Anda di halaman 1dari 18

Sejarah Pendidikan Islam

STAI Ali bin Abi Thalib Surabaya - 2021


PENGERTIAN SEJARAH PENDIDIKAN
ISLAM
 Arti sejarah pendidikan islam terbagi dalam 3 definisi yaitu: kata sejarah, pendidikan dan islam.
 1. Sejarah
Kata “sejarah” secara etimologi, menurut Kuntowijoyo berasal dari bahasa Arab “syajara” yang
berarti “terjadi”, atau “syajarah” yang berarti “pohon”, atau “syajarah al-nasab” yang berarti “pohon
silsilah”.
Menurut Zuhairini, dkk arti sejarah, dalam bahasa Arab disebut tarikh, secara etimologi berarti
ketentuan masa dan perhitungan tahun, seperti keterangan mengenai tahun sebelum dan sesudah
Masehi, dipakai sebutan sebelum atau sesudah tarikh Masehi. Ilmu tarikh adalah suatu pengetahuan
yang gunanya untuk mengetahui keadaan-keadaan atau kejadian-kejadian yang telah lampau maupun
yang sedang terjadi di kalangan umat. Sementara dalam bahasa inggris, kata ini disebut “history”
yang berarti pengalaman masa lampau daripada umat manusia. Dengan demikian, secara etimologis,
sejarah adalah catatan-catatan yang berhubungan dengan kajadian-kejadian masa lampau.
Sedangkan secara terminology, ada yang mengartikan sejarah sebagai
keterangan yang terjadi di kalangan umat manusia pada masa yang
lampau atau pada masa silam. Sejarah dapat juga berarti catatan yang
berhubungan dengan kejadian-kejadian masa silam yang diabadikan
dalam laporan-laporan tertulis dan dalam lingkup yang luas, baik
tentang peristiwa sosial, politik, ekonomi, maupun agama dan budaya
dari suatu bangsa, Negara atau dunia. Oleh karena itu, Variabel sejarah
ada tiga, yaitu peristiwa atau fakta, tersimpan, terjadi di masa lampau
dan adanya efek di masa sekarang.
 2. Pendidikan
Kata “pendidikan” dalam arti luas berarti bimbingan yang dilakukan oleh
seseorang terhadap dirinya sendiri. Sedangkan dalam arti sempit, pendidikan
adalah bimbingan yang dilakukan seseorang yang kemudian disebut pendidik,
terhadap orang lain yang kemudian disebut peserta didik. Zuhairini, dkk.
(1992:149) merumuskan bahwa pendidikan adalah suatu aktivitas untuk
mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur
hidup. Pendidikan tidak hanya berlangsung di dalam kelas, tetapi juga
berlangsung di luar kelas. Pendidikan bukan hanya bersifat formal saja, tetapi
mencangkup juga yang non formal.
 3. Islam
Kata “Islam” dalam “pendidikan islam” adalah pendidikan yang identik dengan
ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw yang termaktub dalam al-Qur`an dan
yang dalam pelaksanaannya dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw selama
hidupnya, yang kemudian disebut sunnah (Zuhairini, dkk.:1992: 10 & 12).
 Oleh karena itu, dapat dirumuskan bahwa “sejarah pendidikan islam” adalah
proses pewarisan dan pengembangan budaya umat manusia di bawah sinar
bimbingan ajaran islam, yaitu yang bersumber dan berpedoman ajaran islam
sebagaimana termaktub dalam al-Qur`an dan terjabar dalam sunnah Rosul dan
bermula sejak Nabi Muhammad saw menyampaikan (membudayakan) ajaran
tersebut (ke dalam budaya) umatnya (Zuhairini, dkk.:1992: 10 & 12).
 Ada empat unsur bagi kita untuk mengenal dan memberikan makna kepada setiap peristiwa, yaitu: Manusia
(man), waktu (time), peristiwa (an accident) dan penulis atau pencatat (recorder).
 Manusia (man). Unsur pertama dan utama yang sangat menentukan dalam membicarakan dan mempelajari
peristiwa adalah manusia sebagai pelaku atau orang yang terkena peristiwa. Suatu peristiwa, akan bermakna
sejarah jika peristiwa itu menimpa pada diri seseorang atau sekelompok orang.
