Gangren Diabetikum
Gangren Diabetikum
Gangren Diabetikum
OLEH :
PRESEPTOR
2014
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 DEFINISI
Gangren adalah kelainan pada tungkai bawah yang merupakan komplikasi kronik
diabetes mellitus. Suatu penyakit pada penderita diabetes bagian kaki, dengan gejala dan tanda
sering kesemutan (asmiptomatus), jarak tampak menjadi lebih pendek (klaudilasio intermil),
nyeri saat istirahat, kerusakan jaringan (necrosis, ulkus). Salah satu komplikasi yang sangat
ditakuti penderita diabetes adalah gangren atau kaki diabetik. Komplikasi ini terjadi karena
terjadinya kerusakan saraf, sehingga pasien tidak dapat membedakan suhu panas dan dingin,
rasa sakit pun berkurang. Gangren diabetik ini dapat terjadi pada setiap bagian tubuh yang
Pada awalnya gangren tidak dapat timbul sendiri tanpa adanya suatu penyakit yang
membahas gangren pada diabetes militus perlu diketahui asal mula dari penyakit diabetes
militus. Diabetes militus secara ilmiah mempunyi pengertian bahwa Diabetes melitus adalah
sekelompok penyakit metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia atau peninggian kadar gula
darah akibat gangguan pada pengeluaran (sekresi) insulin, kerja insulin, atau keduanya.
Sehingga menyebabkan terjadinya hiperglikemia dan glukosuria. Pada keadaan normal glukosa
diatur sedemikian rupa oleh insulin yang diproduksi oleh sel ß pancreas. Walaupun kadar gula
darah selalu tinggi, terjadi juga pemecahan lemak dan protein menjadi gula (glukoneogenesis) di
hati yang tidak dapat dihambat karena insulin sekresinya relative berkurang sehingga gula darah
semakin meningkat. Akibatnya terjadi gejala-gejala diabetes melitus yaitu poliuri, polifagi,
mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan, gejalanya sangat
bervariasi. Diabetes melitus jika tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan timbulnya
beberapa komplikasi bersama-sama atau terdapat satu masalah yang mendominasi, yang meliputi
kelainan vaskuler, retinopati, nefropati diabetik, neuropati diabetik dan ulkus kaki diabetik.
Gangren yang timbul pada penderita diabetes militus ini disebabkan karena penyakit
diabetes militus jangka panjang yang tidak terobati,sehingga diabetes melitus dalam waktu yang
lanjut akan menyebabkan komplikasi angiopathy dan neuropathy. Kedua hal ini merupakan
Gangren diabetikum adalah kematian jaringan yang disebabkan oleh penyumbatan pembuluh
darah yang memberi makan (nekrosis iskemik), yang disebabkan oleh mikroemboli aterotrombosis akibat
adanya penyakit vaskular perifer oklusi yang menyertai penderita diabetes. Gangren ini dapat diikuti oleh
invasi bakteri sehingga terjadi infeksi dan pembusukan, dan dapat terjadi di setiap bagian tubuh terutama
di bagian distal tungkai bawah. Gangren diabetikum merupakan salah satu komplikasi menahun diabetes
mellitus (DM). Komplikasi menahun ini terutama berupa kelainan pembuluh darah yaitu aterosklerosis
yang mengenai pembuluh darah kecil dan kapiler atau mikroangiopati , maupun pembuluh darah sedang
Ada beberapa klasifikasi yang mengambarkan tentang derajat luas dan berat ulkus / gangren DM.
selulitis.
b. Klasifikasi Gibbon
2. Severe Limb-threatening
1.3 EPIDEMIOLOGI
Dari seluruh amputasi akibat nontrauma, 50 % diantaranya karena gangren DM. Sekitar 50 – 70
% amputasi pada penderita ulkus kaki diabetika disebabkan oleh adanya manifestasi gangren dan 6 – 30%
pasien yang pernah mengalami amputasi akan mengalami re-amputasi dalam waktu 1-3 tahun setelah
amputasi pertama.
