Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Desa dapat dipahami sebagai lembaga asli pribumi yang mempunyai

wewenang mengatur rumah tangganya sendiri berdasarkan hukum adat (Soetardjo

dalam Nurcholis, 2011:20). Dalam mengatur rumah tangganya desa mendapat

sokongan dana berupa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan

kemudian dialirkan kepada kabupaten atau kota yang berupa Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang diterima setiap tahun dan

digunakan untuk mendanai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan

pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat dan

akan dilaporkan kembali oleh kepala desa kepada bupati atau walikota dalam

bentuk laporan realisasi anggaran desa dalam satu periode.

Sementara siap atau tidak siap desa akan menerima dana tersebut yang

sudah terprogram dalam APBN setiap tahunnya. Mengingat dana tersebut sangat

penting untuk pengelolaan rumah tangga desa maka perlu adanya laporan

pertanggungjawaban tentang transparansi anggaran tersebut dalam satu periode.

Untuk mendukung laporan keuangan tersebut perlu adanya keandalan dari

aparatur desa dalam menyusun laporan keuangan yang benar. Dalam menunjang

keandalan laporan keuangan ini maka setidaknya aparatur desa harus mengerti

tentang bagaimana menyusun laporan realisasi anggaran desa dan hal pertama

yang menunjang keandalan laporan adalah tingkat pendidikan dari aparatur desa

itu sendiri.

1
2

Tingkat pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tata laku seseorang

atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran dan pelatihan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008). Tingkat

pendidikan merupakan salah satu indikator penting dalam pemahaman laporan

keuangan dikarenakan sebelum menyusun laporan keuangan aparatur desa harus

mengerti tatacara dalam menyusun laporan keuangan. Penyusunan laporan

keuangan yang benar dapat mempengaruhi keandalan laporan keuangan itu sendiri

sehingga meminimalisir kesalahan laporan keuangan.

Dari pra penelitian yang dilakukan di desa-desa yang ada di kecamatan

koting terdapat tingkat pendidikan yang berbeda-beda di setiap desa yang di

gambarkan dalam table berikut :

Tabel 1.1 Tingkat Pendidikan Aparatur Desa Koting

Tingkat Pendidikan
No Desa
SMA/SMK D3 S1
1 Koting A 6 2
2 Koting B 6 1 1
3 Koting C 7 1
4 Koting D 1 7
5 Paubekor 7 1
6 Ribang 7 1
TOTAL 34 1 13

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa terdapat perbedaan dari setiap tingkat

pendidikan aparatur desa yang bekerja di setiap desa di wilayah Kecamatan

Koting dengan jumlah tamatan SMA/SMK berjumlah lebih banyak yaitu 34

orang, dibandingkan dengan yang tamatan D3 sebanyak 1 orang dan lulusan S1


3

sebanyak 13 orang. Hal ini berarti masih terdapat banyak aparatur desa yang

hanya lulusan SMA/SMK yang bekerja di desa-desa di Kecamatan Koting

dibandingkan dengan yang lulusan D3 ataupun S1.

Pendidikan dalam bidang tertentu (spesialisasi) latar belakang pendidikan

akan meningkatkan pengetahuan pada bidang berkenaan. Ini berarti semakin

tinggi tingkat pendidikan yang ditempuh oleh seseorang maka akan lebih

mendukung keandalan atau nilai dari seseorang. Namun dari data yang diperoleh

masih terdapat banyak aparatur desa yang hanya lulusan SMA sehingga ini dapat

mempengaruhi kurangnya keandalan atau nilai dari orang tersebut dalam

melakukan sesuatu. Selain tingkat pendidikan, indikator berikut yang

mempengaruhi laporan keuangan adalah kualitas pelatihan.

Kualitas pelatihan dilaksanakan untuk meningkatkan prestasi kerja

karyawan, sehingga perlu perhatian khusus dari perusahaan. Dengan mengikuti

pelatihan dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan bidang

yang digeluti. Salah satu pelatihan yang ada adalah BIMTEK (Bimbingan

Teknis). Bimtek adalah suatu kegiatan dimana para peserta diberi pelatihan-

pelatihan yang bermanfaat dalam meningkatkan kompetensi peserta yang dimana

kompetensi yang diberikan meliputi membangun tim kerja efektif, teknik

komunikasi dalam konteks pelayanan prima, survey indeks kepuasan masyarakat

dan penanganan keluhan pelanggan, tata pemerintahan yang baik dan professional

aparatur, kepemimpinan dan lain-lain.

Tujuan dari bimtek adalah meningkatkan profesionalisme dan kompetensi

ASN (Aparatur Sipil Negara) dalam perkembangan dan persaingan SDM

Indonesia, meningkatkan prestasi kerja ASN berbasis kompetensi, meningkatkan


4

kerjasama dan koordinasi ASN dalam pelayanan public dasar, meningkatkan

tatakelola keuangan maupun kepegawaian ASN dalam terwujudnya Government

dan governance, ada pula pelatihan menggunakan aplikasi yang disebut

SISKEUDES (Sistem Keuangan Desa).

SISKEUDES (Sistem Keuangan Desa) adalah sebuah aplikasi untuk

pembuatan anggaran, pembukuan, dan pelaporan keuangan desa yang disediakan

oleh pemerintah secara gratis. Adanya pelatihan sangat menunjang keandalan

laporan dikarenakan di jaman sekarang desa sudah memasuki era komputerisasi

dimana semua proses laporan keuangan menjadi lebih mudah dan lebih tertata

lagi. Pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang mencapai kemampuan

tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi (Mathis dan Jackson,

2002:5). Sehingga semakin banyak pelatihan yang diikuti maka akan memberikan

dampak yang lebih positif bagi aparatur desa dan juga terhadap proses pelaporan

keuangan itu sendiri.

Indikator terakhir yang menunjang keandalan laporan keuangan adalah

pengalaman kerja aparatur desa itu sendiri. Pengalaman kerja adalah suatu

pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dimiliki pegawai untuk

mengemban tanggungjawab dari pekerjaan sebelumnya (Wariati, 2015). Lamanya

waktu bekerja dari seorang aparatur tersebut menjadi salah satu faktor penting

karena aparatur desa tersebut sudah paham betul apa sajah yang harus dibuat

dalam proses pelaporan keuangan tersebut. Lamanya waktu yang dibutuhkan agar

aparatur desa benar-benar paham mengenai laporan keuangan minimal 1 tahun

masa kerja.
5

Dari pra penelitian yang dilakukan di desa-desa yang ada di Kecamatan

Koting terdapat lama masa jabatan yang berbeda-beda di setiap desa yang di

gambarkan dalam tabel berikut :

Tabel 1.2. Masa Jabatan Aparut Desa Kecamatan Koting

No Desa Lama Waktu Bekerja (Tahun)


1-5 6-10 11-15 16-20
1 Koting A 7 1
2 Koting B
3 Koting C 4 4
4 Koting D 4 3 1
5 Paubekor 6 1 1
6 Ribang 7 1
TOTAL

Dengan didukung oleh beberapa pelatihan yang ada dan lamanya waktu

bekerja aparatur desa, maka bisa didapatkan kualitas laporan keuangan dan

keandalan laporan keuangan yang baik. Semakin lama masa kerja dari aparatur itu

sendiri maka semakin banyak pengalaman yang didapat sehingga memberikan

dampak yang lebih baik lagi dalam pekerjaan yang ditekuni serta berdampak baik

terhadap tempat kerja itu sendiri.

Dari pra penelitian yang dilakukan di desa-desa yang ada dikecamatan

koting yang berjumlah 6 desa yang terdiri dari Desa Koting A, Desa Koting B,

Desa Koting C, Desa Koting D, Desa Paubekor dan Desa Ribang memiliki

permasalahan yang sama dimana setiap desa masih melakukan keterlambatan

Pelaporan Surat Pertanggungjawaban (SPJ), disamping itu desa-desa di

kecamatan Koting juga memiliki permasalahn tingkat pendidikian yang berbeda-

beda, serta lama masa kerja dari setiap aparatur desa yang berbeda-beda.
6

Beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk melihat pengaruh tingkat

pendidikan, kualiitas pelatihan dan pengalaman kerja aparatur desa terhadap

laporan keuangan desa yang dimana berdasarkan peneliti Dini Budiarti, Rd.Ade

Tribuana Anjaya, Ronald N Girsang (2021) dengan judul Pengaruh Tingkat

Pendidikan, Kualitas Pelatihan, Pengalaman Kerja Dan Pemahaman Akuntansi

Aparatur Desa Terhadap Pemahaman Laporan Keuangan Desa (Studi Kasus Pada

Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo) menyatakan bahwa tingkat pendidikan

dan pengalaman kerja tidak berpengaruh terhadap laporan keuangan namun

kualitas pelatihan berpengaruh terhadap laporan keuangan.

Dan pada penelitian selanjutnya oleh Vinne Shabrina Budiono, Muchlis,

Indah Masri (2018) dengan judul analisis pengaruh pendidikan dan pelatihan,

pengalaman kerja serta pemanfaatan teknologi informasi terhadap kualitas laporan

keuangan pemerintah daerah (Studi Kasus Pada Pemerintah Kota Depok) yang

menyatakan bahwa tingkat pendidikan kualitas pelatihan dan pengalaman kerja

tidak berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan.