 Waktu (time, al-saab). Ketika suatu peristiwa menimpa pada seseorang atau sekelompk orang maka akan
timbul pertanyaan kapan (when). Waktu bisa disebut juga masa. Dalam ilmu bahasa terbagi dalam ketiga
kelompok besar yaitu masa lalu (past tens), masa sekarang (now) dan masa yang akan datang (future tens).
Menurut Mas Kunto (2004; 14) juga menuliskan bahwa sejarah adalah ilmu tentang waktu karena sejarah
selalu membicarakan tentang kapan suatu peristiwa yang mengena pada seseorang atau sekelompok orang.
 Peristiwa (an accident). Peristiwa dalam hal ini adalah sesuatu yang telah terjadi pada manusia dan telah
berlalu. Menurut suparman (2004: 4) peristiwa sejarah adalah peristiwa yang bersifat kekal dan unik. Kekal
maksudnya tidak berubah-ubah. Unik maksudnya sejarah itu hanya terjadi satu kali dan tidak pernah terulang.
 Pencatat dan Penulis (recorder and writer). Petugas pencatat atau penulis sejarah adalah seseorang atau
kelompok orang yang karena ketekunan atau karena latar belakang pendidikannya. Karena untuk jadi pencatat
atu penulis sejarah yang baik dibutuhkan ilmu pengetahuan, keterampilan, ketekunan dan dedikasi seta
wawasan yang luas.
OBJEK DAN METODE MEMPELAJARI
SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM
Objek Sejarah Pendidikan Islam
Yang menjadi objek sejarah adalah fakta dan peristiwa,
sedangkan yang menjadi objek kajian sejarah pendidikan
islam itu adalah fakta tentang tujuan pendidikan, materi
pendidikan, metode pendidikan, pendidik, peserta didik,
media pendidikan, evaluasi, lembaga pendidikan dan
lingkungan pendidikan sejak proses pendidikan yang
diselenggarakan oleh Nabi Muhammad saw.
 Metode mempelajari Sejarah Pendidikan Islam
Objek sejarah pendidikan islam sarat dengan nilai-nilai agamawi, aqidah, psikologi
dan sosiologi. Objek sasaran sejarah itu perlu diletakkan secara utuh, menyeluruh,
mendasar sesuai dengan sifat dan sikapnya, dengan demikian ada 3 metode untuk
mempelajarinya:
1. Metode Deskriptif yaitu cara untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-
keadaan nyata yang ditunjukan untuk menggambarkan sifat suatu keadaan dan
memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu dan hanya mengukur apa adanya
(Alimuddin Tuwu, 1993, cet. 1, h. 71). Tujuan dari metode ini adalah untuk membuat
deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-
fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Moh. Nazir, 1988,
cet. Ke-3, h. 63).
2. Metode Komparatif yaitu metode yang digunakan dalam mempejarai
sejarah pendidikan Islam. Secara implementatif, metode ini berusaha
mengidentifikasi atau membedakan fakta yang satu dengan fakta yang
lain, berusaha mengidentifikasi hubungan sebab akibat, dan
membedakannya antara fakta yang satu dengan fakta yang lain, dan
kemudian berusaha mengobservasi pengaruh atau akibatnya terhadap
satu atau beberapa fakta selanjutnya (Sukardi, 2003: 171-172).
3. Metode Analisis-sintesis yaitu suatu metode yang dimaksudkan
untuk memperoleh satu keutuhan dan kelengkapan kerangka
pencapaian tujuan serta manfaat penulisan sejarah pendidikan Islam
(Zuhairini, dkk.:1992: 3-4)
KEGUNAAN SEJARAH PENDIDIKAN
ISLAM
 Ada ungkapan yang mengatakan “jika seseorang tidak
memperhatikan sejarah, maka tentu ia akan ketinggalan di belakang;
dan jika seseorang sungguh-sungguh memperhatikan sejarah, maka
tentu ia meraih kemajuan. Mempelajari sejarah pendidikan islam
memiliki dua aspek kegunaan.
 1. Secara umum, sejarah pendidikan islam memiliki kegunaan
sebagai faktor keteladanan. Dengan mempelajari sejarah pendidikan
