Anda di halaman 1dari 27

BAB II

KAJIAN PUSTAKA
MODEL COOPERATIVE PROBLEM SOLVING
UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF
PESERTA DIDIK PADA MATERI USAHA DAN ENERGI
A. Model Pembelajaran Cooperative Problem Solving
1. Pengertian Cooperative Problem Solving

Cooperative Problem Solving merupakan model pembelajaran yang

menuntun pada kegiatan memecahkan masalah dalam suatu pembelajaran

yang dipadukan dengan pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini

melibatkan aktivitas yang didominasi oleh peserta didik dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi dengan berbagai pendekatan,

penentuan solusi sampai pada memperoleh kesimpulan dari jawaban

penyelesaian permasalahan tersebut. Awal mula adanya model

pembelajaran ini pertama kali dipergunakan di Universitas Minessota

dimana model pembelajaran ini membantu peserta didik dalam berpikir

kompleks dan pelaksanaannya dilakukan secara berkelompok sehingga

peserta didik dapat saling berbagi pengetahuan konseptual maupun

pengetahuan prosedural saat memecahkan masalah.(Heller & Heller, 2010:

126).

Model pembelajaran ini dapat memunculkan kreativitas peserta

didik dalam pembelajaran. Setiap peserta didik memiliki peran penting

dalam pemecahan masalah yang diberikan oleh guru selain itu peserta

didik juga berkolaborasi dengan masing-masing kelompoknya untuk

mengorganisasikan setiap kemampuan yang dimiliki masing-masing.

Sehingga model Cooperative Problem Solving (CPS) ini dapat

25
26

meningkatkan keterampilan berpikir kreatif peserta didik. (Fitnat &

Korkmaz,1995: 2).

Pelaksanaan model pembelajaran Cooperative Problem Solving

(CPS) menunjukan bagaimana peserta didik menggunakan prinsip-prinsip

dan konsep dasar fisika dalam memecahkan masalah melalui

permasalahan yang diberikan guru, peserta didik menentukan solusi untuk

penyelesaian masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-sehari dengan

menggunakan konsep fisika dalam pemecahannya. (Heller & Heller, 2010:

15). Pembelajaran Cooperative Problem Solving dalam penerapannya

sebagai pembelajaran yang bertujuan meningkatkan keterampilan berpikir

kreatif harus menunjukan pemecahan masalah yang logis dan lengkap

dengan seluruh proses, menjelaskan penyelesaian yang diperlukan untuk

memecahkan masalah. Setelah menerapkan pembelajaran Cooperative

Problem Solving peserta didik diharapkan dapat berdiskusi dan memahami

pengetahuan tentang fisika, proses pemecahan masalah lebih terstruktur,

meningkatnya kemampuan pemecahan masalah secara kreatif. (Heller &

Hollabough 1992: 63-64).

2. Tahap Pembelajaran Model Cooperative Problem Solving

Menurut Heller & Heller (2010: 159-163) tahapan penerapan model

pembelajaran Cooperative Problem Solving terdiri dari tiga tahap

pembelajaran dan lima langkah untuk pemecahan masalah dalam model

pembelajaran Cooperative Problem Solving:


27

a. Opening moves

Pada tahap ini guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan

kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran berlangsung,

kemudian membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok dalam satu

kelompok terdiri dari 3-4 orang anggota kelompok, kemudian guru

membagikan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) pada peserta didik,

setelah itu guru menginstruksikan kepada peserta didik untuk membagi

tugas pada setiap anggota kelompok, satu orang bertugas setiap langkah

penyelesaian masalah yang diberikan terselesaikan sesuai dengan waktu

yang ditetapkan, satu orang bertugas mencatat penyelesaian masalah, satu

orang bertugas menampung ide-ide pemecahan masalah, dan satu orang

bertugas memimpin diskusi kelompok sampai mendapatkan penyelesaian

dan kesimpulan, kemudian guru menginstruksikan peserta didik untuk

memulai tahapan pemecahan masalah tahap pertama orientasi masalah

(Recognize the problem) guru memberikan beberapa soal dalam Lembar

Kegiatan Peserta Didik (LKPD) yang setiap butir soal diselesaikan

menggunakan lima tahap problem solving dalam pengerjaannya. Pada

tahap pertama guru menginstruksikan peserta didik untuk menuliskan

fakta-fakta yang terdapat pada masing-masing soal mengenai materi usaha

dan energi. Guru menugaskan setiap kelompok untuk menuliskan fakta-

fakta pada masing-masing soal yang telah didiskusikan bersama dan

pendekatan konsep yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan,

kemudian tahapan kedua guru mengintruksikan peserta didik untuk


28

mendeskripkan masalah kedalam konten fisika dengan melakukan

beberapa penyederhanaan, membuat suatu gambar ataupun grafik untuk

menyelesaikan permasalahan pada LKPD (Describe the problem in the

term of the field)

Contoh tahapan opening moves pada pembelajaran dengan

Cooperative Problem Solving, Guru memberikan permasalahan pada

LKPD kepada peserta didik. Dari permasalahan yang diberikan peserta

didik menuliskan fakta-fakta dalam permasalahan dan pendekatan konsep

fisika yang sesuai untuk pemecahan masalah. Salah satu contoh

pertanyaan yang terdapat dalam LKPD seperti berikut

Gambar di bawah menunjukkan seorang ibu yang sedang membawa


buah-buahan yang tersusun di atas kepalanya dan dia berjalan sejauh 2
km menuju ke pura Goa lawah untuk mengikuti upaca keagamaan.
Nampak ibu tersebut menahan beban di kepalanya sehingga postur
badannya tidak tegak sempurna. Ibu tersebut membawa buah-buahan
dengan berat sekitar 4 kg. Namun secara fisika ibu tersebut tidak
melakukan kerja/ usahanya bernilai nol meskipun ia merasa sangat lelah
karena memikul beban dikepalanya. Apa yang menyebabkan ibu tersebut
dikatakan tidak melakukan usaha atau usahanya bernilai nol? Buktikan
bahwa nilai usaha penjual tersebut bernilai nol?

Sumber gambar: potrerbali.blogspot.com


Gambar 1. Ibu yang sedang membawa buah-buahan di atas kepalanya untuk
upacara keagamaan di Bali
29

Peserta didik berdiskusi dengan kelompoknya tentang pendekatan

konsep fisika yang sesuai untuk pemecahan masalah soal tersebut di

lembar kerja masing-masing.

b. Middle Game

Pada tahapan middle game, peserta didik yang telah

mengidentifikasi permasalahan dengan cara menuliskan fakta-fakta dan

menentukan pendekatan konsep fisika yang tepat (Recognize the Problem)

pada empat soal permasalahan dan telah didiskusikan bersama dengan

guru. Peserta didik melakukan tahap pemecahan masalah kedua

mendeskripkan masalah kedalam konten (describe the problem in the term

of the field) melalui kegiatan ini guru membimbing peserta didik untuk

melakukan penyederhanaan permasalahan fisika yang terdapat dalam

LKPD dengan menggambarkan simbol fisika ataupun diagram untuk

memudahkan penyelesaian masalah kemudian Guru membimbing peserta

didik melakukan tahap pemecahan masalah yang ketiga yaitu perencanaan

masalah (plan a solution) dengan menggunakan keterkaitan antar variabel

yang ditulis pada tahap kedua dan menuliskan persamaan spesifik terkait

hal yang ditanyakan, serta mengecek kesesuaian satuan dalam besaran

yang diketahui. Selanjutnya peserta didik melakukan tahap pemecahan

masalah keempat yaitu penyelesaian masalah (excute the plan) dengan

cara mengolah data yang diketahui pada soal dan memasukkannya

kedalam persamaan fisika yang mereka tentukan pada tahap sebelumnya

kemudian menganalisis data yang telah diolah tersebut. Selanjutnya


30

peserta didik melakukan tahap terakhir dari penyelesaian masalah yaitu

evaluasi penyelesaian masalah (evaluate the solution) memberikan

kesimpulan untuk mengevaluasi hasil penyelesaian soal yang diberikan

dalam LKPD melalui diskusi kelompok dan mengaitkannya dengan

konsep fisika.

Contoh tahapan middle game pada pembelajaran dengan model

Cooperative Problem Solving, guru membimbing peserta didik melakukan

pemecahan masalah dengan cara mengamati kegiatan seluruh kelompok

dengan mengunjungi masing-masing kelompok dan memberi arahan

terkait diskusi mengenai pemecahan soal materi usaha dan energi kepada

peserta didik selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Hal yang akan

diamati dan diarahkan adalah waktu yang digunakan untuk menyelesaikan

setiap tahapan soal, kegiatan diskusi mengenai soal usaha dan energi yang

terdapat dalam LKPD, kesesuaian fakta-fakta permasalahan dan

pendekatan konsep fisika dengan soal usaha dan energi, penggunaan

simbol fisika maupun diagram dalam menyederhanakan persamalahan soal

materi usaha dan energi, merencanakan solusi untuk penyelesaian masalah

usaha dan energi, menjalankan rencana penyelesaian masalah usaha dan

energi dan kesimpulan dari kegiatan diskusi kelompok yang dicatat dalam

lembar jawaban LKPD

c. End game

Guru memimpin kembali diskusi antar kelompok pada tahap end

game dengan menanyakan keterkaitan antara gaya, usaha dan perpindahan


31

serta mengarahkan peserta didik agar bersikap kooperatif dalam

pembelajaran. Diskusi ini adalah salah satu cara untuk mengasah

kemampuan pemecahan masalah yang spesifik dari peserta didik untuk

meningkatkan kepercayan diri dalam berdiskusi. Guru dan peserta didik

mendiskusikan permasalahan apa saja yang dialami pada saat kegiatan

diskusi kelompok berlangsung. Guru memberikan permasalahan untuk

pertemuan selanjutnya.

Contoh tahapan end game pada pembelajaran dengan model

Cooperative Problem Solving, guru memimpin diskusi keseluruhan

kelompok, bertanya mengenai hubungan usaha, gaya dan perpindahan

pada tiap kelompok. Guru menanyakan tanggapan mengenai pembelajaran

yang telah dilalui dan menarik kesimpulan bersama-sama tentang kegiatan

pembelajaran.

