Anda di halaman 1dari 12

Kisah Sebongkah Roti: Sebuah Kisah

Pendek Penuh Hikmah


Fimela
02 Jul 2014, 17:51 WIB

Berbuat baik pada sesama sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat manusia. Tidak
peduli apapun agama yang dianut, kita harus memperlakukan orang lain dengan baik jika
ingin diperlakukan baik pula. Buah perbuatan baik seringkali tidak hanya berupa pahala
bagi seseorang, bahkan ketika masih di dunia perbuatan yang dilakukan dapat kembali
padanya dengan cara yang tidak diduga-duga.

Seperti dalam kisah berikut ini. Perbuatan baik yang dilakukan secara konsisten dan sabar
ternyata memberikan hikmah luar biasa pada seorang wanita.

*****

Ada seorang wanita yang membuat roti untuk makanan keluarganya setiap hari. Setiap
harinya, wanita ini membuat roti ekstra untuk diberikannya pada orang lain yang kebetulan
melewati rumahnya. Dia meletakkan roti itu pada jendela rumahnya untuk siapa saja yang
ingin mengambil roti tersebut.

Setiap hari, ada orang yang sudah bungkuk datang dan mengambil roti itu. Tetapi,
bukannya mengucapkan terima kasih dan menunjukkan keramahan, pria itu malah
menggerutu sejumlah kata yang selalu dia ucapkan setiap hari. Beginilah kira-kira
ucapannya: "Perbuatan burukmu akan tetap bersamamu, perbuatan baikmu akan kembali
kepadamu."

Hal ini berlangsung secara terus-menerus, hari demi hari. Pria bungkuk itu selalu datang
dan mengambil roti seraya mengatakan sesuatu dengan mengucapkan, "Perbuatan
burukmu akan tetap bersamamu, perbuatan baikmu akan kembali kepadamu." Wanita itu
merasa sebal dengannya,"Bukannya berterima kasih..," katanya dalam hati.

'Setiap hari pria itu mengatakan hal yang sama, apa maksudnya?' pikir wanita itu.Suatu
hari, tiba-tiba dia memiliki keinginan untuk menyingkirkan pria bungkuk itu. Dia berniat
membuat roti dengan racun di dalamnya. Tetapi, ketika akan meletakkannya pada jendela,
dia gemetar dan tersadar. "Apa yang telah aku lakukan?" katanya. Roti itu akhirnya
dibakarnya habis dan dia menggantinya dengan roti biasa. Seperti hari-hari sebelumnya,
pria itu datang lagi dan tetap mengatakan hal yang sama, tidak menyadari peperangan
batin dalam wanita itu.[quote]

Putra wanita itu pergi merantau jauh dari tempat tinggalnya. Dan sudah berbulan-bulan
dirinya tak mendapatkan kabar tentang keberadaan putranya itu. Wanita ini terus berdoa
agar putranya diberi keselamatan dan dapat kembali padanya.

Malam itu, pintu rumahnya diketuk dari luar, wanita itu pun membuka pintu rumahnya dan
terkejut melihat sang anak berdiri dihadapannya. Anaknya itu terlihat sangat kurus dan
lemah, rupanya dia kelaparan.

Sang anak menatap ibunya dan berkata,"Ibu, ini keajaiban. Ketika aku masih jauh dari sini,
aku kelelahan dan pingsan. Aku mungkin akan mati kelaparan, tetapi pada saat itu ada
orang bungkuk datang melintas dan memberiku sebuah roti," ungkap sang anak. Pria itu
berkata," Ini yang aku makan setiap hari. Hari ini aku harus memberikannya padamu
karena kamu lebih membutuhkannya daripada aku."

Kemudian seketika wajah ibunya memucat dan tersandar di tembok.Dia teringat akan roti
beracun yang hampir saja dia berikan pada orang bungkuk itu pagi tadi. Andai saja dia
memberikannya pada orang bungkuk itu, tentu anaknya lah yang akan dia racuni dengan
tangannya sendiri. Akhirnya dia menyadari arti kata yang selalu diucapkan pria bungkuk
itu,"Perbuatan burukmu akan tetap bersamamu, perbuatan baikmu akan kembali
kepadamu."

