Mujetaba Mustafa
Dosen UIN Alauddin Makassar
puangmunjeng@gmail.com
ABSTRAK
Mahabbah adalah kata dalam bahasa Arab yang berasal dari kata kerja Ahabba-Yuhibbu-
Mahabbatan, maknanya mencintai secara mendalam,kecintaan, atau cinta yang mendalam.
Mahabbah didefinisikan sebagaikecenderungan hati secara total pada sesuatu, perhatian
terhadapnyamelebihi perhatian pada diri sendiri, jiwa dan harta. Mahabbah juga bisa bermakna
sikap diri yang muncul sebagai bukti cinta kepada Zat Pemilik Segala Keagunganlahir dan
batiniah, mengikuti perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dengan term-term yang
menunjuk makna mahabbah dalam al-Qur’an, dipahami bahwa mahabbah bukanlah sekedar
ungkpan pujian kepada yang dicintai, tetapi terwujud berupa sikap dan karakteristik mulia
dalam bentuk sikap diri, sikap sosial, dan karater yang mengundang cinta Allah. Mahabbah atau
rasa cinta yang hakiki adalah rasa cinta yang bermuara kepada pemilik keagungan yaitu Allah
SWT. Cinta kepada apa pun akan menjadi palsu jika tidak berbingkai rasa cinta atas-Nya.
Kata-kata Kunci: mahabbah, al-Qur’an, tafsir
ABSTRACT
Mahabbah is an arabic word derived from the verb habba-yuhibbu-mahabbatan, the meaning is
loving deeply, love or deep love. Mahabbah is defined as the total inclination of the heart to
something, attention to it exceeds the attention to oneself, soul and wealth. Mahabbah can also
mean self-attitude that appears as evidence of love for the Substance of the Owner of All
Majesty and inwardness, following His commands and avoiding His prohibitions. With terms
that point to the meaning of the Mahabbah in the Qur'an, it is understood that the Mahabbah is
not merely an expression of praise to the loved one, but manifested in the form of attitudes and
noble characteristics in the form of self-attitude, social attitude, and character that invites the
love of God. Mahabbah or true love is a sense of love that empties into the owner of the majesty
of God Almighty. Love for anything will be false if it is not framed with love for Him.
Keywords: mahabbah, al-Qur an, tafsir
41
Jurnal al-Asas, Vol. IV No. 1, April 2020 Konsep Mahabbah Dalam Al-Qur’an
1 2
Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Ahmad Mubarok, Jiwa dalam Al-Qur’an;
Abad 21 (Cet. 3; Jakarta: Pustaka Al-Husna Baru, Solusi Krisis Keharmonisan Manusia Modern
2003), h.. 2. (Jakarta: Paramadina, 2000), h. 3.
42
Jurnal al-Asas, Vol. IV No. 1, April 2020 Konsep Mahabbah Dalam Al-Qur’an
43
Jurnal al-Asas, Vol. IV No. 1, April 2020 Konsep Mahabbah Dalam Al-Qur’an
Untuk dapat menumbuhkan rasa Barang siapa yang mengenal dunia, maka
cinta pada sesuatu, diperlukan apa yang ia zuhud pada dunia.”5
disebut mengenali. Mengenali atau mak- Apabila Allah mencintai hamba-
rifat adalah jalan untuk menghadirkan rasa Nya, itu berarti Allah telah membukakan
cinta yang sesungguhnya. Islam mengakui mata hati hamba tersebut supaya dapat
rasa cinta kepada sesuatu, bahkan mene- mendekatkan diri danmengasa kepekaan
rima bentuk pembuktiannya. Seorang pria mata batinnya. Cinta Allah kepada hamba-
misalnya yang mencintai seorang wanita, Nya berarti dekatnya Tuhan terhadap jiwa
ia boleh membuktikan rasa cintanya seorang hamba yang telah di jauhkan dari
dengan meminang dan menikahi wanita maksiat, dan dibersihkan jiwanya dari
tersebut. Hanya saja Islam memandang kotoran-kotoran duniawi.6
pengenalan seorang muslim kepada yang MAKNA MAHABBAH
dicintanya harus selaras dengan penge- Kata Mahabbah yang diterjemahkan
nalannya terhadap Allah sebagai Dzat dalam bahasa Indonesia dengan cinta
yang hanya kepadanya hakikat cinta berasal darikata Arab Ahabba-Yuhibbu-
dilabuhkan. Mahabbatan, beberapa maknanya adalah
Jika seseorang mencintai sesuatu mencintai secara mendalam, kecintaan,
tetapi tidak dihubungkan dengan kecinta- atau cinta yang mendalam.7 Jamil Shaliba
an terhadap Allah, maka hal itu meru- dalam dalam kitab al-Mu’jamal-Falsafi
4
pakan suatu kepalsuan. Rasa cinta itu menjelaskan bahwa adalah Mahabbah
adalah buah dari makrifat. Rasa cinta bisa (cinta) adalah lawan dari kata al-Baghd
ada karena ma’rifah ada. Rasa cinta (benci).8 Al-Mahabbah dapat pula berarti
menjadi lemah jika makrifah lemah. Rasa al-Wadud, yakni yang sangat penyayang
cinta bisa menjadi kuat jika makrifah lagi pengasih.9
menguat. Hasan al-Bashri berkata,
“Barang siapa yang ma’rifah (mengenal 5
Imam al-Ghazali, Ringkasan, h. 376.
