9391 17458 1 SM
9391 17458 1 SM
Abstract. This study aims to empirically examine the effect of autogenic relaxation training
to increase the emotion regulation of the junior high school students. The Subjects in this
study were the students of Junior High School M Yogyakarta. The selection of research
subjects was based on the lowest pretest scores students got from the scale of emotion
regulation, and the number of the sebject taken was 50 students. The placement of subjects
into control and experimental group performed by using random assignment. The number
of the subjects who followed the pretest, the posttest and the follow-up in full in the
experimental group was 16 female students. While in the control group, the number was 19
female students. The results showed that the re was a significant difference between the
pretest and the posttest scores in both groups experimentalcontrol). The conclusion of this
study is autogenic relaxation was effective to improve the emotion regulation of the junior
high school students.
Keywords: emotion regulation, autogenic relaxation, junior high school students
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh pelatihan relaksasi
autogenik terhadap peningkatan regulasi emosi. Partisipan dalam penelitian ini adalah
siswa SMP M Yogyakarta. Penentuan partisipan penelitian berdasar skor pretest dengan skor
mulai 51 – 63 pada skala regulasi emosi sejumlah 50 siswa. Penempatan partisipan ke dalam
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dilakukan dengan mengurutkan nilai terendah
sampai tertinggi kemudian nomor ganjil sebagai kelompok eksperimen dan nomor genap
sebagai kelompok kontrol. Partisipan yang mengikuti pretest, posttest dan follow up secara
lengkap pada kelompok eksperimen berjumlah 16 siswa perempuan dan pada kelompok
kontrol berjumlah 19 siswa perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan
skor pretest menuju posttest pada kedua kelompok (eksperimen-kontrol) adalah berbeda
secara signifikan. Perubahan regulasi emosi dari pretest ke posttest pada kelompok
eksperimen adalah signifikan, sedangkan pada kelompok kontrol tidak signifikan.
Kesimpulan penelitian ini adalah relaksasi autogenik dapat meningkatkan regulasi emosi
pada siswa SMP.
Kata kunci: regulasi emosi, relaksasi autogenik, siswa SMP
Usia siswa Sekolah Menengah Pertama rentan dengan gangguan emosi karena pada
(SMP)1 termasuk dalam usia remaja yang masa ini kondisi emosi siswa masih labil
dan dipandang sebagai masa transisi dari
masa anak-anak menuju masa dewasa;
1
Korespondensi mengenai artikel ini dapat diala- ditandai dengan perubahan fisik yang
kukan melalui: yulia1407fitriani@gmail.com
2 Atau melalui: asmalsa@ugm.ac.id
begitu cepat disertai perubahan psikologis
dan sosial. Fase perubahan yang terjadi akhirnya memengaruhi kemampuan siswa
pada remaja seringkali memicu terjadinya dalam memahami dan memproses tugas
konflik antara remaja dengan dirinya sekolah. Faktor keluarga juga dapat me-
sendiri maupun konflik dengan lingkungan mengaruhi emosi siswa.
