Disusun oleh:
Nama : Rolly Fardinan
No.Bp : 1910003431011
1. LATAR BELAKANG
Berdasar pada uraian di atas, maka dibutuhkan perencanaan dan perancangan sarana hunian bagi mahasiswa
berupa rusunawa (Rumah Susun Sederhana Sewa) sebagai fasilitas mahasiswa tersebut, untuk meningkatkan
kualitas sarana pembelajaran mahasiswa yang ada sebagai salah satu usaha pengoptimalan potensi intelektual,
sosial, emosional, dan spiritual mahasiswa tersebut. Sehingga mahasiswa mampu secara tuntas menganal dan
menyelesaikan masalah- masalah yang terjadi di lingkungan sekitarnya termasuk di lingkungan rusunawa tersebut.
Melihat hal tersebut , maka sebenarnya pengadaan sarana rusunawa sebagai fasilitas penunjang hunian
mahasiswa termasuk hal mendasar yang perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah dan pihak
universitas terutama bagi kota – kota besar. Dan sesuai dengan kebijakan pemerintah, tepatnya Kementerian
Perumahan Rakyat tentang pengembangan pembangunan rusunawa (Rumah Susun Sederhana Sewa), maka setiap
daerah berlomba – lomba untuk membangun rusunawa mahasiswa di setiap universitas.RUMUSAN MASALAH
Dengan bertambahnya universitas yang didirikan serta jumlah mahasiswa baru yang semakin bertambah
khusunya dikota-kota besar maka semakin bertambahnya hunian yang dibutuhkan oleh mahasiswa
khusunya mahasiswa baru di kawasan universitas tersebut yaitu berupa rumah susun sewa mahasiswa
yang memiliki fasilitas sesuai dengan kebutuhan mahasiswa baru tersebut.
2. TUJUAN
Tujuan dari “Desain Rumah Susun Sewa Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Semarang” adalah
mendesain Rumah Susun Sewa Mahasiswa menjadi skala yang lebih besar dan dapat menampung
kapasitas mahasiswa khusunya mahasiswa baru tersebut sehingga dapat mewujudkan rumah susun sewa
mahasiswa khususnya mahasiswa baru yang memiliki fasilitas yang layak dan sesuai dengan kebutuhan
mahasiswa serta memiliki bangunan fisik yang baik sehingga rusun tidak mangkrak (tidak berpenghuni).
3. METODOLOGI
Kajian diawali dengan mempelajari pengertian dan hal-hal mendasar mengenai Rumah Susun Sewa Mahasiswa,
standar- standar mengenai tata ruang dalam Rumah Susun Sewa Mahasiswa, studi banding beberapa Rumah
Susun Sewa Mahasiswa sesuai dengan peraturan pengemangan Kementrian Perumahan Rakyat. Dilakukan juga
tinjauan mengenai lokasi Rumah Susun dan pembahasan konsep perancangan “Desain Rumah Susun Sewa
Mahasiswa Univaersitas Muhammadiyah Semarang” ini dengan penekanan desain Arsitektur Islami. Tapak yang
digunakan adalah masih disekitar kawasan Universitas Muhammadiyah Semarang, tapak tersebut sudah
disediakan. Selain itu juga dibahas mengenai tata massa dan ruang bangunan, penampilan bangunan, struktur,
serta utilitas yang dipakai dalam perancangan “Desain Rumah Susun Sewa Mahasiswa Univaersitas
Muhammadiyah Semarang”.
4. KAJIAN PUSTAKA
4.1 Pengertian Rumah Susun Mahasiswa
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.16 tahun 1985 pasal 1 tentang rumah susun. Rumah susun
adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan, yang terbagi dalam bagian-bagian
yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang
masing- masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi
dengan bagian-bersama, benda- bersama dan tanah-bersama. Sedangkan mahasiswa adalah siswa yang belajar di
perguruan tinggi/universitas/institut/akademi.
Lokasi rumah susun mahasiswa UNIMUS sesuai dengan lokasi berdasar Rencana Induk Pengembangan UNIMUS
yang telah tersusun sebagai master plan UNIMUS berada dalam lingkungan kampus UNIMUS. Dimana lokasi
berada di BWK VI kecamatan Tembalang.Lokasi rumah susun mahasiswa dekat dengan fasilitas umum, seperti
Tata Massa
Pengelompokan bangunan disesuaikan oleh kebutuhan dan fungsinya, untuk lantai dasar digunakan untuk zonz publik
(pengelola) dan zona servis (mekanikal elektrikal (ME)), sedangkan lantai 2 smapai 4 digunakan untuk zona privat
(digunakan untuk tempat penghuni, kamar tidur, tempat jemur, ruang santai).