1.4 ETIOLOGI
Berbagai kuman yang sering menjadi penyebab terjadinya infeksi pada gangrene diabetikum
adalah gabungan antara bakteri gram positif dan gram negatif, 72 % adalah gram positif ( Staphylococcus
aurieus 45%, streptococcus sp 27%) dan 49 % disebabkan oleh bakteri gram negatif ( proteous sp 23%,
pseudomonas sp 26% )
Menurut Jarret dan Kein (1975), Levin dan O’Neal (1997), WHO (1985), Zimmet dan King
(1985) yang dikutip dari Heyder (1992) kejadian gangren diabetik pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor-
Faktor Aterogen
Termasuk kolesterol trigliserida, hipertensi, aktivitas tubuh atau olah raga dan kebiasaan merokok
Faktor DM
Antara lain lama menderita DM, kadar gula darah dan faktor pengendalian atau kontrol DM,
Faktor usia selalu dihubungkan dengan proses aterosklerosis sedangkan faktor jenis kelamin
tergantung pada ras dan letak geografis. Di Indonesia kebanyakan peneliti melaporkan bahwa
Trauma merupakan faktor pencetus paling sering dan paling berperan, tetapi perannya harus
dilandasi kelainan neuropati atau angiopati. Infeksi bukan merupakan faktor primer pada kejadian
1.6 PATOFISIOLOGI
Dari faktor-faktor pencetus mekanisme faktor utama yang paling berperan dalam
timbulnya gangren diabetik adalah angiopati, neuropati dan infeksi. Infeksi sendiri sangat jarang
merupakan faktor tunggal untuk terjadinya gangren diabetik. Infeksi lebih sering merupakan
komplikasi yang menyertai gangren diabetik akibat iskemia atau neuropati. Secara praktis
mekanisme gangren diabetik dikategorikan menjadi 2 golongan yaitu gangren diabetik akibat
diabetic yang dipengaruhi oleh factor genetik, faktor metabolik, dan faktor penunjang lain seperti
Faktor genetik seperti tipe HLA tertentu pada penderita diabetes, walaupun dengan kadar gula
darah rendah, sudah cukup untuk menimbulkan mikroangiopathy diabetik yang luas serta
Faktor metabolik yang berpengaruh adalah regulasi diabetes mellitus, dislipidemia, dan
glikogenesis dari protein. Khusus untuk dislipidemia terdapat peningkatan faktor aterogenik
berupa kolesterol LDL. Komponen lemak ini memegang peran utama dalam patogenesis
angiopathy diabetik.Secara umum angiopathy dapat dibagi dalam dua jenis yaitu
rusaknya sel endotel oleh karena pengaruh lemak atau oleh karena pengaruh tekanan darah.
Keadaan ini diikuti oleh melekatnya dan berkumpulnya sel-sel platelet. Kejadian ini berlangsung
Platelet ini mempunyai pengaruh stimulasi terhadap proliferasi otot polos. Sel otot dari
tunika media akan berproliferasi kedalam tunika intima dan kedalam lumen dari pembuluh.
“Clot” ataupun “plaque” yang terbentuk akan terdiri dari deposit-deposit lemak, platelets, dan sel
otot Prostaglandin juga memegang peranan penting dalam peristiwa terjadinya ischemia dan
pembentukan thrombus. Prostaglandin G2 dibentuk dari asam arakidonat yang kemudian akan
deposit platelet yang diikuti pembentukan tromboxane A2 yang meningkat, dan lebih jauh akan
terjadinya iskemi.
Mikroangiopathy lesi yang terutama pada angiopathy dan merupakan tanda dari diabetik
“vascular disease” adalah penebalan dari membrana basalis capiler. Penebalan ini semakin nyata
bila perjalanan penyakit diabetes semakin lama, dan mungkin ada hubungan dengan tingkat
kontrol terhadap gula darah, walaupun pernyataan ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
Sebagian besar pembuluh darah mengalami penebalan membrana basalis. Patologi yang pasti
tentang terjadinya penebalan membrana basalis ini belum diketahui. Tetapi telah dapat
ditunjukkan bahwa membrana basalis yang menebal ini permeabilitasnya meningkat terhadap
cairan dan protein. Hal ini akan menghalangi masuknya leukosit lebih jauh ke dalam cairan
Sedangkan pada gangren diabetik akibat neuropati di sebabkan oleh karena insensitivitas
atau hilangnya kemampuan untuk merasakan nyeri, panas, dan dingin. Diabetes yang menderita
neuropati dapat berkembang menjadi luka, parut, lepuh, atau luka karena tekanan yang tidak
disadari akibat adanya insensitivitas. Apabila cedera kecil ini tidak ditangani, maka akibatnya
Secara klinis dijumpai parestesi, hiperestesi, nyeri radikuler, hilangnya reflek tendon,
hilangnya sensibilitas, anhidrosis, pembentukan kalus, ulkus tropik, perubahan bentuk kaki
karena atrofi otot ataupun perubahan tulang dan sendi seperti Bunion, Hammer Toes (ibujari
martil), dan Charcot Foot. Secara radiologis akan nampak adanya demineralisasi, osteolisis atau
sendi Charcot.