Hasil penelitian yang ketiga dengan judul pengaruh tingkat pendidikan,

kualitas pelatihan, pemanfaatan teknologi informasi, system pengendalian intern

dan pengalaman kerja aparatur desa terhadap pemahaman laporan keuangan desa

(Studi Empiris di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2019) yang dilakukan oleh Wahyu

Dimas Ivan Budi dengan hasil penelitiannya menunjukan bahwa tingkat

pendidikan, kualitas pelatihan, pemanfaatan teknologi informasi dan pengalaman

kerja tidak berpengaruh terhadap pemahaman laporan keuangan desa, sedangkan

sistem pengendalian intern berpengaruh terhadap pemahaman laporan keuangan

desa.
7

Berdasarkan masalah yang ada serta hasil peneliti terdahulu yang

menyatakan tidak adanya pengaruh antara tingkat pendidikan, kualitas pelatihan

dan pengalaman kerja terhadap laporan keuangan sehingga penulis tertarik untuk

meneliti ulang apakah tingkat pendidikan, kualitas pelatihan dan pengalaman

kerja aparatur desa berpengaruh terhadap proses laporan keuangan mengingat

pentingnya sebuah laporan keuangan di suatu lembaga pemerintahan salah

satunya seperti desa, maka penulis mengangkat judul ‘Pengaruh Tingkat

Pendidikan, Kualitas Pelatihan dan Pengalaman Kerja Aparatur Desa

Terhadap Pemahaman Laporan Keuangan (Studi Kasus Pada Seluruh

Kantor Desa di Kecamatan Koting).

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang judul diatas, maka permasalahan yang dikaji

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh tingkat pendidikan terhadap pemahaman laporan

keuangan desa?

2. Bagaimana kualitas pelatihan terhadap pemahaman laporan keuangan

desa?

3. Bagaimana pengalaman kerja aparatur desa terhadap pemahaman laporan

keuangan desa?

4. Bagaimana pengaruh tingkat pendidikan, kualitas pelatihan dan

pengalaman kerja aparatur desa terhadap pemahaman laporan keuangan

desa?
8

1.3 Tujuan

Berdasarkan permasalahan yang dikaji maka tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan terhadap pemahaman

laporan keuangan desa.

2. Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelatihan terhadap pemahaman

laporan keuangan desa.

3. Untuk mengetahui pengaruh pengalaman kerja terhadap pemahaman

laporan keuangan desa.

4. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan, kualitas pelatihan dan

pengalaman kerja terhadap pemahaman laporan keuangan desa.

1.4 Manfaat

1. Bagi Desa

Penelitian ini dapat menjadi tolak ukur sejauh mana pemahaman

aparatur desa dalam membuat proses pelaporan keuangan dan

memperbaiki beberapa kekurangan ataupun beberapa kebutuhan yang

dapat menunjang pemahaman aparatur desa agar menciptakan laporan

keuangan yang lebih handal.

2. Bagi Universitas Nusa Nipa Maumere

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi dan dapat

berguna bagi pihak yang ingin menambah wawasan mengenai

pengaruh tingkat pendidikan, kualitas pelatihan dan pengalaman kerja

yang berhubungan dengan pengelolaan laporan keuangan desa.

3. Bagi Penulis
9

Penelitian ini diharapkan menjadi sarana dan wawasan untuk

mengembangkan diri dan dapat menambah teori yang didapatkan pada

saat kuliah serta dapat menambah wawasan untuk masalah yang

diteliti.

1.5 Sistematika penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini merupakan bagian pendahuluan yang berisi Latar

Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, manfaat

penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang teori-teori yang menjadi landasan

dalam penelitian ini, penelitian terdahulu, dan kerangka

pemikiran.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang jenis penelitian, waktu dan tempat

penelitian, subjek penelitian, data penelitian, teknik

pengumpulan data, populasi dan sampel, variable penelitian,

model penelitian dan teknik analisis data.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Laporan Keuangan Desa

2.1.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Desa

Dana desa menurut UU No. 60 Tahun 2014 adalah dana yang bersumber

dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang diperuntukkan bagi

18 desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD) kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan

pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan

pemberdayaan masyarakat. Dana desa bersumber dari belanja pemerintah, dimana

pemerintah mengefektifkan program yang berbasis desa secara merata dan

berkeadilan (Yuliansyah dan Rusmianto, 2017:32). Menurut Buku Saku Dana

Desa (2017), “Dana Desa sebagai salah satu sumber pendapatan desa,

pengelolaannya dilakukan dalam kerangka pengelolaan Keuangan Desa”.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 113 Tahun 2014 mendefinisikan

pengelolaan keuangan desa merupakan keseluruhan kegiatan yang meliputi

perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban

keuangan desa.Medianti (2018) menyatakan “Pengelolaan keuangan desa

merupakan rangkaian siklus terpadu dan terintegrasi antara satu tahapan dengan

tahapan lainnya”. Pengelolaan keuangan desa akan berjalan ketika memiliki tata

pemerintahan desa yang baik. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat

10
11

disimpulkan bahwa pengelolaan dana desa adalah serangkaian siklus yang

meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggung

jawaban dana desa yang digunakan dalam pemerintahan, pembangunan dan

kemasyarakatan.

2.1.1.2 Pengelolaan Keuangan Desa

Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, keuangan

desa adalah hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala

sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan

kewajiban desa. Pengelolaan keuangan Desa dilaksanakan dalam masa 1 tahun

anggaran terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember. Kepala

Desa menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan APBDesa kepada

Bupati/Walikota setiap semester tahun berjalan. Laporan semester pertama

disampaikan paling lambat pada akhir bulan Juli tahun berjalan. Kemudian

laporan semester kedua disampaikan paling lambat pada akhir Januari tahun

berikutnya. Selain penyampaian laporan realisasi pelaksanaan APBDesa, Kepala

desa juga menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan

APBDesa kepada bupati/walikota setiap akhir tahun anggaran.

Dana desa merupakan komponen dari keuangan desa, sehingga siklus

pengelolaan dana desa sama dengan pengelolaan keuangan desa. Pengelolaan

keuangan desa berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 113 Tahun 2014

yaitu meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, serta pelaporan dan

pertanggungjawaban.
12

1. Perencanaan

a. Sekretaris Desa (Sekdes) menyusun Raperdes tentang APBDesa yang

akan dibahas dan disepakati oleh Kepala Desa (Kades) dan BPD.

b. APBDesa kemudian disampaikan kepada Bupati/Walikota melalui

Camat paling lambat bulan Oktober tahun berjalan.

c. APBDesa yang telah disampaikan kemudian dievaluasi oleh Bupati/

Walikota selama maksimal 20 hari kerja, dan Kades harus melakukan

penyempurnaan selama 7 hari jika APBDesa dinyatakan Raperdesa

tidak sesuai.

d. Prioritas penggunaan dana desa ditetapkan dalam musyawarah desa

antara BPD, Pemdes, dan Unsur masyarakat.

2. Pelaksanaan

a. Pengeluaran dan penerimaan dana desa dilaksanakan melalui rekening

Kas Desa atau sesuai ketetapan pemerintah kab/kota, dengan

dukungan bukti yang lengkap dan sah.

b. Pemdes dilarang melakukan pungutan selain yang ditetapkan dalam

Perdes.

c. Bendahara dapat menyimpan uang dalam Kas Desa dan besarnya

ditetapkan dengan Perbup/Walikota.

d. Penggunaan biaya tak terduga harus dibuat rincian RAB, dan disahkan

oleh Kades.
13

3. Penatausahaan

a. Penatausahaan ini wajib dilaksanakan oleh Bendahara Desa

b. Pencatatan dilakukan setiap ada penerimaan dan pengeluaran

c. Melakukan tutup buku setiap akhir bulan

d. Mempertanggungjawabkan uang melalui laporan

e. Laporan disampaikan setiap bulan kepada Kades paling lambat bulan

berikutnya

f. Menggunakan Buku Kas Umum, Buku Kas Pembantu, dan Buku

Bank

4. Pelaporan dan Pertanggungjawaban

a. Kades menyampaikan laporan kepada Bupati/Walikota melalui Camat

yang terdiri dari laporan realisasi pelaksanaan APBDesa semester

pertama dan semester akhir tahun,

b. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa

disampaikan setiap akhir tahun anggaran yang terdiri dari pendapatan

belanja dan pembiayaan dimana ditetapkan dengan Perdes,

c. Melampirkan format laporan berupa: pertanggungjawaban realisasi

pelaksanaan APBDes, kekayaan milik desa per 31 Desember, serta

program pemerintah dan pemda yang masuk ke desa.


14

2.1.1.3 Indikator Pengelolaan Dana Desa

Dana desa merupakan komponen dari keuangan desa. Menurut

Permendagri No. 20 Tahun 2018 Pasal 2 menyebutkan indicator dari pengelolaan

dana desa adalah sebagai berikut :

1. Masyarakat mengetahui dan mendapat akses informasi seluas-luasnya

tentang keuangan desa.