sekitarnya. Apabila konflik tersebut tidak Engels, English, Evers, Geenen, Gross,
dapat diatasi dengan baik maka dalam per- Ha, Larsen, Middendorp, dan Velmuls,
kembangannya dapat membawa dampak (2012) menjelaskan pada masa siswa usia
negatif (Amett, 1994). remaja, emosi sering mengakibatkan
Delapan puluh persen dari remaja emosional yang tinggi. Remaja memiliki
berusia 11-15 tahun dikatakan pernah kesadaran yang lebih tinggi dibandingkan
menunjukkan perilaku berisiko tinggi dengan masa anak-anak, akan tetapi secara
minimal satu kali dalam periode tersebut, umum fungsi kontrol pada remaja belum
seperti berkelakuan buruk di sekolah, maksimal. Emosi di bagi menjadi dua,
penyalahgunaan obat terlarang, serta emosi positif dan emosi negatif. Emosi
perilaku antisosial. Dalam suatu survei di negatif seperti marah, sedih, kecewa, gugup
Indonesia pada tahun 2010 menunjukan dan hawatir. Sedangkan emosi positif
bahwa 50% remaja pernah menggunakan seperti senang, bahagia, dan cinta. Setiap
marijuana, 65% remaja merokok dan 82% individu memiliki cara yang berbeda-beda
pernah mencoba menggunakan alkohol dalam merespons emosi. Setiap individu
(Satgas Remaja IDAI, 2010). diharapkan mampu mengelola emosi yang
Kail dan Nelson (1993) mengemukakan muncul, atau bisa disebut dengan
bahwa masalah yang dihadapi remaja kemampuan regulasi emosi. Kemampuan
adalah masalah kontrol emosi, masalah regulasi emosi bisa dicontohkan seperti ini,
dalam beragama, masalah kesehatan, dalam kondisi marah individu bisa saja
masalah ekonomi, masalah pendidikan, memukul orang lain, tetapi tidak harus
serta masalah dalam mengisi waktu luang. melakukannya, ketika bahagia individu bisa
Kail dan Nelson (1993) juga berpendapat saja tertawa terbahak-bahak, tetapi tidak
bahwa dalam mengatasi permasalahan harus melakukannya, ketika sedih individu
setiap remaja berbeda-beda; ada yang bisa saja menangis, tetapi tidak harus
mampu memecahkan masalahnya sendiri, melakukannya secara berlebihan, hal ini
namun ada pula remaja yang mengalami tergantung bagaimana individu mengelola
kesulitan. emosinya (Gross, 2002).
emosinya dengan baik memiliki gejala alasan pentingnya eksplorasi regulasi emosi
depresi yang rendah serta memiliki peni- pada masa remaja. Alasan yang pertama
laian kembali dalam kognitif yang lebih adalah pada masa remaja merupakan masa
tinggi (Rusk, Tamir, Rotybaum, 2011). transisi yang disertai dengan perubahan
Regulasi emosi adalah kemampuan fisik, psikologis, dan transformasi sosial
seseorang dalam mengendalikan emosinya. yang menimbulkan pengalaman emosional
Hasil penelitian yang dilakukan oleh yang baru. Penelitian menunjukan bahwa
Morris, et al. (2003) menyatakan bahwa masa remaja memiliki pengalaman emosi
regulasi emosi merupakan pusat dari yang lebih sering dan intens dari individu
korelasi antara perilaku dan emosi di yang lebih muda atau lebih tua. Alasan
kalangan remaja. Remaja yang memiliki yang kedua banyak hormon, saraf, dan
regulasi emosi rendah dapat mengalami sistem kognitif dianggap mendasari regulasi
beragam bentuk psikopatologi remaja, baik emosi selama periode remaja. Ketiga,
dari gangguan internal maupun eksternal. prevalensi berbagai bentuk psikopatologi,
Gangguan internal misalnya, depresi, stres, termasuk gangguan afektif dan perilaku
sedih, cemas. Gangguan eksternal ditandai meningkat secara drastis selama periode
dengan perilaku disregulasi dan kemarah- remaja. Peningkatan regulasi emosi selama
an. Intensitas sedih yang berlebihan pada masa remaja dapat membantu individu
remaja erat kaitannya dengan gejala memahami perbedaan individu dalam
depresi, sedangkan marah yang berlebihan kesehatan psikologis dan mengurangi risiko
dikaitkan dengan masalah perilaku (Larsen, gangguan psikopatologis (Morris, et al.,
Raffaelli, Richards, Ham, & Jewel, 1990). 2003).
emosi negatif, emosi positif yang sedang di teman lainnya. Selain itu sebagian siswa
hadapi siswa seperti bahagia, di eks- juga ada yang saling bertengkar, saling
presikan dengan berlebihan seperti, tertawa mengejek, dan berkata hal yang tidak
terbahak-bahak, tanpa melihat situasi dan pantas. Ada siswa yang sedang mengalami
lingkungan. tekanan batin melakukan tindakan yang
Berdasarkan wawancara dengan guru mengancam dirinya sendiri yaitu menyayat
BK di SMP Ambarawa diperoleh pernya- tangannya dengan gunting kuku sampai
taan bahwa siswa yang menjadi klien guru terluka tetapi siswa tidak merasa sakit.