islam, umat islam dapat menladani proses pendidikan semenjak
zaman kerasulan Muhammad saw, zama Al-khulafa’ Al-rasydun,
zaman ulama-ulama besar dan para pemuka pendidikan islam.
 2. Secara akademis, sejarah pendidikan islam dapat memberikan
perbendaharaan perkembangan ilmu pengetahuan baik teori maupun
praktik, dapat menumbuhkan perspektif baru dalam rangka mencari
relevansi pendidikan islam terhadap segala bentuk perubahan dan
perkembangan ilmu dan tehnologi, berguna bagi pembangunan dan
pengembangan pendidikan islam, dan dapat memberikan arah
kemajuan yang pernah di alami oleh umat islam dan dinamismenya
sehingga pembangunan pengembangan itu tetap berada dalam
kerangka pandangan yang utuh dan mendasar.
Bagian terkecil dari kegunaan mempelajari ilmu sejarah
pendidikan sebagaimana ditulis Djumhur dan Danasaputera
(1974: 2) bahwa:
1. Dengan mempelajari sejarah pendidikan, kita akan
memperoleh pengertian fungsi pendidikan dalam
keseluruhan kebudayaan.
2. Sejarah pendidikan mengajar kepada kita untuk
membedakan mana yang bernilai tinggi dan mana yang
tidak, sehingga kita terhindar dari tindakan yang salah dan
sesat dalam melaksanakan usaha-usaha pendidikan.
3. Sejarah pendidikan memberikan kita tentang
pegangan, sehingga tidak akan terjadi suatu penilaian atau
menganggap rendah terhadap hal-hal yang tel;ah lama dan
menganggap tinggi terhadap hal-hal yang baru.
4. Dengan mempelajari sejarah pendidikan, kita akan
sadara bahwa pendidikan hendaknya disesuaikan atau
diselaraskan dengan perubahan-perubahan yang terjadi
pada ilmu pengeetahuan dan teknologi.
5. Sejarah pendidikan menginsyafkan kepada
kita bahwa pendidikan sangat penting.
6. Dengan mempelajari sejarah pendidikan, kita
memperoleh contih yang baik.
PERIODISASI SEJARAH PENDIDIKAN
ISLAM
 Proses pendidikan sebenarnya telah berlangsung
sepanjang sejarah dan berkembang sejalan dengan
perkembangan social budaya manusia di permukaan bumi
yaitu semenjak manusia menghendaki kemajuan dalam
kehidupannya. Sejarah pendidikan islam dapat dipelajari
sesuai dengan periodisasinya dan dibagi menjadi lima
periode, yaitu:
Priode pembinaan pendidikan Islam, yang berlangsung
pada zaman Nabi Muhammad saw;
 Periode pertumbuhan pendidikan Islam, yang berlangsung
sejak Nabi Muhammad saw wafat sampai akhir Bani Umayah,
yang diwarnai dengan berkembangnya ilmu-ilmu naqliyah;
 Periode kejayaan (puncak perkembangan) pendidikan Islam,
yang berlangsung sejak permulaan daulah abbasiyah sampai
dengan jatuhnya Bagdad, yang diwarnai oleh bekembangnya
ilmu aqliyah dan timbulnya madrasah, serta memuncaknya
perkembangan kebudayaan Islam;
 Periode kemunduran pendidikan Islam, yaitu sejak jatuhnya
Bagdad sampai jatuhnya Mesir ke tangan Napoleon, yang
ditandai dengan runtuhnya sendi-sendi kebudayaan Islam dan
perpindahnya pusat-pusat pengembangan kebudayaan ke dunia
Barat.
 Periode pembaharuan pendidikan Islam, yang berlangsung
sejak pendudukan Mesir oleh Napoleon sampai masa kini,
yang ditandai dengan gejala-gejala kebangkitan kembali umat
dan kebudayaan Islam (Zuhairini, dkk., 1991: 12-13).
Dalam kajian pendidikan Islam di Indonesia,
mencangkup fase-fase sebagai berikut:

 1. Fase datangnya Islam ke Indonesia;


 2. Fase pengembangan dengan melalui proses adaptasi;
 3. Fase berdirinya kerajaan-kerajaan Islam (proses politik)
 4. Fase kedatangan orang Barat (zaman penjajahan)
 5. Fase penjajahan Jepang
 6. Fase Indonesia merdeka; dan
 7. Fase pembangunan (Zuhairini, 1991: 7-8).
 8. Fase Reformasi

Anda mungkin juga menyukai