Kisah sepotong kue


1. DI RUANG TUNGGU SEBUAH BANDARA, SEORANG IBU MUDA TERLIHAT
TENGAH MENUNGGU PESAWAT YANG AKAN MENERBANGKAN DIRINYA.
2. IA JUGA MEMBELI SEBUNGKUS BISKUIT, SEKADAR UNTUK CAMILAN DISAAT
DIRINYA MENUNGGU PESAWAT. KARENA HARUS MENUNGGU,CUKUP LAMA, IA
MEMUTUSKAN MEMBELI BUKU UNTUK DIBACA.
3. IA KEMUDIAN DUDUK DI SALAH SATU KURSI DI RUANG TUNGGU VIP. SAMBIL
BERSANDAR IA MULAI MEMBUKA DAN MEMBACA BUKU YANG DIPEGANGNYA.
4. DI KURSI SEBELAH YANG HANYA DIPISAHKAN OLEH SEBUAH MEJA KECIL
YANG DIATASNYA TERSAJI SEBUNGKUS BISKUIT, DUDUKLAH, SEORANG PRIA.
PRIA TSB TERLIHAT MULAI MEMBACA.
5. KETIKA IBU MUDA MENGAMBIL SEPOTONG BISKUIT DARI BUNGKUSAN YANG
TERLETAK DI ATAS MEJA, PRIA TSB MENGAMBIL SEPOTONG JUGA. SI IBU
MUDA MERASA TERGANGGU DENGAN PERBUATAN PRIA TSB, NAMUN IA DIAM
SAJA. IA HANYA BERGUMAM: “HUH” .... MENYEBALKAN! INGIN RASANYA
KUTAMPAR SAJA MUKANYA!”
6. SETIAP IBU MUDA TSB MENGAMBIL SEPOTONG BISKUIT, PRIA TSB JUGA
MELAKUKAN HAL YANG SAMA, SAMBIL TERSENYUM KEPADA SI IBU MUDA.
PERBUATAN PRIA TSB BENAR-BENAR MENGUNDANG GERAM SI IBU MUDA ...!
NAMUN SI IBU MUDA TIDAK BEREAKSI APA-APA, IA HANYA MENYIMPAN
KEDONGKOLAN DI DALAM DADA.
7. KETIKA BISKUIT TERSISA SATU POTONG, SI IBU MUDA BERGUMAM: COBA
SAYA INGIN LIHAT APA YANG AKAN DILAKUKANNYA...!” KEMUDIAN SI PRIA
MEMBELAH BISKUIT TSB. IA MENGAMBIL SEPAROH DAN MEMPERSILAKAN SI
IBU MUDA UNTUK MENIKMATI YANG SEPAROHNYA LAGI...
8. BENAR-BENAR KETERLALUAN .....! KINI, KEKESALAN SI IBU MUDA MEMUNCAK!
IA SEGERA MENGEMASI BARANG DAN MENINGGALKAN TEMPAT DUDUK TSB,
PINDAH KE RUANG DUDUK KEBERANGKATAN (BOARDING ROOM).
9. KETIKA IBU MUDA DUDUK DI DALAM PESAWAT, IA MEMBUKA TAS JINJINGNYA
UNTUK MENGAMBIL KACAMATA. BETAPA TERKEJUTNYA DIA ... TERNYATA
BUNGKUSAN BISKUIT MILIKNYA ADA DI DALAM TASNYA
10. IA KINI MENYESAL, ... DAN BENAR- BENAR MERASA MALU! IA MERASA
BERSALAH. IA MENGIRA BAHWA BISKUIT YANG DIMAKAN TADI ADALAH
MILIKNYA .... TERNYATA
11. PRIA TADI MEMBAGI BISKUIT ANTARA DIRINYA DAN SI IBU MUDA TANPA
MERASA MARAH, TERGANGGU ATAU PUN MERASA RUGI ...
12. .... SEMENTARA SI IBU MUDA MERASAKAN SEBALIKNYA. IA MERASA BAHWA
BISKUIT TSB ADALAH MILIKNYA TELAH DISEROBOT OLEH PRIA TSB, DAN
MENYANGKA BETAPA SI PRIA TSB TELAH BERBUAT KURANG AJAR KEPADANYA
Ibu-ibu dan bapak-bapak.......,
ADA EMPAT HAL YANG TIDAK DAPAT DIRAIH KEMBALI ...
Batu ... setelah dilempar!
Kata-kata... ...setelah diucapkan!
Kesempatan... ... setelah berlalu!
Waktu... ...setelah beranjak pergi!
Aditya_npriyatama@yahoo.com

