atas peta, jika kita tidak
terikat pada sistem koodinat yang ada dan tidak menghiraukan orientasi pada poligon

1
tersebut.Agar poligon tersebut terarah (tertentu orientasinya), maka perlu salah satu sisi
diketahui sudut arahnya (azimuth).

https://www.ilmutekniksipil.com/ilmu-ukur-tanah/pengukuran-poligon

1.2 LOKASI DAN WAKTU PRATIKUM


 Lokasi Pengukuran : Gedung AKUNTANSI

GAMBAR 1.1 LOKASI PENGUKURAN

 Waktu Pratikum :
Hari tanggal : Kamis, 07 JANUARI 2021
Waktu : 12.00 wita - selesai

15
BAB II
DASAR TEORI
II.1TEORI PRAKTEK
Pengukuran dan pemetaan poligon merupakan salah satu metode pengukuran dan
pemetaan kerangka dasar horizontal untuk memperoleh koordinat planimetris (X, Y) titik-
titik ikat pengukuran. Metode poligon adalah salah satu cara penentuan posisi horizontal
banyak titik dimana titik satu dengan lainnya dihubungkan satu sama lain dengan
pengukuran sudut dan jarak sehingga membentuk rangkaian titik-titik (poligon). Dapat
disimpulkan bahwa poligon adalah serangkaian garis berurutan yang panjang dan arahnya
telah ditentukan dari pengukuran di lapangan.
Pengukuran poligon sendiri mempunyai maksud dan tujuan untuk menentukan
letak titik di atas permukaan bumi serta posisi relatif dari titik lainnya terhadap suatu
sistem koordinat tertentu yang dilakukan melalui pengukuran sudut dan jarak dan
dihitung terhadap referensi koordinat tertentu. Selanjutnya posisi horizontal/koordinat
tersebut digunakan sebagai dasar untuk pemetaan situasi topografi asuatu daerah tertentu.
Pengukuran poligon tertutup dilakukan dengan cara mengukur sudut horizontal dan
sudut vertical untuk mengetahui titik koordinat (X,Y) dan elevasi di tiap titik yang di ukur
dan pengukuran di lakukan dari titik awal dan berakhir di titik awal pengukuran.
http://ilmu-civil1001.blogspot.com/p/pengukuran-poligon-tertutup-terikat.html

II.2TUJUAN PRAKTEK
Tujuan pengukuran situasi detail menggunakan alat theodolite :
1. Mahasiswa dapat terampil dalam pengukuran alat dan terampil dalam mengukur
menggunakan alat thedolit dan terampil membaca bak rambu atau rambu ukur
2. mahasiswa dapat mengukur menggunakan tinggi pesawat menggunakan meter
ukur
3. mahasiswa dapat mengatasi problem di lapangan yang dijumpai waktu
pengukuran
4. mahasiswa dapat mengukur sudut horisotal dan sudut vertical di lapangan
5. mahasiswa dapat menghitung hasil penggukuran untuk mendapatkan nilai yang
inggin di ketahui dari pengukuran
6. mahasiswa dapat menggambar hasil pengukuran menggunakan aplikasi

15
II.3PERALATAN YANG DI GUNAKAN DALAM PRAKTEK
No Nama Alat Jumlah
1 PESAWAT THEDOLIT 1
2 STATIF PESAWAT THEDOLIT 1
3 RAMBU UKUR 2
4 METER UKUR 1
5 SPIDOL 1
6 KOMPAS 1
7 ALAT TULIS MENULIS 1

TABEL 1.1 PERALATAN PENGUKURAN


Peralatan yang di gunakan seperti table 1.1 adalah :
1. Pesawat Thedolit
Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang
digunakan untuk menentukan tinggi tanah dengan
sudut mendatar dan sudut tegak. Di dalam theodolit
sudut yang dapat di baca bisa sampai pada satuan
sekon (detik).
http://azmichober.blogspot.com/2014/02/alat-ukur-
tanah-theodolit.html
GAMBAR 2.1
PESAWAT
THEDOLIT