Pendekatan Desain
Ekspresi bangunan merupakan fasilitas hunian mahasiswa yang ditransformasikan dalam perwujudan fisik bangunan.
Tampilan rumah susun mahasiswa terwujud dalam bentuk gubahan massa dan perletakan massa. Dan ciri khas
bangunan dari Universitas Muhammadiyah, berupa frame seperti pintu masjid bentuknya yang berbeda-beda di
setiap Universitas Muhammadiyah , namum selalu ada frame tersebut di setiap pintu masuk seluruh bangunannya
di universitas tersebut. Sebagai berikut :
Perhitungan luasan tapak dilakukan menurut perhitungan KLB dan KDB adalah :
1. Berdasarkan KLB
KLB = luas total lantai/luas tapak
2,4 = 11086 m2 /luas tapak Luas tapak = 11086 m2/2,4
= 4689,8 m2
2. Berdasarkan KDB
Berdasarkan pengelompokan ruang dan kemungkinan jumlah lantai yang akan direncanakan maka luas
lantai dasar tiap bangunan adalah :
a. Kelompok hunian rumah susun mahasiswa denga luas total 8992,1 m 2 , jumlah lantai yang direncanakan
adalah 3 lantai sehingga luas lantai dasar adalah = 7971,6 m 2/3 = 2657,2 m2
b. Kelompok pengelola rumah susun mahasiswa dengan luas total 266,5 m 2, jumlah lantai yang direncanakan
1 lantai, sehingga luas lantai tetap yaitu = 266,5 m2
c. Kelompok penunjang rumah susun mahasiswa dengan luas total 2030,8 m 2, jumlah lantai yang
direncanakan 1 lantai, sehingga luas lantai tetap yaitu = 2030,8 m2
d. Kelompok servis rumah susun mahasiswa dengan luas total 228,8 m 2, jumlah lantai yang direncanakan 1
lantai, sehingga luas lantai tetap yaitu = 228,8 m2
e. Kelompok parkir dalam rumah susun mahasiswa dengan luas total 758 m 2, jumlah lantai yang direncanakan
1 lantai, sehingga luas lantai tetap yaitu = 758 m2
Luas total lantai dasar
= 2657,2 m2 + 266,5 m2 + 2030,8 m2 + 228,8 m2
+ 758 m2 = 5771,6 m2
Luas tapak berdasarkan KDB = luas total lantai dasar/KDB
= 5941,3 m2/0,6 = 9902,16 m2
Total luas tapak keseluruhan =
luas perhitungan KDB + Luas ruang luar = 9902,16 m 2 + 558 m2 = 10460,16 m2
Sehingga luas tapak yang dibutuhkan adalah 10460,16 m2
Tata Bangunan
Utilitas
- Penerangan Buatan dan Daya Listrik Penerangan buatan berasal dari cahaya lampu-lampu listrik.. Sumber
tenaga listrik diperoleh dari PLN dan sumber tenaga cadangan didapat dari Generator-Set. Selain itu juga
menggunakan jendela.
- Pengkondisian Udara
Menggunakan ventilasi (jendela dan bouven).
- Sirkulasi Bangunan
Sirkulasi Vertikal, dengan menggunakan tangga. Tangga merupakan penghubung antar lantai.
Utilitas Pelayanan dan Kesehatan
- Sarana Air Bersih
Air bersih yang digunakan diperoleh dari PDAM kemudian ditampung dalam ground reservoir kemudian di
distribusikan ke setiap bangunan.
- Sarana Pembuangan Air Kotor
Air hujan yang jatuh ke atap bangunan atau tapak dibuang ke saluran kota.
Air kotor yang berasal dari buangan WC, urinoir dan air buangan tanaman (yang mengandung tanah) dialirkan
dulu ke biofilter untuk mengolah air kotor tersebut sehingga dapat digunakan kembali untuk pengairan taman,
lalu kelebihan air disalurkan langsung ke riol kota.
Dan untuk limbah dari kamar mandi melalui septictank yang didukung juga dengan STP (Sewage Treatment
System) untuk kemudian memasuki pengolahan limbah komunal.
