Anda di halaman 1dari 7

Mengingat kedudukan dan peran Penilik yang sangat penting dalam menjamin kualitas program melalui

kegiatan kepenilikan PNF di Kabupaten/Kota, idealnya setiap lima desa perlu ada satu orang Penilik.
Sampai saat ini jumlah Kabupaten/Kota seluruh Indonesia sebanyak 400 yang terdiri dari 4.000
kecamatan.Sedangkan jumlah desa sebanyak 70.000.Sehingga kebutuhan Penilik seluruh Indonesia
adalah 70.000 : 5 =14.000 orang.

Berdasarkan analisis yang dilakukan Depdiknas berdasarkan Data di lapangan idealnya Penilik se
Indonesia masih kurang 9.161 atau 65,44%.

Rasio Kebutuhan Jabatan Fungsional Penilik ditetapkan berdasarkan :

1. Hasil Analisis Kebutuhan dengan mempertimbangkan aspek sebagai berikut :

a. Jenis Pekerjaan Penilik.

Jenis Pekerjaan Penilik adalah pekerjaan proses pemantauan, penilaian, dan bimbingan terhadap
penyelenggaraan Pendidikan Nonformal yang dilaksanakan oleh organisasi yang menangani Pendidikan
Nonformal di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.

Jenis pekerjaan Penilik ditentukan berdasarkan jenis dan jenjang jabatan Penilik yaitu Penilik Tingkat
Trampil dan Penilik Tingkat Ahli.Penilik Tingkat Trampil terdiri dari : Penilik Pelaksana, Penilik Pelaksana
Lanjutan, dan Penilik Penyelia.Sedangkan Penilik Ahli terdiri dari : Penilik Pertama,Penilik Muda dan
Penilik Madya.

b. Sifat Pekerjaan Penilik.

Sifat pekerjaan Penilik dapat ditinjau dari sudut waktu melaksanakan tugas kepenilikan yang dilakukan
selama + 8 jam atau lebih tergantung pada pelaksanaan program PNF di lapangan.

Waktu pelaksanaan penilikan PNF dapat dilakukan pada jam kantor antara jam 7.00 – 15.00 atau lebih
banyak di luar jam kantor biasa sesuai dengan kebutuhan dan waktu pelaksanaan program Pendidikan
Nonformal.

c. Analisis Beban Kerja

Analisis Beban Kerja adalah frekwensi rerata jenis pekerjaan Kepenilikan dalam jangka waktu
tertentu.Jenis pekerjaan Penilik meliputi pekerjaan merencanakan, melaksanakan, menilai, membimbing
dan melaporkan Penilikan PLS.

Jenis pekerjaan tersebut merupakan tugas pokok yang dijabarkan kedalam rincian kegiatan yang
menjadi beban kerja jabatan fungsional Penilik.
d. Prinsip Pelaksanaan Pekerjaan

Dalam melaksanakan tugas kepenilikan yang meliputi : Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan
Kesetaraan Pendidikan Keaksaraan, dan Pendidikan Kursus Kelembagaan membutuhkan tenaga
kependidikan dengan kompetensi khusus yang dapat menjamin kualitas layanan program PNF tersebut.

Kompetensi khusus tersebut meliputi : kompetensi tehnis kegiatan kepenilikan dan kompetensi
substansi sasaran kepenilikan PNF.

2. Jumlah Satuan Pendidikan Nonformal

Menentukan rasio kebutuhan jabatan fungsional Penilik berdasarkan jumlah satuan Pendidikan
Nonformal ditentukan sebagai berikut :

a. Jumlah Satuan Pendidikan Nonformal sampai dengan 10

b. Jumlah Satuan Pendidikan Nonformal sampai dengan 11-20

c. Jumlah Satuan Pendidikan Nonformal sampai dengan 21-30

d. Jumlah Satuan Pendidikan Nonformal lebih dari 30

Berdasarkan pertimbangan analisis kebutuhan yang meliputi 4 aspek (aspek jenis pekerjaan, sifat
pekerjaan, analisis beban kerja dan prinsip pelaksanaan pekerjaan) dan jumlah satuan Pendidikan
Nonformal di atas serta jumlah desa kelurahan/desa, maka dalam menentukan kebutuhan jabatan
fungsional Penilik digunakan ketentuan sebagai berikut :

