Kelas : XI Pemeranan
No : 01
Rumah Manusia
Monolog Whani Darmawan
Di sinilah akhirnya rumah saya. Mau tidak mau, meski saya tidak mau. Sebuah rumah
begaya kelas menengah pongah. Keluarga baru ini sebagaimana masyarakat kebanyakan di
negeri kita ; OKB – orang kaya baru. Meski sesungguhnya keluarga semacam ini tidak kaya-
kaya amat. Mungkin masih lebih kaya mak Mu’in pedagang warteg di sebelah real estate ini
persis. Itulah bedanya. Kalau kedatangan keluarga ini selalu mengatakan, “Waduuhh kok
tumben Tuan, Nyonya, jajan di warteg. Nanti sakit perut lhooo! Biasanya kan nge-Mall,
mburger King, apa ngentacky, apa miizza gitu, ini kok marteg.”
Dan dengan berdehem terlebih dulu, pimpinan keluarga ini akan menjawab dengan suara –
berusaha bariton –terkendali, “Yaaaa Maaak. Sekali-sekali merakyat Mak.”
Busyeett! Merakyat? Memangnya kalian dewa, ha? Gila! Memang banyak tingkah
masyarakat kelas menengah tanggung ini! Tahu tidak, bukan satu dua kali saya mengiringi
keluarga ini datang ke warteg atau bahkan jajan di mall. Apa yang kepala keluarga ini
katakan? Saat jajan di warteg uang kembalian yang selisih lima ribu, dengan ringan ia akan
mengatakan, “Sudah, buat Mak saja.” Tetapi kalau ia masuk ke Pizza Hut, Kentucky Fried
Chicken, Star Buck, Expresso, Japanes Resto, Italiano Food dan Orientale Food, sambil
makan ia menginjak kaki isterinya di bawah meja. Katanya, “Gak usah nambaaah. Ngiiriittt!
Ini Cuma melesirin anak-anaak!”
Maka begitulah, jiwa-jiwa hedonis tidak konsisten itu. Pengin diakui sebagai orang mapan,
saat yang bersmaan takut kalau ada orang datang minta sumbangan. Sudah begitu
angkuuhnyaa bukan main. Kalian tidak tahu ya mak Mu’in berulangkali membayar tanah
berhektar-hektar di kampung tidak dengan sambat apapun. Apa yang kalian punya?
Simbol-simbol kemapanan inikah? Mobil Kijang kapsul buatan 2004, rumah bergaya real
estate dengan luas tanah 90 m2 – yang cicilannya pun bikin nyalimu ciut di akhir-akhir
bulan? Huhh dasar hantu belang!
Ngehek! Dasar sialan! Sejelek-jeleknya hari tak ada yang lebih jelek di hari minggu. Inilah
hari di mana keluarga kelas menengah tai ini berkumpul dan memamerkan keromantisan
dan kebahagiaan sebuah keluarga yang artifisial! Saya benci ini! Dikiranya bagus yaaa, saya
benci hubungan keluarga yang romantis!
GELAK TAWA, CANDA DAN SUARA-SUARA KAKI ITU MULAI MENDEKAT.
PEREMPUAN TOKOH KITA ITU SEDIKIT MENYINGKIR DI SUDUT. KURSI-KURSI
MULAI MENGGESER DENGAN SENDIRINYA. ALAT-ALAT MAKAN ; SENDOK,
GARPU, PIRING, GELAS BERGESERAN DI MEJA MAKAN TANPA ADA YANG
MENGGERAKKAN
Ini cerita rutin. Kalau saya seorang pembantu mungkin lebih masuk akal saya terlibat di
dalamnya. Entah mengambilkan nasi, piring, sendok, atau menanti lemparan sisa tulang
ayam dari mereka. Tapi aakuuuu! Akuuu!! Gila! Memangnya siapa mereka? Dan mereka
tidak tahu siapa saya! Membosankan!! Dan keluarga ini sungguh tidak tahu diuntung.
Dasar orang-orang modern menengah kota yang membosankan! Apakah sekolah-sekolah
tak lagi mengajarkan pelajaran sejarah? Ataukah mereka tidak mengajarkan ilmu alam?
Lihat, lihat, lihat! Mereka mulai pamer ; si ayah menyuapi si ibu dengan mesra, lalu si ibu
mengambil tisu dan menyeka sisa makanan di mulut ayahnya, lalu anak-anak berbagi
makanan. Huuuu, ingaaat, belanjaan warung tegal gaya makan eropaan! Dasar keluarga
menengah pongah!! Lihat pembalasanku!!
PEREMPUAN TOKOH KITA ITU MENGAMBIL MANGKUK SAYUR DARI ATAS MEJA
DENGAN CARA YANG HALUS SEOLAH MANGKUK ITU TERBANG DENGAN
SENDIRINYA. DENGAN PERLAHAN, SANTAI, PEREMPUAN TOKOH KITA INI
MENUANGKAN SAYUR DALAM MANGKOK ITU TEPAT DI ATAS MEJA MAKAN.
HENING SESAAT,........SUARA JERIT DAN LANGKAH KAKI BERLARI SEGERA
BERHAMBURAN BERSAMAAN DENGAN ALAT-ALAT MAKAN SERTA KURSI KURSI
YANG JUMPALITAN DENGAN SENDIRINYA. JEDA.
Jangan bilang saya tak bisa apa-apa kalau saya punya mau. Memangnya hanya mereka
yang punya mau? Saya sudah berkorban untuk diusir secara semena-mena. Rumah saya di
bendho growong diporak-porandakan, dicabut hingga akar-akarnya dan mencabut saya
dari rumah tercinta. Lalu saya harus kemana? Mendadak saya dipaksa masur rumah hantu
yang gemerlapan seperti ini? Gilaaa!
Saya tak tahu harus kemana setelah pacar saya menikam leher saya karena menginginkan
wanita lain. Jaanjinya membangun bahtera rumah tangga kepada saya dengan anak-anak
yang riang – menjadi kelas menengah tai seperti keluarga ini – hanya isapan jempol dari
lelaki yang pelinya cuma sebiji kenari. Asu! (BERTERIAK) Ia akhirnya membunuh saya
waktu tahu saya hamil! Laki-laki itu membunuh saya dan menyembunyikan bangkai saya
di bendho growong (JEDA) rumah saya (JEDA) yang kemudian diporak-porandakan
keluarga menengah tai yang membangunnya ini lewat pengembang. Saaayaa beenciiii!!!