2. Statif Pesawat Thedolit


Statif  berfungsi sebagai tempat atau dudukan
pesawat theodolit maupun waterpass
Cara Penggunaan Statif atau Tripod sebagai Berikut:
Buka tali pengikat statif atau tripod dan pasangkan
sedemikian rupa sehingga ketiga kakinya terbuka
(untuk berdiri dengan baik). Pemasangan atau
penyetelan statif atau tripod harus sesuai dengan
GAMBAR 2.2 STATIF
tinggi orang yang membidik / mengukur, jangan
PESAWAT
terlalu tinggi atupun terlalu rendah.
THEDOLIT
http://putrakfc.blogspot.com/2015/02/waterpass-
fungsi-dari-bagian-bagian.html

15
3. Rambu Ukur
ambu ukur adalah alat yang terbuat dari kayu atau
campuran alumunium yang diberi skala pembacaan.
Alat ini berbentuk mistar ukur yang besar, mistar ini
mempunyai panjang 3, 4 bahkan ada yang 5 meter.
Skala rambu ini dibuat dalam cm, tiap-tiap blok
merah, putih atau hitam menyatakan 1 cm, setiap 5
blok tersebut berbentuk huruf E yang menyatakan 5
cm, tiap 2 buah E menyatakan 1 dm. Tiap-tiap meter
GAMBAR 2.3
diberi warna yang berlainan, merah-putih, hitam-
RAMBU UKUR
putih, dll.
http://fungsialat.blogspot.com/2018/08/fungsi-rambu-
ukur-dan-cara-penggunaannya.html

4. Meter Ukur
Meter ukur / pita ukur / rollmeter adalah alat ukur
panjang yang sangat penting dipergunakan dalam
bangunan. Ketelitian pengukuran dengan rollmeter
sampai 0,5 mm. Alat ukur panjang ini digunakan
dalam pengukuran sebagai alat ukur tinggi pesawat
dari tanah sampai dengan teropong
GAMBAR 2.4
https://www.haruspintar.com/alat-ukur-panjang/
METER UKUR
5. Spidol
Spidol adalah alat tulisan papan yang digunakan
dilapangan sebagai alat pengganti cad untuk
penandaan di lapangan sehingga memudahkan
dalam pengecekan tanda pengukuran apabila ada
kekeliruan
GAMBAR 2.5 SPIDOL

6. Kompas
Kompas berfungsi untuk menentukan arah utara
pada titik awal sebelum memulai engukuran atau
untuk mengetahui azimuth awal pengukuran

15
7. Alat Tulis Menulis
Alat tulis menulis bertujuan untuk mencatat data
pengukuran yang ada pada saat pengukuran, sepert
tinggi pesawat, bacaan rambu, sudut vertical dan
sudut horizontal.

GAMBAR 2.7
ALAT TULIS MENULIS

II.4LANGKA KERJA
Langka kerja pengukuran sebagai berikut
1) Mensurvei lokasi tempat praktek,
2) Membuat sket lokasi pengukuran secara kasar yang dapat digunakan untuk membantu
menandai titik-titik mana yang akan diukur,
3) Mendirikan pesawat di titik awal, datarkan statif, Letakan pesawat diatas statif yang
sudah didatarkan, dan Sentering alat,
4) Mengarahkan pesawat kearah utara dengan bantuan kompas lalu kunci setelah itu
tekan tombol 0 set (2kali),
5) Buka kunci, lalu bidik ke titik belakang dalam posisi teropong biasa, kunci pesawat
secara vertical dan horizontal lalu baca rambu (BA, BB, BT) serta besar sudut
horizontal dan sudut vertikal serta catat pada table pengukuran
6) Buka penguci vertical dan horizontal Lalu putar pesawat searah jarum jam. Kemudian
kunci kembali pesawat posisi vertical dan horizontal dan bidik ke titik depan dalam
kondisi pesawat dan teropong dikunci, kemudian baca rambu (BA, BB, BT) serta
besar sudut horizontal dan sudut vertikal serta catat pada table pengukuran
7) Lakukan bacaan luar biasa untuk titik belakang, dengan cara memutar pesawat
kembali ke titik belakang dan teropong di putar searah jarum jam sebesar 180 derajat
untuk membaca sudut vertikal dan horizontal serta catat pada table pengukuran
8) Setelah catat pada table pengukuran putar teropong ke titik depan untuk bacaan luar
biasa di titik depan serta catat pada table pengukuran
9) Kembalikan teropong ke posisi biasa dengan cara memutar teropong dan pesawat
searah jarum jam sebesar 180 derajat , lalu bidik titik detail dan baca rambu (BA, BB,
BT) serta besar sudut horizontal dan sudut vertikal serta catat pada table pengukuran
10) Setelah selesai bacaan semua pada titik pertama pindakan pada titik berikut dan
lakukan sentering pesawat pada keadaan norman dan alat berdiri tepat pada titik yang
sama rambu berdiri.
11) Setelah selesai melakukan sentering pesawat dan nivo rambu setra nivo kotak berada
di tenggan-tengga kemudian keker alat pada titik belakang dan kanci pesawat dan
teropong dan tekan (0 set ) 2 kali, setelah itu baca bacaan rambu (BA, BT, BB) dan

15
bacaan sudut horizontal dan sudut vertkal dan vertikal serta catat pada table
pengukuran sebagai bacaan sudut biasa belakang
12) Buka skrup pengunci pesawat dan putra pesawat searah jarum jam ke titik depan dan
dan kunci kembali pesawat dan baca bacaan rambu (BA, BT, BB) dan bacaan sudut
horizontal dan sudut vertkal dan vertikal serta catat pada table pengukuran sebagai
bacaan sudut biasa depan
13) Lakukan bacaan luar biasa untuk titik belakang, dengan cara memutar pesawat
kembali ke titik belakang dan teropong di putar searah jarum jam sebesar 180 derajat
untuk membaca sudut vertikal dan horizontal serta catat pada table pengukuran
14) Setelah catat pada table pengukuran putar teropong ke titik depan untuk bacaan luar
biasa di titik depan serta catat pada table pengukuran
15) Kembalikan teropong ke posisi biasa dengan cara memutar teropong dan pesawat
searah jarum jam sebesar 180 derajat , lalu bidik titik detail dan baca rambu (BA, BB,
BT) serta besar sudut horizontal dan sudut vertikal serta catat pada table pengukuran
16) Setelah selesai bacaan semua pada titik kedua pindakan pada titik berikut dan lakukan
sentering pesawat pada keadaan norman dan alat berdiri tepat pada titik yang sama
rambu berdiri. Dan lakukan prosedur yang sama pada titik kedua untuk bacaan titik
berikutnya sampai pada titik terakhir yang bacaan depannya terikat dengan titik
pertama.

II.5LANGKA PERHITUNGAN
Perhitungan data memanjang
1. Menghitung derajat decimal horizontal
Dd = derajat + menit/60 + detik/3600
2. Menghitung sudut β (biasa dan luar biasa)
Sudut β = bacaan sudut horizontal depan - bacaan sudut horizontal belakang
3. Menghitung sudut β rata-rata
= (β biasa + β luar biasa) /2
4. Menghitung sudut β persyaratan
∑β = (n+2) X 180 (untuk sudut luar)
∑β = (n-2) X 180 (untuk sudut dalam)
5. Menghitung jumlah sudut β
= menjumlakak sudut β rata-rata tiap titik
6. Menghitung koreksi sudut β tiap titik
= (sudut β persyaratan – jumlah sudut β) / banyak titik
7. Menghitung sudut azimut
α 1 = (titik pertama langsung di dapatkan azimutnya)
α 2 = α1 + β2 ± 180 (titik kedua – titik ke-n )
8. Menghitung derajat decimal vertikal
Dd = derajat + menit/60 + detik/3600
9. Menghitung sudut helling
H = 90 – dd