3. Kelebihan dan kekurangan model Cooperative Problem Solving (CPS)

Menurut Fitnat dan Korkmaz (1995:2-3) pembelajaran Cooperative

Problem Solving (CPS) dapat meningkatkan kreativitas peserta didik. Hal

ini dikarenakan pada pembelajaran ini aktivitas terpusat pada peserta didik

dan peserta didik secara bersama-sama menyelesaikan suatu permasalahan

secara berkelompok melalui kegiatan diskusi yang menuntut peserta didik

mengkomunikasikan gagasan, mendapat banyak ide-ide kreatif dan

menerapkan ide-ide tersebut menjadi sebuah solusi yang baru untuk

menyelesaikan permasalahan yang diberikan pada saat pembelajaran di

kelas. Menurut Kaptan dalam jurnal (Prasetyoningrum dkk, 2014: 106)


32

pembelajaran Cooperative Problem Solving (CPS) dapat membuat peserta

didik menjadi lebih kreatif hal ini karena peserta didik diarahkan untuk

dapat memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru secara mandiri

dan peserta didik juga belajar mengorganisasikan kemampuan mereka

dalam kelompoknya masing-masing. Hal tersebut sejalan dengan

pernyataan Hariyanti dalam jurnal (Yusuf dkk, 2017:4) menyatakan bahwa

kelebihan pembelajaran berbasis problem solving adalah sebagai berikut:

(1) Melatih peserta didik untuk berpikir sistematis; (2) Peserta didik

Mampu mencari jalan keluar terhadap situasi yang dihadapi; (3) Peserta

didik belajar menganalisis suatu masalah dari berbagai aspek; (4)

Membuat peserta didik menjadi lebih percaya diri; (5) Melatih

keterampilan berpikir dan bertindak kreatif; (6) Peserta didik mampu

memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis; (7) Menstimulus

kemampuan berpikir peserta didik agar dapat menyelesaikan masalah yang

dihadapi dengan tepat.

Pemecahan masalah yang dilakukan peserta didik akan lebih mudah

diselesaikan apabila terjadi kerjasama hal ini terjadi karena setiap individu

mengungkapkan rencana untuk menyelesaikan permasalahan yang mereka

hadapi sehingga peserta didik mampu mengembangkan pengetahuan

konseptual fisika dalam diskusi selain itu dalam kegiatan kelompok ini

peserta didik mampu menyelesaikan perbedaan pemahaman diantara

mereka dan penyelesaian masalah dalam kelompok seperti ini


33

mempermudah peserta didik untuk berlatih menyelesaikan permasalahan

secara terstruktur. (Heller & Hollabough, 1992: 56-61).

Menurut Sanjaya dalam jurnal (Pinahayu, 2017: 4) menyatakan

bahwa pembelelajaran Cooperative Problem Solving (CPS) memiliki

keterbatasan yaitu Peserta didik yang tidak memiliki minat belajar akan

kseulitan dalam mencoba memecahkan permaslahan yang dihadapi dan

keberhasilan model pembelajaran melalui cooperative problem solving

membutuhkan waktu yang cukup banyak. Hal serupa juga diungkapkan oleh

Hariyanti dalam jurnal (Yusuf dkk, 2017:4) kelemahan pembelajaran

cooperative problem solving yaitu memerlukan waktu yang cukup banyak

dan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah berbeda-beda

ada yang sempurna dalam memecahkan masalah tetapi ada juga yang

kurang dalam memecahkan masalah.

B. Keterampilan Berpikir Kreatif


Keterampilan berpikir kreatif adalah salah satu keterampilan yang

harus dimiliki peserta didik dalam pendidikan abad 21 (Trilling dan Fadel,

2009: 95) guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang memiliki

kemampuan berkompetisi dalam menghadapi era globalisasi. (Iskandar &

Riyanti, 2015: 1).

Keterampilan berpikir kreatif adalah salah satu kegiatan berpikir yang

menghasilkan suatu gagasan agar dapat menyelesaikan permasalahan secara

sistematis, fleksibel dengan masalah dan situasi yang dihadapi, selain itu

untuk menumbuhkan sikap kritis terhadap informasi yang diperoleh serta

untuk berkomunikasi secara efektif. (Alrubaie et al., 2014: 80). Keterampilan


34

berpikir kreatif peserta didik dapat dikembangkan melalui aktivitas dan

strategi pembelajaran yang dapat mendukung kreativitas peserta didik

(Nadeem, et al. 2012: 01).

Berpikir kreatif itu sendiri memiliki arti yaitu suatu kegiatan berpikir

untuk membangun ide atau gagasan yang beragam. (Anwar et al., 2012: 44)

Kemampuan berpikir kreatif akan mendorong peserta didik merasa memiliki

harga diri dan kebanggaan dalam hidupnya (Putra, 2012: 23) hal ini

dikarenakan berpikir kreatif mengantarkan manusia untuk menghasilkan

suatu hal yang baru ataupun menghasilkan suatu solusi dalam penyelesaian

masalah sehingga hasil dari kerjakerasnya tersebut berguna yang menjadikan

dirinya dihargai dan diapresiasi oleh masyarakat banyak. (Chan, 2013: 1)

Ciri ciri keterampilan berpikir kreatif sebagaimana dijelaskan oleh

Torrance dan Ball (Vosburg, 1998:6) meliputi fluency (keterampilan berpikir

lancar), flexibility (keterampilan berpikir luwes), originality (keterampilan

berpikir orisinil) dan elaboration (keterampilan berpikir merinci). Fluency

adalah tahap mengumpulkan menemukan banyak ide dan gagasan. Flexibility

adalah tahap mengkategorikan ide-ide yang dikumpulkan. Originality adalah

tahap keunikan ide. Elaboration adalah tahap penambahan detil (Honeck,

2016:34)

Munandar (1985: 88-90) memberikan penjelasan lebih rinci tentang

indikator keterampilan berpikir kreatif sebagai berikut.


