Nim : 2210301006
Prodi : Studi Agama Agama
Mata kuliah : Tasawuf
Dr. Muhammad Nursamad Kamba, guru besar ilmu tasawuf alumni Universitas Al-
Azhar, mesir, seorang sufi zaman now yang sanga produktif menulis, mengajak kita untuk
‘pulang’ Kembali pada sang mutlak yang penuh cinta. Ia mengajak kit akita untuk bareng-
bareng mereparasi akal, agar Kembali kepada fitrahnya, sehingga dengannya kita bisa
membangun kesadaran kepada sang kekasih yang tak pernah berhenti mencintai umatnya.
Bersama akal sehat itu kita akan membangun cinta pada tuhan dan menjalin perjumpaan
dengannya.
Tuhan membekali manusia dengan akal, dimana akal itulah yang menunjukan
kedewasaan seseorang, sehingga hubungannya denga allah harus berdasarkan cinta. Namun,
doktri-doktrin yang dirumuskan oleh pemangku otoritas keagamaan formal, hubungan hamba
dengan allah masi didominasi oleh iming-iming kenikmatan surga atau ancaman sisksaan
neraka. Ini yang terkadang menjadi sumber ketegangan antaa sufi dan para fukaha, ‘ahli
hukum islam’. Padahal dalam Al-Qur’an, jelas, secara eksplisit tuhan menegaskan bahwa
kasih sayang-nya meliputi segala sesuatu ( QS Al-A’raf: 156).
Menurut Al-junaid, cina ialah “tergantinya sifat-sifat pencipta oleh sifat-sifat kekasih”
ini sejalan dengan pandangannya dengan makrifat sebagai peniadaan diri, dimana saat hamba
mengalami fana’ dan Allah men-tawalli atau ber-tajalli kepadanya, maka sang hamba
mengalami transformasi sehingga menyaksikan Allah bukan oleh dirinya, tapi oleh Allah, Ia
diperjalankan dalam kesaksian itu. Ini yang membuat sufisme Al-junaid menjadi unik dan
spesifik; bahwa ia mengintergasikan makrifat dan mahabah secara sempurna, sehingga dalam
pengalaman dan penghayatanya, praktis tidak bisa dibedakan apakah ia membicarakan
tentang makrifat atau mahabah.
Al-junaid mengatakan: “orang-orang yang cinta allah terbagi ke dalam dua golongan:
awam dan khawash. Yang pertama cinta mereka tergantung pengetahuannya akan nikmat
melimpah, sehingga tak kuasa menahan cintanya”.
Karena tauhid yang paling sempurna adalah kesaksian bahwa allah adalah satu-
satunya wujud yang riil, maka yang berhak untuk dicintai hanya allah. Dia adalah kekasih
satu satunya. Boleh jadi, karena faktanya demikian, maka allah mengabarkan dalam Al-
Qura’an bahwa cintanya lebih awal mendahului cinta hamba.
Wahai orang-orang mukmin, siapa pun di antara kalian yang murtad, maka allah
akan mendatangkan kaum yang allah cintai, dan allah pun mencintai, dan bersikap rendah
hati kepada orang-orang mukmin, dan bersikap keras kepada orang-orang kafir. Mereka
berjuang di jalan allah tanpa menghiraukan makian orang, demikianlah karunia allah
anugerahkan kepada siapapun yang di kehendaki, allah maha luas dan maha mengetahui.
(QS Al-ma’idah :54).
Dan saya belum menemukan kekurangan dalam buku tersebut, dan saya tidak berani
memberikan pendapat saya tentang kekurangan dalam buku tersebut oleh karena itu menurut
saya buku ini sudah lengkap dalam memahami apa itu tasawuf.
Al-junaid mengatakan: “orang-orang yang cinta allah terbagi ke dalam dua golongan:
awam dan khawash. Yang pertama cinta mereka tergantung pengetahuannya akan nikmat
melimpah, sehingga tak kuasa menahan cintanya”.