Tuhannya), pasti dia mencintai-Nya. 6
Margareth Smith, Rabi’ah Pergulatan
Spiritual Perempuan (Surabaya: Risalah
Gusti,1999), h.122.
7
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia,
(Jakarta: Hidakarya Agung, 1990), h. 96.
8
Jamil Shaliba, Al-Mu’jam al-Falsafi, Jilid
4
Imam al-Ghazali, Ringkasan Ihya’ 2, (Mesir: Dar al-Kairo, 1978), h. 439.
9
Ulumiddin, h. 375. Jamil Shaliba, Al-Mu’jam, h. 349.
44
Jurnal al-Asas, Vol. IV No. 1, April 2020 Konsep Mahabbah Dalam Al-Qur’an
Mahabbah atau cinta adalah kecen- dengan cinta jika sudah bergelayut di hati,
derungan hati kepada sesuatu yang maka tak ada ruang bagi pikirantentang
menyenangkan. Apabila kecenderungan selain yang dicintai. Asy-Syibli mengata-
hati itu bertambah kuat, maka namanya kan cinta itu dinamakan al-mahabbah
bukan lagi mahabbah, tetapi berubah karena ia menghapus segala apa yang di
menjadi ‘isyq (asyik-masyuk). Al-Muha- hati kecuali yang dicintainya. Kata ahli
sibi mendefinisikan mahabbah sebagai bahasa lain, kata Mahabbah itu diturunkan
“kecenderungan hati secara total pada dari al-habab, yaitu gelembung-gelem-
sesuatu, hingga perhatian terhadapnya bung air yang muncul waktu hujan lebat.
melebihi perhatian pada diri sendiri, jiwa Al-Mahabbah atau cinta itu diasosiasikan
dan harta, sikap diri dalam menerima baik sebagai luapan hati yang merindu untuk
secara lahiriah maupun batiniah, perintah meyatu dengan yang dicinta, sebagaimana
dan larangannya; dan perasaan diri akan menyatunya tubuh dan ruh, begitu pula
kurangnya cinta yang diberikan pada- hati dapat hidup karena adacinta, dan cinta
nya.”10 bisa hidup, karena melihat dan bersatu
Mahabbah atau cinta menurut Al- dengan yang dicinta.11
Hujwairi terambil dari kata al-hibbah, Menurut Harun Nasution, penger-
merupakan benih-benih yang jatuh ke tian mahabbah adalah:1) Patuh kepada
bumi di padang pasir. Kata iniditujukan Tuhan dan membenci sikap melawan
kepada benih-benih di padang pasir kepada-Nya.2) Menyerahkan seluruh diri
tersebut (al-hubb), karena cintaitu sebagai kepada yang dikasihi.3) Mengosongkan
sumber kehidupan sebagaimana benih- hati dari segala-galanya kecuali dari yang
benih itu merupakan asalmula tanaman. dikasihi, yaitu Tuhan.12
Beberapa ahli Bahasa Arab lain menya- Mengacu dari pandangan Harun
takan, al-mahabbah itu diambil dari al- Nasution dan mengaitkan dengan berbagai
hubb, yang berarti sebuah tempayan yang pandangan ahli Bahasa Arab di atas dapat
dipenuhi air yang tenang, begitu pula
11
Abul Qasîm Abdul Karim Hawazin al-
Qusyairi An -Naisaburi, Risalah Qusyairiyah:
10
Abdul Fatah Muhammad Sayyid Ahmad, Sumber Kajian Ilmu Tasawuf, penyunting: Umar
Tasawuf antara al-Ghazali dan Ibnu Taimiyah, Faruq, (Jakarta: Pustaka Amani, 1998), h. 477-478.