2. Akuntabel yaitu perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan

pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan

yang dipercayakan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan

3. Partisipatif yaitu penyelenggaraan pemerintahan desa yang

mengikutsertakan kelembagaan desa dan unsur masyarakat desa

4. Tertib dan disiplin anggaran yaitu pengelolaan keuangan desa harus

mengacu pada aturan atau pedoman yang melandasinya.

2.1.2 Tingkat Pendidikan

2.1.2.1 Pengertian Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan proses pembelajaran untuk menghimpun dan

meningkatkan pengetahuan. Pendidikan diperoleh melalui pembelajaran secara

terstruktur dan dalam waktu yang relatif lama. Pendidikan dalam bidang tertentu

(spesialisasi) latar belakang pendidikan akan meningkatkan pengetahuan pada

bidang berkenaan. Menurut Malaya S. P. Hasibuan (2008:69) mengatakan

pendidikan meningkatkan keahlian teoritis, konseptual, dan moral karyawan.

Sedangkan pengertian pendidikan menurut Soekidjo Notoatmodjo (dalam Tjutju

Yuniarsih dan Suwatno, 2008:134) adalah suatu proses pengembangan


15

kemampuan ke arah yang diinginkan organisasi yang bersangkutan. Orang yang

berpendidikan akan lebih rasional dalam berpikir dan bertindak, serta memahami

tugas dan tanggung jawab yang dibebankan dengan baik. Pendidikan formal

bertujuan membekali seseorang dengan dasar-dasar pengetahuan, teori, logika,

kemampuan, analisis, serta mengembangkan watak dan kepribadian (Meuthia,

2008).

2.1.2.2 Ruang Lingkup Pendidikan

Pada hakikatnya pendidikan merupakan proses yang panjang yang

berlangsung sepanjang hayat, yang dilakukan mulai dari lingkungan keluarga,

sekolah dan masyararakat. Pendidikan merupakan tanggungjawab bersama, yaitu

keluarga, masyarakat dan pemerintah.Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 13

(1) yang secara lengkap berbunyi “Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal,

non formal, dan informal yang dapat melengkapi”. Pendidikan formal merupakan

pendidikan yang mempunyai bentuk atau organisasi tertentu, pendidikan non

formal merupakan pendidikan yang diperoleh melalui kegiatan kursus maupun

pelatihan, sedangkan pendidikan informal adalah pendidikan yang diperoleh

dalam lingkungan keluarga.

2.1.2.3 Tujuan Pendidikan

Menurut Munib (2015:162), “Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak


16

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara”. Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran (2017)

menyatakan bahwa tujuan pendidikan merupakan yang sifatnya umum dan sering

kali disebut dengan tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional

sebagaimana yang tercantum di dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan

bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang

beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,

memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,

kepribadian yang mantab dan mandiri, serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan

dan kebangsaan.

2.1.2.4 Indikator Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan atau jenjang pendidikan merupakan tahapan

pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik,

tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang akan dikembangkan dalam

pendidikan tersebut (Munib, 2015:167). Tingkat pendidikan formal menurut UU

No. 20 Tahun 2003 terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan

pendidikan tinggi.Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang

melandasi pendidikan menengah, pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD)

sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) sederajat.Pendidikan menengah

merupakan lanjutan dari pendidikan dasar yang terdiri dari pendidikan menengah

umum dan pendidikan menengah kejuruan.


17

Menurut UU SISDIKNAS No. 20 (2003), indikator tingkat pendidikan

terdiri dari 2 faktor antara lain :

a. Jenjang pendidikan

1. Pendidikan dasar :jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan)

tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang

pendidikan menegah.

2. Pendidikan menengah : jenjang pendidikan lanjutan pendidikan

dasar.

3. Pendidikan tinggi

2.1.3 Kualitas Pelatihan

2.1.3.1 Pengertian Kualitas Pelatihan

Menurut Mathis dan Jackson (2002:5) pelatihan adalah suatu proses

dimana orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai

tujuan organisasi. Oleh karena itu, proses ini terikat dengan berbagai tujuan

organisasi, pelatihan dapat dipandang secara sempit maupun luas.Secara terbatas,

pelatihan menyediakan para pegawai dengan pengetahuan yang spesifik dan dapat

diketahui serta keterampilan yang digunakan dalam pekerjaan mereka saat ini.

Terkadang ada batasan yang ditarik antara pelatihan dengan pengembangan,

dengan pengembangan yang bersifat lebih luas dalam cakupan serta memfokuskan

pada individu untuk mencapai kemampuan baru yang berguna baik bagi

pekerjaannya saat ini maupun di masa mendatang.Kualitas pelatihan dianggap

memiliki peran yang sangat penting bagi efektivitas pelatihan. Kualitas pelatihan

yang baik akan memberikan pengaruh positif bagi efektivitas pelatihan.


18

2.1.3.2 Tujuan pelatihan

Sedangkan menurut Suparyadi (2015) tujuan pelatihan yaitu :

1. Meningkatkan produktivitas. Karyawan yang menguasai pengetahuan

dan memiliki keterampilan di bidang pekerjaannya akan mampu bekerja

dengan lebih baik daripada karyawan yang kurang menguasai

pengetahuan dan tidak memiliki keterampilan di bidang pekerjaannya.

2. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi. Penguasaan pengetahuan dan

meningkatnya keterampilan yang sesuai dengan bidang pekerjaannya

yang diperoleh karyawan dari suatu program pelatihan, akan membuat

mereka mampu bekerja secara lebih efektif dan efisien.

3. Meningkatkan daya saing. Karyawan yang terlatih dengan baik tidak

hanya berpeluang mampu meningkatkan produktivitas, tetapi juga akan

mampu bekerja semakin efektif dan efisien, sehingga dapat

meningkatkan daya saing perusahaan.

2.1.3.3 Mengukur kualitas pelatihan

Dalam artikel yang diterbitkan oleh AQTF Australia (2007), kualitas

pelatihan bisa dinilai dari 5 komponen, yaitu :

1. Kualitas instruktur, yaitu kompetensi dan efektivitas instruktur dan

pelatih.

2. Kepuasan secara keseluruhan, yaitu kepuasan secara keseluruhan tentang

pendidikan dan pelatihan.

3. Penilaian yang efektif, yaitu ketepatan dan efektivitas pelatihan.

4. Harapan Kejelasan, yaitu kejelasan dari pelatihan dan pendekatannya.


19

5. Stimulasi pembelajaran, yaitu sejauh mana pelatih merangsang peserta

untuk belajar.

2.1.3.4 Jenis-jenis pelatihan

Menurut Akrani dalam Kaswan (2016:213) ada 4 (empat jenis) pelatihan

yang berbeda pelatihan-pelatihan itu adalah sebagai berikut :

1. Pelatihan induksi bertujuan mengenalkan organisasi kepada karyawan

yang baru diangkat, ini merupakan pelatihan yang singkat dan informatif

yang diberikan segera setelah bergabung dengan organisasi tersebut,

tujuannya memberikan informasi “selayang pandang” kepada karyawan.

2. Pelatihan pekerjaan berkaitan dengan pekerjaan khusus dan tujuannya

adalah memberikan informasi dan petunjuk yang sesuai kepada karyawan

sehingga memungkinkan mereka melaksanakan pekerjaan secara

sistematis, tepat efisien, dan akhirnya dengan percaya diri.

3. Pelatihan untuk promosi adalah pelatihan yang diberikan setelah promosi

tetapi sebelum bergabung pada posisi yang lebih tinggi, tujuannya untuk

memberi kesempatan pada karyawan melakukan penyesuaian diri dengan

tugas pekerjaan di level lebih tinggi.

4. Pelatihan penyegaran adalah memperbaharui ketrampilan professional,

informasi dan pengalaman seseorang yang menduduki posisi eksekutif

penting.

5. Pelatihan untuk pengembangan manajerial adalah diberikan kepada

manajer agar meningkatkan efesiensinya dan dengan demikian


20

memungkinkan mereka menerima posisi yang lebih tinggi, perusahaan

harus menyediakan semua jenis pelatihan.

2.1.3.5 Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Pelatihan

Selain berbagai hal diatas, untuk mencapai pelatihan yang berkualitas,

perlu juga diperhatikan beberapa hal berikut :

1) Tujuan Pelatihan memerlukan tujuan yang telah ditetapkan, khususnya

terkait dengan penyusunan rencana aksi (action play) dan penetapan

sasaran, serta hasil yang diharapkan dari pelatihan yang akan

selenggarakan.

2) 2) Sasaran pelatihan harus ditetapkan dengan kriteria yang terinci dan

terukur (measureable). Sarana pelatihan harus disesuaikan dengan

kebutuhan peserta pelatihan.

3) 3) Pelatih Mengingat pelatihan umumnya berorientasi pada peningkatan

skill, maka para pelatih yang dipilih untuk memberikan materi pelatihan

harus benar-benar memiliki kualifikasi yang memadai sesuai bidangnya,

professional, dan berkompeten.