Neuropati perifer pada kaki akan menyebabkan terjadinya kerusakan saraf baik saraf
sensoris maupun otonom. Kerusakan sensoris akan menyebabkan penurunan sensoris nyeri,
panas dan raba sehingga penderita mudah terkena trauma akibat keadaan kaki yang tidak sensitif
ini. Gangguan saraf otonom disini terutama diakibatkan oleh kerusakan serabut saraf simpatis.
Gangguan saraf otonom ini akan mengakibatkan peningkatan aliran darah, produksi keringat
Hilangnya tonus vaskuler disertai dengan adanya peningkatan aliran darah akan
menyebabkan distensi vena-vena kaki dan peningkatan tekanan parsial oksigen di vena. Dengan
demikian peran saraf otonom terhadap timbulnya kaki diabetik neuropati dapat disimpulkan
sebagai berikut : neuropati otonom akan menyebabkan produksi keringat berkurang, sehingga
menyebabkan kulit penderita akan mengalami dehidrasi serta menjadi kering dan pecah-pecah
yang memudahkan infeksi, dan selanjutnya timbulnya selullitis ulkus ataupun gangren. Selain itu
neuropati otonom akan mengakibatkan penurunan nutrisi jaringan sehingga terjadi perubahn
komposisi, fungsi dan keelastisitasannya sehingga daya tahan jaringan lunak kaki akan menurun
Neuropati
Gangguan Trauma
Integritas Infeksi
Vaskuler
Gangren
Diabetik
a. Anamnesis
1. Claudicatio Intermittens
Adalah rasa sakit yang khas yaitu dirasakan sakit waktu berjalan dan hilang selama istirahat,
namun bila berjalan lagi pada jarak tertentu yang umumnya tetap maka sakit mulai timbul
lagi dan keluhan ini berkurang atau hilang beberapa menit setelah istirahat. Letak keluhan ini
2. Rest Pain
Bila penyumbatan arteri makin hebat, maka penderita akan mengeluh sakit meskipun sedang
dalam keadaan istirahat. Keluhan sakit dirasakan terutama didaerah distal biasanya jari-jari
dan kaki.
b. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
d. Kulit kasar.
f. Bila kaki di elevasi lebih cepat pucat, bila di rendahkan pengisian vena lebih lambat.
2. Palpasi
Dilakukan pengukuran palpasi a. femoralis, a. poplitea, a. dorsalis pedis atau a. tibialis posterior.
Pada palpasi, dinilai ada atau tidaknya denyut atau pulsasi arteri perifir. Tidak terabanya pulsasi
1. Ankle Pressure
Merupakan tekanan sisbolik pada a. dorsalis pedis atau a. tibialis posterior. Caranya mudah
dengan memakai manset, tetapi kurang peka. Critical Limb Ischemia adalah bila rest pain
yang menetap selama lebih dari dua minggu dan atau ulkus atau gangren pada kaki atau jari
tekanan darah di kaki lebih tinggi atau sama dengan lengan atas ( 1 ). Index < 0,8 sudah
menunjukan adanya insufisiensi atau sumbatan arteri di kaki, makin rendah index makin berat
sumbatannya. Index < 0,5 menunjukkan iskemia berat. Tetapi ABI tidak dapat dipercaya,
apabila ada kalsifikasi dinding pembuluh darah, sehingga kelenturan dinding arteri hilang dan
Dengan memakai manset kecil yang dipasang di ibu jari atau jari lainnya bila ibu jari kaki
teramputasi / gangren, toe pressure lebih dapat dipercaya karena arteri pada daerah ini kurang
mengalami kalsifikasi.
