PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wacana mahabbatullah dalam dunia tasawuf dipopularkan oleh
seorang wanita suci yang menjadi kekasih Allah (Waliyyullah), Rabiah
al-Adawiyyah.
Tampilnya
Rabiah
dalam
sejarah
tasawuf
Islam,
mahabah
atau
penyerahan
diri
total
kepada
Allah
s.w.t.
menjadi
merasakan
penghibur,
kedekatannya
suatu
dengan
hari
Allah
ketika
s.w.t
bernyanyi,
yang
Rabiah
seolah-olah
Cinta Rabiah kepada Allah s.w.t merupakan cinta suci, murni, dan
sempurna seperti disenandungkan kepada syair ini: Aku mencintaimu
dengan dua cinta; cinta kerana diriku, dan cinta kerana diri-Mu. Cinta
kerana diriku adalah keadaanku yang sentiasa mengingat-Mu yang
mengungkapkan tabir, sehingga Engkau kulihat. Baik untuk ini,
mahupun untuk itu, pujianku bukanlah bagiku; bagi-Mulah pujian untuk
semuanya. Buah hatiku, hanya Engkaulah yang kukasihi, berilah
keampunan pembuat dosa yang datang ke hadrat-Mu. Engkaulah
harapanku,
kebahagiaanku,
dan
kesenanganku,
hatiku
enggan
tasawuf.
Mengetahui macam-macam Mahabbah.
Mengetahui cara untuk mendapatkan Mahabbah.
Mengetahui sufi yang pertama kali mengembangkan Mahabbah.
Mengetahui proyeksi Mahabbah dalam kehidupan modern.
Dapat mengimplementasikan konsep Mahabbah dalm kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mahabbah
Mahabbah (cinta) menurut para ulama tasawuf berarti kehendak,
yaitu kehendakNya untuk melimpahkan rahmat secara khusus kepada
hamba, sebagaimana kasih sayangNya bagi hamba adalah kehendak
pelimpahan nikmatnya. Jadi, cinta (mahabbah) lebih khusus dari pada
rahmat. Kehendak Allah swt. dimaksudkan untuk menyampaikan pahala
dan nikmat kepada si hamba. Dan inilah yang disebut rahmat.
Sedangkan kehendakNya untuk mengkhususkan kepada hamba, suatu
kedekatan dan ihwal rohani yang luhur disebut sebagai mahabbah.
Kata mahabbah berasal dari kata ahabba, yuhibbu, mahabatan,
yang secara harfiah berarti mencintai secara mendalam, atau kecintaan
atau cinta yang mendalam. Dalam Mujam al Falsaf, Jamil Shaliba
mengatakan mahabbah adalah lawan dari albaghd, yakni cinta lawan
dari benci. Al-Mahabbah dapat pula berarti alwadud, yakni yang sangat
kasih atau penyayang.
Kata Mahabbah tersebut selanjutnya digunakan untuk menunjukkan
pada suatu paham atau aliran dalam tasawuf. Dalam hubungan ini
mahabbah obyeknya lebih ditujukan pada Allah. Dari sekian banyak arti
mahabbah yang dikemukakan di atas, tampaknya ada juga yang cocok
dengan
arti
mahabbah
yang
dikehendaki
dalam
tasawuf,
yaitu
pendahuluan
untuk
mencapai
cinta
kepada
Allah.
2) Al-Palimbani mahabbah ialah marifah hakiki yang lahir dari cinta,
tetapi cinta yang hakiki kepada Allah itu hanya lahir dari marifah.
Mahabbah dan marifah itu adalah dua hal yang masingmasing
merupakan sebab tetap juga akibat dari yang lain. Kasih pada Allah
tatkala itu, membawa kepada marifah. Marifah Allah tatkal itu
melazimkan sebenar-benar kasih Allah Taala.
3) Harun Nasution mahabbah ialah cinta, yang dimaksudkan adalah
cinta kepada Allah swt. Lebih lanjut Harun Nasution mengatakan,
pengertian yang diberikan kepada mahabbah antara lain yang
berikut:
a. Memeluk kepaAllah pada Allah dan membenci sikap melawan
kepadaNya
b. Menyerahkan seluruh diri kepada yang dikasihi.
c. Mengosongkan hati dari segalagalanya kecuali dari yang dikasihi,
yaitu Allah.