- Pembuangan Sampah
Jaringan pembuangan sampah dibentuk dari tempat sampah yang diletakkan di beberapa titik pada bangunan
dan kawasan di dalam tapak, kemudian diangkut menuju tempat pembuangan sampah sementara berupa bak
sampah besar di area tapak yang mudah diakses oleh kendaraan pengumpul sampah sehingga mudah untuk
diambil oleh petugas kebersihan.
PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA
SEWA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR
BIOMORFIK DI JAKARTA SELATAN
1. Pendahuluan
Rumah susun sederhana sewa dengan pendekatan arsitektur biomorfik adalah bangunan hunian bertingkat yang dapat
memanfaatkan keadaan alam sekitar sebagai konsep perancangan tempat tinggal bagi masyarakat menengah ke bawah
dengan sistem pembayaran sewa.
Adapun studi banding untuk perancangan rumah susun sederhanasewa dengan pendekatan arsitektur biomorfik ini
dilakukan terhadap bangunan hunian yang sudah dibangun dan memiliki taman vertikal, baik yang ada di dalam negeri
maupun diluar negeri dengan tujuan memberi ide dan pemahaman terhadap bangunan yang akan direncanakan. Meghna
Residence, adalah sebuah karya dari arsitek Bangladesh yaitu Kandaker Zakaria (Jewel). Arsitek menjadikan
bangunan setinggi 5 lantai ini layaknya sebuah resort dengan banyak taman dan juga kolam. Tanaman danpohon tumbuh
dalam bangunan dengan rambatan pada dinding. Terkesan sangat sejuk. Pemiliknya mengatakan bahwa ia menyukai
suasana seperti pedesaan.
2. Pembahasan
Lokasi perancangan rusunawa ini terletak disebuah lahan kosong yang memiliki luas + 2,5 Ha berada di Kel. Cipulir, Kec.
Kebayoran Lama - Jakarta Selatan. Dengan kondisi eksisting tapak yang sebagian besar ditumbuhi pepohonan
serta tanaman liar lainnya, sangat mendukung untuk pendekatan mengenai konsep perancangan yang mengambil
kolaborasi/kerja sama antara manusia dengan alam.
Lokasi perancangan rusunawa ini terletak disebuah lahan kosong yang memiliki luas
+ 2,5 Ha berada di Kel. Cipulir, Kec.Kebayoran Lama - Jakarta Selatan. Dengan kondisi eksisting tapak yang
sebagian besar ditumbuhi pepohonan serta tanaman liar lainnya,sangat mendukung untuk pendekatan mengenai konsep
perancangan yang mengambil kolaborasi/kerja sama antara manusia dengan alam.
Gambar 04 : Gambar 05 :
Peta DKI Jakarta & Wilayah Jakarta Selatan Foto udara lokasi Tapak - Cipulir
Gambar 06 :
Foto kondisi eksisting lokasi sekitar tapak
Gambar 07 :
Potensi lingkungan sekitar tapak
Konsep perancangan
a. Filosofi bangunan
"Jika hidup kita jauh dari alam, maka bawalah alam mendekat dalam hidup kita. Caranya sederhana, dengan
menata taman atau berkebun," Ridwan Kamil.
Pertimbangan dalam merancang rumah susun sederhana sewa ini adalah bagaimana menciptakan
sebuah hunian dengan sistem sewa dan memberi kesempatan penghuni untuk melakukan kegiatan
bercocok tanam serta memanfaatkan keadaan alam sekitar dengan berbagai aktifitas seperti halnya tinggal di
lingkungan perkampungan? Karena seorang arsitek ternama Indonesia bernama Ridwan Kamil mengatakan,bila
seseorang dekat dengan tanaman, maka hal itu dapat mengurangi tekanan pikiran atau stres yang dialaminya.
Stres ini erat kaitannya dengan kualitas hidup seseorang.
Untuk itu muncullah sebuah ide perancangan rumah susun sederhana sewa yang memakai pendekatan
arsitektur Biomorfik (konsep perancangan yang mengambil kolaborasi/kerja sama antara manusia dengan alam).
Dimana setiap unit rumah susun memiliki taman vertical sendiri serta ruang taman hidroponik yang terletak di
beberapa lantai bangunan (seperti tempat berkumpul ataupun tempat untuk bersosialisasi antar sesama penghuni
rumah susun, balkon dan jendela). Ini dimaksudkan agar rumah susun sewa ini terlihat asri dan
menciptakan suatu konsep dari pendekatan arsitektur biomorfik itu sendiri.