35

Tabel 2.1 Indikator Keterampilan Berpikir Kreatif

Indikator
keterampilan
No. Definisi Perilaku siswa
berpikir
kreatif
1. Keterampilan  Mencetuskan  Mengajukan banyak pertanyaan
berpikir lancar banyak gagasan,  Menjawab dengan sejumlah
(fluency) jawaban, jawaban jika ada pertanyaan
penyelesaian  Mempunyai banyak gagasan
masalah, atau mengenai suatu masalah
pertanyaan  Lancar mengungkapkan
 Memberikan gagasan-gagasannya
banyak cara atau  Bekerja lebih cepat dan
saran untuk melakukan lebih banyak dari
melakukan anak-anak lain
berbagai hal  Dapat dengan cepat melihat
 Selalu kesalahan atau kekurangan pada
memikirkan suatu obyek atau situasi
lebih dari satu
jawaban
2. Keterampilan  Menghasilkan  Memberikan aneka ragam
berpikir luwes gagasan, penggunaan yang tidak lazim
(flexibility) jawaban, atau terhadap suatu obyek.
pertanyaan yang  Memberikan macam-macam
bervariasi penafsiran (interpretasi)
berbeda-beda. terhadap suatu gambar, cerita,
 Mencari banyak atau masalah.
alternatif atau  Menerapkan suatu konsep atau
arah yang asas dengan cara yang berbeda-
berbeda-beda beda.
 Mampu  Memberi pertimbangan
mengubah cara terhadap situasi, yang berbeda
pendekatan atau dari yang diberikan orang lain
cara pemikiran.  Dalam membahas/
mendiskusikan suatu situasi
selalu mempunyai posisi yang
berbeda atau bertentangan dari
mayoritas kelompok.
 Jika diberikan suatu masalah
biasanya memikirkan macam-
macam cara yang berbeda-beda
untuk menyelesaikannya
 Menggolongkan hal-hal
menurut pembagian(kategori)
yang berbeda beda
36

Indikator
keterampilan
No. Definisi Perilaku siswa
berpikir
kreatif
 Mampu mengubah arah berpikir
secara spontan
3. Keterampilan  Mampu  Memikirkan masalah-masalah
berpikir melahirkan atau hal-hal yang tidak pernah
orisinil ungkapan yang terpikirkan oleh orang lain.
(originality) baru dan unik  Mempertanyakan cara-cara
 Memikirkan cara yang lama dan berusaha
yang tidak lazim memikirkan cara-cara yang baru
untuk  Memilih a-simetri dalam
mengungkapkan menggambar atau membuat
diri desain.
 Mampu  Memiliki cara berpikir yang lain
membuat dari yang lain.
kombinasi-  Mencari pendekatan yang baru
kombinasi yang dari yang stereotip
tidak lazim dari  Setelah membaca atau
bagian-bagian mendengar gagasan-gagasan,
atau unsur-unsur. bekerja untuk menemukan
penyelesaian yang baru
 Lebih senang mensintesis
daripada menganalisa situasi
4. Keterampilan  Mampu  Mencari arti yang lebih
merinci memperkaya dan mendalam terhadap jawaban
(elaboration) mengembangkan atau pemecahan masalah
suatu gagasan dengan melakukan langkah-
atau produk langkah yang terperinci.
 Menambahkan  Mengembangkan atau
atau memperinci memperkaya gagasan orang lain
detil-detil dari  Mencoba atau menguji detil-
suatu obyek, detil untuk melihat arah yang
gagasan, atau akan ditempuh
situasi sehingga  Mempunyai rasa keindahan
menjadi lebih yang kuat sehingga tidak puas
menarik. dengan penampilan yang
kosong atau sederhana.
 Menambahkan garis garis,
warna-warna dan detil-detil
(bagian-bagian) terhadap
gambarnya sendiri atau gambar
orang lain
37

Cara mengukur keterampilan berpikir kreatif yang dimiliki peserta

didik dapat dilihat menggunakan instrumen berupa tes. Instrumen yang

digunakan untuk mengukur sejauhmana kemampuan berpikir kreatif

diusulkan oleh Torrance yaitu instrumen TTCT (Torrance Test of Creative

Thingking) yang memuat tes berupa gambar dan teks (Cramond, 1990: 2).

Munandar (1985: 36) juga mengungkapkan hal yang sejalan bahwa tes

kreativitas dapat bersifat verbal apabila tugas yang diintruksikan

diungkapkan dalam bentuk teks, atau bersifat figural, apabila tugas yang

diminta dalam bentuk gambar.

Salah satu bentuk tes keterampilan berpikir kreatif yang diadopsi

dari TTCT adalah sebagai berikut:

Firman merupakan anak berusia 12 tahun yang kuat. Kekuatannya melampaui


orang-orang dewasa. Kemampuannya adalah dapat mendorong ataupun
menarik sebuah mobil seorang diri dengan kedua tangannya. Untuk
membuktikan kemampuannya Firman harus menarik mobil tersebut sejauh 21
meter agar mendapatkan penghargaan dari Rekor Muri.
Pada 7 meter pertama Firman menarik mobil seperti ilustrasi gambar 1) di
bawah ini.

Gambar 1. Firman menarik mobil pada saat 7 meter pertama

Tiba-tiba Firman mengubah cara menarik mobil seperti pada gambar 2) di


bawah ini

Gambar 2. Firman mengganti cara menarik mobil pada 7 meter kedua\


38

a. Tuliskan minimal 3 pertanyaan dan 3 fakta permasalahan di atas!


b. Berdasarkan gambar di atas, apa yang menjadi penyebab Firman merubah
cara saat menarik mobil?
c. Ternyata setelah menarik mobil dengan cara pada gambar 2, Firman masih
merasakan sakit pada bahunya. Apa yang dapat dilakukan Firman untuk
memindahkan mobil selanjutnya? Buat jawaban dalam bentuk ilustrasi
gambar!

Tingkat kreativitas peserta didik diukur berdasarkan level

keterampilan berpikir kreatif yang disusun oleh Siswono (2011: 551).

Bentuk level keterampilan berpikir kreatif ditunjukan oleh tabel berikut.

Tabel 2.2 Level Keterampilan Berpikir Kreatif

Level kreativitas Karakteristik tingkatan keterampilan berpikir kreatif


Level 4 Peserta didik mampu memecahkan masalah dengan lebih
(sangat kreatif) dari satu solusi dan dapat mewakili cara lain untuk
menyelesaikannya. Salah satu solusi yang memenuhi
orisinalitas (kebaruan). Peserta didik juga dapat
memunculkan masalah baru. Satu masalah ini memiliki
solusi yang berbeda dan metode-metode yang berbeda untuk
memecahkan. Beberapa masalah yang dibangun memenuhi
kebaruan, kefasihan dan fleksibilitas. Ia cenderung untuk
mengatakan bahwa memunculkan masalah lebih sulit
daripada memecahkan masalah, karena ia harus memiliki
cara tertentu untuk membuat solusi) cenderung untuk
mengatakan bahwa menemukan metode solusi lebih sulit
daripada mencari jawaban atau solusi lain
Level 3 (kreatif) Mampu memecahkan masalah dengan lebih dari satu solusi,
tetapi ia tidak dapat mewakili cara lain untuk
menyelesaikannya. Salah satu solusi yang memenuhi adalah
orisinalitas (kebaruan). Karakteristik alternatif, ia dapat
mewakili cara lain untuk memecahkan masalah, tapi ia tidak
dapat membuat solusi kebaruan. Di sisi lain, ia juga dapat
memunculkan masalah baru. Satu masalah ini memiliki
solusi yang berbeda, tetapi tidak ada metode yang berbeda
untuk memecahkan. Atau, ia dapat membuat metode yang
berbeda untuk satu masalah yang dibangun tetapi tidak ada
masalah seperti memenuhi kebaruan. Ia cenderung untuk
mengatakan bahwa memunculkan masalah lebih sulit
daripada memecahkan masalah, karena ia harus memiliki
cara tertentu untuk membuat solusi mereka. Ia cenderung
untuk mengatakan bahwa menemukan metode solusi lebih
39

Level kreativitas Karakteristik tingkatan keterampilan berpikir kreatif


sulit daripada mencari jawaban atau solusi lain.
Level 2 Peserta didik mampu memecahkan masalah dengan salah
(cukup kreatif) satu solusi yang asli namun itu tidak memenuhi kefasihan
atau tidak fleksibilitas. Atau, ia dapat mewakili cara lain
untuk memecahkan masalah; namun, hal ini tidak baru atau
tidak fasih. Karakteristik lain adalah dia (atau dia) juga dapat
memunculkan masalah baru tanpa kelancaran dan
fleksibilitas. Atau, beberapa masalah dibangun memenuhi
fleksibilitas tanpa kebaruan dan kefasihan. Ia cenderung
untuk mengatakan bahwa membangun masalah lebih sulit
daripada memecahkan masalah, karena ia tidak familiar
dengan tugas dan sulit untuk memperkirakan jumlah,
formula atau solusi. Ia cenderung untuk memahami yang
berbeda metode atau strategi untuk memecahkan masalah
lain formula dengan perwakilan yang berbeda.
Level 1 Peserta didik mampu memecahkan masalah dengan lebih
(kurang kreatif) dari satu solusi tapi tidak mewakili cara lain untuk
menyelesaikannya. Solusinya tidak memenuhi orisinalitas
(novelty). Ia juga dapat menimbulkan beberapa masalah.
Namun masalah ini tidak ada solusi yang berbeda dan
metode. Masalah yang dibangun hanya memenuhi kefasihan
tanpa kebaruan dan fleksibilitas. Ia cenderung untuk
mengatakan bahwa memunculkan masalah cukup sulit
daripada memecahkan masalah, karena itu tergantung pada
kompleksitas masalah. Ia cenderung untuk memahami
bahwa metode yang berbeda atau strategi untuk
memecahkan masalah adalah bentuk lain dari rumus,
meskipun keduanya sama. Masalah cenderung matematis
tanpa terhubung ke kehidupan nyata.
Level 0 Peserta didik tidak dapat memecahkan masalah dengan lebih
(tidak kreatif) dari satu solusi dan tidak mewakili cara lain untuk
menyelesaikannya. Solusi tidak memenuhi orisinalitas
(novelty), kefasihan dan fleksibilitas. Ia juga tidak
memunculkan masalah baru dan fleksibilitas. Semua
masalah yang dibangun tidak memenuhi kebaruan, kefasihan
dan fleksibilitas. Kesalahan tersebut disebabkan oleh
kelemahan pemahaman konsep-konsep yang terkait. Ia
cenderung untuk mengatakan bahwa memunculkan masalah
lebih mudah daripada memecahkan masalah, karena ia tahu
solusinya dan cenderung untuk memahami yang berbeda
metode atau strategi untuk memecahkan masalah lain
formula dengan berbeda representasi.
40

C. Implementasi Model Cooperative Problem Solving terhadap


Keterampilan Berpikir Kreatif
Model pembelajaran Cooperative Problem Solving adalah model

pembelajaran berbasis pemecahan masalah yang mengintegrasikan aspek

konseptual dan prosedural fisika, dilaksanakan dalam kelompok sehingga

pemecahan masalah lebih terstruktur. Pembelajaran Cooperative Problem

Solving adalah pembelajaran kooperatif yang dipadukan dengan pembelajaran

pemecahan masalah pembelajaran ini mengarah pada sikap kreatif dan kreatif

pembelajaran ini mengarah pada sikap kritis dan kreatif hal ini dikarenakan

Cooperative Problem Solving menuntut peserta didik untuk dapat

memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru, selain pemecahan

masalah peserta didik juga belajar mengorganisasikan kemampuan mereka

dalam kelompoknya masing-masing. Model pembelajaran ini menimbulkan

banyak aktivitas belajar karena peserta didik dihadapkan pada masalah,

merumuskan dan menguji kebenaran dari hipotesis sampai penarikan

kesimpulan sebagai jawaban dari masalah dengan baik dan menerapkannya

dalam materi selanjutnya.

Gambaran umum penerapan model pembelajaran Cooperative

Problem Solving untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

peserta didik pada materi usaha dan energi dapat dijelaskan melalui tahapan-

tahapan model pembelajaran sebagai berikut:


41

1. Opening moves

Pada tahap ini peserta didik diberikan permasalahan yang dimuat

dalam bentuk soal uraian dengan contoh permasalahan sebagai berikut:

“Andi adalah seorang pegawai toko yang ditugaskan untuk memindahkan

mesin cuci dalam dus sebanyak 5 buah dan masing-masing bermassa 82

kg sejauh 30 meter. Pada dus pertama Andi menarik tali sebesar 50F

sejauh 10 meter seperti pada gambar:

Gambar 1. Menarik tali dengan gaya sebesar 50 F

Setelah berpindah sejauh 10 meter, Andi mengubah cara menarik dus

tersebut dengan posisi seperti pada gambar 2 yaitu menarik dengan

membentuk sudut ϴ sampai ke tempat tujuan.

Gambar 2. Menarik tali dengan membentuk sudut ϴ

Bagaimana cara Andi untuk memindahkan keempat dus lainnya dengan

gaya konstan sebesar 50F namun usaha yang dilakukan lebih kecil

dibanding usaha dalam memindahkan dus pertama seperti gambar 1.

Sejauh 30 meter sehingga Andi dapat menghemat tenaganya?

Dengan soal permasalahan di atas, peserta didik pada tahap ini harus

dapat memahami masalah (Recognize the problem) dengan cara

mendeskripsikan fakta-fakta terhadap permasalahan yang dihadapi dan


42

menentukan pendekatan konsep fisika yang sesuai untuk menyelesaikan

permasalahan tersebut contohnya fakta-fakta permasalahan pada soal di atas

adalah “Andi menarik dus berisi mesin cuci dengan gaya sebesar 50F dengan

jarak tempuh 30 meter” sedangkan pendekatan konsep yang sesuai umtuk

permasalahan di atas adalah “Konsep usaha oleh gaya konstan yang membentuk

sudut”. Aspek yang dilatihkan pada tahapan ini adalah keterampilan berpikir

kreatif lancar (Fluency) dan keterampilan berpikir kreatif luwes (Flexibility).

2. Middle Game
Tahapan ini adalah tahapan inti dalam pemecahan masalah. Pada

tahap ini peserta didik mencoba menyelesaikan permasalahan yang terdiri

dari tiga proses penyelesaian. Adapun proses penyelesaian masalah pada

tahap Middle Game sebagai berikut: 1) Describe the Problem in Terms of

the Field adalah proses yang dilakukan peserta didik berupa deskripsi

secara fisika seperti menyederhanakan situasi permasalahan fisika yang

dihadapi dalam bentuk matematis ataupun dengan menggambarkan simbol

dan diagram. Contoh: permasalahan di atas diketahui memiliki mdus = 82

kg; s = 30 m; F = 50F; 2) Plan a solution adalah proses merencanakan

solusi yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Contoh untuk

permasalahan di atas ada beberapa solusi alternatif diantaranya : ”Mencari

nilai W pertama dengan menggunakan persamaan W = F.s kemudian

dengan alternatif solusi menarik dengan gaya membentuk sudut 30⁰, 45⁰

dan 60⁰; dan 3) Execute the problem merupakan tahapan menerapkan

rencana solusi yang telah ditentukan. Pada contoh permasalahan di atas

data yang telah diketahui disubstitusikan ke dalam persamaan yang tela


43

ditentukan seperti contoh berikut: W = F.s = 50F. 30 meter = 1500 F.

Aspek yang dilatihkan pada tahapan ini adalah keterampilan berpikir

luwes (Flexibility) dan keterampilan berpikir kreatif merinci (elaboration).

3. End game
Tahap End Game adalah tahap terakhir pada pembelajaran problem

solving. Pada tahap ini peserta didik melakukan refleksi dan pengecekan

ulang mengenai solusi yang dijadikan sebagai jawaban dari pemecahan

masalah yang diberikan apakah jawaban tersebut masuk akal dan sesuai

dengan apa yang ditanyakan (Evaluate the problem). Aspek yang

dilatihkan pada tahapan ini adalah keterampilan berpikir merinci

(elaboration).