15
10. Menghitung jarak (d)
d = (100x(BA-BB)X(COS(RADIANS(H))^2))
11. Menghitung jumlah jarak
= menjumlakak jarak tiap titik
12. Menghitung d sin α
= jarak X sin azimuth
13. Menghitung jumlah d sin α
= menjumlakak d sin α tiap titik
14. Menghitung koreksi d sin α
= (jarak / jumlah jarak) X jumlah d sin α
15. Menghitung terkoreksi d sin α
= d sin α ± koreksi d sin α ( + apabila korski kurang dan – apabilah koreksi lebih )
16. Menghitung jumlah d sin α
= menjumlakak d sin α tiap titik
17. Menghitung d cos α
= jarak X sin azimuth
18. Menghitung jumlah d cos α
= menjumlakak d cos α tiap titik
19. Menghitung koreksi d cos α
= (jarak / jumlah jarak) X jumlah d cos α
20. Menghitung terkoreksi d cos α
= d cos α ± koreksi d cos α ( + apabila korski kurang dan – apabilah koreksi
lebih )
21. Menghitung beda tinggi
= jarak X TAN(RADIANS(Hellingi)+Tp-BT)
22. Menghitung jumlah beda tinggi
= menjumlakak beda tinggi tiap titik
23. Menghitung koreksi beda tinggi
= (jarak / jumlah jarak) X jumlah beda tinggi
24. Menghitung terkoreksi beda tinggi
= beda tinggi ± koreksi beda tinggi ( + apabila korski kurang dan – apabilah
koreksi lebih )
25. Menghitung koordinat X
= Koordinat awal + terkoreksi d sin α (untuk titik ke dua)
= koordinat titik berikut + terkoreksi d sin α (untuk titik ke tiga sampai titik
terakhir)
26. Menghitung koordinat Y
= Koordinat awal + terkoreksi d cos α (untuk titik ke dua)
= koordinat titik berikut + terkoreksi d cos α (untuk titik ke tiga sampai titik
terakhir)
27. Menghitung Elevasi Z
= Elevasi awal + terkoreksi beda tinggi (untuk titik ke dua)

15
= Elevasi titik berikut + terkoreksi beda tinggi (untuk titik ke tiga sampai titik
terakhir)
Perhitungan data detail
1. Menghitung derajat decimal horizontal detail
Dd = derajat + menit/60 + detik/3600
2. Menghitung sudut β detail
Sudut β = bacaan sudut horizontal detail - bacaan sudut horizontal belakang
3. Menghitung sudut azimut
α 1 detail = (titik pertama langsung di dapatkan azimutnya)
α 2 detail = α2 + β2 detail ± 180 (titik kedua – titik ke-n )
4. Menghitung derajat decimal vertikal detail
Dd = derajat + menit/60 + detik/3600
5. Menghitung sudut helling detail
H = 90 – dd
6. Menghitung jarak (d)
d = (100x(BA-BB)X(COS(RADIANS(H))^2))
7. Menghitung d sin α detail
= jarak X sin azimuth
8. Menghitung d cos α detail
= jarak X cos azimuth
9. Menghitung beda tinggi detail
= jarak X TAN(RADIANS(Hellingi)+Tp-BT)
10. Menghitung koordinat X
= Koordinat titik memanjang + d sin α detail
11. Menghitung koordinat Y
= Koordinat titik memanjang + d cos α detail
12. Menghitung Elevasi Z
= Elevasi titik memanjang + beda tinggi detail

II.6LANGKA GAMBAR DAN PLOT


Langka gambar dan langka plot sebagai berikut :
1. Buka Aplikasi Civil 3d metrik
2. Setlah terbuka lalu pilih new untuk membuat lembar kerja baru
3. Setelah lembar kerja terbuka, pilih menu insert point from file
4. Bagian select file klik tanda "+" unutk memilih dokumen/data yang telah disimpan
sebelumnya dalam soft Notepad yang berisi format PENZD ; dimana P adalah
Point/data berurutam, Easting (E) yaitu data nilai X dalam tabel perhitungan, North
(N) yaitu data Y pada tabel, Z (elevation) yaitu data Z yang diambil dari table
5. Setelah itu pilih Open
6. Setelah itu pada bagian specify point file format pilih PENZD, laku klik OK
7. untuk memunculkan gambar klik "Z" Enter "A" Enter pada keyboard.
8. Blok seluruh gambar di workspace dengan cara "Ctrl+A"