4) Peserta pelatihan tentunya harus diseleksi berdasarkan persyaratan tertentu

dan kualifikasi.

2.1.3.6 Indikator pelatihan

Dalam mengukur variabel pelatihan, penelitian mengadaptasi indikator

yang digunakan dalam penelitian Gary Dessler (2015:284), pelatihan dibagi

menjadi 5 indikator yaitu sebagai berikut:


21

1) Instruktur

Mengingatkan pelatihan umumnya berorientasi pada peningkatan skill,

maka para pelatih yang dipilih untuk memberikan materi pelatihan harus

benar-benar memiliki kaulifikasi yang memadai sesuai dengan bidangnya,

profesional dan berkompeten.

a. Kualifikasi/kompetensi yang memadai

b. Memotivasi peserta

c. Kebutuhan umpan balik.

2) Peserta pelatihan

Peserta pelatihan tentunya harus diseleksi berdasarkan persyaratan tertentu

dan kualifikasi yang sesuai.

a. Semangat mengikuti pelatihan

b. Keinginan untuk memperhatikan.

3) Metode

Metode pelatihan akan menjamin berlangsungnya kegiatan pelatihan

sumber daya manusia yang efektif, apabila sesuai dengan jenis materi dan

kemampuan peserta pelatihan.

a. Kesesuaian metode dengan jenis pelatihan.

b. Kesesuaian metode dengan materi pelatihan.

4) Materi Pelatihan sumber daya manusia

Merupakan materi atau kurikulum yang sesuai dengan tujuan pelatihan

sumber daya manusia yang hendak dicapai oleh perusahaan.

a. Menambah kemampuan

b. Kesesuaian materi dengan tujuan pelatihan


22

5) Tujuan pelatihan

Pelatihan memerlukan tujuan yang telah ditetapkan, khususnya terkait

dengan penyususnan rencana aksi (action plan) dan penetapan sasaran,

serta hasil yang diharapkan dari pelatihan yang diselenggarakan.

a. Keterampilan peserta pelatihan.

b. Pemahaman etika kerja peserta pelatihan.

2.1.4 Pengalaman Kerja

2.1.4.1 Pengertian Pengalaman Kerja

Pengalaman adalah proses pembentukan pengetahuan atau keterampilan

tentang metode suatu pekerjaan karena keterlibatan karyawan tersebut dalam

pelaksanaan tugas pekerjaan. Pengalaman kerja adalah ukuran tentang lama waktu

atau masa kerja yang telah ditempuh seseorang dapat memahami tugas-tugas

suatu pekerjaan dan telah melaksanakan dengan baik (Teguh, 2008). Pengalaman

dan pendidikan sering digunakan secara bersamaan, karena kombinasi antara

pengalaman dan pendidikan dapat menciptakan kemampuan tersendiri dalam

melaksanakan tugas-tugas perusahaan. Orang yang berpengalaman telah

mempraktekkan teori yang pernah diperoleh dari belajar atau pendidikan. Dengan

demikian perpaduan antara pengalaman dan pendidikan akan lebih meningkatkan

mutu pekerjaan dan tugas-tugas dalam aktivitasnya. Seperti yang dikatakan

Sulistyani (2004) pengalaman kerja membuat seseorang dapat meningkatkan

pengetahuan teknis maupun keterampilan kerja dengan mengamati orang lain,

menirukan dan melakukan sendiri tugas-tugas pekerjaan yang ditekuni.


23

Dengan melakukan pekerjaan secara berulang-ulang, seseorang akan lebih

mahir melaksanakan tugasnya dan terbuka peluang untuk memperoleh cara kerja

yang lebih praktis, efisien dan produktif.

2.1.4.2 Tujuan Pengalaman Kerja

Tujuan pengalaman kerja menyebutkan bahwa ada berbagai macam tujuan

seseorang dalam memperoleh pengalaman kerja adalah sebagai berikut :

a. Mendapat rekan kerja sebanyak mungkin dan menambah pengalaman

kerja dalam berbagai bidang.

b. Mencegah dan mengurangi persaingan kerja yang sering muncul di

kalangan tenaga kerja.

2.1.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengalaman Kerja

Karyawan dapat dikatakan memiliki pengalaman kerja jika sudah

melakukan pekerjaan secara berulang-ulang. Adapun hal-hal yang menentukan

berpengalaman atau tidaknya seorang karyawan adalah sebagai berikut:

a. Lama waktu atau masa kerja Ukuran tentang lama waktu atau masa

kerja yang telah ditempuh seseorang dapat memahami tugas-tugas suatu

pekerjaan dan telah melaksanakan dengan baik.

b. Tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki Pengetahuan

merujuk pada konsep, prinsip, prosedur, kebijakan atau informasi lain

yang dibutuhkan oleh karyawan. Pengetahuan juga mencakup

kemampuan untuk memahami dan menerapkan informasi pada

tanggung jawab pekerjaan. Sedangkan keterampilan merujuk pada


24

kemampuan fisik yang dibutuhkan untuk mencapai atau menjalankan

suatu tugas atau pekerjaan.

c. Penguasaan terhadap pekerjaan dan peralatan. Tingkat penguasaan

seseorang dalam pelaksanaan aspek-aspek teknik peralatan dan teknik

pekerjaan.

d. Jenis pekerjaan Semakin banyak jenis tugas yang dilaksanakan

seseorang maka umumnya orang tersebut akan memperoleh hasil

pelaksanaan tugas yang lebih baik.

2.1.4.4 Indikator Pengalaman Kerja

Foster (2001:43) menyatakan ada beberapa hal juga untuk menentukan

berpengalaman tidaknya seorang karyawan yang sekaligus sebagai indikator

pengalaman kerja yaitu:

1. Lama waktu/masa kerja

Ukuran tentang lama waktu atau masa kerja yang telah ditempuh

seseorang dapat memahami tugas-tugas suatu pekerjaan dan telah

melaksanakan dengan baik.

2. Tingkat pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki

Pengetahuan merujuk pada konsep, prinsip, prosedur, kebijakan atau

informasi lain yang dibutuhkan oleh karyawan. Pengetahuan juga

mencakup kemampuan untuk memahami dan menerapkan informasi

pada tanggung jawab pekerjaan.Sedangkan keterampilan merujuk pada

kemampuan fisik yang dibutuhkan untuk mencapai atau menjalankan

suatu tugas atau pekerjaan.


25

3. Penguasaan terhadap pekerjaan dan peralatan

Tingkat penguasaan seseorang dalam pelaksanaan aspek-aspek tehnik

peralatan dan tehnik pekerjaan.

2.2 Peneliti terdahulu

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

No Nama
Metode
Peneliti / Judul Hasil
Penelitian
Tahun
1 Puji Rahayu Analisis Jenis Hasil penelitian
Harlina Pengaruh penelitian ini menemukan bahwa
Fachruzzaman Pemahaman adalah secara simultan
Baihaqi / 2013 Standar penelitian pemahaman tentang
Akuntansi kuantitatif standar akuntansi
Pemerintahan, dengan metode pemerintahan,
Pendidikan- survey, yaitu pendidikan-latihan
Latihan penelitian yang (diklat), dan
(Diklat), Dan dilakukan pada pengalaman kerja
Pengalaman populasi besar berpengaruh terhadap
Kerja Terhadap maupun kecil kinerja penyusunan
Kinerja tetapi data laporan keuangan pada
Penyusun yang dipelajari Satuan Kerja Perangkat
Laporan adalah data Daerah (SKPD)
Keuangan dari sampel pemerintahan provinsi
Pemerintah yang diambil bengkulu.
Daerah dari populasi
tersebut.
26

2 Mukhlisul Pengaruh Penelitian ini Hasil penelitian


Muzahid / Tingkat menggunakan menunjukkan bahwa
2014 Pendidikan, metode sensus secara simultan tingkat
Kualitas dengan jenis pendidikan, kualitas
Pelatihan, Dan penelitian pelatihan, dan lama
Lama adalah pengalaman pegawai
Pengalaman explanatory berpengaruh terhadap
Kerja Pegawai case study kualitas laporan
Terhadap dengan keuangan satuan kerja
Kualitas deskriptif perangkat daerah
Laporan analitis (SKPD). Secara parsial
Keuangan tingkat pendidikan,
Satuan Kerja kualitas pelatihan, dan
Perangkat lama pengalaman kerja
Daerah pegawai masing-masing
(SKPD) Di berpengaruh positif
Kabupaten terhadap kualitas
Aceh Utara laporan keuangan
satuan kerja perangkat
daerah (SKPD).
3 Sasha Murina, Pengaruh Penelitian ini Hasil penelitian
Rahmawaty / Tingkat termasuk menunjukan baik secara
2017 Pendidikan, dalam parsial maupun
Kualitas penelitian simultan tingkat
Pelatihan, Dan kuantitatif pendidikan, kualitas
Pengalaman dengan pelatihan dan
Kerja Aparatur menggunakan pengalaman kerja
Desa Terhadap data primer berpengaruh terhadap
Pemahaman berupa pemahaman laporan
Laporan kuesioner keuangan desa di
Keuangan Desa sebagai kecamatan banda raya
(Studi Pada sumber data. kota banda aceh
27

Kecamatan
Banda Raya
Kota Banda
Aceh)
4 Vinne ANALISIS Penelitian ini Hasil penelititan
Shabrina PENGARUH mengunakan menunjukan bahwa
Budiono PENDIDIKAN metode pendidikan dan
Muchlis DAN kuantitatif pelatihan tidak
Indah Masri / PELATIHAN, dengan teknik berpengaruh signifikan
2018 PENGALAMA analisis data terhadap kualitas
N KERJA menggunakan laporan keuangan
SERTA analisis regresi daerah, pengalaman
PEMANFAAT linear kerja tidak berpengaruh
AN berganda. signifikan terhadap
TEKNOLOGI kualitas laporan
INFORMASI keuangan daerah.
TERHADAP Sedangkan
KUALITAS pemanfaatan teknologi
LAPORAN informasi berpengaruh
KEUANGAN positif dan signifikan
PEMERINTA terhadap kualitas
H DAERAH laporan keuangan
(Studi Kasus daerah.
Pada
Pemerintah
Kota Depok)
5 Luh Sukriani, Pengaruh Metode Hasil penelitian ini
Putu Eka Tingkat penelitian yang menunjukan bahwa
Dianita Pendidikan, digunakan (1) Tingkat pendidikan
Marvilianti Pengalaman adalah metode berpengaruh positif dan
Dewi, Made Kerja, kuantitatif. signifikan terhadap
Arie Pelatihan, Dan kualitas laporan
28

Wahyuni / Penggunaan keuangan,


2018 Teknologi (2) Pengalaman kerja
Informasi berpengaruh positif dan
Terhadap signifikan terhadap
Kualitas kualitas laporan
Laporan keuangan, (3) Pelatihan
Keuangan berpengaruh positif dan
Bumdes Di signifikan terhadap
Kecamatan kualitas laporan
Negara keuangan, dan (4)
Penggunaan teknologi
informasi berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap kualitas
laporan keuangan.
6 Senda Yunita Pengaruh Penelitian ini Hasil penelitian ini
Leatemia / Pelatihan Dan menggunakan membuktikan dua hal,
2018 Pengalaman metode ada pengaruh simultan
Kerja Terhadap analisis data antara pelatihan dan
Kinerja pengalaman kerja
Pegawai (Studi terhadap kinerja,
Pada Kantor sedangkan pelatihan
Badan Pusat tidak berpengaruh
Statistik Di terhadap kinerja. Ini
Maluku) berarti pengalaman
kerja secara signifikan
dapat meningkatkan
kinerja pegawai yang
bekerja di badan pusat
statistik Maluku
7 Romandhon / Pengaruh Penelitian ini variabel tingkat
2019 Tingkat termasuk pendidikan, kualitas
29

Pendidikan, dalam pelatihan, dan


Kualitas penelitian pengalaman kerja
Pelatihan, kuantitatif. aparatur desa
Pengalaman berpengaruh positif
Kerja Aparatur terhadap pemahaman
Desa, Dan laporan keuangan desa,
Fasilitas sedangkan fasilitas
Kantor kantor berpengaruh
Terhadap negatif terhadap
Pemahaman pemahaman laporan
Laporan keuangan desa.
Keuangan Desa
(Studi Empiris
Pada Aparatur
Desa Di
Kecamatan
Mojotengah
Kabupaten
Wonosobo)
8 Rusdi Pengaruh Pendekatan Hasil penelitian
Abdulkarim / Kemampuan dalam menunjukkan bahwa
2019 Aparat Desa penelitian ini kemampuan aparat desa
Terhadap adalah secara simultan
Kualitas pendekatan berpengaruh terhadap
Pengelolaan kuantitatif. kualitas pengelolaan
Keuangan Desa keuangan desa (y), pada
(Studi Pada desa-desa di kecamatan
Desa-Desa Di suwawa kabupaten
Kecamatan bone bolango sebesar
Suwawa 0,944 (94,4%), dan
Kabupaten terdapat sebesar 0,056
Bone Bolango) (5,6%) dipengaruhi
30

oleh variabel luar yang


tidak diteliti.
Pendidikan (x1) sebesar
0,223 (23,3%),
pelatihan (x2) sebesar
0,478 (47,8%),
pengalaman (x3)
sebesar 0,325 (32,5%)
berpengaruh secara
parsial terhadap kualitas
pengelolaan keuangan
desa (y).
9 Endang Sri Peran Tingkat Hasil penelitian ini
Rezeki / 2019 Pendidikan menunjukan bahwa
Dalam terdapat pengaruh
Memoderasi positif antara
Pengaruh kompetensi aparatur
Kompetensi dan pemanfaatan
Aparatur, teknologi informasi
Komitmen terhadap pengelolaan
Organisasi, Dan dana desa. Sedangkan
Pemanfaatan komitmen organisasi
Teknologi tidak berpengaruh
Informasi terhadap pengelolaan
Terhadap dana desa.
Pengelolaan
Dana Desa Di
Kecamatan
Tambakromo
10 Wahyu Dimas Pengaruh Penelitian Hasil penelitian ini
Ivan Budi Tingkat Kuantitatif menunjukan bahwa
/2019 Pendidikan, tingkat pendidikan,
31

Kualitas kualitas pelatihan,


Pelatihan, pemanfaatan teknologi
Pemanfaatan informasi, dan
Teknologi pengalaman kerja tidak
Informasi, berpengaruh terhadap
Sistem pemahaman laporan
Pengendalian keuangan desa,
Intern dan sedangkan system
Pengalaman pengendalian intern
Kerja Aparatur berpengaruh terhadap
Desa Terhadap pemahaman laporan
Pemahaman keuangan desa.
Laporan
Keuangan Desa
(Studi Empiris
Di Kabupaten
Sukoharjo
Tahun 2019)
11 Dini Budiarti , Pengaruh Penelitian ini Hasil penelitian
Rd.Ade Tingkat merupakan menunjukkan bahwa

Tribuana Pendidikan, penelitian tingkat pendidikan dan


Pengalaman Kerja secara
Anjaya, Kualitas kuantitatif
parsial tidak berpengaruh
Ronald N Pelatihan, deskriptif.
terhadap pemahaman
Girsang / 2021 Pengalaman
laporan keuangan desa,
Kerja Dan
kualitas pelatihan dan
Pemahaman pemahaman Akuntansi
Akuntansi secara parsial
Aparatur Desa berpengaruh terhadap
Terhadap pemahaman laporan
Pemahaman keuangan desa, serta
Laporan tingkat pendidikan,

Keuangan Desa kualitas pelatihan,


pengalaman kerja dan
32

(Studi Kasus pemahaman akuntansi


Pada aparatur desa secara

Kecamatan simultan berpengaruh


terhadap pemahaman
Rimbo Ilir
laporan keuangan desa.
Kabupaten
Tebo)

2.3 Kerangka Pemikiran

Pendidikan merupakan proses pembelajaran untuk menghimpun dan

meningkatkan pengetahuan. Pendidikan diperoleh melalui pembelajaran secara

terstruktur dan dalam waktu yang relatif lama. Pendidikan dalam bidang tertentu

(spesialisasi) latar belakang pendidikan akan meningkatkan pengetahuan pada

bidang berkenaan. Menurut Malaya S. P. Hasibuan (2008: 69) mengatakan

pendidikan meningkatkan keahlian teoritis, konseptual, dan moral karyawan.

Pendidikan formal bertujuan membekali seseorang dengan dasar-dasar

pengetahuan, teori, logika, kemampuan, analisis, serta mengembangkan watak dan

kepribadian (Meuthia, 2008).

Pelatihan adalah suatu usaha meningkatkan kemampuan teknis, teoritis,

konseptual, dan moral karyawan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan atau jabatan

melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan latihan sama dengan

pengembangan yaitu merupakan proses meningkatkan keterampilan kerja baik

teknis maupun manajerial (Hasibuan, 2010). Sedangkan menurut Mathis dan

Jackson (2002:5) pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang mencapai

kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi. Kualitas

pelatihan dianggap memiliki peran yang sangat penting bagi efektivitas pelatihan.
33

Kualitas pelatihan yang baik akan memberikan pengaruh positif bagi efektivitas

pelatihan.

Pengalam kerja adalah pengetahuan atau keterampilan yang telah

diketahui dan dikuasai seseorang akibat dari perbuatan atau pekerjaan yang telah

dilakukan selama waktu tertentu (2015, Trijoko dalam Robbins). Pengalaman dan

pendidikan sering digunakan secara bersamaan, karena kombinasi antara

pengalaman dan pendidikan dapat menciptakan kemampuan tersendiri dalam

melaksanakan tugas-tugas perusahaan. Orang yang berpengalaman telah

mempraktekkan teori yang pernah diperoleh dari belajar atau pendidikan. Dengan

demikian perpaduan antara pengalaman dan pendidikan akan lebih meningkatkan

mutu pekerjaan dan tugas-tugas dalam aktivitasnya.

Menurut Sugiyono (2010:60), mengemukakan bahwa kerangka berpikir

merupakan modal konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan

berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka

berpikir berkenaan dengan dua variabel atau lebih variabel yang diteliti, yang

mana biasanya dirumuskan kedalam hipotesis yang saling berhubungan.


34

Berdasarkan pengertian dari sugiyono dan uraian yang ada maka dapat

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1.
Kerangka Pemikiran

Tingkat Pendidikan

Kualitas Pelatihan (H1) Pemahaman Laporan


Keuangan Desa
(X2) (H2)
(Y)
Pengalaman kerja
Aparatur Desa
(H3)
(X3)

(H4)

Keterangan :

: Secara Parsial

: Secara Simultan

2.3 Hipotesis

2.4.1 Pengaruh tingkat pendidikan terhadap pemahaman laporan keungan

Menurut Soekidjo Notoatmodjo (dalam Tjutju Yuniarsih dan Suwatno,

2008: 134) tingkat pendidikan adalah suatu proses pengembangan kemampuan ke

arah yang diinginkan organisasi yang bersangkutan. Orang yang berpendidikan


35

akan lebih rasional dalam berpikir dan bertindak, serta memahami tugas dan

tanggung jawab yang dibebankan dengan baik.

Menurut hasil penelitian dari Sasha Murina dan Rahmawaty (2017,

Pengaruh Tingkat Pendidikan, Kualitas Pelatihan, Dan Pengalaman Kerja

Aparatur Desa Terhadap Pemahaman Laporan Keuangan Desa (Studi Pada

Kecamatan Banda Raya Kota Banda Aceh)) menyatakan bahwa tingkat

pendidikan berpengaruh terhadap pemahaman laporan keuangan desa. Hal ini

menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, maka akan semakin

meningkatkan pemahaman laporan keuangan desa.

Berdasarkan masalah yang ada serta kesimpulan dari peneliti terdahulu

maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. H0 :Tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap pemahaman laporan

keuangan.

2. Ha :Tingkat pendidikan berpengaruh secara parsial terhadap pemahaman

laporan keuangan.

2.4.2 Pengaruh kualitas pelatihan terhadap pemahaman laporan keuangan

Menurut Mathis dan Jackson (2002:5) pelatihan adalah suatu proses

dimana orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai

tujuan organisasi. Kualitas pelatihan dianggap memiliki peran yang sangat penting

bagi efektivitas pelatihan. Kualitas pelatihan yang baik akan memberikan

pengaruh positif bagi efektivitas pelatihan.

Menurut Sasha Murina dan Rahmawaty (2017, Pengaruh Tingkat

Pendidikan, Kualitas Pelatihan, Dan Pengalaman Kerja Aparatur Desa Terhadap


36

Pemahaman Laporan Keuangan Desa (Studi Pada Kecamatan Banda Raya Kota

Banda Aceh)) menyatakan bahwa Kualitas pelatihan berpengaruh terhadap

pemahaman laporan keuangan desa. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik

kualitas pelatihan maka akan semakin meningkatkan pemahaman laporan

keuangan desa.

Menurut peneliti terdahulu serta berdasarkan masalah yang ada maka bisa di tarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. H0: Kualitas pelatihan tidak berpengaruh terhadap pemahaman laporan

keuangan.

2. Ha: Kualitas pelatihan berpengaruh secara parsial terhadap

pemahaman laporan keuangan

2.4.3 Pengaruh pengalaman kerja terhadap pemahaman laporan keuangan

Pengalaman kerja adalah ukuran tentang lama waktu atau masa kerja yang

telah ditempuh seseorang dapat memahami tugas-tugas suatu pekerjaan dan telah

melaksanakan dengan baik (Teguh, 2008). Orang yang berpengalaman telah

mempraktekkan teori yang pernah diperoleh dari belajar atau pendidikan. Dengan

melakukan pekerjaan secara berulang-ulang, seseorang akan lebih mahir

melaksanakan tugasnya dan terbuka peluang untuk memperoleh cara kerja yang

lebih praktis, efisien dan produktif.

Menurut Sasha Murina dan Rahmawaty (2017, Pengaruh Tingkat

Pendidikan, Kualitas Pelatihan, Dan Pengalaman Kerja Aparatur Desa Terhadap

Pemahaman Laporan Keuangan Desa (Studi Pada Kecamatan Banda Raya Kota

Banda Aceh)) menyatakan bahwa Pengalaman kerja berpengaruh terhadap

pemahaman laporan keuangan desa. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama
37

masa kerja, maka akan semakin meningkatkan pemahaman laporan keuangan

desa.

Menurut peneliti terdahulu serta berdasarkan masalah yang ada maka bisa

ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. H0 : Pengalaman kerja tidak berpengaruh terhadap pemahaman laporan

keuangan.

2. Ha: Pengalaman kerja berpengaruh secara parsial terhadap pemahaman

laporan keuangan.

2.4.4 Pengaruh tingkat Pendidikan, Kualitas Pelatihan Dan Pengalaman

Kerja Aparatur Desa Terhadap Pemahaman Laporan Keuangan Desa

Pendidikan merupakan proses pembelajaran untuk menghimpun dan

meningkatkan pengetahuan. Pendidikan diperoleh melalui pembelajaran secara

terstruktur dan dalam waktu yang relatif lama. Pendidikan dalam bidang tertentu

(spesialisasi) latar belakang pendidikan akan meningkatkan pengetahuan pada

bidang berkenaan. Pendidikan dapat meningkatkan kualitas seseorang. Orang

yang berpendidikan akan lebih rasional dalam berpikir dan bertindak, serta

memahami tugas dan tanggung jawab yang dibebankan dengan baik.

Pelatihan adalah suatu usaha meningkatkan kemampuan teknis, teoritis,

konseptual, dan moral karyawan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan atau jabatan

melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan latihan sama dengan

pengembangan yaitu merupakan proses meningkatkan keterampilan kerja baik

teknis maupun manajerial (Hasibuan, 2010). Sedangkan menurut Mathis dan

Jackson (2002:5) pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang mencapai


38

kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi.Kualitas

pelatihan dianggap memiliki peran yang sangat penting bagi efektivitas pelatihan.

Kualitas pelatihan yang baik akan memberikan pengaruh positif bagi efektivitas

pelatihan.

Pengalam kerja adalah pengetahuan atau keterampilan yang telah diketahui

dan dikuasai seseorang akibat dari perbuatan atau pekerjaan yang telah dilakukan

selama waktu tertentu (2015, Trijoko dalam Robbins). Pengalaman dan

pendidikan sering digunakan secara bersamaan, karena kombinasi antara

pengalaman dan pendidikan dapat menciptakan kemampuan tersendiri dalam

melaksanakan tugas-tugas perusahaan. Orang yang berpengalaman telah

mempraktekkan teori yang pernah diperoleh dari belajar atau pendidikan. Dengan

demikian perpaduan antara pengalaman dan pendidikan akan lebih meningkatkan

mutu pekerjaan dan tugas-tugas dalam aktivitasnya.

Menurut hasil penelitian dari Rusdi Abdulkarim (2019, Pengaruh

Kemampuan Aparat Desa Terhadap Kualitas Pengelolaan Keuangan Desa (Studi

Pada Desa-Desa Di Kecamatan Suwawa Kabupaten Bone Bolango)) mengatakan

bahwa Pendidikan, Pelatihan dan Pengalaman berpengaruh positif signifikan

terhadap Kualitas Pengeloaan Keuangan Desa pada Desa-desa di Kecamatan

Suwawa Kabupaten Bone Bolango.

Berangkat dari masalah yang ada serta di dukung dengan teori dan hasil

penelitian terdahulu maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut

1. H0 :Tingkat pendidikan, kualitas pelatihan dan pengalaman kerja tidak

berpengaruh terhadap pemahaman laporan keuangan


39

2. Ha : Tingkat pendidikan, kualitas pelatihan dan pengalaman kerja

berpengaruh secara simultan terhadap pemahaman laporan keuangan


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yang berbentuk

asosiatif. Pendekatan kuantitaif adalah metode yang digunakan untuk meneliti

populasi dan sampel tertentu yang bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah

ditetapkan (Sugiyono, 2015:16). Penelitian yang berbentuk asosiatif bertujuan

untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat dan hubungan antara

variabel dalam suatu pengujian hipotesis (hypothesis testing reasearch), yaitu

mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen mengingat

penelitian ini memiliki 4 variabel yaitu Tingkat Pendidikan (X 1), Kualitas

Pelatihan (X2), dan Pengalaman Kerja (X3) serta Pemahaman Laporan Keuangan

sebagai variable terikatnya (Y). Penelitian ini merupakan studi lapangan dengan

intervensi minimal, mengingat tujuan penelitian ini menguji hipotesis maka

diperlukan data yang sebenarnya yaitu melalui studi lapangan padasemua kantor

desa di Kecamatan Koting, unit analisis penelitian ini adalah individu (aparatur

desa) yang bekerja pada semua kantor desa yang ada di kecamatan Koting.

40
41

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1. Waktu Penelitian

Proses penelitian ini diawali dengan mengidentifikasi permasalahan

ditempat yang akan digunakan sebagai lokasi penelitian. Proses ini membutuhkan

waktu penelitian selama bulan September hingga Oktober .

3.2.2. Tempat Penelitian

Dalam melakukan penelitian guna mendapatkan data yang dibutuhkan,

penulis mengambil tempat atau lokasi penelitian pada seluruh kantor desa di

Kecamatan Koting.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi adalah seluruh subjek di dalam wilayah penelitian yang dijadikan

subjek penelitian (Hamid Darmadi, 2011:46). Penelitian ini merupakan Penelitian

sensus yaitu dengan populasi yang berasala dari seluruh entitas yang menjadi

subjek penelitian. Total responden dalam penelitian ini adalah 48 orang yaitu

seluruh aparatur desa yang ada di Kecamatan Koting.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi

(Hadari Nawawi, 2012:153). Penelitian ini mengguanakan teknik sampling jenuh.

Teknik sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota

populasi digunakan sebagai sampel. Dalam penelitian ini dikarenakan jumlah


42

populasi yang di dapat hanya berjumlah 48 orang sehingga sampel yang didapat

dalam penelitian ini adalah keseluruhan dari jumlah populasi yakni berjumlah 48

orang.

3.4. Jenis dan Sumber Data

3.4.1. Jenis Data

Berdasarkan jenisnya, data dibedakan menjadi dua yaitu data kualitatif dan

data kuantitatif.

1. Data Kualitatif

Data kualitatif pada umumnya merupakan data lunak (soft data) yang

berupa kata, ungkapan, kalimat dan tindakan.Data kualitatif dalam

penelitian ini adalah informasi mengenai struktur organisasi, dan tugas dari

masing-masing bagian di Kantor Desa.

2. Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data keras (hard data) yang berupa angka-angka

statistik.Data kuantitatif yang di peroleh dalam penelitian yang dilakukan

di setaip Kantor Desa yaitu, data kuantitatif yang diangkakan dengan

bantuan skala likert yang mengacu pada pengukuran variabel yang

digunakan.Dimana masing-masing variabel telah disusun dalam bentuk

kuesioner berupa daftar pertanyaan berdasarkan indikatornya.


43

3.4.2. Sumber Data

Sumber data penelitian adalah sumber data yang diperlukan untuk

penelitian. Sumber data diperlukan untuk menunjang terlaksananya penelitian dan

sekaligus untuk menjamin keberhasilan penelitian tersebut. Sumber data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data Primer

Menurut Husein Umar (2013:42), Data primer merupakan data penelitian

yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan

seperti hasil dari wawancara atau hasil pengisian kusioner yang biasa

dilakukan oleh peneliti. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini

adalah jawaban atas kuisoner yang disebarkan pada semua aparatur desa

pada setiap kantor desa yang ada dikecamatan koting.

2. Data Sekunder

Menurut Sugiyono (2016:225) data sekunder merupakan sumber data yang

tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya

melalui orang lain atau lewat dokumen. Sumber data sekunder merupakan

sumber data pelengkap yang berfungsi melengkapi data yang diperlukan

data primer.Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah

profile perusahaan, dan struktur organisasi pada Kantor Desa.


44

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner, wawancara, studi kepustakaan dan riset internet.

1. Kusioner

Menurut Sugiyono (2005:162) kusioner merupakan teknik pengumpulan

data yang dilakukan degan cara memberi seperangkat pertanyaan atau

pernyataan secara tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

2. Wawancara

Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2015:72) wawancara adalah

pertemuan yang dilakukan oleh dua orang untuk bertukar informasi

maupun suatu ide dengan cara tanya jawab, sehingga dapat dikerucutkan

menjadi sebuah kesimpulan atau makna dalam topik tertentu.

3. Studi Kepustakaan (LibraryResearch)

Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi literatur atau studi

kepustakaan, dengan cara mempelajari situs web dan penelitian-penelitian

sebelumnya yang memiliki hubungan dengan masalah yang diteliti. Studi

kepustakaan ini bertujuan untuk memperoleh sebanyak mungkin teori yang

diharapkan akan dapat menunjang data yang dikumpulkan dalam

penelitian ini.

4. Riset Internet (Online Research)

Riset ini merupakan proses pengumpulan data yang berasal dari situs-situs

yang berhubungan dengan berbagai informasi yang dibutuhkan dalam

penelitian ini
45

3.6. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional

3.6.1 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2012:61). Pada penelitian ini telah ditentukan dua variable, yaitu variable bebas

atau independen dan variabel terikat atau dependen.

1. Variabel bebas (Independen Variabel)

Menurut Sugiyono (2011:61) variabel bebas merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel dependen (terikat).Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

tingkat pendidikan yang diberi symbol (X1).Menurut Malaya S. P.

Hasibuan (2008: 69) mengatakan pendidikan meningkatkan keahlian

teoritis, konseptual, dan moral karyawan. Variabel bebas kedua dalam

penelitian ini adalah kualitas pelatihan yang diberi symbol (X 2). Menurut

Mathis dan Jackson (2002:5) pelatihan adalah suatu proses dimana orang-

orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan

organisasi.Variabel bebas ketiga dalam penelitian ini adalah pengalaman

kerja yang diberi symbol (X3). Pengalaman kerja adalah ukuran tentang

lama waktu atau masa kerja yang telah ditempuh seseorang dapat

memahami tugas-tugas suatu pekerjaan dan telah melaksanakan dengan

baik (Teguh, 2008).


46

2. Variabel Terikat (Dependen Variabel)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono 2011:61).

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah laporan keuangan yang diberi

symbol (Y). Menurut Srtandar Akuntansi Pemberintahan (SAP) laporan

keuangan merupakan laporan terstruktur terkait transaksi-transaksi

keuangan yang dilakukan oleh entitas pelaporan yang bertujuan

menyajikan suatu informasi berkaitan dengan posisi keuangan, realisasi

anggaran, anggaran lebih, arus kas, hasil operasi dan laporan perubahan

ekuitas yang memberikan manfaat bagi penggunanya dalam membuat dan

mengevaluasi keputusan terkait dengan alokasi sumber daya.

3.6.2 Definisi Operasional

Menurut Sugiyono (2012:31) definisi operasional adalah penentuan

konstrak atau sifat yang akan dipelajari sehingga menjadi variabel yang dapat

diukur. Dapat di simpulkan bahwa operasional adalah definisi yang didasarkan

atas sifat-sifat variable yangdiamati.

Tabel 3.31 Defenisi Operasional


Butir
No Variabel Defenisi Indikator Skala
pertanyaan

1. Tingkat adalah suatu proses 1. Jenjang Skala


Pendidikan pengembangan pendidikan Likert
kemampuan ke UU SISDIKNAS
arah yang No. 20 (2003)
diinginkan
organisasi yang
47

bersangkutan
(Soekidjo
Notoatmodjo
dalam Tjutju
Yuniarsih dan
Suwatno, 2008:
134)
2. Kualitas pelatihan adalah 1. Instruktur Skala
Pelatihan suatu proses 2. Peserta Likert
dimana orang- pelatihan
orang mencapai 3. Metode
kemampuan 4. Materi
tertentu untuk pelatihan
membantu 5. Tujuan
mencapai tujuan pelatihan
organisasi. Gary Dessler
(Mathis dan (2015:284)
Jackson, 2002:5)

3. Pengalaman Pengalaman kerja 1. Lama Skala


Kerja adalah ukuran waktu/masa Likert
tentang lama waktu kerja
atau masa kerja 2. Tingkat
yang telah pengetahuan
ditempuh dan
seseorang dapat keterampilan
memahami tugas- yang dimiliki
tugas suatu 3. Penguasaan
pekerjaan dan telah terhadap
melaksanakan pekerjaan dan
dengan baik peralatan
(Teguh, 2008). Foster (2001:43)
48

4. Laporan keuangan desa 1. Transparansi Skala


Keuangan adalah hak dan 2. Akuntabilitas Likert
Desa kewajiban Desa 3. Parsitipatif
yang dapat dinilai 4. Tertib dan
dengan uang serta Disiplin
segala sesuatu Anggaran
berupa uang dan Pemendagri No.
barang yang 20 Tahun 2018
berhubungan
dengan
pelaksanaan hak
dan kewajiban
desa.
Undang-Undang
Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa

3.7. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur data kuantitatif

yang akurat harus mempunyai skala.Menurut Sugiyono (2015:133) skala

pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk

menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukura.Skala likert

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau

sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2015:93). Dengan skala

likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel.

Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak dalam menyusun item-

item instrumen pernyataan atau pertanyaan. Pernyataan atau pertanyaan tadi


49

kemudian direspon dalam bentuk skala likert, setiap item instrumen yang

menggunakan skala likertmempunyai jawaban dari sangat positif sampai sangat

negatif dengan menggunakan kata-kata yang dapat diberi skor misalnya:

Tabel 3.2 Bobot Nilai Kuesioner


No Pilihan Jawaban Skor
1. Sangat setuju/selalu/sangat positif/sangat baik 5
2. Setuju/sering/positif/baik 4
3. Cukup setuju/kadang-kadang/netral/cukup baik 3
4. Tidak setuju/hampir tidak pernah/negatif/tidak baik 2
5. Sangat tidak setuju/tidak pernah/sangat tidak baik 1
Sumber: Sugiyono (2015:94)

3.8. Analisis Data

Analisis data merupakan salah satu bagian dari suatu proses penelitian.

Analisis data merupakan cara untuk menginterprestasikan data-data yang telah

dikumpul dari lapangan dan telah diolah sehingga menghasilkan informasi

tertentu. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dengan metode

regresi berganda, yaitu untuk menunjukan tentang bagaimana pengaruh

kecanggihan teknologi informasi akuntansi, partisipasi manajemen dan

kemampuan teknik pengguna sistem informasi akuntansi terhadap kinerja

karyawan. Analisis data ini menggunakan alat bantu program SPSS For Window.

SPSS atau Software Statistical Program For Sciense adalah program atau software

yang digunakan untuk olah data statistik.


50

3.8.1 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu

data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,

minimum, sum, range dari masing-masing variabel (Ghozali, 2011:173).

3.8.2 Uji Kualitas Data

Penelitian yang mengukur variabel dengan menggunakan kuesioner harus

dilakukan pengujian kualitas data terhadap data yang diperoleh.Pengujian ini

bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan valid dan reliable.

1. Uji Validitas

Ghozali (2016:52-53) menjelaskan uji validitas digunakan untuk

mengukur sah atau tidaknya suatu kuesioner. Kuesioner dikatakan valid

apabila pernyataan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang

akan diukur oleh kuesioner tersebut. Penelitian ini menggunakan Pearson

Correlation dengan alat bantu program SPSS. Pengukuran dilakukan

dengan mengkorelasikan skor butir pertanyaan dengan total skor variabel

independen maupun variabel dependen. Pengujian dalam penelitian ini

menggunakan tingkat signifikasi 5% dengan kriteria pengujian bila nilai t

hitung > t tabel maka disimpulkan butir pertanyaan valid, sebaliknya jika

nilai t hitung < t tabel maka butir pertanyaan dikatakan tidak valid.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan

indikator dari variabel atau konstruk (Ghozali, 2016:47).Uji reliabilitas

dilakukan mengetahui konsistensi angket yang digunakan oleh peneliti,


51

sehingga angket tersebut dapat dihandalkan untuk mengukur variabel

penelitian. Penelitian ini melakukan uji reliabilitas alpha cronbach’s

dengan aplikasi SPSS. Uji reliabilitas dalam hal ini mengacu pada nilai

alpha yang terdapat dalam tabel output SPSS. Adapun dasar pengambilan

keputusan dalam uji reliabilitas adalah sebagai berikut:

1) Jika nilai Cronbach’s Alpha> 0,60 maka kuesioner dinyatakan reliabel

atau konsisten.

2) Jika nilai Cronbach’s Alpha< 0,60 mka kuesioner dinyatakan tidak

reliabel atau konsisten.

3.8.3 Uji Asumsi Klasik

Asumsi klasik adalah asumsi yang mendasarkan analisis regresi dengan

tujuan mengukur asosiasi atau keterkaitan antar variabel bebas.Uji asumsi klasik

ini biasa digunakan para peneliti yang sedang mengolah data yang mengharuskan

kriteria Ghozali (2013:49).

3.8.3.1 Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2016: 154) uji normalitas dilakukan untuk menguji

apakah pada suatu model regresi, suatu variabel independen dan variabel

dependen ataupun keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak normal.

Apabila suatu variabel tidak berdistribusi secara normal, maka hasil uji statistik

akan mengalami penurunan. Pada uji normalitas data dapat dilakukan dengan

menggunakan uji One Sample Kolmogorov Smirnov yaitu dengan ketentuan

apabila nilai signifikasi 5% atau0,05 maka dapat memiliki distribusi normal.


52

Sedangkan jika hasil uji One Sample Kolmogorov Smirnorv menghasilkan nilai

signifikan dibawah 5% atau 0,05 maka data tidak memiliki distribusi normal.

3.8.3.2 Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2016:103) pengujian multikolinearitas bertujuan untuk

menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas

(independen). Pengujian multikolnearitas adalah pengujian yang mempunyai

tujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar

variael independen.Efek dari multikolnearitas ini adalah menyebabkan tingginya

variabel pada sampel. Hal tersebut berarti standar error besar, akibatnya ketika

koefisien diuji, t-hitung akan bernilai kecil dari t-tabel. Hal ini menunjukan tidak

adanya hubungan linear antara variabel independen yang dipengaruhi dengan

variabel dependen.

Untuk menemukan ada atau tidaknya multikolinearitas dalam model

regresi dapat diketahui dari nilai toleransi dan nilai variance inflation factor

(VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak

dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai tolerance rendah sama

dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/tolerance) dan menunjukan adanya

kolinearitas yang tinggi. Nilai cut off yang umum dipakai adalah nilai tolerance

0,10 atau sama dengan nilai VIF diatas 10.


53

3.8.3.2.1 Uji Heterokedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi

terjadi ketidaknyamanan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain.

Jika varian berbeda, disebut heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk mengetahui

ada tidaknya heterokedastisitas dalam satu model regresi linier berganda adalah

dengan melihat grafik sccatterplot atau nilai prediksi variabel terikat yaitu

SRESID dengan residual error yaitu ZPRD. Jika tidak ada pola tertentu dan tidak

menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu y, maka tidak terjadi

heteroskedastisitas.Model yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas

(Ghozali, 2016:134).

3.8.4 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis regresi

linear berganda, yaitu kecanggihan teknologi informasi, partisipasi manajemen

dan kemampuan teknik pemakai sistem informasi akuntasi terhadap variabel

dependen yaitu kineraja individu. Dalam regresi linear berganda terdapat asumsi

klasik yang harus terpenuhi, yaitu residual terdistribusi normal, tidak adanya

multikolinearitas, tidak adanya heterokedastisitas dan tidak adanya autokorelasi

pada model regresi (Ghozali, 2015) dengan rumusan :

Y= α +b1X1+ b2X2+b3X3+ e

Keterangan:

Y = Kinerja individu

α = konstanta

X1 = Variabel Kecanggihan teknologi informasi


54

X2 = Variabel Partisipasi Manajemen

X3 = Variabel Kemampuan teknik pengguna sistem informasi

akuntansi

e = standar error

b1b2b3 = Koefisien regresi untuk X1X2X3

3.8.5 Uji Hipotesis

3.8.5.1 Uji Signifikan Parsial (Uji t)

Ghozali (2016:98) mengungkapkan uji statistik t menunjukan seberapa

jauh pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen.

Pengambilan keputusan berdasarkan perbandingan nilai t hitung dan nilai kritis

sesuai dengan tingkat signifikan yang digunakan yaitu 0,05 atau 5%. Uji

dilakukan dengan cara membandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel:

1. Jika nilai sig < 0,05, atau t hitung > nilai t tabel maka H0 ditolak dan H4

diterima ( maka terdapat pengaruh variabel X terhadap variabel Y).

2. Jika nilai sig > 0,05, atau t hitung < nilai t tabel maka H0 diterima dan H4

ditolak ( maka tidak terdapat pengaruh variabel X terhadap variabel

Y).

3.8.5.2 Uji Signifikan Parsial (Uji F)

Menurut Ghozali (2016:96) Uji F bertujuan untuk mengetahui apakah

variabel bebas (independen) secara bersama-sama atau simultan berpengaruh

terhadap variabel terikat (dependen). Uji F dilakukan dengan cara sebagai

berikut:
55

1. Jika sig < 0,05 atau F hitung > F tabel maka H0 diterima dan H4 ditolak

(maka terdapat pengaruh variabel X secara simultan terhadap variabel

Y).

2. Jika sig < 0,05 atau F hitung > F tabel maka H0 ditolak dan H4 diterima

(maka tidak terdapat pengaruh variabel X secara simultan terhadap

variabel Y).

3.8.6 Uji Koefisien Determinasi (adjusted R2)

Koefisien determinasi R2 pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan dalam menerangkan variabel-variabel dependen (Ghozali, 2016 : 95).

Nilai koefisien determinasi adalah nol dan satu.Nilai R2 yang kecil berarti

kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel

dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel

independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variasi dependen (Ghozali, 2016 : 95). Koefisien determinasi dapat

dirumuskan sebagai berikut :

Kd = r2 x 100%

Keterangan :

Kd = Koefisien Determinasi

r2 = Koefisien Korelasi

Adapun kriteria untuk analisis koefisien determinasi adalah sebagai berikut:

1. Jika Kd mendekati angka 0, berarti pengaruh variabel independen terhadap

dependen lemah.

2. Jika Kd mendekati angka 1, berarti pengaruh terhadap dependen kuat.


56

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai