Anda di halaman 1dari 4

Radioku dan Si Maya

oleh: Laela Azizah H.S

Pagi-pagi sudah ribut. Ketipung, gendang, seruling, gitar mengiringi lagu pop yang sudah
beralih genre menjadi dangdut bertajuk “perdamaian”. Radio yang sedang aku dengarkan
langsung kuputar volume suaranya agar bertambah spektakuler. Keras. Memukau.

Perdamaian perdamaian
Perdamaian perdamaian
Banyak yang cinta damai
Tapi perang semakin ramai
Bingung bingung kumemikirnya
klek ! musik berhenti.

Tidak ada cacing bergoyang kecuali dia yang kelaparan mengantri keadilan di pinggiran
jalan. Para penjaga-penjaga mereka katanya sudah rapi memakai seragam dari rumah ketika
berangkat, kemudian pergi lagi entah kemana. Bisa jadi mendengkur di kamar khusus.
Menikmati makan enak yang selanjutnya melakukan konferensi pers bahwa sebenarnya
kejadian yang ada bukanlah sebuah kesalahan. Ini adalah merupakan jebakan semata. Ada
orang lain yang merekomendasikan hal-hal seperti ini agar dilakukan.

Ah daripada pusing mikirin itu mending kuputar kembali volume suara radionya. Menikmati
hidup, menjaga seni.

Selamat pagi pemirsa pendengar setia radio Top TM 9.10. Berita terkini pada hari ini
akan kita awali dengan berita duka bahwa di negeri tetangga sebelah yakni negeri
Bintang telah tertangkap basah seorang biksu yang menyimpan beberapa kilo butir
ektasi di biaranya. Biksu tersebut merasa terpukul dan berserah diri kepada ibu peri
jahat yang sudah sempurna memperkuat nafsunya.

Klek ! berita berhenti.

Semakin tidak waras. Padahal hari ini genap seminggu bayaran servis radio baru dilunasi.
Malah sudah mati-matian begini. Apa karna dia terlalu stres dengan kejadian-kejadian
menyesakkan dada yang akhir ini terjadi di sekitarnya sendiri. Entahlah. Yang jelas biksu tadi
kelihatan dulunya tidak full masuk sekolah. Disisi lain barangkali dia terlalu pintar melebihi
Socrates.

Jarum jam sudah menunjukkan jam 7 pagi. Orang-orang bersibuk ria mempersiapkan diri
menuju kantor kerja termasuk aku. Hidup sudah semakin gampang di zaman kenaikan harga
pangan mencubit pipi pelanggan kuliner, bisa saja ketika aku merasa malas datang ke kantor,
cukup berangkat pagi untuk absen melalui alat canggih yang hanya dengan memunculkan
muka kemudian terdeteksi kehadiran. Absen sudah, maka tinggal pulang. Dan saat jam tugas
habis, datang lagi untuk melakukan absen kepulangan.

Gampang bukan ?

Haduh !! Payah. Itu tidak benar.

Kumismu akan cepat rontok jika sering-sering tega mencurangi pengangguran dengan cara
tersebut. Seru Bos kantorku suatu saat kepadaku.

Wah masa sih Bos, Bos juga pernah kan jujur-jujuran saja sama bawahan. Ngapain bohong
kalau toh nanti di padang mahsyar kita juga bakal nobar (nonton bareng) video kita masing-
masing. Lagian aku tidak punya niatan untuk melecehkan pengangguran. Justru harusnya dia
bersyukur karena lebih punya banyak waktu bermain dengan dunia Maya. Kan sekarang
dengan melalui dunia itu tadi kita bisa keliling dunia, kita bisa berbisnis sampai menggurita
semaunya, belajar juga bisa pakai cara begituan.

Apa yang kudu dibanggakan dari dunia Maya kalau dampaknya jadi lupa solat di daratan,
lauatan ataupun udaraan. Bukannya itu menurunkan beban kuat keimanan ?

Itu ada benarnya juga Bos, tapi sayangnya mereka sudah kecanduan. Susah insyafnya. Jangka
lama sadar juga paling-paling tiga hari tiga malam. Mana pemerintah belum menyediakan
rumah rehabilitas buat mereka. Aku mau nekad mendirikan sendiri juga gak ada biaya.