Keterkaitan antara model Cooperative Problem Solving dengan indikator

keterampilan berpikir kreatif disajikan dalam Tabel 2.3 di bawah ini

Tabel. 2.3 Hubungan Model Cooperative Problem Solving dengan


keterampilan berpikir kreatif

Tahapan Model Cooperative Problem Indikator Keterampilan


Solving Berpikir Kreatif
1. Opening Moves:
 Recognize the Problem Fluency dan Flexibility

2. Middle Game
 Describe the problem in terms of
the field Flexibility dan Elaboration
 Plan a solution
 Execute the Problem
3. End Game Elaboration
 Evaluate the problem

Berdasarkan tabel di atas bahwa antara model Cooperative

Problem Solving dengan keterampilan berpikir kreatif memiliki


44

keterkaitan karena setiap tahapan model pembelajaran CPS dapat

mengukur setiap indikator keterampilan berpikir kreatif. Pada tahap

Opening Moves dapat melatihkan aspek keterampilan berpikir lancar

(fluency) dan keterampilan berpikir luwes (flexibilty) karena pada tahap ini

peserta didik mengungkapkan fakta-fakta dan pendekatan konsep yang

sesuai dengan permasalahan yang terdapat pada LKPD (recognize the

problem); pada tahap Middle Game dapat mengukur keterampilan berpikir

luwes (flexibility) dan keterampilan berpikir merinci (elaboration) karena

pada tahap ini peserta didik mendeskripsikan secara fisika menggunakan

diagram, gambar, simbol terkait permasalahan (describe the problem in

terms of the fields) dan menentukan rencana untuk solusi penyelesaian

masalah menggunakan pendekatan konsep fisika yang sesuai dengan

masalah yang dihadapi (plan a solution) serta peserta didik menjawab

rencana untuk solusi permasalahan secara lengkap dan terperinci

menggunakan variabel data yang diketahui untuk memperoleh pemecahan

masalah yang tepat (execute the problem); dan pada tahap End Game

aspek yang dapat dilatihkan adalah keterampilan berpikir kreatif merinci

(elaboration) karean peserta didik memeriksa kembali kesesuaian solusi

dengan pertanyaan permasalahan kemudian merinci hasil kesesuaian

tersebut secara singkat, jelas dan padat (evaluate the problem).

D. Materi Usaha dan Energi


Materi usaha energi terdapat pada kurikulum 2013 revisi (kurikulum

nasional) di kelas X.MIA semester kedua. Kompetensi inti (KI) pada materi
45

ini yaitu KI 3 (Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,

konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu

pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan

kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab

fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada

bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk

memecahkan masalah) dan KI 4 (Mengolah, menalar, dan menyaji dalam

ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang

dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode

sesuai kaidah keilmuan). Kompetensi dasar (KD) untuk materi ini yaitu KD

3.9 (Menganalisis konsep energi, usaha (kerja), hubungan usaha (kerja) dan

perubahan energi, hukum kekekalan energi, serta penerapannya dalam

peristiwa sehari-hari) dan KD 4.9 (Mengajukan gagasan penyelesaian

masalah gerak dalam kehidupan sehari-hari dengan menerapkan metode

ilmiah, konsep energi, usaha (kerja), dan hukum kekekalan energi).

Pada materi ini peserta didik secara umum mempelajari tiga pokok

bahasan diantaranya ; usaha, energi, hukum kekekalan energi mekanik. Pada

pokok bahasan usaha, peserta didik mempelajari konsep usaha dan jenis

usaha berdasarkan gaya konservatif dan non konservatif. Pada pokok bahasan

energi peserta didik mempelajari konsep energi kinetik, energi potensial dan

teorema usaha energi. Pada pokok bahasan hukum kekekalan energi mekanik

peserta didik mempelajari energi mekanik, hukum kekekalan energi mekanik

dan daya.
46

1. Usaha

a. Definisi Usaha

Usaha atau kerja didefinisikan sebagai besaran fisika yang

merupakan kombinasi dari besaran dinamik gaya dan perpindahan yang

muncul sebagai akibat dari perubahan energi (Abdullah, 2016: 345).

Menurut Halliday et al., (2011: 142) usaha adalah energi yang ditransfer

ke atau dari sebuah objek menggunakan gaya aksi. Energi yang ditransfer

ke objek adalah usaha positif, sementara energi yang berasal dari objek

adalah usaha negatif.

Serway dan Jewett (2010: 167), menambahkan besar usaha sama

dengan hasil kali antara gaya konstan sebesar F dan perpindahan sebesar

∆s dan cos θ, dimana θ adalah sudut kemiringan antara arah gaya dan arah

perpindahan benda. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut.

⃑ ⃑⃑⃑⃑

Satuan untuk usaha adalah Newton.meter (Nm) atau Joule (J).

Usaha akan bernilai berbeda jika gaya sudut antara arah gaya dan

arah perpindahan berbeda, seperti diperlihatkan gambar berikut (Tipler dan

Mosca, 2008: 175).

Gambar 2.1 Usaha ketika gaya yang diberikan berbeda.


(sumber: Fisika untuk Sains dan Teknik (Serway, 2010: 167))
47

Bila terdapat beberapa gaya bekerja pada sebuah benda dan

menghasilkan berbagai macam perpindahan, maka usaha total yang

bekerja pada benda tersebut adalah

⃑⃑ ⃑⃑⃑⃑⃑ ⃑⃑ ⃑⃑⃑⃑⃑ ⃑⃑ ⃑⃑⃑⃑⃑

(Tipler dan Mosca, 2008: 175)

b. Usaha Konservatif dan Usaha Non Konservatif

Usaha konservatif adalah usaha yang dilakukan oleh gaya

konservatif, begitupun usaha non-konsrvatif ialah usaha yang dilakukan

oleh gaya non konservatif. Pertanyaannya, apa itu gaya konservatif?