BK kebanyakan bermasalah dengan regulasi Perilaku yang muncul akibat tidak mampu
emosi mereka yang masih rendah. Setelah mengendalikan emosi menyebabkan ren-
dilakukan konseling ternyata sebagian besar dahnya konsentrasi belajar yang ber-
siswa sedang menghadapi permasalahan di dampak pada prestasi belajar yang rendah
keluarganya seperti kurang mendapatkan pada siswa.
perhatian dari orang tuanya, melihat orang Hurry, Mikolojoczak, dan Petrides
tuanya yang sedang bertengkar, bercerai, (2009) menyatakan bahwa pentingnya
atau kesulitan ekonomi yang sedang sebuah program yang di berikan kepada
menimpa keluarganya. Tidak mampu remaja terkait dengan regulasi emosi. Hasil
mengelola emosinya dalam menghadapi penelitian yang dilakukan oleh Flouri dan
permasalahan keluarga yang sedang terjadi McEwen (2009) menyatakan bahwa diper-
menyebabkan siswa stres. Hal ini lukan program intervensi yang bermanfaat
berdampak pada kondisi siswa seperti, dalam menangani masalah regulasi emosi
mudah marah, mudah tersinggung, terte- pada remaja.
kan kondisi psikisnya, suka menyendiri, Dari penjelasan di atas, maka
tidak konsentrasi di sekolah, bahkan pergi diperlukan sebuah program yang dapat
dari rumah, tidak masuk sekolah atau meningkatkan regulasi emosi pada siswa
datang ke sekolah tetapi dengan kondisi (remaja), sehingga siswa mampu meng-
emosi yang tidak stabil. endalikan emosinya dalam situasi apapun.
Pernyataan yang lain juga diungkapkan Siswa yang memiliki tingkat regulasi emosi
oleh guru BK di SMP M Yogyakarta yang yang tinggi, mampu mengetahui dampak
menyatakan bahwa regulasi emosi siswa dari emosi yang dialami, sehingga dapat
rendah. Regulasi emosi siswa yang rendah memecahkan permasalahan yang sedang
ditunjukkan dengan bertengkar dengan dihadapi ter-utama yang berkaitan dengan
teman, seperti menampar temannya sendiri, emosinya. Siswa diharapkan lebih berkon-
saling adu mulut, dan berkata kotor. Hal ini sentrasi, tenang, nyaman dan bersemangat
terjadi pada siswa kelas VII sampai IX, akan dalam belajar baik di sekolah maupun di
tetapi permasalahan yang sering muncul rumah.
dialami oleh siswa kelas VIII. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Rendahnya regulasi emosi juga dialami Khanna, Paul, dan Sandhu (2002) menya-
oleh sebagian siswa di MTSN Kebumen. takan bahwa pelatihan relaksasi autogenik
Hal ini diungkapkan oleh salah satu guru di dan relaksasi neuromuscular secara signi-
sekolah tersebut yang menyatakan ada fikan dapat mengurangi denyut nadi yang
beberapa siswa yang melakukan tindakan tinggi, mengatasi masalah fisik maupun
kurang pantas (seperti berciuman) di masalah psikologis. Stetter dan Kupper
musholah sekolah atau di tempat-tempat (2002) menyebutkan hasil meta-analisis
yang tidak mudah terlihat oleh guru dan membuktikan bahwa teknik relaksasi
autogenik dapat mengurangi sakit kepala yang akhirnya dapat mengubah dampak
ringan, hipertensi sedang, penyakit jantung negatif emosi contohnya, mendengarkan
koroner, asma, gangguan kecemasan ringan musik menggunakan haeadset di perpus-
sampai depresi sedang. takaan agar tidak bosan.