Gambar 08 :
Tranfomasi bentuk massa yang diterapkan ke denah
c. Tema Perancangan
Bahwa dapat kita ketahui sebagian besar masyarakat golongan menengah kebawah adalah terdiri dari
masyarakat pedesaan, yang masih bersifat semi agraris. Mereka masih menyukai tinggal di rumah yang
langsung di atas tanah dengan perkarangan untuk bercocok tanam, memelihara binatang peliharaan
dan untuk bermain anak-anak. Selain itu mereka juga memiliki hubungan kekerabatan,
kekeluargaan ataubermasyarakat, potensi keswadayaan, paguyuban yang baik antara tetangga dan di
lingkungannya seperti halnya dikehidupan pedesaan atau perkampungan. Permasalahannya adalah bagaimana
merancang sebuah bangunan hunian vertikal yang berada di pusat kota dan jauh dari suasana kehidupan
kampong yang asri, tenang dan nyaman? Untuk itu, perancangan rumah susun sederhana sewa dengan
pendekatan arsitektur biomorfik ini mengambil tema “Taman kampung”, dimana Kampung atau desa, menurut
definisi secara luas, adalah sebuah penempatan manusia di daerah pedesaan. Biasanya lebih kecil dari
dusun. Kampung merupakan suatu daerah, di mana terdapat beberapa rumah atau keluarga yang bertempat
tinggal di sana, di kampung juga terdapat tempat tinggal warga menengah ke bawah di daerah kota. Selain itu,
penghuni rumah susun ini dapatmerasakan suasana di perkampungan yang masih banyak terdapat pepohonan
(baik buah-buahan maupun sayur-sayuran). Namun bedanya adalah kalau di perkampungan, tanaman ditanam
langsung ditanah ataupun halaman rumah,
sedangkan di rumah susun ini sendiri, tanaman ditanam secara biomorfik atau menggunakan pot sebagai media
untuk menanam tanaman tersebut. Sehingga tanaman tersebut dapat dengan mudah dibuat secara vertikal dan
dapat memaksimalkan lahan yang sangat terbatas yang terdapat di unit rumah susun.
Gambar 09 :
Tema taman kampung yang diterapkan Secara vertical pada Rusunawa ini
Gambar 10 :
Detail taman sayur vertical pada unit hunian
d. Konsep perancangan tapak dan bangunan
Gambar 10 :
Konsep perancangan tapak dan bangunan
Berdasarkan standar peraturan parkir untuk bangunan hunian vertical yang terdiri dari bangunan flat, jumlah
parkir yang dibutuhkan untuk bangunan dengan luas lantai 70 m 2 ke bawah adalah 5 unit/1 mobil.
Jadi,kebutuhan parkir rumah susun untuk golongan berpenghasilan rendah ini adalah :
Jumlah unit kamar :
- Tipe 25 = 432 unit
- Tipe 50 = 264 unit
Total keseluruhan = 696 : 5 = 140 tempat parkir
Luas parkir yang dibutuhkan adalah 696 x 15 m2 = 10.440 m2
Namun dalam perancangan rusunawa ini lahan parkir mobil hanya diperuntukan untuk parkir mobil service
dan tidak untuk umum. Sehingga parkir mobil yang dibutuhkan tidak terlalu banyak. Untuk sepeda motor,
lahan parkir motor pada rusunawa ini adalah 1:1, yaitu
1 unit hunian menyediakan 1 parkir motor. Sehingga parkir sepeda motor harus dapat menampung 696 unit
motor. Dengan luas parkir yang dibutuhkan adalah 696 x 2 m2 = 1.392 m2 Sedangkan untuk parkir gerobak
dagangan, sama halnya dengan sepeda motor adalah 1:1, yaitu 1 unit hunian menyediakan 1 parkir gerobak.
Sehingga parkir gerobak dagangan harus dapat menampung 696 unit gerobak dagangan. Dengan luas
parkir yang dibutuhkan adalah 696 x 2 m2 = 1.392 m2.
Besarnya biaya sewa disesuaikan dengan besar penghasilan masing-masing golongan masyarakat. Dari seluruh
penghasilan per-bulan, 30% dialokasikan untuk biaya hunian. Maka :
Untuk masyarakat golongan berpenghasilan rendah penghasilan per-bulan berkisar antara Rp. 500.000,-
sampai Rp. 1.500.000,-. Diasumsikan penghasilan rata-rata per-bulan Rp. 750.000,-. Maka alokasi dana
untuk hunian adalah 30% x Rp. 750.000,- = Rp. 225.000,-. Maka biaya sewa untuk satu unit rumah susun
sederhana sewa tipe 25 adalah Rp. 225.000,- per-bulan.