Motivasi Hidup Perjuangan


Kisah Motivasi Hidup Penuh Perjuangan
Suatu saat di Tahun 1995 ada seorang pria berumur 44 tahun yang terkena stroke yg
menyebabkan seluruh tubuhnya lumpuh. Ia mengalami apa yang disebut "Locked-In
Syndrome", yaitu suatu kelumpuhan total yang disebutnya ’seperti pikiran di dalam botol’.

Memang ia masih dapat berpikir jernih, tetapi sama sekali tidak bisa berbicara maupun
bergerak. Bahkan menelan ludah pun ia tak mampu.
Satu2nya otot yang masih dapat diperintahnya adalah kelopak mata kirinya. Jadi hanya
dengan kelopak mata kirinya itulah ia berkomunikasi dengan para perawatnya, dokter
rumah sakit, keluarga dan temannya.

Kisah Motivasi Hidup Penuh Perjuangan

Untuk mengetahui apa yang dimaui pria itu, mereka menunjukkan huruf demi huruf,
kemudian si pria akan berkedip bila huruf yang ditunjukkan adalah yang dipilihnya.
Demikian, hingga tersusun satu kata atau kalimat yang akhirnya dimengerti oleh mereka apa
yang diinginkan si pria ini.Semangat dan tekad pria ini sangat istimewa. Ditengah
keterbatasan fisiknya itu, ia bersikeras menulis buku yang berisi kisah hidupnya. “Agar bisa
berbagi kepada orang lain...” katanya.

Ia menulis dengan bantuan para perawat yang menunjukkan huruf demi huruf dan dia
menyusun kata serta kalimat dari huruf-huruf itu dengan kedipan kelopak matanya yang
hanya sebelah..!!.

Setahun kemudian, di Tahun 1996 akhirnya ia meninggal dunia dalam usia 45 tahun setelah
menyelesaikan memoarnya yang “ditulisnya” secara sangat luar biasa..! Buku itu diberinya
judul “Le Scaphandre et le Papillon” (The Bubble and the Butterfly = Gelembung dan Kupu-
kupu).

Ia meninggal dunia 3 hari setelah bukunya diterbitkan. Bukunya pun menjadi ‘Best Seller’.

Dalam kata pengantarnya, ia menulis sebuah kalimat yang sangat menyentuh: “I would be
the happiest man in the world if I could just properly swallow the saliva that permanently
invades my mouth” (Sungguh, aku akan menjadi orang yang paling bahagia sedunia, andai
saja aku bisa menelan ludahku yang selalu meleleh di mulutku)Bayangkan...., menelan ludah
pun ia tak mampu..!. Tapi membagi inspirasi nya untuk banyak orang lain.

Siapakah Aku?
Kompas.com - 15/02/2010, 08:55 WIB JAKARTA, KOMPAS.com —

Ini merupakan pertanyaan mendasar yang dibutuhkan jawabannya oleh setiap


manusia. Individu disebut sehat secara psikologis jika menemukan dirinya
sebagai pribadi unik tanpa keterpisahan dari orang lain. Kendati perasaannya
menyatu dengan semua orang, ia tidak meleburkan diri pada kelompok secara
membabi buta alias mengenakan identitas massa.

“Saya seorang pengusaha”, “saya seorang polisi”, “saya seorang dokter”, “saya
orang Jawa”, ”saya keturunan Arab”, “saya beragama Islam”, “saya orang
Katolik”, dan sebagainya merupakan pernyataan yang dapat sangat berarti.
Kebangsaan, suku, agama, status/profesi sering kali membantu memberikan
rasa identitas sebelum seseorang menemukan yang asli dan unik.

Untuk mengetahui adanya kesadaran mengenai identitas sejati dalam diri kita,
dapat dibayangkan dengan mengandaikan situasi ketika seseorang bertanya,
“Siapakah aku menurut yang kamu ketahui?” Mungkin ada yang menjawab,
“Kamu seorang pengusaha yang sukses” atau “Kamu orang Ambon beragama
Islam”, dan lain-lain.

Apakah kita cukup puas dengan mengetahui identitas kita seperti itu? Apakah
kita sudah merasa sangat berharga dengan keanggotaan kita dalam suatu
kelompok kebangsaan, suku, agama, status/profesi?

Jawaban seperti itu tidak akan cukup memuaskan orang yang telah menemukan
siapa sejati dirinya. Ia baru akan puas bila mendapat jawaban yang sesuai
dengan pengenalannya terhadap diri sendiri yang unik, seperti “Kamu itu
sersan: tampak santai-santai ternyata serius,” atau “Kamu orang yang unik:
tegas tetapi lembut juga,” atau “Kamu ini bertampang residivis, tetapi berhati
malaikat,” dan sebagainya.
Namun, penemuan identitas diri sebenarnya tidaklah sesingkat jawaban-
jawaban tersebut. Hal yang paling mendasar dalam penemuan identitas diri
sejati adalah adanya perasaan sebagai individu yang unik, merasakan “aku”
sebagai pusat dan subyek aktif dari potensi-potensinya, dan mengalami dirinya
apa adanya, bebas dari tekanan otoritas tertentu.

Kebalikan dari penemuan identitas diri adalah keadaan individu yang


menggantungkan identitasnya pada hal-hal yang bersifat eksternal, umumnya
bergantung pada kelompok di mana ia menjadi bagiannya.

Tidak semua orang dapat menemukan identitas diri sejati. Mayoritas dari kita
masih mengenakan identitas massa: mengabaikan potensi untuk berpikir-
merasa-bertindak secara asli sesuai “cita rasa” sejatinya. Kita
menggantikannya dengan pikiran, perasaan, dan tindakan sesuai dengan yang
diinginkan oleh kelompok di mana kita menjadi bagiannya atau yang diinginkan
oleh otoritas tertentu.

Kebutuhan identitas
“Aku adalah sebagaimana keinginanmu” merupakan judul sebuah drama yang
pernah ada. Erich Fromm dalam bukunya, The Sane Society, melihat bahwa
drama yang ditulis oleh Pirandello itu mencerminkan kondisi di mana rasa
identitas seseorang bersandar pada rasa yang dimiliki oleh orang banyak tanpa
dapat dipertanyakan (dikritisi).

Uniformitas (penyeragaman dalam berpikir, merasa, dan bertindak) dan


konformitas (mengikuti sikap dan perilaku kelompok) sering kali tidak disadari
dan diselubungi dengan ilusi individualitas.

Menurut Fromm, problem rasa identitas tidaklah seperti yang dipahami orang
pada umumnya: semata-mata dianggap sebagai problem filosofis. Kebutuhan
akan rasa identitas keluar dari kondisi dasariah eksistensi manusia dan
merupakan sumber perjuangan yang amat intensif. “Karena saya tidak dapat
sehat tanpa rasa aku, saya terdorong berbuat apa saja untuk mendapatkan rasa
tersebut.

” Lebih lanjut Fromm menjelaskan, di balik penderitaan yang berat, status dan
konformitas begitu dibutuhkan dan kadang lebih kuat dari kebutuhan untuk
bertahan hidup secara fisik.

Hal ini dapat dilihat dari adanya fakta orang rela mempertaruhkan hidup,
mengorbankan cinta, menyerahkan kebebasan, mengorbankan ide-ide demi
menjadi suatu kelompok yang konformis, dan dengan demikian memperoleh
rasa identitas, walaupun hanya ilusi belaka.

Masyarakat kita
Fakta yang disebutkan oleh Fromm pada tahun 1955 dengan konteks
masyarakat Amerika itu masih tampak dalam masyarakat kita saat ini.
Identitas massa tampak dari adanya orang-orang yang tidak berani berpikir,
berpendapat, bersikap, dan bertindak berbeda dari kelompok di mana ia
menjadi bagiannya kendati kelompoknya melakukan kesalahan.

Identitas massa juga tampak dari fenomena saat para pemuda, ibu-ibu, bapak-
bapak, dan juga anak-anak digiring untuk melakukan aksi (demonstrasi atau
mengikuti arus pikiran tertentu) tanpa benar-benar memahami maknanya.

Bila ditanya mengapa ia melakukan aksi itu, jawaban yang diberikan akan
dicari-cari sesuai dengan apa yang kira-kira diharapkan oleh pihak yang
memiliki otoritas atas dirinya atau oleh pemberi perintah.

Tampak bahwa jawaban yang diberikan bukan bersumber dari pemikiran atau
perasaan asli dari dalam dirinya. Ekspresi mereka tampak kosong dengan mata
bergerak mencari-cari. Atau sebaliknya, justru berlebihan dalam ekspresi,
tetapi tetap tampak sebagai pembeo.

Kita juga dengan mudah menemukan bagaimana para orang dewasa (bukan
hanya orang muda atau anak-anak) masih senang menyatakan, “Saya hanya
menjalankan perintah” atau terlalu sering menyatakan, “Menurut petunjuk
…….”.

Begitu sering kita menemukan fenomena identitas massa, tak lain merupakan
hasil pendekatan otoriter yang diterapkan secara kolektif pada masa lalu. Pada
level pemerintah, kita mengenal rezim Soeharto yang selama 30-an tahun
menggunakan pendekatan militeristik. Pada level keluarga, banyak orangtua
yang mengalami keotoriteran penguasa meneruskan pendekatan itu dalam
keluarga.

Bukan hanya keotoriteran yang memungkinkan berkembangnya identitas


massa. Dalam masyarakat, kita juga dapat melihat berbagai gaya hidup telah
menjadi begitu penting dan “mengatur” bagaimana orang mengembangkan
identitas dirinya. Tampak kegelisahan orang-orang untuk selalu dapat
mengikuti gaya hidup tertentu yang pada umumnya berbau materialisme.
Mereka telah berilusi “menemukan identitas diri” dengan menjadi bagian dari
kelompok dengan gaya hidup tertentu.

Identitas dan moralitas


“Malu” merupakan hal yang diharapkan oleh masyarakat bila seseorang
diketahui melakukan tindakan amoral, melanggar norma masyarakat. Rasa
malu merupakan pertanda bahwa seseorang mempertimbangkan pikiran dan
perasaan masyarakat pada umumnya.
Memiliki rasa malu memang lebih baik daripada tidak memiliki rasa malu
ketika seseorang berbuat amoral. Namun, bila hanya memiliki rasa malu, tanpa
merasa bersalah karena telah mengingkari suara hatinya sendiri, hal itu berarti
ia masih membuka peluang diri untuk melakukan tindakan amoral berikutnya
asalkan tidak diketahui oleh masyarakat. Identitas diri yang dikembangkan
orang seperti ini masih berupa identitas massa.