c. Penyebaran perhatian, merupakan suatu
Regulasi Emosi strategi dimana individu mengarahkan
Gross (1998) mendefinisikan regulasi perhatian ke dalam situasi yang dapat
emosi sebagai cara individu memengaruhi memengaruhi emosi, contohnya, meng-
emosi yang dimiliki, kapan mereka alihkan perhatian, konsentrasi atau
merasakannya dan bagaimana mereka perenungan.
mengalami atau mengekspresikan emosi d. Pengubahan kognitif, yaitu mengacu
tersebut. Selanjutnya Gross (1998) juga pada pemilihan makna yang diambil
menjelaskan bahwa regulasi emosi adalah untuk suatu peristiwa atau bagaimana
setrategi yang meliputi kesadaran dan seseorang mengubah makna situasi
ketidaksadaran agar komponen emosi dan dengan mengubah cara berpikir, salah
komponen lainnya, berupa perasaan, peri- satu bentuk perubahan kognitif adalah
laku, dan fisiologis dapat dinaikkan, dipe- penilaian kembali. Perubahan kognitif
lihara, dan diturunkan. melibatkan perubahan makna suatu
Strongman (2003) mendefinisikan regu- situasi yang bertujuan untuk mengubah
lasi emosi sebagai proses individu meme- dampak yang emosional.
ngaruhi emosi yang dimilikinya, kapan e. Modulasi respons, yaitu usaha individu
mereka memilikinya, mengalaminya, serta untuk mengatur atau mengubah kecen-
mengekspresikan emosinya. Gross dan John derungan respons (baik fisik, verbal,
(2003) menyatakan regulasi emosi sebagai maupun perilaku) secara langsung
pemikiran atau peringatan yang dipenga- (Gross & Thompson, 2007).
ruhi oleh emosi individu, bagaimana indi-
Menurut Gross dan John (2003) dari
vidu mengalami dan mengungkapkan
kelima proses regulasi emosi di atas dike-
emosinya.
lompokkan menjadi dua proses. Proses
Gross dan John (2003) menjelaskan pertama yaitu antecedent-focused emotion
bahwa dalam model proses regulasi emosi regulation yang terjadi pada awal tindakan
kemungkinan emosi diregulasi melalui lima dengan melibatkan proses pertama sampai
poin pada proses emosi secara keseluruhan. keempat (seleksi situasi, modifikasi situasi,
Penjelasan mengenai kelima poin tersebut penyebaran perhatian dan pengubahan
adalah sebagai berikut: kognitif). Proses kedua yaitu resposne-focused
a. Seleksi situasi, yaitu pengambilan tin- emotion regulation yang terjadi pada akhir
dakan dalam satu situasi yang akan tindakan, dilakukan setelah tendensi
menimbulkan emosi diinginkan atau respons emosi dihasilkan. Regulasi awal
tidak diinginkan. Individu dapat mende- merupakan perubahan berpikir tentang
kat atau menghindari seseorang, tempat situasi untuk menurunkan dampak
atau objek lain. emosional, sedangkan regulasi akhir
menghambat keluarnya tanda-tanda emosi.
b. Modifikasi situasi, hal ini mirip dengan
problem focused coping. Mengubah situasi
penting dari proses terapi. Pemahaman Pada penelitian ini rangkaian proses
dilakukan dengan cara memberikan penje- relaksasi autogenik terdiri dari eksplorasi
lasan mengenai hubungan timbal balik diri, pemahaman, praktik relaksasi dan
empat komponen, antara pikiran, perasaan, pemberian tugas. Hal ini dimaksudkan
perilaku dan fisik. Tujuan dari pemahaman untuk meningkatkan ketrampilan regulasi
adalah partisipan mengetahui hubungan emosi sehingga individu mampu mengelola
antara pikiran, emosi, perilaku dan fisiknya. dan mengekspresikan emosinya dengan
Selain itu diharapkan terjadi perubahan tepat.
pemikiran di otak mengenai penyebab dan Hipotesis yang diajukan penelitian ini
dampak dari masalah psikologis yang yaitu diduga relaksasi autogenik dapat
muncul (Murad & Luiselli, 2002). Dalam meningkatkan regulasi emosi pada siswa
penelitian ini pemahaman yang diberikan SMP.
adalah regulasi emosi dan relaksasi.