12
terj. M. Muchson Anasy (Jakarta Selatan: Khalifa, Harun Nasution, Falsafah dan Mistisisme
2005), h. 141. dalam Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1983), h. 70.
45
Jurnal al-Asas, Vol. IV No. 1, April 2020 Konsep Mahabbah Dalam Al-Qur’an
dirangkum bahwa mahabbah atau cinta 1. أحببتsebanyak dua (2) surat yang
adalah mengikuti segala perintah Allah disebutkan dalam surat al-Qashash (28)
dan menjauhi segala larangannya, me- ayat 56 dan surat Shad (38) ayat 32
ngikuti ajaran yang dibawa Rasulullah 2. حبّبhanya disebutkan dalam surat al-
dengan ketulusan hati di atas kesadaran Hujurat (49) ayat 7
bahwa itu adalah wujud kecintaan kepada 3. ّأحب
ّ hanya disebutkan dalam surat al-
Allah, sebagaimana yang dinukil dalam An’am (6) ayat 76
Surat al-‘Imran ayat 31-32: 4. تحبّواhanya disebutkan dalam surat Al-
ۡٱَّللُ َويَ ۡغفِ ۡر لَ ُكم
ٱَّللَ فَٱتهبِعُونِي ي ُۡحبِ ۡب ُك ُم ه
قُ ۡل إِن ُكنتُمۡ تُ ِحبُّونَ ه Baqarah (2) ayat 216
َ َۖ ٱَّللَ َوٱل هرس
ُول ُوا ه ْ قُ ۡل أَ ِطيع١٣ يمٞ ور هر ِح ُذنُوبَ ُكمۡۚۡ َو ه
ٞ ُٱَّللُ َغف 5. تحبّونsebanyak tujuh (7) ayat yang
١٣ َٱَّللَ ََل يُ ِحبُّ ۡٱل َٰ َكفِ ِرين
فَإِن ت ََوله ۡو ْا فَإ ِ هن ه disebutkan dalam al-Qur’an yaitu:surat
Terjemahnya: al-‘Imron (3) ayat 31, 92, 152, surat al-
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) A’raf (7) ayat 79, surat al-Nur (24) ayat
mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya
22, surat al Qiyamah (75) ayat 20, surat
Allah mengasihi dan mengampuni
dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun al-Fajr (89) ayat20.
lagi Maha Penyayang. Katakanlah:
6. تحبونهاdisebutkan dalam surat ash-
"Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya;
jikakamu berpaling, Maka Sesung- Shaff (61) ayat 13
guhnya Allah tidak menyukai orang-
7. تحبونهمhanya disebutkan dalam surat
orangkafir".
al-‘Imran (3) ayat 119
TERMA MAHABBAH
8. يحبsebanyak empat puluh satu (41)
Istilah mahabbah yang digunakan
ayat yang disebutkan dalam al-Qur’an
al-Qur’an terambil dari kata hub. Menurut
yaitu: surat al-Baqarah (2) ayat 190,
penulis kitab “Mu’jam al-Mufahras li
195, 205, 222, 222, 276, surat al-
Alfazh al-Qur’an” terdapat 83 lafaz hubb
‘Imran (3) ayat 32, 57, 76, 134, 140,
yang mengandung makna cinta
146, 148, 159, surat an-Nisa’ (4) surat
(mahabbah).13 Beberapa terma tersebut
36, 107, 148, surat al-Maidah (5) surat
antara lain:
13, 42, 64, 87, 93, surat al-An’am (6)
ayat 141, surat al-A’raf (7) ayat 31, 55,
surat al-Anfal (8) ayat 58, surat at-
Muhammad Fuad ‘Abdul Baqi, Mu’jam
13
46
Jurnal al-Asas, Vol. IV No. 1, April 2020 Konsep Mahabbah Dalam Al-Qur’an
Nahl (16) ayat 23, surat al-Haj (22) 16. يستحبونhanya disebutkan dalam surat
ayat 38, surat al-Qashash (28) ayat 76, Ibrahîm (14) ayat 3.