4) Al-Sarraj mahabbah mempunyai tiga tingkatan, yaitu mahabbah
orang biasa, mahabbah orang shidiq dan mahabbah orang yang arif.
a) Mahabbah orang biasa mengambil bentuk selalu mengingat Allah
dengan zikir, suka menyebut namanama Allah dan memperoleh
kesenangan dalam berdialog dengan Allah dan senantiasa memuji
Allah.
b) Mahabbah orang shidiq adalah cinta orang yang kenal pada Allah,
pada kebesaranNya, pada kekuasaanNya, pada ilmuNya dan lain-lain. Cinta yang dapat menghilangkan tabir yang memisahkan diri
seorang dari Allah dan dengan demikian dapat melihat rahasia-rahasia yang ada pada Allah. Ia mengadakan dialog dengan Allah
dan memperoleh kesenangan dari dialog itu. Cinta tingkat kedua ini
membuat
orangnya
sanggup
menghilangkan
kehendak
dan
c) Mahabbah orang arif adalah cinta orang yang tahu betul pada
Allah. Cinta serupa ini timbul karena telah tahu betul pada Allah.
Yang dilihat dan dirasa bukan lagi cinta, tetapi diri yang dicintai.
Akhirnya
sifat-sifat
yang
dicintai
masuk
ke
dalam
diri
yang
mencintai.
5) Abu Ali Dadaq mahabbah ialah suatu sikap mulia yang dikaruniakan
Allah kepada hamba yang dikehendakiNya. Allah memberitahukan
bahwa
Dia
mencintai
hambaNya
dan
hambaNya
pun
harus
mencintaiNya.
6) Abdullah Tusturi mahabbah ialah tanda cinta manusia kepada Allah
dengan banyak menyebut nama yang dicintai dan yang demikian itu
tidak akan tertanam dalam hati, melainkan sudah mencapai tingkat
tasdiq
dan
tahkik,
sehingga
ia
selalu
bertaubat
kepadaNya.
Dengan uraian tersebut kita dapat memperoleh pemahaman bahwa
mahabbah adalah suatu keadaan jiwa yang mencintai Allah sepenuh
hati, sehingga yang sifat-sifat yang dicintai (Allah) masuk ke dalam diri
yang dicintai. Tujuannnya adalah untuk memperoleh kesenangan
batiniah yang sulit dilukiskan dengan katakata, tetapi hanya dapat
dirasakan oleh jiwa.
B. Macam-Macam Mahabbah
1. Mahabbah mawaddah adalah jenis cinta mengebu-gebu, membara
dannggemesi. Orang yang memiliki cinta jenis mawaddah, maunya
selalu berdua, enggan berpisah dan selalu ingin memuaskan dahaga
cintanya. Ia ingin memonopoli cintanya, dan hampir tak bisa berfikir
lain.
2. Mahabbah rahmah adalah jenis cinta yang penuh kasih sayang,
lembut,siap berkorban, dan siap melindungi. Orang yang memiliki
cinta jenis rahmah ini lebih memperhatikan orang yang dicintainya
dibandingterhadap
diri
sendiri.
Baginya
yang
penting
adalah
kesalahan
kekasihnya.
dalam
hingga
sehingga
tidak
tega
membangunkannya
untuk
salat,
juga
dalam
perbuatanbodoh,
wa
illa
tashrif
`anni
pada roh, dan roh lebih halus dari qalb. Kelihatannya sir bertempat di
roh, dan roh bertempat di qalb, dan sir timbul dan dapat menerima
iluminasi dari Allah, kalau qalb dan roh telah suci sesuci-sucinya dan
kosong-sekosongnya, tidak berisi apa pun.
Dengan keterangan tersebut, dapat diketahui bahwa alat untuk
mencintai Allah adalah roh, yaitu roh yang sudah dibersihkan dari dosa
dan maksiat, serta dikosongkan dari kecintaan kepada segala sesuatu,
melainkan hanya diisi oleh cinta kepada Allah. Roh yang digunakan
untuk mencintai Allah itu telah dianugerahkan Allah kepada manusia
sejak kehidupannya dalam kandungan ketika umur empat bulan.