Proses selanjutnya yaitu praktik relak-
Metode
sasi autogenik. Relaksasi autogenik dalam
mengatasi masalah emosi sebelumnya
Partisipan Penelitian
sudah dilakukan oleh Hanafi, Hashim,
Yusof (2011). Tujuan dari praktik relaksasi Partisipan yang terlibat dalam
autogenik ini adalah menekankan sugesti penelitian ini adalah siswa SMP kelas VIII
pada diri sendiri untuk lebih tenang, ringan pada tempat sekolah yang sama. Siswa
dan hangat sehingga tubuh menjadi rileks. kelas VIII dipilih dengan pertimbangan
Perubahan-perubahan yang terjadi selama bahwa meningkatkan keterampilan regulasi
maupun setelah melaksanakan relaksasi emosi pada siswa SMP adalah waktu yang
autogenik akan memengaruhi kerja saraf tepat untuk mengeksplorasi proses yang
otonom. Respons emosi dan efek me- berhubungan dengan regulasi emosi karena
nenangkan yang ditimbulkan oleh relaksasi pada masa ini remaja mengalami masa
ini mengubah fisiologi dominan simpatis transisi yang disertai dengan perubahan
menjadi dominan sistem parasimpatis. fisik, psikologis, dan transformasi sosial
yang menimbulkan pengalaman emosional
Proses selanjutnya yaitu pemberian
baru (Morris, et al., 2003). Siswa kelas VIII
tugas rumah yang merupakan komponen
termasuk dalam kategori remaja awal yang
penting dalam terapi yaitu mempraktikkan
terjadi pada usia 12 sampai 15 tahun
relaksasi autogenik sebagai tugas rumah
(Mönks, Knoers, & Haditono, 2001).
dan mempraktikan di kehidupan sehari-
hari. Ellis (1973) menjelaskan bahwa peng- Kriteria partisipan yang digunakan
gunaan aktivitas tugas rumah telah dima- dalam penelitian ini adalah; (1) Siswa kelas
sukkan sebagai bagian yang integral dari VIII yang mendapat skor 50 terendah pada
praktik terapi. Tugas rumah ini dapat skala regulasi emosi. (2) Usia 12 sampai 15
membantu individu untuk menguji coba tahun, dan (3) Bersedia untuk mengisi
dan menggunakan apa yang telah dipela- informed consent sebagai bukti tertulis
jarinya selama proses pelatihan. Selain itu, kesediaan terlibat dalam penelitian.
terjadi proses pengulangan yang pada Besarnya sampel yang digunakan da-
akhirnya akan membentuk sebuah kebia- lam penelitian ini sejumlah 50 orang yang
saan karena adanya proses belajar (Roth, et diambil berdasarkan skor pretest terendah.
al., 2002). Selanjutnya masing-masing dari mereka
ditempatkan kedalam kelompok eksperi-
men dan kelompok kontrol dengan cara dan (5) modulasi respons (suppression)
random (random assignment). Setelah dilaku- mengacu kepada hal yang dilakukan setelah
kan penelitian jumlah partisipan yang emosi berlangsung yang bertujuan untuk
bersedia mengisi informed consent, meng- memengaruhi respons baik fisik, pengala-
ikuti pretest, posttest dan follow up pada man atau perilaku secara langsung (Pene-
kelompok eksperimen berjumlah 16 siswa kanan, mengikuti kegiatan positif seperti
perempuan dan pada kelompok kontrol 19 terapi, olah raga, dan seni).
siswa perempuan. Uji validitas Skala Regulasi Emosi
dalam penelitian ini menggunakan uji
Instrumen Penelitian validitas isi dan uji daya diskriminasi aitem
1. Skala regulasi emosi dengan mengujicobakannya pada 55 siswa
SMP di Yogyakarta. Dari 55 skala, ada 49
Skala regulasi emosi disusun untuk
skala yang dapat dianalisis. Daya diskrimi-
mengungkap regulasi emosi partisipan.
nasi aitem kemudian diuji menggunakan
Skala regulasi emosi pada penelitian ini
korelasi aitem total dan didapatkan hasil
dimodifikasi dari skala regulasi emosi yang
corrected item-total correlation berkisar antara
disusun oleh Husni (2011) yang memiliki
0,321 sampai 0,698. Uji daya diskriminasi
nilai reliabilitas 0,843 dengan nilai corrected
aitem menghasilkan 21 aitem valid dan 19
item-total correlation terendah 0,273 dan
aitem gugur dengan batas daya diskrimi-
tertinggi 0,572. Modifikasi skala dilakukan
nasi 0,3. Aitem yang daya diskriminasinya
dengan cara memperbaiki kalimat pada
kurang dari 0,3 digugurkan. Selanjutnya
aitem agar lebih sesuai dengan indikator
dilakukan uji reliabilitas terhadap aitem
perilaku. Modifikasi selanjutnya dengan
yang valid menggunakan Alpha Cronbach,
cara menambah jumlah aitem yang pada
didapatkan nilai reliabilitas sebesar 0,904.
skala sebelumnya berjumlah 23 aitem
menjadi 40 aitem. Penambahan jumlah 2. Modul Relaksasi Autogenik
aitem ini bertujuan agar bobot pada masing-
Modul relaksasi ini mengacu pada
masing aspek terpenuhi sesuai dengan blue
langkah-langkah relaksasi autogenik dalam
print skala.
Tajjudin (2011), yang disusun berdasarkan
Skala tersebut disusun berdasar pada langkah-langkah relaksasi autogenik dalam
proses regulasi emosi dari Gross dan John Welz (1991), Sadigh (2001) dan Calloway
(2003), terdiri dari; (1) seleksi situasi yang (2007). Dalam penelitian ini modifikasi yang
melibatkan pengambilan tindakan dalam dilakukan adalah memodifikasi materi
satu situasi yang akan menimbulkan emosi pemahaman yang berisi informasi menge-
diinginkan atau tidak diinginkan. (2) modi- nai regulasi emosi, materi pemahaman pada
fikasi situasi yang mengubah situasi untuk penelitian sebelumnya berisi informasi ten-
mengubah dampak emosi. (3) perubahan tang stres. Modifikasi berikutnya adalah
fokus perhatian mengacu pada bagaimana menggunakan metode game saat membuka
seseorang mengarahkan perhatian pada pertemuan, pada penelitian sebelumnya
suatu situasi tertentu untuk memengaruhi pembukaan pertemuan dengan metode
dampak emosi. (4) perubahan kognitif/ ceramah. Selanjutnya melakukan modifikasi
penilaian ulang (reapraisal) mengacu pada dengan pemberian tugas rumah dengan
pemilihan makna yang mungkin diambil cara memberikan formulir tugas rumah.
untuk suatu peristiwa atau bagaimana
Setelah dilakukan modifikasi kemudian
seseorang mengubah makna suatu situasi
dilakukan validasi modul. Validasi modul
dengan mengubah cara berfikir seseorang,
Gambar 2. Grafik Perbandingan Skor Rata-rata Regulasi Emosi Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol
Tidak adanya perubahan skor yang signi- emosi dari pretest ke posttest pada kelompok
fikan pada kelompok eksperimen dari eksperimen, sedangkan pada kelompok
posttest ke follow up membuktikan bahwa kontrol tidak terjadi peningkatan dari skor
efek pelatihan relaksasi autogenik masih pretest ke posttest.
dirasakan oleh kelompok eksperimen sete-
lah 10 hari pelaihan berakhir. Ada perubah-
Daftar Pustaka
an skor regulasi emosi yang signifikan pada
kelompok kontrol dari posttest ke follow up, Amett, J. J. (1994). Adolescent storm and
artinya ada peningkatan regulasi emosi stress, recosidered. American Psycholo-
setelah 10 hari posttest dilakukan. Hal ini gist, 54, 317-326
dimungkinkan karena siswa mengikuti
Amon, K. L., & Campbell, A. (2008). Can
kegiatan yang mampu meningkatkan regu-
children with AD/HD learn relaxation
lasi emosinya. Berdasarkan wawancara
and breathing techniques through
dengan guru BK kelas VIII, satu hari setelah
biofeedback vidio games. Australian
posttest atau pada saat liburan sekolah,
Journal of Educational & Developmental
sebagian siswa kelas VIII (diantaranya
Psychology, 8, 72-84
siswa yang menjadi partisipan penelitian)
berkunjung ke kampung bahasa inggris di Bernstein, D. A., & Bercovec, T. D. (1973).
Pare Kediri, Jawa Timur selama satu Progressive relaxation training: A manual
minggu. for the helping professions. Illinois:
Research Press
Hasil temuan di atas dijelaskan oleh
Thompson (1994) bahwa regulasi emosi Calloway, N. S. (2007). A compatable study of
dipengaruhi oleh faktor internal dan eks- the effects photostimulation and autogenic
ternal. Faktor internal salah satunya adalah training in reducing stress, anxiety, and
kemampuan seseorang dalam mengatur depression. (Disertasi doktor tidak diter-
emosi secara sengaja. Regulasi emosi mem- bitkan). University Graduate Seminary,
butuhkan proses kognitif dalam rangka Fairgrove.
mempertahankan dan mengontrol emosi Carruthers, M. (1979). Autogenic training.
negatif. Faktor eksternal yang membantu Journal of Psychosomatic Research, 23, 437-
regulasi emosi adalah faktor yang berasal 440
dari luar diri individu seperti peraturan, Ellis, A. (1973). Rational emotive therapy. In
norma, dan adat istiadat. Siswa menyadari R.J. Corsini & D. Wedding (Ed), Current
bahwa berkelahi dengan teman, membolos, psychotherapies. USA
dapat dikategorisasikan melanggar pera-
Engels, R. C. M. E., English, T., Evers, C.,
turan yang ada disekolah. Berkata kotor dan
Geenen, R., Gross, J. J., Ha, T., Larsen, J.
tidak sopan melanggar aturan norma sosial.
K., Middendorp, H. V., Vermulst, Ad.A.
(2012). Emotion regulation in adoles-
Kesimpulan cence: A prospective study of
expressive supression and deppressive
Berdasarkan hasil penelitian dapat symptoms. The Journal of Early
disimpulkan bahwa relaksasi autogenik Adolescence, 33(2), 184-200
terbukti dapat meningkatkan regulasi emosi
Flouri, E., & McEwen, C. (2009). Fathers’
pada siswa SMP. Meningkatnya kemam-
parenting, adverse life events, and
puan regulasi emosi ditunjukkan oleh
adolescents’ emotional and eating
adanya peningkatan skor skala regulasi
disorder symptoms: The role of emotion
regulation. Eur Child Adolesc Psychiatry, Kanji, N. (2000). Managing pain through
18, 206-216 autogenic training. Complementary
Gross, J. J. (1998). Antecedent and respons- Therapies in Nursing&Midwifery, 6, 143-
sefocused emotion regulation: dever- 149.
gent consequences for experiences, Kermani, K. (1996). Autogenic training, The
expression, and psychology. Journal of effective holistic way to better health.
Personality and Social Psycology, 7(1), 224- London: Souvenir Press
237 Khanna, A., Paul, M., & Sandhu,J.S. (2007).
Gross,J.J. (2002). Emotion regulation: Affec- Efficacy of two relaxation techniques in
tive, cognitive, and social consequences. reducing pulse rate among highly
Psychophysiology, 38, 281-291 stressed females. Calicut Menical Journal,
Gross, J. J., & John, O. P. (2003). Individual 5(2), 31-33.
differences in two emotion regulation Klott, O. (2013). Autogenic Training –a self-
processes : for affect, relationship, and help technique for children with
well-being. Journal of Personality and emotion and behavioural problems.