77, surat ar-Rum (30) ayat 45, surat 17. َحبsebanyak empat (4) ayat yang
Luqman (31) ayat 18, surat asy- disebutkan dalam al-Qur’an surat al-
Syu’ara’ (26) ayat 40, surat al-Hujurat Baqarah (2) ayat 165, surat al-‘Imran
(49) ayat 9, 12, surat al-hadîd (57) ayat (3) ayat 14, Shad (38) ayat 32, suratal-
23, surat al-Mumtahanah (60) ayat 8, ‘Adiyat (100) ayat 8.
surat ash-Shaf (61) ayat 4. 18. حباsebanyak tiga (3) ayat yang
9. يحببكمhanya disebutkan dalam surat al- disebutkan dalam al-Qur’an yaitu: surat
‘Imran (3) ayat 31. al-Baqarah (2) ayat 165, surat Yusuf
10. يحبهمhanya disebutkan dalam surat al- (12) ayat 30, surat al-Fajr (89) ayat20.
Maidah (5) ayat 54. 19. َحبهsebanyak dua (2) ayat yang
11. يحبونsebanyak lima (5) ayat yang disebutkan dalam al-Qur’an yaitu: surat
disebutkan dalam al-Qur’an yaitu:surat al-Baqarah (2) ayat 177, surat Al
al-‘Imran (3) ayat 188, surat at-Taubah Insaan (76) ayat 8.
(9) surat 108, surat an-Nur (24) ayat 20. أحبsebanyak tiga (3) ayat yang
19, surat al-Hasyr (59) ayat 9, surat al- disebutkan dalam al-Qur’an yaitu:surat
Insan (76) ayat 27. at-Taubah (9) ayat 24, surat Yusuf (12)
12. يحبونكمhanya disebutkan dalam surat ayat 8 dan 33.
al-‘Imran (3) ayat 119. 21. أحباؤهhanya disebutkan dalam surat al-
13. يحبونهمhanya disebutkan dalam surat Maidah (5) ayat 18.
al-Baqarah (2) ayat 165. 22. محبةhanya disebutkan dalam surat
14. يحبونهhanya disebutkan dalam surat al- Thaha (20) ayat 39.
Maidah (3) ayat 54. AKTUALISASI MAHABBAH
15. استحبواsebanyak tiga (3) ayat yang 1. Sikap Diri
disebutkan dalam al-Qur’an yaitu: surat Mahabbah atau rasa cinta seorang
at-Taubah (9) ayat 23, surat an-Nahl hamba kepada Tuhannya akan melahirkan
(16) ayat 107, surat Fushilat (41) ayat kerinduan untuk selalu bersama dengan
17. yang dicintainya. Ia akan merasakan kede-
katan dengannya sebagai kebahagiaan dan
47
Jurnal al-Asas, Vol. IV No. 1, April 2020 Konsep Mahabbah Dalam Al-Qur’an
merasa jauh dari sebagai kegundahan dan di dalam jiwa mereka mengalir rasa cinta
kemalangan, segala cara yang dapat men- yang begitu mendalam dan Allah pun
jadikan ia merasa dekat dengannya tentu cinta mereka. Al-Qur’an, surah Al-
akan ditempuhnya walau apa pun rinta- Maidah: 54 menggambarkan hal tersebut:
ngannya. Rasa cinta seperti itu digam- وا َمن يَ ۡرتَ هد ِمن ُكمۡ عَن ِدينِِۦه فَ َس ۡوفَ يَ ۡأتِي ْ َُٰيََٰٓأَيُّهَا ٱله ِذينَ َءا َمن
barkan al-Quran sebagai perasaan yang ٱَّللُ بِقَ ۡو ٖم يُ ِحبُّهُمۡ َويُ ِحبُّونَ َٰٓۥهُ أَ ِذل ه ٍة َعلَى ۡٱل ُم ۡؤ ِمنِينَ أَ ِع هز ٍة َعلَى
ه
terjadi secara timbal balik. Sang hamba َلئِ ٖ ۚۡم ۡٱل َٰ َكفِ ِرينَ ي َٰ َُج ِه ُدونَ فِي َس ِبي ِل ه
َٰٓ َ َٱَّللِ َو ََل يَخَ افُونَ لَ ۡو َمة
merasakan cinta kepada Tuhannya dan ٱَّللِ ي ُۡؤتِي ِه َمن يَ َشآَٰ ۚۡ ُء َو ه
٤٥ ٱَّللُ َٰ َو ِس ٌع َعلِي ٌم ض ُل ه َ َِٰ َذل
ۡ َك ف
Tuhan pun menunjukkan cinta kepada Terjemahnya:
hamba yang dipilihnya. “Hai orang-orang yang beriman,