Hal yang paling penting bila seseorang berbuat amoral adalah adanya rasa
bersalah karena telah mengingkari suara hatinya sendiri. Hal ini menunjukkan
bahwa yang bersangkutan telah mengembangkan identitas diri tidak hanya
berdasarkan otoritas massa, tetapi juga telah bersentuhan dengan suara hati
yang merupakan sumber dari identitas sejati yang dapat dimiliki setiap orang.

Mental yang sehat


Kebutuhan fisik (makan, minum, seks) merupakan kebutuhan dasar manusia
yang tidak berbeda dengan binatang. Meskipun kebutuhan dasar ini
sepenuhnya terpuaskan, bukanlah jaminan bagi kesehatan dan kesejahteraan
mental. Fromm berpendapat bahwa kesehatan dan kesejahteraan mental
bergantung pada pemuasan kebutuhan-kebutuhan yang khas manusiawi.

kebutuhan akan keterbukaan hubungan, transendensi (menyadari sebagai


manusia ciptaan dan kebutuhan untuk mengatasi keadaan sebagai ciptaan yang
pasif), keberakaran (menemukan akar-akar manusiawi yang baru), rasa
identitas, serta kerangka orientasi (intelektual) dan pengabdian. Tampak
kebutuhan akan rasa identitas merupakan salah satu dari kebutuhan khas
manusiawi. Bila kebutuhan dasar tidak terpenuhi, akan berkembang kondisi
tidak sehat. Kendati terpenuhi, jika hal itu terpuaskan dengan cara tidak
memuaskan, akan timbul konsekuensi berkembangnya neurosis (gangguan
mental dalam keadaan masih dapat berinteraksi dengan orang lain berdasarkan
realitas).

Secara ringkas, Fromm menjelaskan, kesehatan mental dicirikan oleh


kemampuan mencintai dan mencipta dengan melepaskan diri dari ikatan-ikatan
inses terhadap klan dan tanah air, dengan rasa identitas yang berdasarkan
pengalaman akan diri sebagai subyek dan pelaku dorongan-dorongan dirinya,
dengan menangkap realitas di dalam dan di luar diri, melalui pengembangan
obyektivitas dan akal budi. @ MM Nilam Widyarini MSi Kandidat Doktor
Psikologi

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Siapakah


Aku?", https://lifestyle.kompas.com/read/2010/02/15/08551613/siapakah.aku.
Mengenal Diri Sendiri Dalam Islam
Manusia hidup didunia tentunya memiliki identitas dan mengetahui siapa dirinya.
Hampir tidak ada manusia di dunia ini yang tidak memiliki identitas dan tidak
mengetahui siapa dirinya. Meskipun demikian, jarang sekali diantara manusia yang
benar-benar mengerti dan mengenal siapa dirinya sebenarnya dan untuk tujuan apa ia
hidup didunia, apakah hanya sebatas untuk makan, minum, tidur, atau mencari uang
saja.

Mungkin banyak dari kita yang tidak mengetahui apa pentingnya mengenal diri sendiri
atau mengetahui jati diri kita dihadapan allah SWT pada hakikatnya. Mengenal diri
sendiri adalah salah satu hal yang diperintahkan Allah SWT kepada umatnya. Untuk
mengetahui lebih lanjut terkait mengenal diri sendiri dalam islam. Simak penjelasan
berikut. (baca fungsi agama dalam kehidupan dan fungsi iman kepada Allah SWT)

Pentingnya Mengenal Diri Sendiri


Semua manusia yang ada didunia ini tentu mengetahui siapa namanya, dimana ia
tinggal dan dari kota mana ia berasal, dimana ia dilahirkan dan lain sebagainya, tetapi
tidak banyak yang memikirkan siapa dirinya yang sesungguhnya dan apa tujuannya
hidup didunia dan apa yang dilakukan setelah nanti ia tiada.