Social Psychology, 5(2), 348-362 Therapeitic Communities The International
Gross, J. J., & Thompson, R. A. (2007). Journal, 34(4), 52-158
Emotion regulation: Conceptual foun- Larsen, R., Raffaelli, M., Richards, M. H.,
dations. In Gross, J.J. (Eds). Handbook of Ham, M., & Jewel, L. (1990). Ecology of
emotion regulation. New York: Guilford depression in late states and activities.
Press. Journal of Abnormal Psychology, 99, 92-
Hanafi, H., Hashim, H. A., & Yusof, A. 102
(2011). The effects of progressive muscle Mönks, F. J., Knoers, A. M., & Haditono, S.
relaxation and autogenic relaxation on R. (2001). Psikologi perkembangan:
young soccer players’ mood states. Pengantar dalam berbagai bagiannya.
Asian Journal of Sports Medicine, 2(2), 99- Yogyakarta: Gadjah Mada University
105. Press.
Hurry, J., Mikolojoczak, M., Petrides, K.V. Morris, A. S., Silk, J. S., & Steinberg, L.
(2009). Adolescents choosing self-harm (2003). Adolescents’ regulation in daily
as an emotion regulation strategy: The life: Links to depressive symptom and
protective role of traith emotion problem behavior. Child Development,
intelligence. British Journal of Clinical 74(6), 1869-1880
Psychology, 48, 181-193. Murad, H., & Luiselli, J. K. (2002).
Husni, D. (2011). Prestasi akademik ditinjau Evaluation of a cognitive behavioral
dari keterlibatan orang tua dalam treatment protocol for panic disorder.
pendidikan, regulasi emosi dan harga diri. Clinical Case Strudies, 1(2), 122-132
(Tesis tidak dipublikasikan). Rice, P. L. (1999). Stres and health. Pacific
Yogyakarta: Fakultas Psikologi Grove: Brooks/Cole publishing Com-
Universitas Gadjah Mada. pany
Kail, R. V., & Nelson, R. W. (1993). Develop- Roth, D. A., Eng, W., & Heimberg, R. E.
ment and education. New York: John (2002). Cognitive behavioral therapy.
Wiley and Sons. Encyclopedia of psychoterapy. Elsevier
Science
Rusk, N., Tamir, M., & Rotybaum, F. (2011). Strongman, K. T. (2003). The psychology of
Performance and learning goals for emotion, from everyday life to theory. 5th
emotion regulation. Motive Emot, 35, edition. West Sussex: John Willey &
444-460. Sons Ltd.
Sadigh, M. R. (2001). Autogenic Training: A Tajuddin, I. (2011). Pelatihan relaksasi
mind-body approach. New York: Haworth autogenik untuk menurunkan tingkat stres
Medical Press pada penderita hipertensi. (Tesis tidak
Satgas Remaja IDAI. (2010). Bunga rampai dipublikasikan). Yogyakarta: Fakultas
kesehatan remaja. Jakarta: Badan Penerbit Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Tyson, D. F., Linnenbrink-Garcia, L., & Hill,
Silvers, J. A., McRae, K., Gabrieli, J. D. E., N. E. (2009). Regulating debilitating
Gross, J. J., Remy, K. A., & Ochsner, K. emotions in the context of performance:
A. (2012). Age-related differences in Achievement goal orientation, achieve-
emotional reactivity, regulation, and ment-elicited emotion, and socialization
rejection sensitivity in adolescence. context. Human Development, 52, 329-356
American Psychological Association. Welz, K. H. (1991). Autogenic Training: A
Emotion, 12(6), 1235-1247 Practical Guide in Six Easy Steps.
Smith, J. C. (1999). ABC relaxation theory an Woodstock: HSCTI
evidence-based approach. New York: Wilding, C., & Milne, A. (2008). Cognitive
Springer Publishing Company behavioral therapies. In Herink, R. (Ed).
Stetter, F., & Kupper, S. (2002). Autogenic The Psychotherapy Handbook. New York:
training: A meta-analysis of clinical New American Library.
outcome studies. Applied Psychophy-
siology and Biofeedback, 27(1), 45-98.