Gaya konservatif adalah gaya yang bekerja dengan tidak

bergantung pada panjang pendeknya lintasan, tetapi hanya pada posisi

awal dan akhir. Sebaliknya, gaya non konservatif sangat dipengaruhi oleh

lintasan. Pada gaya non konservatif, semakin panjang lintasan maka usaha

yang dibutuhkan semakin besar, dan semakin pendek lintasan semakin

kecil usaha yang dibutuhkan (Abdullah, 2016: 378). Contoh gaya

konservatif adalah gaya gravitasi, gaya listrik (Couloumb), gaya pegas

(Hooke) dan gaya antar molekul. Gaya non konservatif contohnya gaya

gesek dan gaya tumbukan.

2. Energi
Energi adalah suatu besaran skalar yang menggambarkan

kuantitas keadaan/kondisi dari suatu benda (Halliday et al., 2011: 140).

Definisi ini terlalu umum untuk menjelaskan konsep energi. Secara umum
48

energi merupakan besaran fisika yang dapat berubah dari suatu wujud ke

wujud lain akibat dari adanya usaha.

a. Energi Kinetik

Energi kinetik adalah energi yang terkait dengan gerak benda

(Halliday et al., 2011: 141). Energi kinetik dipengaruhi oleh massa dan

kecepatan benda. Semakin besar kecepatan benda maka semakin besar

pula energi kinetik benda tersebut. Energi kinetik adalah besaran skalar

yang memiliki satuan sama dengan usaha (Serway dan Jewett, 2010:

176). Energi kinetik dapat dirumuskan dengan persamaan berikut.

K = energi kinetik, m = massa, dan v = kecepatan benda.

(Abdullah, 2016: 366)

b. Energi Potensial Gravitasi

Energi potensial gravitasi didefinisikan sebagai energi yang

bergantung pada konfigurasi sistem. Konfigurasi sistem adalah bagian

dari sistem yang terkait dengan posisi benda itu sendiri (Tipler dan

Mosca, 2008: 202). Berkaitan dengan gaya konservatif, Abdullah

(2016: 383) menjelaskan bahwa energi potensial gravitasi adalah

energi yang dipengaruhi oleh medan gaya konservatif benda tersebut.

Energi potensial gravitasi hanya bergantung pada posisi awal dan

posisi akhir saja, maka dari itu besar energi potensial gravitasi
49

dipengaruhi oleh gaya berat benda dan posisi ketinggian benda tersebut

dalam medan gravitasi . Persamaan energi potensial gravitasi dapat

dituliskan sebagai berikut.

(Serway dan Jewett, 2010: 176)

3. Teorema Usaha Energi


Teorema usaha energi adalah suatu bentuk persamaan yang

menghubungkan antara energi kinetik dengan usaha non konservatif.

Solusi persamaan ini dibentuk dari energi kinetik awal dan energi kinetik

akhir. Bentuk persamaan teorema usaha energi adalah sebagai berikut.

Kf adalah besar energi kinetik setelah diberi usaha, Ki adalah besar

energi kinetik sebelum diberi usaha, dan W adalah usaha (Halliday et al.,

2011: 144).

Teorema usaha energi ini dapat membantu dalam beberapa hal.

Seringkali ditemukan gaya yang bekerja pada benda sulit ditentukan. Lalu

bagaimana bisa menentukan usaha yang dilakukan gaya tersebut? Caranya

adalah dengan mengukur beberapa energi kinetik awal dan akhir benda.

Selisih energi kinetik tersebut merupakan usaha yang dilakukan gaya

tersebut (Abdullah, 2016: 370)


50

4. Energi Mekanik
a. Energi Mekanik

Energi mekanik adalah hasil penjumlahan dari energi potensial

gravitasi benda dengan energi kinetik benda. Persamaannya adalah

sebagai berikut.

Em adalah energi mekanik, K adalah energi kinetik dan U

adalah energi potensial gravitasi (Tipler dan Mosca, 2008: 209).

b. Hukum Kekekalan Energi Mekanik

Hukum kekekalan energi mekanik adalah suatu hukum fisika

tentang besar energi mekanik yang konstan pada medan konservatif.

Persamaan hukum kekekalan energi mekanik adalah sebagai berikut

(Tipler dan Mosca, 2008: 209)

Besar energi mekanik akan selalu sama pada setiap posisi di

sekitar medan konservatif.

5. Daya
Ada beberapa fenomena di sekitar kita yang menunjukan ada gaya

yang dapat melakukan usaha dengan lama ataupun sebentar. Untuk


51

menjelaskan fenomena ini, maka ada suatu besaran yang menjelaskan gaya

yang dapat melakukan usaha pada waktu yang lama atau sebentar. Besaran

ini dinamakan daya. Daya didefinisikan sebagai besar usaha yang

dilakukan dalam selang waktu tertentu. Persamaan daya adalah sebagai

berikut.

P adalah daya, W adalah usaha dan ∆t adalah selang waktu selama

berlangsungnya usaha (Abdullah, 2016: 371). Satuan dari usaha adalah

watt.

Anda mungkin juga menyukai