Kebanyakan manusia saat ini tidaklah begitu mengenal jati dirinya yang sebenarnya,
padahal Rasul sendiri mengingatkan bahwa mengenal diri sendiri adalah langkah
pertama dalam mengenal Allah SWT sebagai Tuhan seluruh alam (baca kisah teladan
Nabi Muhammad SAW dan keutamaan cinta kepada Rasulullah bagi umat muslim). Sebagaimana
yang disebutkan dalam hadits berikut ini

ُ‫سدَه‬
َ ‫سدَ َج‬ َ ‫ف َربَّهُ َو َم ْن َع َر‬
َ َ‫ف َربَّهُ ف‬ َ ‫ف نَ ْف‬
َ ‫سهُ فَقَ ْد‬
َ ‫ع َر‬ َ ‫َم ْن َع َر‬
“Barangsiapa yang mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya, dan
barangsiapa yang mengenal Tuhannya maka binasalah (fana) dirinya.

Dari Hadits tersebut kita bisa mengetahui bahwa mengenal diri sendiri sangatlah
penting bagi manusia karena dengan mengenal dirinya sendiri sebagai manusia
ciptaan Allah SWT, ia dapat mengenal Tuhannya atau penciptanya tersebut yakni Allah
SWT. (baca manfaat beriman kepada Allah SWT)

Jati Diri Manusia


Sebelum mengenal dirinya dengan baik seorang manusia khususnya muslim perlu
mengetahu unsur-unsur yang menyusun dirinya, dari apakah ia dibentuk dan apa saja
yang ada pada dirinya. Pada dasarnya manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan dua
jenis unsur yakni unsur fisik atau jasmani dan unsur ruhani yakni jiwa atau ruh. (baca
juga kecantikan wanita dalam islam)

Jasmani atau Fisik


Unsur Jasmani atau fisik adalah tubuh dimana jiwa seorang manusia hidup. Dengan
fisiknyalah manusia melakukan segala aktifitasnya di dunia dan ia dikenali juga dari
bentuk fisik dan rupanya. Allah SWT sendiri telah menciptakan manusia dengan
sebaik-baiknya bentuk dan lebih baik dibandingkan dengan makhluk lainnya
sebagaimana disebutkan dalam ayat berikut ini

َ ‫سنَ فِ ٓى أ َ ْح‬
‫س ِن ت َ ْق ِويم‬ ِ ْ ‫لَقَ ْد َخلَ ْقنَا‬
َ َٰ ‫ٱْلن‬
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (QS At Tin : 4)

Allah menciptakan manusia lengkap dengan jasadnya agar seorang manusia bisa
dikatakan sebagai manusia karena tubuh atau raga tersebut adalah tempat dimana
jiwa akan tinggal. Sementara setelah seseorang mati dan jiwanya meninggalkan tubuh
maka jasadnya tidak lagi berguna bagi dirinya. (baca hukum ziarah kubur dan tatacara
ziarah kubur)

Ruhani atau Jiwa

Manusia tidak disebut manusia jika ia tidak memiliki jiwa sehingga raga tanpa jiwa
tidaklah berarti. Dengan demikian jiwa seorang manusia adalah sesuatu yang
diciptakan Allah SWT untuk mendiami raga dan jiwalah yang mengendalikan hati dan
pikiran seseorang (baca penyakit hati dalam islam dan obat hati dalam islam). Allah
SWT meniupkan ruh saat seorang manusia masih berada dalam kandungan ibunya
sebagaimana disebutkan dalam firman berikut ini (baca manfaat membaca alqur’an
bagi ibu hamil)

َ‫اجدِين‬
ِ ‫س‬َ ُ‫وحي فَقَعُوا لَه‬
ِ ‫س َّو ْيتُهُ َونَفَ ْختُ فِي ِه ِم ْن ُر‬
َ ‫فَإِذَا‬
Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh
(ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud. (QS Al Hijr : 29)
Cara Mengenal Diri Sendiri
Setelah mengetahu pentingnya mengenal diri sendiri maka seorang muslim selayaknya
mentadaburi atau mendalami cara mengenal diri sendiri dalam rangka mengenal Allah
SWT dan mengetahui tujuan hidupnya. Adapun cara mengenal diri sendiri dalam islam
bisa dilakukan dengan cara berikut ini (baca tujuan penciptaan manusia)

1. Mengamati diri sendiri

Seorang manusia hendaknya memperhatikan dirinya sendiri dan merenungi tujuan


hidupnya dan mengetahui untuk apa ia diciptakan. Dengan mengamati dirinya sendiri
seorang manusia bisa merasakan bahwa dalam dirinya ada jiwa yang bernaung dan
tubuh adalah tempat dimana jiwa tersebut tinggal. Selayaknya seorang muslim juga
bisa memanfaatkan segala anggota tubuhnya untuk melaksanakan kewajibannya
kepada Allah SWT.

2. Mengetahui hakikat penciptaannya

Manusia diciptakan dengan suatu tujuan dan hakikat tujuan penciptaan manusia
adalah untuk beribadah dan mengabdi kepada Allah SWT sebagaimana disebutkan
dalam firman Allah berikut ini (baca tujuan hidup dalam islam dan hakikat penciptaan
manusia)

ِ ‫س إِ ََّّل ِليَ ْعبُد‬


‫ُون‬ ِ ْ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ْال ِج َّن َو‬
َ ‫اْل ْن‬
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku (saja)” (QS.
Adz-Dzaariyaat: 56).

3. Bersyukur kepada Allah SWT

Dengan mensyukuri nikmat Allah SWT seorang manusia dapat mengenali dirinya
dengan baik dan mengenal Allah SWT. Seseorang yang mensyukuri nikmat Allah
tentunya akan senantiasa menyadari bahwa dirinya tidak memiliki apa-apa dan segala
yang ia miliki adalah milik Allah SWT. Perintah untuk mensyukuri nikmat Allah
tersebut dijelaskan dalam ayat Alqur’an berikut

َ ‫َو ِإ ْذ تَأَذَّنَ َربُّ ُك ْم لَئِ ْن‬


َ َ‫ش َك ْرت ُ ْم ََل َ ِزيدَنَّ ُك ْم ۖ َولَئِ ْن َكفَ ْرت ُ ْم ِإ َّن َعذَا ِبي ل‬
‫شدِيد‬
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti
Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS Ibrahim : 7)

4. Mengetahui peran dan kedudukannya


Allah SWT menciptakan manusia dan menjadikannya khalifah di muka bumi. Dengan
demikian, seorang manusia yang mengenal dirinya senantiasa mengingat peran dan
kedudukannya dimuka bumi sebagai khalifah atau pemimpin setidaknya bagi dirinya
sendiri. Dengan mengingat perannya sebagai khalifah maka ia bisa memperlakukan
orang lain dan alam sekitarnya dengan baik dan menjaga segala sesuatu sesuai dengan
hakikatnya. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT (baca konsep penciptaan
manusia dan hakikat manusia menurut islam)

ِ ‫َو ِإ ْذ قَا َل َرب َُّك ِل ْل َم ََلئِ َك ِة ِإنِي َجا ِعل فِي ْاَل َ ْر‬
‫ض َخ ِليفَةً ۖ قَالُوا أَت َ ْج َع ُل فِي َها َم ْن يُ ْف ِسد ُ فِي َها‬
َ‫ِس لَ َك ۖ قَا َل ِإنِي أ َ ْعلَ ُم َما ََّل ت َ ْعلَ ُمون‬ُ ‫ِك َونُقَد‬ َ ُ‫الد َما َء َون َْح ُن ن‬
َ ‫س ِب ُح ِب َح ْمد‬ ِ ُ‫َويَ ْس ِفك‬
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah)
di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman:
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (Qs Al Baqarah : 30)

Manusia terutama muslim yang baik tentunya senantiasa berusaha untuk mengenal dirinya sendiri
dan mengenal Tuhannya yakni Allah SWT. Semoga Bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai