Anda di halaman 1dari 3

Nama : ikmal muzadi

Nim : 2210301006
Prodi : Studi Agama Agama
Mata kuliah : Tasawuf

Jalan Mahabah, Cinta Ilahi Kepada hambanya


Judul Buku : Mencintai Allah Secara Merdeka : Buku Saku Tasawuf
Praktis Pejalan Maiyah
Pengarang : Dr.H Muhammad Nur Samad Kamba, M.A
Penerbit : lIlMaN
Tahun Terbit : Agustus, 2020

Dr. Muhammad Nursamad Kamba, guru besar ilmu tasawuf alumni Universitas Al-
Azhar, mesir, seorang sufi zaman now yang sanga produktif menulis, mengajak kita untuk
‘pulang’ Kembali pada sang mutlak yang penuh cinta. Ia mengajak kit akita untuk bareng-
bareng mereparasi akal, agar Kembali kepada fitrahnya, sehingga dengannya kita bisa
membangun kesadaran kepada sang kekasih yang tak pernah berhenti mencintai umatnya.
Bersama akal sehat itu kita akan membangun cinta pada tuhan dan menjalin perjumpaan
dengannya.

Dalam pandangan sufisme, mahabah merupakan dasar esensial yang mewarnai


hubungan hamba dengan tuhan. Sebab, tuhan menciptakan dengan cinta, sehingga segenap
makhluknya membawa benih cinta ilahi dalam dirinya. Dalam tradisi tasawuf terdapat hadist
qudsi yang cukup populer, di mana allah berfirman: “aku perbendaharaan tersembunyi, aku
mencintai untuk di kenali, maka aku menciptakan”.

Tuhan membekali manusia dengan akal, dimana akal itulah yang menunjukan
kedewasaan seseorang, sehingga hubungannya denga allah harus berdasarkan cinta. Namun,
doktri-doktrin yang dirumuskan oleh pemangku otoritas keagamaan formal, hubungan hamba
dengan allah masi didominasi oleh iming-iming kenikmatan surga atau ancaman sisksaan
neraka. Ini yang terkadang menjadi sumber ketegangan antaa sufi dan para fukaha, ‘ahli
hukum islam’. Padahal dalam Al-Qur’an, jelas, secara eksplisit tuhan menegaskan bahwa
kasih sayang-nya meliputi segala sesuatu ( QS Al-A’raf: 156).
Menurut Al-junaid, cina ialah “tergantinya sifat-sifat pencipta oleh sifat-sifat kekasih”
ini sejalan dengan pandangannya dengan makrifat sebagai peniadaan diri, dimana saat hamba
mengalami fana’ dan Allah men-tawalli atau ber-tajalli kepadanya, maka sang hamba
mengalami transformasi sehingga menyaksikan Allah bukan oleh dirinya, tapi oleh Allah, Ia
diperjalankan dalam kesaksian itu. Ini yang membuat sufisme Al-junaid menjadi unik dan
spesifik; bahwa ia mengintergasikan makrifat dan mahabah secara sempurna, sehingga dalam
pengalaman dan penghayatanya, praktis tidak bisa dibedakan apakah ia membicarakan
tentang makrifat atau mahabah.

Al-junaid mengatakan: “orang-orang yang cinta allah terbagi ke dalam dua golongan:
awam dan khawash. Yang pertama cinta mereka tergantung pengetahuannya akan nikmat
melimpah, sehingga tak kuasa menahan cintanya”.

Karena tauhid yang paling sempurna adalah kesaksian bahwa allah adalah satu-
satunya wujud yang riil, maka yang berhak untuk dicintai hanya allah. Dia adalah kekasih
satu satunya. Boleh jadi, karena faktanya demikian, maka allah mengabarkan dalam Al-
Qura’an bahwa cintanya lebih awal mendahului cinta hamba.

Wahai orang-orang mukmin, siapa pun di antara kalian yang murtad, maka allah
akan mendatangkan kaum yang allah cintai, dan allah pun mencintai, dan bersikap rendah
hati kepada orang-orang mukmin, dan bersikap keras kepada orang-orang kafir. Mereka
berjuang di jalan allah tanpa menghiraukan makian orang, demikianlah karunia allah
anugerahkan kepada siapapun yang di kehendaki, allah maha luas dan maha mengetahui.
(QS Al-ma’idah :54).

Al-junaid menekankan pentingnya memantapkan jalan makrifat untuk meraih


mahabah cinta ilahi yang sejati. Ada orang yang mencintai allah karena Hasrat untuk
mendapatkan karunia allah yang berlimpah. Cinta semacam ini tidak sejati. Sebab tergantung
kepada terpenuhnya maksud dan Hasrat-hasrat diri. Cinta yang ada untuk melakukan ta akan
selalu berhenti setiap kali maksudnya tercapai.

Mengapa cinta harus berdasarkam makrifat? Sebab, semakin mendalam pengetahuan


seseorang akan semakin terlihat ke agungan yang maha kuasa. Maka, ia pun bersikap
mengagungkan, merasa takut, merasa simpati kepadanya, merasa malu, dan sebagainya. Ia
pun terdorong untuk melakukan taqarrub, dengan menunaikan perintah dan menjauhi
larangannya, sebagai upaya sekuat tenaga memperoleh ridha-nya.
Kelebihan yang dapat saya ambil dari buku Mencintai Allah Secara Merdeka ialah
agar bisa lebih mudah memahai tentang mencintai allah dalam pandangan sufi, Karena tauhid
yang paling sempurna adalah kesaksian bahwa allah adalah satu-satunya wujud yang riil,
maka yang berhak untuk dicintai hanya allah. Dia adalah kekasih satu satunya. Boleh jadi,
karena faktanya demikian, maka allah mengabarkan dalam Al-Qura’an bahwa cintanya lebih
awal mendahului cinta hamba.

Dan saya belum menemukan kekurangan dalam buku tersebut, dan saya tidak berani
memberikan pendapat saya tentang kekurangan dalam buku tersebut oleh karena itu menurut
saya buku ini sudah lengkap dalam memahami apa itu tasawuf.

Al-junaid mengatakan: “orang-orang yang cinta allah terbagi ke dalam dua golongan:
awam dan khawash. Yang pertama cinta mereka tergantung pengetahuannya akan nikmat
melimpah, sehingga tak kuasa menahan cintanya”.

Anda mungkin juga menyukai