4. Tekanan Segmental
Informasi hasil pengukuran tekanan sistolik beberapa tempat ditungkai seperti paha atas, atas
lutut, bawah lutut, dan pada sendi kaki dapat memperkirakan lokasi sumbatan arteri. Pada
pengukuran semua tingkat probe dopler diletakkan diatas a. dorsalis pedis atau tibialis
posterior, Normal perbedaan tekanan antara dua tingkat tidak lebih dari 20 – 30 mm Hg, bila
lebih dari 30 mm Hg menunjukkan adanya sumbatan arteri diantara kedua tingkat tersebut.
d. Arteriografi
Merupakan prosedur diagnostik yang invasif dengan kemungkinan terjadi komplikasi berupa
perdarahan atau infeksi, tetapi menjadi Gold Standard pada pemeriksaan vaskular karena akan
memberikan informasi mengenai ada tidaknya sumbatan, luas sumbatan, serta kolateral. Arteriografi
dengan teknik pilihan Intra Arterial Digital Subtraction Anteriografi (IADSA). Dengan teknik ini
mampu memvisualisasikan runoff distal lebih akurat dibandingkan teknik standar. Pasien dengan
gangguan fungsi ginjal dapat terjadi komplikasi Transient Contrast Medium Induced Renal Failure
resiko ini dapat dikurangi dengan hidrasi adeknat pre arteriografi dan penberian osmotik diuretik.
1. Rest Pain.
5. Terabanya pulsasi a. dorsalis pedis tergantung dari keadaan a. poplitae, adanya kolateral,
dan tingginya tekanan arteriola kaki, maka arteriografi diajukan secara rutin pada gangren
Setiap ulkus/ gangren hendaknya digambar, diukur atau difoto serta dicatat mengenai :
Ulkus/ gangrene di plantar pedis, karena tekanan berulang dari kaput metatorsal atau
Ulkus / gangren di medial, lateral dan digital sebagai akibat tekanan sepatu.
Bau.
Sekitar luka : edema,eritema,selulitis, hangat, fluktuasi (Abses).
3. Menetapkan klasifikasi ulkus/ gangren atau derajat luas dan beratnya ulkus atau gangren.
1. Debridement
4. Perawatan luka
5. Revaskularisasi
1. Debridement.
Merupakan faktor kunci dalam penanganan gangren dibetikum, bertujuan menjaga dan
mempertahankan lingkungan lokal yang dapat merangsang proses penyembuhan luka. Debridemen
yang baik adalah mengangkat semua benda asing dan jaringan nekrotik yang terinfeksi maupun yang
avaskuler sampai kejaringan yang sehat. Hal ini sangat esensial untuk penyembuhan yang optimal.
Debridemen akan mengurangi kolonisasi bakteri didaerah luka, hal ini penting oleh karena protease
yang berasal dari bakteri dapat mengurangi dan menghambat faktor pertumbuhan dan penyembuhan
jaringan. Debridement juga memungkinkan visualisasi area ulkus lebih baik, sehingga staging ulkus
lebih akurat.
2. Off - Loading
Adalah Eliminisasi titik-titik tekanan abnormal agar penyembuhan cepat dan mencegah rekurensi.
Memindahkan tekanan pada ulkus dengan cara mengistirahatkan dan elevasi kaki hendaknya dimulai
sesegera mungkin. Idealnya pasien tidak menumpu berat badannya dengan menggunakan kruk,
walker, kursi roda. Bila tetap menumpu berat badan, maka alas kaki harus diganti sandal atau sepatu
khusus. Pada saat dimana terdapat tulang-tulang prominen seperti kaput metatarsal, tulang sesamoid,
bunion, hammertoe, diperlukan intervensi bedah lebih awal untuk mengoreksi diformitas.
3. Pemberantasan Infeksi
Kebanyakan infeksi adalah polimikroba, karena itu kultur kuman aerob dan anaerob harus dikerjakan.