15
9. Pilih menu "cogo point" lalu klik "point group properties" setelah itu akan muncul
sebuah jendela
10. Jika ingin mengubah point style, lihat dibagian "informasi" untuk mengubahnya
11. Pada bagian label, pilih untuk munculkan dekripsi, lalu klik "OK"
12. Gambar untuk membentuk lokasi dengan tool "Line"
13. jika ingin mengubah warna, bentuk line klik 2 kali pada garis tersebut.
14. Setelah selesai menggambar dan pengeditan selesai di layar model, klik pada bagian
layout 1 dan atur skla gambar serta membuat garis pinggir dan legenda atau kop
gambar
15. Setelah selesai tekan CTRL+P kemudian muncul jendela plot gambar
16. Setelah muncul jendela Plot gambar pada bagian printer/plotter ubah nama menjadi
DWG TO PDF
17. Kemudian pada bagian ukuran kertas pilih Iso A4 (297.00 X 210.00 MM)
18. Setelah itu bagian plot area pilih layout setelah selesai klik pada bagian Preview
untuk melihat apakah sudah sesuai atau belum
19. Apabilah belum selesai atur gambar agar rata kiri dan kanan serta periksa apakah
gambar sudah benar atau belum kemudian gambar siap di prin atau di plot pada file
PDF

15
II.7DAFTAR TABEL PENGUKURAN

15
11.9 TABEL PERHITUNGAN

15
DOKUMENTASI

15
BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
Dalam pengukuran poligon tertutup terikat sempurna menggunakan alat thedolit
dibutukan konsetrasi dan ketelitian dalam pengukuran agar pada saat perhitunggan
data mendapat koreksi bacaan yang kecil dan dalam pengukuran poligon tertutup
pengukuran dilakukan dengan cara melakukan bacaan sudut horizontal biasa, sudut
horizontal luar biasa dan bacaan rambu dan bacaan horizontal awal di gunakaan
sebagai bacaan azimuth awal dan pengukuran dilakukan dari titik awal dan kembali
pada titik awal agar pengukuran tersebut menjadi pengukuran poligon terikat sempura
III.2 SARAN
Saran saya dalam praktek pengukuran ialah untuk kelompok saya agar lebih
teliti lagi dalam pengukuran, saling bertukar pendapat dalam kelompok apabila ada
keraguan dalam kelompok dan menanyakan kepada dosen pemateri, serta lebih serius
dan tekun dalam pengukuran dan dibutukan kekompakan yang baik dalam kelompok
agar pengukuran bisa berjalan lebih baik untuk kedepannya. Pada saat dalam praktek
kurangi perdebataan serta bersendau gurau di lapangan. Gunakaan alat-alat sesuai

15
fungsi dan pada saat pengukuran sebaiknya perhatikan penulisan data agar tidak ada
kekeliruan dalam perhitungan dan gambar.

DAFTAR ISI
https://www.ilmutekniksipil.com/ilmu-ukur-tanah/pengukuran-poligon.
http://ilmu-civil1001.blogspot.com/p/pengukuran-poligon-tertutup-terikat.html
http://azmichober.blogspot.com/2014/02/alat-ukur-tanah-theodolit.html
http://putrakfc.blogspot.com/2015/02/waterpass-fungsi-dari-bagian-bagian.html
http://fungsialat.blogspot.com/2018/08/fungsi-rambu-ukur-dan-cara-penggunaannya.html
https://www.haruspintar.com/alat-ukur-panjang/

15
15

Anda mungkin juga menyukai