PENGERTIAN SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM Arti sejarah pendidikan islam terbagi dalam 3 definisi yaitu: kata sejarah, pendidikan dan islam. 1. Sejarah Kata “sejarah” secara etimologi, menurut Kuntowijoyo berasal dari bahasa Arab “syajara” yang berarti “terjadi”, atau “syajarah” yang berarti “pohon”, atau “syajarah al-nasab” yang berarti “pohon silsilah”. Menurut Zuhairini, dkk arti sejarah, dalam bahasa Arab disebut tarikh, secara etimologi berarti ketentuan masa dan perhitungan tahun, seperti keterangan mengenai tahun sebelum dan sesudah Masehi, dipakai sebutan sebelum atau sesudah tarikh Masehi. Ilmu tarikh adalah suatu pengetahuan yang gunanya untuk mengetahui keadaan-keadaan atau kejadian-kejadian yang telah lampau maupun yang sedang terjadi di kalangan umat. Sementara dalam bahasa inggris, kata ini disebut “history” yang berarti pengalaman masa lampau daripada umat manusia. Dengan demikian, secara etimologis, sejarah adalah catatan-catatan yang berhubungan dengan kajadian-kejadian masa lampau. Sedangkan secara terminology, ada yang mengartikan sejarah sebagai keterangan yang terjadi di kalangan umat manusia pada masa yang lampau atau pada masa silam. Sejarah dapat juga berarti catatan yang berhubungan dengan kejadian-kejadian masa silam yang diabadikan dalam laporan-laporan tertulis dan dalam lingkup yang luas, baik tentang peristiwa sosial, politik, ekonomi, maupun agama dan budaya dari suatu bangsa, Negara atau dunia. Oleh karena itu, Variabel sejarah ada tiga, yaitu peristiwa atau fakta, tersimpan, terjadi di masa lampau dan adanya efek di masa sekarang. 2. Pendidikan Kata “pendidikan” dalam arti luas berarti bimbingan yang dilakukan oleh seseorang terhadap dirinya sendiri. Sedangkan dalam arti sempit, pendidikan adalah bimbingan yang dilakukan seseorang yang kemudian disebut pendidik, terhadap orang lain yang kemudian disebut peserta didik. Zuhairini, dkk. (1992:149) merumuskan bahwa pendidikan adalah suatu aktivitas untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup. Pendidikan tidak hanya berlangsung di dalam kelas, tetapi juga berlangsung di luar kelas. Pendidikan bukan hanya bersifat formal saja, tetapi mencangkup juga yang non formal. 3. Islam Kata “Islam” dalam “pendidikan islam” adalah pendidikan yang identik dengan ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw yang termaktub dalam al-Qur`an dan yang dalam pelaksanaannya dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw selama hidupnya, yang kemudian disebut sunnah (Zuhairini, dkk.:1992: 10 & 12). Oleh karena itu, dapat dirumuskan bahwa “sejarah pendidikan islam” adalah proses pewarisan dan pengembangan budaya umat manusia di bawah sinar bimbingan ajaran islam, yaitu yang bersumber dan berpedoman ajaran islam sebagaimana termaktub dalam al-Qur`an dan terjabar dalam sunnah Rosul dan bermula sejak Nabi Muhammad saw menyampaikan (membudayakan) ajaran tersebut (ke dalam budaya) umatnya (Zuhairini, dkk.:1992: 10 & 12). Ada empat unsur bagi kita untuk mengenal dan memberikan makna kepada setiap peristiwa, yaitu: Manusia (man), waktu (time), peristiwa (an accident) dan penulis atau pencatat (recorder). Manusia (man). Unsur pertama dan utama yang sangat menentukan dalam membicarakan dan mempelajari peristiwa adalah manusia sebagai pelaku atau orang yang terkena peristiwa. Suatu peristiwa, akan bermakna sejarah jika peristiwa itu menimpa pada diri seseorang atau sekelompok orang. Waktu (time, al-saab). Ketika suatu peristiwa