Terapi awal dimulai dengan antibiotika spektrum luas. Debridement luka dan drainase pus mutlak
dikerjakan. Pada ulkus yang dalam dimana tampak atau teraba tulang maka 85% terjadi osteomyelitis,
dan untuk mengevaluasi ada tidaknya serta luasnya osteomielitis diperlukan pemeriksaan radiologi.
Kadang-kadang diperlukan metode pencitraan yang lain seperti leukosit scan, MRI, CT scan. Bila
terdapat osteomielitis, diperlukan debridement yang agresif dimana semua tulang yang terinfeksi dan
yang menonjol tanpa ada jaringan penutup harus diangkat. Dengan melakukan reseksi tulang-tulang
yang terinfeksi diyakini dapat mengurangi lamanya penggunaan antibiotika dan masa rawat dirumah
sakit.
1.9 PROGNOSIS
Banyak kasus kaki diabetika dengan manifestasi gangrene harus berakhir dengan
amputasi.Berdasarkan studi deskriptif dilaporkan bahwa 6 – 30% pasien yang pernah mengalami
amputasi akan mengalami resiko re amputasi dalam waktu 1 – 3 tahun setelah amputasi pertama. Sekitar
14,3 % penderita gangrene kaki diabetika akan meninggal dalam setahun setelah amputasi dan sekitar
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. AG
Umur : 63 Tahun
Tempat Tanggal Lahir: Payakumbuh, 1 Maret 1951
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : Tamat SMP
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Batu nan limo koto tangah Payakumbuh
No. RM : 86. 51. 13
Tanggal Masuk : 14 April 2014
II. ANAMNESIS
Seorang pasien laki-laki 63 tahun datang ke Poli bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang
pada tanggal 14 April 2014 dengan :
Keluhan utama
Kaki kanan semakin menghitam sejak 1 bulan yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang
Kaki kanan menghitam sejak 6 bulan yang lalu , Awalnya pasien luka di punggung kaki
kanan ukuran kurang lebih 5 x 5 cm, lalu semakin lama luka semakin melebar kearah
tungkai bawah, kaki terasa kesemutan dan tebal, setelah itu kaki mulai menghitam.
Keluhan ini disertai rasa nyeri terutama saat beraktivitas.
Kaki menghitam tidah disertai nanah.
Demam tidak ada
Nafsu makan menurun sejak 2 bulan yang lalu
BAK malam hari ( + ) sering , sekitar 3 x.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Diabetes Melitus baru diketahui sejak pasien sakit, gula darah tertinggi
mencapai 580 gr/dl , gula darah terakhir 380 gr/dl
Paru :
Inspeksi : Simetris saat inspirasi dan ekspirasi
Palpasi : vocal fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : vesikuler/vesikuler, tidak ada rhonki, tidak ada wheezing
Abdomen
Inspeksi : datar, lemas
Palpasi : tidak ada nyeri tekan abdomen, tidak ada massa, hepar dan lien tidak
teraba
Perkusi : timpani (+)
Auskultasi : bising usus (+) 5 kali per menit.
Status Lokalis
Ekstremitas atas :
Eutoni, eutrofi, gerakan bebas. Nyeri sendi ( + ) , edema ( - ) , jaringan parut ( - ), pigmentasi
normal, akral hangat, turgor kembali cepat.
Ekstremitas bawah :
Dekstra : atrofi, nyeri saat digerakkan , kulit teraba tebal dan kasar, tampak gangren pada area
cruris sampai dibawah patela , pus ( - )
Pulsasi : arteri dorsalis pedis ( - ) , arteri poplitea ( + )
Sinistra :
Eutoni, eutrofi, gerakan bebas. Nyeri sendi ( + ) , edema ( - ) , jaringan parut ( - ), pigmentasi
normal, akral hangat, turgor kembali cepat.
VII. DIAGNOSIS
- Gangren cruris dekstra ec Diabetes Melitus tipe II
XI. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad malam
Quo ad functionam : dubia ad malam
DAFTAR PUSTAKA
1. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jilid I. Edisi IV. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta. 2006
2. Yasa, Ketut Putu. 2004. Gangren Diabetikum. Divisi Bedah Torak – Kardiovaskuler.
Denpasar.
Palembang.