Ada kok ada ! coba saja cari di mbah-mbah pintar itu. Siapa itu yaa namanya. Mmm itu, siapa
yaaa. Mmm ahaaa saya ingat ! Cari saja di mbah google. Iya itu mbah google namanya. Kata
anak saya dia hebat. Bisa membantu masalah apapun.

Lah Bos ini memang sudah ikut-ikutan keracunan. Itu tadi tuh Bos, yang Bos bilang tadi itu
sama saja dengan macam permainannya Maya.
Hahahahaha, begitu yah. Yasudah saya mau pulang saja! kamu juga harus pulang. Jangan
sampai mati berdiri dengan Maya. Pandai-pandailah memfungsikan kesepuluh jarimu dan
hati lembutmu. Nikmati saja tapi dibatasi !

-------

Zaman Maya, zaman aktor dan aktris bergelimangan. Sekarang aku tidak perlu repot-repot
bertanya kepada teman-temanku, saudaraku apa yang mereka lakukan hari ini. Karena
dengan murah hati tiap hari mereka mempresentasikan kegiatannya lewat gambar. sudah
banyak yang begitu, jadi jangan gumun !

Enak kan ? jadinya aku serasa membaca koran saja, koran privasi yang telah mendunia.

Orang kota terbiasa ramai begitu. Orang desa lebih tentram dengan menyiarkan kematian
lewat toa. Berduyun-duyun orang berdatangan ke tempat duka. Membawa cangkul membuat
lobang mayat di pemakaman. Yang lainnya menyiapkan tempat pemandian. Menggelar kain
putih kebangsaan alam barzah. Cuman itu. Tapi keguyubannya mengental segar bak es cendol
di siang terik.

Ngomong-ngomong soal es cendol, aku beruntung sekali sering meminumnya. Di akhir tahun
kemarin minuman es cendol telah naik tahta masuk dalam deretan minuman terlezat di dunia.
Ini sudah menjadi barang pasti sebuah prestasi untuk pembuat es cendol. Minuman sederhana
tanpa pengawet tanpa membuat perut mual-mual. Di jamin nikmat. Halal berlabel. Negeri
kelahiran cendol ini memang benar-benar Baldatun tayyibatun warobbun Ghofur.
Semoganya.

Rumah sudah sepi ketika aku pulang. Anak istri pasti sudah tidur lelap memimpikan hal
senonoh. Mempunyai rumah besar dengan kolam renang di dalamnya. Ada taman bermain
dan mushola untuk berjama’ah orang satu desa. Gila, jangan sampai mereka berdua
memimpikan hal itu. Kerjaan kantorku juga baru saja ningkat satu level dari satpam menjadi
sekretaris Bos. Seriuskah dengan ucapanku ?

Hahaha mungkin justru aku yang sedang mimpi.

Lama kelamaan keributan sudah menjadi kebiasaan ditelingaku.


Pagi-pagi aku tersentak mendengar lagu kesukaanku sudah berganti lirik.
Keributan keributan
Keributan keributan
Banyak yang doyan ribut
Karna perang semakin larut
bingung-bingung kumemikirnya
Dan sampai sekarang aku belum menemukan siapa sebenarnya yang berusaha merusak
radioku. Dia sendiri ? atau Bosku yang selera musiknya bukan dangdut banget ? Atau jangan-
jangan malah si Maya. Si Maya ingin radioku rusak dan kemudian ingin aku pindah jalur
untuk menggilainya. Uh aku tidak tau. Dan tidak mau tau. Karena sudah cukup radioku
menjadi saudaraku, pemersatu jiwa, pemerluas berita dan isu-isu gila sebelum aku merasa
gila beneran.

Awassss kau Maya, kalau memang benar kau terdakwanya !

Warung pena, Februari 2017

BIOGRAFI PENULIS
Laela Azizah H.S. beralamatkan di Ds. Cibangkong Rt
03/ 04 Kec. Pekuncen Kab. Banyumas. Merupakan salah
satu santri Pon-Pes Ath-Thohiriyyah Karangsalam
Purwokerto. Penulis dapat dihubungi di No. Telp:
085701227531, email: laelaazizah12@gmail.com,
Instagram: @tanpratama.hs
No. Rek: 323701022014530

Anda mungkin juga menyukai