Untuk masyarakat golongan berpenghasilan menengah, penghasilan per-bulan berkisar antara Rp. 2.000.000,-
sampai Rp. 3.500.000,-. Diasumsikan penghasilan rata-rata per-bulan Rp. 2.500.000,-. Maka alokasi dana
untuk hunian adalah 30% x Rp. 2.500.000,- = Rp. 750.000,-. Maka biaya sewa untuk satu unit rumah susun
sederhana sewa tipe 50 adalah Rp. 750.000,- per-bulan
Untuk rumah toko, penghasilan per-bulan berkisar antara Rp.3.000.000,- sampai Rp.5.000.000,-. Diasumsikan
penghasilan rata-rata per-bulan Rp.3.500.000,-. Maka alokasi dana untuk toko dan hunian adalah 30% x
Rp.3.500.000,- = Rp. 1.050.000,-. Maka biaya sewa untuk satu unit rumah toko adalah Rp. 1.050.000,- per-bulan.
Penerimaan sewa rumah susun sederhana sewa tiap satu tahun dengan tingkat hunian 100%. Rumah susun
sederhana sewa untuk golongan berpenghasilan rendah :
- Untuk tipe 25 = Rp. 225.000,- x 432 unit x 12 bulan = Rp. 1.166.400.000,
Gambar 12 :
Sistem pencahayaan & tata udara bangunan rusunawa
Gambar 12 :
Sistem struktur bangunan rusunawa
k. Sistem Utilitas Bangunan Rusunawa
Gambar 14 :
Sistem utilitas bangunan rusunawa
3. Kesimpulan
Dengan adanya rumah susun sederhana sewa dengan pendekatan arsitektur biomorfik yang berada di
Kelurahan Cipulir, Kecamatan Kebayoran Lama - Jakarta Selatan, sedikit dapat membantu masyarakat golongan
menengah kebawah dalam hal hunian yang memakai pendekatan konsep perancangan yang mengambil
kolaborasi/kerja sama antara manusia dengan alam serta memakai tema taman kampung. Dimana penghuni
yang berada di setiap unit rumah susun ini, dapat merasakan seperti halnya tinggal disebuah perkampungan yang
asri dengan terdapat pepohonan di pekarangan unit rumah susun, melakukan hal bercocok tanam, berkumpul
dengan keluarga serta bersosialisasi antar penghuni unit rumah susun lainnya. Karena seorang arsitek ternama
Indonesia bernama Ridwan Kamil mengatakan, bila seseorang dekat dengan tanaman, maka hal itu dapat
mengurangi tekanan pikiran atau stres yang dialaminya. Stres ini erat kaitannya dengan kualitas hidup seseorang.
a. Layout Perancangan Rusunawa Dengan Pendekatan Arsitektur Biomorfik
Gambar 15 :
Layout perancangan rusunawa dengan pendekatan arsitektur biomorfik
b. Suasana Eksterior Rusunawa Dengan Pendekatan Arsitektur Biomorfik
Gambar 16 :
Suasana eksterior rusunawa dengan pendekatan arsitektur biomorfik
Gambar 17 :
Suasana interior rusunawa dengan pendekatan Arsitektur
biomorfik
PERANCANGAN RUMAH SUSUN
DI KAWASAN WISATA PANTAI KOTA PADANG
PEMBAHASAN
Batasan tapak :
1. Utara : RW 08 /Rusunawa
2. Selatan : RW 02 /Purus 2
3. Barat : Laut (samudera hindia)
4. Timur : Permukiman Kelurahan Purus
Gambar 2 : Ukuran Tapak
Sumber : Peta Blad/TRTB Kota Padang, Tahun 2013
4. GSP : 100 m
5. GSS :5m
Ada enam zona yang terdapat pada lokasi tapak di permukiman RW 03 (RT 03, 04 & 05) dan RW 04 (RT 01 & 02)
Kelurahan Purus yaitu jalan, zona perdagangan & jasa, bangunan hunian, zona kegiatan nelayan, sungai.
2. Penduduk
Kepadatan penduduk pada lokasi tapak di permukiman RW 03 (RT 03, 04 & 05) dan RW 04 (RT 01 & 02)
Kelurahan Purus sangat padat, dimana tingkat populasi penduduk yang tinggi merupakan salah satu faktor penyebab
kekumuhan lingkungan permukiman. Jumlah kepala keluarga di permukiman Purus didalam 1 rumah terdapat sampai 9
kepala keluarga, dan paling kecil 1 kepala keluarga.