menimpa pada seseorang atau sekelompk orang maka akan timbul pertanyaan kapan (when). Waktu bisa disebut juga masa. Dalam ilmu bahasa terbagi dalam ketiga kelompok besar yaitu masa lalu (past tens), masa sekarang (now) dan masa yang akan datang (future tens). Menurut Mas Kunto (2004; 14) juga menuliskan bahwa sejarah adalah ilmu tentang waktu karena sejarah selalu membicarakan tentang kapan suatu peristiwa yang mengena pada seseorang atau sekelompok orang. Peristiwa (an accident). Peristiwa dalam hal ini adalah sesuatu yang telah terjadi pada manusia dan telah berlalu. Menurut suparman (2004: 4) peristiwa sejarah adalah peristiwa yang bersifat kekal dan unik. Kekal maksudnya tidak berubah-ubah. Unik maksudnya sejarah itu hanya terjadi satu kali dan tidak pernah terulang. Pencatat dan Penulis (recorder and writer). Petugas pencatat atau penulis sejarah adalah seseorang atau kelompok orang yang karena ketekunan atau karena latar belakang pendidikannya. Karena untuk jadi pencatat atu penulis sejarah yang baik dibutuhkan ilmu pengetahuan, keterampilan, ketekunan dan dedikasi seta wawasan yang luas. OBJEK DAN METODE MEMPELAJARI SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM Objek Sejarah Pendidikan Islam Yang menjadi objek sejarah adalah fakta dan peristiwa, sedangkan yang menjadi objek kajian sejarah pendidikan islam itu adalah fakta tentang tujuan pendidikan, materi pendidikan, metode pendidikan, pendidik, peserta didik, media pendidikan, evaluasi, lembaga pendidikan dan lingkungan pendidikan sejak proses pendidikan yang diselenggarakan oleh Nabi Muhammad saw. Metode mempelajari Sejarah Pendidikan Islam Objek sejarah pendidikan islam sarat dengan nilai-nilai agamawi, aqidah, psikologi dan sosiologi. Objek sasaran sejarah itu perlu diletakkan secara utuh, menyeluruh, mendasar sesuai dengan sifat dan sikapnya, dengan demikian ada 3 metode untuk mempelajarinya: 1. Metode Deskriptif yaitu cara untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan- keadaan nyata yang ditunjukan untuk menggambarkan sifat suatu keadaan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu dan hanya mengukur apa adanya (Alimuddin Tuwu, 1993, cet. 1, h. 71). Tujuan dari metode ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta- fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Moh. Nazir, 1988, cet. Ke-3, h. 63). 2. Metode Komparatif yaitu metode yang digunakan dalam mempejarai sejarah pendidikan Islam. Secara implementatif, metode ini berusaha mengidentifikasi atau membedakan fakta yang satu dengan fakta yang lain, berusaha mengidentifikasi hubungan sebab akibat, dan membedakannya antara fakta yang satu dengan fakta yang lain, dan kemudian berusaha mengobservasi pengaruh atau akibatnya terhadap satu atau beberapa fakta selanjutnya (Sukardi, 2003: 171-172). 3. Metode Analisis-sintesis yaitu suatu metode yang dimaksudkan untuk memperoleh satu keutuhan dan kelengkapan kerangka pencapaian tujuan serta manfaat penulisan sejarah pendidikan Islam (Zuhairini, dkk.:1992: 3-4) KEGUNAAN SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM Ada ungkapan yang mengatakan “jika seseorang tidak memperhatikan sejarah, maka tentu ia akan ketinggalan di belakang; dan jika seseorang sungguh-sungguh memperhatikan sejarah, maka tentu ia meraih kemajuan. Mempelajari sejarah pendidikan islam memiliki dua aspek kegunaan. 1. Secara umum, sejarah pendidikan islam memiliki kegunaan sebagai faktor keteladanan. Dengan mempelajari sejarah pendidikan islam, umat islam dapat menladani proses pendidikan semenjak zaman kerasulan Muhammad saw, zama Al-khulafa’ Al-rasydun, zaman ulama-ulama besar dan para pemuka pendidikan islam. 2. Secara akademis, sejarah pendidikan islam dapat memberikan perbendaharaan perkembangan ilmu pengetahuan baik teori maupun praktik, dapat menumbuhkan perspektif baru dalam rangka mencari relevansi pendidikan islam terhadap segala bentuk perubahan dan perkembangan ilmu dan tehnologi, berguna bagi pembangunan dan pengembangan pendidikan islam, dan dapat memberikan arah kemajuan yang pernah di alami oleh umat islam dan dinamismenya sehingga pembangunan pengembangan itu tetap berada dalam kerangka pandangan yang utuh dan mendasar. Bagian terkecil dari kegunaan mempelajari ilmu sejarah pendidikan sebagaimana ditulis Djumhur dan Danasaputera (1974: 2) bahwa: 1. Dengan mempelajari sejarah pendidikan, kita akan memperoleh pengertian fungsi pendidikan dalam keseluruhan kebudayaan. 2. Sejarah pendidikan mengajar kepada kita untuk membedakan mana yang bernilai tinggi dan mana yang tidak, sehingga kita terhindar dari tindakan yang salah dan sesat dalam melaksanakan usaha-usaha pendidikan. 3. Sejarah pendidikan memberikan kita tentang pegangan, sehingga tidak akan terjadi suatu penilaian atau menganggap rendah terhadap hal-hal yang tel;ah lama dan menganggap tinggi terhadap hal-hal yang baru. 4. Dengan mempelajari sejarah pendidikan, kita akan sadara bahwa pendidikan hendaknya disesuaikan atau diselaraskan dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada ilmu pengeetahuan dan teknologi. 5. Sejarah pendidikan menginsyafkan kepada kita bahwa pendidikan sangat penting. 6. Dengan mempelajari sejarah pendidikan, kita memperoleh contih yang baik. PERIODISASI SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM Proses pendidikan sebenarnya telah berlangsung sepanjang sejarah dan berkembang sejalan dengan perkembangan social budaya manusia di permukaan bumi yaitu semenjak manusia menghendaki kemajuan dalam kehidupannya. Sejarah pendidikan islam dapat dipelajari sesuai dengan periodisasinya dan dibagi menjadi lima periode, yaitu: Priode pembinaan pendidikan Islam, yang berlangsung pada zaman Nabi Muhammad saw; Periode pertumbuhan pendidikan Islam, yang berlangsung sejak Nabi Muhammad saw wafat sampai akhir Bani Umayah, yang diwarnai dengan berkembangnya ilmu-ilmu naqliyah; Periode kejayaan (puncak perkembangan) pendidikan Islam, yang berlangsung sejak permulaan daulah abbasiyah sampai dengan jatuhnya Bagdad, yang diwarnai oleh bekembangnya ilmu aqliyah dan timbulnya madrasah, serta memuncaknya perkembangan kebudayaan Islam; Periode kemunduran pendidikan Islam, yaitu sejak jatuhnya Bagdad sampai jatuhnya Mesir ke tangan Napoleon, yang ditandai dengan runtuhnya sendi-sendi kebudayaan Islam dan perpindahnya pusat-pusat pengembangan kebudayaan ke dunia Barat. Periode pembaharuan pendidikan Islam, yang berlangsung sejak pendudukan Mesir oleh Napoleon sampai masa kini, yang ditandai dengan gejala-gejala kebangkitan kembali umat dan kebudayaan Islam (Zuhairini, dkk., 1991: 12-13). Dalam kajian pendidikan Islam di Indonesia, mencangkup fase-fase sebagai berikut:
1. Fase datangnya Islam ke Indonesia;
2. Fase pengembangan dengan melalui proses adaptasi; 3. Fase berdirinya kerajaan-kerajaan Islam (proses politik) 4. Fase kedatangan orang Barat (zaman penjajahan) 5. Fase penjajahan Jepang 6. Fase Indonesia merdeka; dan 7. Fase pembangunan (Zuhairini, 1991: 7-8). 8. Fase Reformasi