barangsiapa di antara kamu yang
Wujud cinta seorang hamba kepada
murtad dari agamanya, maka kelak
Tuhan, bukan hanya dalam bentuk untaian Allah akan mendatangkan suatu kaum
yang dicintai Allah dan mereka pun
kalimat-kalimat pujian sebagaiman para
mencintai Allah, yang bersikap lemah
mencinta menguntai kalimat indah untuk lembut terhadap orang-orang yang
beriman, dan bersikap keras kepada
kekasihnya. Bukti cinta kepada Tuhan
orang-orang kafir serta berjihad di jalan
dapat dilihat dalam tiga wujud sikap dari Allah, juga yang tidak takut kepada
celaan orang yang suka mencela”.
seorang hamba. Pertama: begitu sayang
Ayat di atas memberi penjelasan
dan cinta kepada kekasih-kekasih Allah.
tentang sikap-sikap yang lahir dari mereka
Kedua: Begitu keras kepada musuh-
yang merasakan cinta kepada Tuhannya.
musuh Allah. Ketiga: Tidak perduli
Sikap yang tidak berhenti hanya pada
dengan celaan para pencela. Al Qur’an
kalimat tasbih, tahmid, takbir, serta
mejelaskan sifat tersebut kepada kaum
kalimat pujian lainnya, tapi terpatri dalam
yang llah pilih untuk menjadi kaum yang
bentuk sikap sayang dan sikap tegas, serta
dicintainya. Bahkan terlebih dahulu
sikap pantang menyerah mengemban misi
diterangkan bahwa manakala suatu kaum
kebenaran walau apa pun halangan dan
tidak mau memikul tanggung jawab
rintangannya. Orang yang hatinya diliputi
agama sebagai taklif atau pembebanan
cinta kepada Allah senantiasa bersikap
spritualitas dalam keghidupan mereka,
mulia dan berusaha menghiasi dirinya
maka Allah tidak segan-segan mengganti-
dengan sikap para pencinta Allah. Mereka
kan mereka dengan komunitas baru yang
adalah orang-orang yang dianugerahi
48
Jurnal al-Asas, Vol. IV No. 1, April 2020 Konsep Mahabbah Dalam Al-Qur’an
mahabbah kepada Allah untuk menghiasi sakit, memberi makan, minum, pakaian,
diri mereka dengan sifat-sifat istimewa dan lain-lain.15Itu artinya cinta kepada
seperti yang tersebut pada ayat di atas, Allah harus dibuktikan dengan lahirnya
yaitu:lemah lembut kepada orang-orang sikap-sikap sosial seseorang kepada
yang beriman, keras dan tegas terhadap sesamanya, dimana sikap sosial tersebut
orang-orang kafir, jihad di jalan Allah, tidak lain kecuali sikap ihsan kepada
dan tidak takut kepada celaan orang yang sesama, terutama kepada mereka yang
suka mencela. sangat membutuhkannya. Adanya sikap
Jadi bukti mahabbah kepada Allah ihsan pada diri seorang hamba akan
akan terwujud dalam bentuk kesiapan menjadi semacam jaminan baginya untuk
menghiasi diri dengan sikap-sikap mulia merasakan kecintaan Allah kepadanya,
dan terpuji, baikdengan meneladani sikap- Allah berfirman, QS. Al-Baqarah: 195:
sikap Rasulullah seperti tercantum dalam ٣٩٤ َٱَّللَ ي ُِحبُّ ۡٱل ُم ۡح ِسنِين
إِ هن ه
surah ali-‘Imran: 31,14 maupun mengikuti Terjemahnya:
sikap orang-orang yang mencintai Allah “Sesungguhnya Allah mencintai orang-
orang yang berbuat ihsan (kebajikan).”
seperti pada surat al-Maidah: 54.
Sikap ihsan yang ditunjukkan sese-
2. Sikap Sosial
orang kepada sesamanya muslim meski
Aktualisasi cinta kepada Allah
itu sebagai bukti cinta, namun cinta
bukan hanya dalam bentuk keindahan
kepada selain Allah tidak boleh melebihi
bersikap dan berhubungan dengan-Nya
cintakepada Allah. Dan rasa cinta kepada
sebagai Dzat yang dicintai. Allah sendiri
selain-Nya haruslah didasari rasa cinta
menegaskan bahwa di antara bentuk cinta
karena-Nya.Rasulullahs.a.w. bersabda:
seorang hamba kepada-Nya adalah dengan
“Sesungguhnya di antara hamba-hamba
menunjukkan rasa cinta kepada hamba- Allah itu terdapat orang-orang yang
Nya, dalam bentuk memberi perhatian dan bukan nabi dan bukan syuhada’, tetapi
para nabi dan syuhada’cemburu kepada
meletakkan “tangan” meringankan beban- mereka. Lalu ada orang bertanya,
beban mereka, misalnya menjenguk yang ‘Siapakah gerangan mereka itu barang-
kali kami dapat mencintai mereka?
Beliau menjawab,‘Mereka adalah kaum
14
Terjemahan ayat: “Katakanlah: "Jika
kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku,
15
niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa- Muslim bin Al-Hajjaj Abu al-Hasan al-
dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Qusyairi an-Naisaburi, Shahih Muslim, Juz 5,
Penyayang.” (QS. Ali Imran: 31). (Beirut: Dar al Ihya al-Turats al-Arabi, t,t), h 199.
49
Jurnal al-Asas, Vol. IV No. 1, April 2020 Konsep Mahabbah Dalam Al-Qur’an
50
Jurnal al-Asas, Vol. IV No. 1, April 2020 Konsep Mahabbah Dalam Al-Qur’an
yang menjadikan rasa cinta itu muncul. dian muslim tersebut seperti tercantum
Misalnya karena adanya sikap untuk dalam ayat-ayat Al-Qur’an yang mem-
bertaubat dan senantiasa mensucikan diri, bicarakan tentang perbuatan-perbuatan
maka kecintaan Allah pun datang, yang mendatangkan mahabbah kepada
sebagaimana firman Allah QS. Ali Imran: Allah yang telah uraikan di atas.
222: Dari berbagai ayat yang menunjuk
َ َٱَّللَ يُ ِحبُّ ٱلته َٰ هوبِينَ َوي ُِحبُّ ۡٱل ُمت
٣٣٣ َطه ِِّرين إِ هن ه terma mahabbah, penulis menyimpulkan
Terjemahnya: bahwa hadirnya mahabbah atau rasa cinta
“Sesungguhnya Allah menyukai orang- kepada Allah, seseorang akan membentuk
orang yang bertaubat dan menyukai
dirinya dengan kepribadian al-Muhsinin
orang-orang yang mensucikan diri”
(orang-orang yang berbuat baikterhadap
Selain ayat tersebut di atas, ada
lain), al-Muttaqîn (orang-orang yang ber-
beberapa ayat lagi yang menjelaskan
taqwa) dan al-Muqsithîn (orang-orang
bahwa ada berbagai sikap yang apabila
yang ‘adil), al-Mutathahhirîn (orang yang
terdapat pada diri seorang hamba, maka
menyucikan diri dan jiwa), dan al-
hamba tersebut berhak atas kecintaan
Mutawakkilîn (orang yang berserah diri
Allah. Di antara sikap tersebut adalah:
kepada-Nya) al-Tawwabîn (orang-orang
sikap ihsan (QS. Al-Baqarah: 195, QS.
yang bertaubat), berjihad dengan shaffan
Al-Maidah: 13), sikap berserah diri
wahidan (orang-orang yang berjihad
kepada Allah (QS. Ali Imran: 159), sikap
dengan barisan yang rapi) dan al-Shabirîn
adil (QS. Al-Maidah: 42, QS. Al-Hujurat:
(orang-orang yang penyabar).
9), sikap takwa (QS. At Taubah: 4 dan 7),
Di samping itu dengan mahabbah
sikap bersatu di medan juang (QS. Ash-
kepada Allah juga akan terbentukpula
Shaf: 4).
kepribadian-kepribadian muslim lainnya,
Manakala seseorang hamba berusa-
seperti al-Mu’minîn (orang-orang yang
ha untuk memiliki sikap yang dipuji
beriman), al-Khasyi’în (orang-orang yang
sebagai sikap yang akan mendatangkan
khusyu’ di dalam beribadah), al-Muslimîn
kecintaan Allah kepadanya, tentu hamba
(orang-orang yang taat kepada Islam), al-
tersebut akan dapat menumbuh kem-
Shalihîn (orang-orang yang saleh), al-
bangkan serta membentuk kepribadian
Shadiqqîn (orang-orang yang benar), al-
muslim yang lebih baik. Adapun kepriba-
51
Jurnal al-Asas, Vol. IV No. 1, April 2020 Konsep Mahabbah Dalam Al-Qur’an
Mahabbah dalam Bahasa Arab menyucikan diri dan jiwa), dan al-
secara total pada sesuatu, perhatian yang bertaubat), berjihad dengan shaffan
wahidan (orang-orang yang berjihad
17
Syaikh Muhammad Mahdi Al-Ashify, Al-
Hubb al-Ilahi fi Ad’iyah Ahlu al-Bait (t.t.p.: t.p.,
1995), h. 7
52
Jurnal al-Asas, Vol. IV No. 1, April 2020 Konsep Mahabbah Dalam Al-Qur’an
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Fatah Muhammad Sayyid Ahmad, Tasawuf antara al-Ghazali dan Ibnu Taimiyah, terj.
M. Muchson Anasy, Jakarta Selatan: Khalifa, 2005
Abu Ishak Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim Atsa’labi an-Naisaburi, Al-Kasyfu wal Bayan,
Cet. VI, Bairut: Darul Ihya’ Turats al-‘Arabi, 2002
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Cet. IV, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002
Abul Qasim al-Qusyairi an-Naisaburi, Risalah Qusyairiyah: Sumber Kajian Ilmu Tasawuf, terj.
‘Umar Faruq, Jakarta: Pustaka Amani, 1998
Ahmad bin Hambal, Musnad Imam Ahmad bin Hambal, Juz 5, t.t.p.: Dar al-Fikr,t.t
Ahmad Mubarok, Jiwa Dalam Al-Qur’an; Solusi Krisis Keharmonisan Manusia Modern.
Jakarta: Paramadina, 2000
Al-Qusyairi al-Naisaburi, Al-Risalah al-Qusyairiyah, Mesir: Dar al-Kahir, t.t.
An-Nabawi Jaber Siraj dan ‘Abdussalam A. Halim Mahmud, Rabi’ah Sang Obor Cinta Sketsa
Sufisme Wali Perempuan, Yogyakarta: Sabda Persada, 2003.
Harun Nasution, Falsafah dan Mistisisme dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1983.
Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Abad 21. Jakarta: Pustaka Al-Husna Baru, 2003.
Imam al-Ghazali, Ringkasan Ihya’ Ulumiddin, terj. Abu Fajar al-Qolami, Cet. 1, Surabaya:
Gitamedia Press, 2003
Jamil Shaliba, Al-Mu’jam al-Falsafi, Jilid 2, Mesir: Dar al-Kairo, 1978.
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: Hidakarya Agung, 1990
Margareth Smith, Rabi’ah: Pergulatan Spiritual Perempuan, terj. Jamilah Baraja, Cet. IV,
Surabaya: Risalah Gusti, 2001.
Muhammad bin Isma’il al-Bukhari, Shahih Bukhari, Juz XIX.
Muhammad Fuad ‘Abdul Baqi, Mu’jam al-Mufahras li Alfazh al-Qur’an, Kairo: Darul Kutub
Misriyah, t.t.
Syaikh Muhammad Mahdi al-Ashify, Al-Hubb al-Ilahi fi Ad’iyah Ahlu al-Bait, t.t.p.: t.p., 1995.
53