Dengan demikian alat untuk mahabbah itu sebenarnya telah diberikan
Allah. Manusia tidak tahu
sebenarnya
hakikat roh
itu.
mengetahui
Yang
memperkenalkan
ajaran
mahabbah
ini
adalah
Rabiah
al-
antara
ucapannya
yang
terkenal
tentang
zuhd
ialah-
sebagaimana diriwayatkan oleh al-Hujwiri dalam kitabnya Kasyf alMahjub: Suatu ketika aku membaca cerita bahwa seorang hartawan
berkata pada Rabiah:
yang
datang
membuatku
bahagia,
ataukah
Engkau
tolak
yang
akan
harapanku, kedamaianku,
kebahagiaanku,
Allah.
Dalam
mengungkapkan
rasa
cintanya
ini,
dia
bersenandung:
Aku cinta Kau dengan dengan dua model cinta
Cinta rindu dan cinta karena Kau layak dicinta
Adapun cinta rindu, karena hanya Kau kukenang selalu, bukan
selainMu
Adapun cinta karena Kau layak dicinta,
karena Kau singkapkan tirai sampai Kau nyata bagiku.
Bagiku, tidak ada puji untuk ini dan itu.
Tapi sekalian puji hanya bagiMu selalu.
E. Mahabbah dan Relevansinya pada zaman Modern
Penerapan mahabbah di masa silam dengan masa sekarang sebenarnya sama saja.
Mahabbah dilakukan dengan senantiasa berdzikir, beribadah, dan mendekati diri kepada
Allah dengan berbagai jalan yang dapat ditempuh. Hanya saja, di era globalisasi, dimana
arus kebebasan mulai mengila, konsep ini kian lama kian mengabur. Manusia lebih banyak
disibukkan dengan cintah kepada hal-hal yang bersifat duniawi. Harta, jabatan, kekuasaan,
wanita, dan lainnya. Banyak diantara umat Islam yang mengaku cinta kepada Allah dan
rosul-Nya, tapi tetap berperilaku ini hanya sekedar tipuan belaka, palsu. Banyak pula
kaum muslimin, khususnya para pejabat dan ulama terpesona dengan
dunia yang serba gemerlap. Banyak pejabat yang borjuis, banyak
penguasa yang zhalim, banyak ulama yang materialis, karena saking
cintanya kepada harta.
Banyak pula para pemuda dan pemudi generasi bangsa yang
menyalah gunakan arti cinta dan mahabbah yang sesungguhnya,
mereka menuangkan cinta dan mahabbah atas kehendak hawa
nafsunya, bukan karena cinta kepada Allah dengan mempertebal
keimanan dan ketaqwaanya, melainkan justru malah berbuat maksiat.
Adapun cinta yang sepenuh hati tidaklah demikian. Sebagaimana teladan yang telah kita
lihat dari Rabiah Al-Adawiyah, cinta yang sepenuh hati, akan membawa kita pada
keridhoan-Nya, yakni dengan memanifestasikan hukum-hukum Allah.
Dari uraian-uraian di atas, dapat kita ketahui bahwa saat ini menerapkan konsep
mahabbah seperti sufi jauh lebih sulit, karena tantangan zaman yang semakin menggila.
Akan tetapi, hal ini tidaklah mustahil untuk dilakukan. Karena, bagaimanapun Islam
adalah agama rahmatan lil alamin, universal, dan representatif untuk setiap zaman.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Mahabbah berasal dari kata ahabba, yuhibbu, mahabatan, yang
secara harfiah berarti mencintai secara mendalam, atau kecintaan
atau cinta yang mendalam. Secara tasawuf mahabbah berarti
kecintaan yang mendalam secara ruhian pada Allah.
2. Macam-macam mahabbah diantaranya ada Mahabbah mawaddah,
Mahabbah rahmah, Mahabbah mail, Mahabbah syaghaf, Mahabbah
rafah, Mahabbah shobwah, Mahabbah syauq (rindu), dan Mahabbah
kulfah.
3. Cara untuk mendekati mahabbah menurut Harun Nasution ada 3 alat,
yaitu dengan sir (
hati
Daftar Pustaka
Nata, Abuddin. 1996. Akhlak Tasawuf. Jakarta. Rajawali Pers.
Jasmine,
Yesti.
2014.
Mahabbah
dalam
Konsep
Tasawuf.
Dalam
Sekarang.
Dalam
Fajar.
2013.
Zuhud
dan
Mahabbah.
Dalam
2011.
Makalah
Mahabbah.
Dalam