Komilasi data pada lokasi tapak di permukiman RW 03 (RT 03, 04 &
05) dan RW 04 (RT 01 & 02) Kelurahan Purus (Non fisik) tahun 2015:
Analisa data primer dan sekunder dengan mengaitkan toeri permukiman, Doxiadis (1968) :
1. Nature (Alam)
Kondisi alam pada lokasi tapak di permukiman berupa laut, Sungai, topografi, lintasan matahari dan vegetasi.
Kondisi alam di permukiman seperti laut, masyarakat permukiman menggantungkan hidupnya pada laut atau kawasan
wisata pantai.
2. Man (Manusia)
Manusia di permukiman mayoritas pedagang dan nelayan, maka perlu meningkatan perekonomian
masyarakat, walaupun berada di tempat tinggal, tetapi masyarakat tetap bisa beraktifitas/bekerja di kehidupan sehari-
harinya. kebutuhan biologis, emosional dan nilai moral manusia dapat terwujud dengan kesesuaian perilaku, aktifitas,
pekerjaan/sosial budaya masyarakat baik ruang dalam maupun ruang luar..
Gambar 5 : Analisis Man (Manusia)
3. Society (Masyarakat)
Masyarakat, terdapat beberapa kelompok masyarakat yaitu kelompok
nelayan, kelompok ibu-ibu arisan dan kelompok-kelompok interaksi masyarakat di warung/kedai. Pada umunya
masyarakat beragama islam dengan suku minangkabau, masyarakat sering pergi ke mesjid untuk shalat berjamaah dan
sering duduk-duduk di warung/kedai. Pada pagi dan sore hari masyarakat perpergian atau mulai beraktifitas berdagang.
Oleh karena itu, maka untuk kawasan dan rumah susun perlu adanya tempat-tempat aktifitas masyarakat yang
menunjang kegiatan sosial masyarakat, kelengkapan sarana dan adanya keintegrasian antara kawasan rumah susun
dengan kawasan wisata pantai Kota Padang.
4. Shell (Lindungan)
Untuk jenis tipe hunian penghuni, berdasarkan dari standar type rumah susun, hasil kuesioner wawancara dan
pekerjaan/kondisi kehidupan penghuni. Karena jumlah dan luas tipe hunian berdasarkan dari pelaku keluarga dan
pekerjaannya,maka adanya penambahan/penunjang beberapa ruang selain dari hunian seperti ruang depan/teras dan
ruang belakang/area kerja penghuni.
Konsep
1. Konsep Tapak
Konsep yang dimana, area-area saling berkaitan, terhubung dengan akses yang mudah dijangkau, dapat
meningkatkan perekonomian penghuni rumah susun dan konsep tapak yang saling mendukung antar kawasan rumah
susun dengan kawasan wisata pantai Kota Padang.
Pada konsep zoning mikro diatas, terdapat 5 area/zona, dimana adanya keterhubungan satu
area/zona dengan lainnya seperti area hunian, bedagang dan nelayan, ketiga area ini bertujuan agar adanya kemudahan
kejangkauan penghuni didalam melakukan sesuatu aktifitas dan dapat meningkatkan hasil perekonomian bagi para penghuni
pedagang maupun nelayan.
2. Konsep Hunian
Konsep hunian rumah susun adalah dimana hunian tersebut,sesuai/terpenuhinya kebutuhan biologis,
emosional, nilai moral, perilaku, aktifitas, pekerjaan dan kebiasaan/sosial budaya penghuni. Pada tipe hunian, ada 3
tipe yaitu tipe 28, 36 dan 45 m2 dan setiap tipe hunian, di luar luas tipe yang di rencanakan ada penambahan luas
ruang/area untuk pekerjaan dan ruang untuk bersosialisasi antar penghuni berupa teras/ruang interaksi.
Site plan, terlihat pada gambar adanya ruang terbuka hijau, bangunan dan kawasan yang saling terintegrasi antara bangunan
rumah susun dengan kawasan wisata pantai, dimana diantara kedua kawasan tersebut ada ruang terbuka hijau/taman
sebagai penyatu.
Gambar 16 : Site Plan
Blok plan, rumah susun yang sesuai dengan sosial budaya. Salah satunya penghuni nelayan, dimana adanya akses atau
jembatan penghubung antara kawasan bangunan dengan laut.
Gambar 19 : Tampak
Gambar 20 : Perspektif Interior