1. Jumlah desa sampai dengan lima dengan jumlah satuan Pendidikan Nonformal sampai dengan
sepuluh unit diperlukan minimal satu orang Penilik

2. Jumlah desa antara enam sampai dengan sepuluh dan jumlah satuan Pendidikan Nonformal sebelas
sd duapuluh unit dibutuhkan minimal dua orang Penilik

3. Jumlah desa antara sebelas sampai dengan limabelas dan jumlah satuan Pendidikan Nonformal
duapuluh satu sd tigapuluh unit dibutuhkan minimal tiga orang Penilik

4. Jumlah desa lebih dari enambelas dan jumlah satuan Pendidikan Nonformal lebih dari tigapuluh unit
dibutuhkan minimal empat orang Penilik

Rasio jumlah kebutuhan minimal Jabatan Fungsional Penilik dapat dilihat dalam perhitungan tabel
berikut :
No

Desa/Kelurahan

Satuan PNF

Interval

bobot

Jumlah Penilik

(minimal)

Jumlah

Bobot

Jumlah

Bobot

< 5 desa

< 10

0-3

1 orang

6 -10 desa

11 - 20

4–6
2 orang

11 – 15 desa

21 – 30

7–9

3 orang

> 15 desa

> 30

10 -12

4 orang

Penentuan jenjang jabatan Penilik di setiap Kecamatan memperhatikan keseimbangan beban kerja
jabatan Penilik Trampil dan Penilik Ahli di wilayah kerja kecamatan tersebut. Berdasarkan tabel di atas,
maka untuk menentukan kebutuhan jumlah Penilik dilakukan dengan cara menghitung bobot desa dan
bobot satuan Pendidikan Nonformal, kemudian melihat interval bobot.Setelah mengetahui jumlah
interval bobot, sesuaikan baris pada kolom jumlah Penilik minimal.

Contoh 1:

Misalkan dalam jumlah satu kecamatan terdiri dri 5 desa dengan jumlah satuan Pendidikan Nonformal
13 unit.Dari contoh di atas, maka kebutuhan jumlah Penilik pada kecamatan tersebut adalah : bobot
desa + bobot satuan PNF = 1 + 4 = 5.
Dengan demikian angka 5 pada interval bobot menunjukkan bahwa jumlah penilik pada kecamatan
tersebut minimal 2 Penilik. Dari 2 Penilik tersebut sebaiknya memiliki jenis dan jenjang jabatan yang
berbeda ( contoh : Penilik Trampil dan Penilik Ahli)

Contoh 2 :

Misalkan dalam satu kecamatan terdiri dari 25 desa dengan jumlah satuan Pendidikan Nonformal
50unit.Dari contoh di atas maka kebutuhan jumlah Penilik pada kecamatan tersebut adalah : bobot desa
+ bobot satuan PNF = 4 + 8 = 12. Dengan demikian angka 12 pada interval bobot menunjukkan bahwa
jumlah Penilik pada kecamatan tersebut mnimal 5 Penilik.Dari 5 Penilik tersebut sebaiknya memiliki
jenis dan jenjang jabatan yang berbeda.

Khusus wilayah desa terpencil/ tertinggal , penetapan formasi jabatan fungsional Penilik dapat
ditetapkan berdasarkan kebutuhan daerah tersebut.
Diberlakukannya Permenpan dan RB No. 14 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Penilik dan
Angka Kreditnya serta Peraturan Bersama Mendiknas dan Kepala BKN No. 02/III/PB/2011 dan No. 7
Tahun 2011 Juklak Jabatan Fungsional Penilik dan Angka Kreditnya, maka suka atau tidak suka perlu
ada penataan kembali mengenai keberadaan Penilik , terutama penataan yang berhubungan dengan
penambahan jumlah  dan rasio penyebaran Penilik di tiap kecamatan.
Dalam Pasal 5  Permenpan dan RB No. 14 Tahun 2010, disebutkan   bahwa jenis Penilik
berdasarkan bidang tugasnya terdiri atas Penilik PAUD, Penilik Pendidikan Kesetaraan dan Keaksaraan,
serta Penilik Kursus. Adanya  nomenklatur baru ini tentu saja diharapkan Penilik dalam melaksanakan
tugasnya akan lebih fokus pada tugas pokoknya  , sehingga  dapat lebih meningkatkan profesionalisme ,
kinerja , dan kompetensinya.

Saat ini di Kab. Sumedang terdapat 58 orang Penilik yang tersebar di 26 kecamatan, sebagian
kecil (terutama Penilik baru) sudah memegang SK berdasarkan nomenklatur  baru, namun sebagian
besar masih berstatus sebagai Penilik borongan.
Salah satu cara yang mungkin dapat dipakai dalam menentukan jumlah penilik adalah banyaknya
jumlah Program PAUD NI  yang ada di tiap kecamatan. Sebagai ilustrasi ,  di Kecamatan Jatinangor
terdapat 30 lembaga PAUD nonformal, sehingga diperlukan 3 orang penilik PAUD ( rasio 1 : 10), jumlah
lembaga kursus ada 10 lembaga (1 Penilik Kursus), sementara untuk Penilik Keaksaraan dan Kesetaraan
dibutuhkan 1 orang Penilik, sehingga secara keseluruhan di Kec. Jatinangor dibutuhkan 5 orang Penilik, 
sementara saat ini baru ada 2 orang Penilik. 
Berapa kebutuhan ideal jumlah Penilik secara keseluruhan di Kabupaten Sumedang saat ini ?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut , penulis telah mencoba melakukan pemetaan berdasarkan tabel
dibawah ini .

(Klik tabel untuk memperbesar tampilan)

    Jika melihat tabel tersebut, memang terlihat masih banyak dibutuhkan penilik baru untuk
mengisi kekosongan yang ada . Angka tersebut memang tidak mutlak, namun dapat dipakai sebagai
rujukan dalam rekruitmen penilik baru.
Untuk Penilik PAUD , rasio yang dipakai adalah 1 : 10, artinya 1 orang penilik membina 10
lembaga PAUD. Lembaga PAUD yang dimaksud tentu saja PAUD Nonformal (Kober, TPA, SPS) . Diantara
semua Penilik, maka Penilik PAUD akan lebih banyak jumlahnya, hal ini wajar karena keberadaan
lembaga PAUD itu sendiri dari tahun ke tahun jumlahnya meningkat. Peningkatan jumlah lembaga PAUD
yang ada tidak terlepas dari hasil kerja keras penilik selama ini dalam ikut serta membina dan
mensosialisasikan PAUD kepada masyarakat.
Sementara untuk Penilik Keaksaraan dan Kesetaraan, harus ada 1 orang Penilik di tiap kecamatan
tanpa perlu melihat jumlah program Keaksaraan dan Kesetaraan yang ada. Hal ini karena Penilik
Keaksaraan dan Kesetaraan sangat dibutuhkan di tiap kecamatan, selain karena kelompok belajar yang
menjadi binaannya cukup bervariasi , sering pula penilik ini  menjadi ujung  tombak dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan lintas sektoral.
Khusus untuk Penilik Kursus, ini memang agak sedikit unik, jika melihat tabel tersebut diatas
ternyata tidak semua kecamatan mempunyai lembaga kursus, selain itu jumlah dan penyebarannyapun
tidak merata. Menyikapi hal ini maka kebijakan yang dapat diambil adalah : 1) Bagi kecamatan yang
tidak mempunyai lembaga kursus tidak perlu menempatkan Penilik Kursus di wilayah tersebut, 2). Bagi
kecamatan yang mempunyai lembaga kursus hanya 1 atau 2 lembaga, pengangkatan penilik
dimungkinkan untuk digabung dengan Penilik Kursus dari kecamatan lain sepanjang  masih dalam satu
hamparan wilayah , tentunya dengan bekal Surat Penugasan dari Disdik Kabupaten. Hal ini juga
menyangkut masalah beban kerja , sebab jika Penilik Kursus hanya membina 1 atau 2 lembaga saja ,
maka peroleh angka kreditnya akan sedikit, sehingga akan menghambat kenaikan pangkat penilik yang
bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai