Penulis:
Penerbit:
2019
Engineering Asset Management
(Pengantar Manajemen Aset Industri berbasis ISO 55000)
Cetakan I
September 2019 M / Muharam 1441 H
ISBN : 978-602-450-412-0
E-ISBN : 978-602-450-413-7
Penerbit:
Segala puji bagi Allah, Rab semesta alam. Juga semoga shalawat dan alam
senantiasa terhaturkan bagi Rasulullah Muhammad SAW, manusia mulia yang
memberikan contoh terbaik diantara semua manusia yang ada.
Rasa syukur terhaturkan ke hadirat Allah SWT atas selesai edisi pertama buku
ini. Saat ini buku ajar untuk mata kuliah manajemen aset di Indonesia masih
sangat kurang. Ini karena disiplin di bidang ini masih relatif baru sehingga
banyak korporat di Indonesia belum menyadari perlunya manajemen
aset diterapkan di organisasi mereka. Standar internasional untuk sistem
manajemen aset sendiri yaitu seri ISO 55000 baru dipublikasi oleh ISO pada
tahun 2014 dan diadopsi oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) pada tahun
2019 ke dalam SNI ISO 55000. Ini sebuah bukti empirik bahwa manajemen
aset merupakan bidang yang menjajikan namun hingga saat ini Indonesia
masih kekurangan tenaga profesional di bidang manajemen aset, khususnya
untuk Engineering Asset Management berbasis ISO 55000. Untuk membantu
percepatan pemenuhan profesional di bidang manajemen aset maka penulis
merasa perlu untuk menulis buku ini. Diharapkan buku ini dapat dipakai oleh
para penggiat manajemen aset di Indonesia.
Materi di dalam buku ini sudah diaplikasikan di mata kuliah manajemen aset
di jurusan Teknik Industri Universitas Islam Indonesia serta contoh Rencana
Pembelajaran Semester (RPS) juga tersedia di bagian akhir buku ini. Namun,
buku ini masih sangat jauh dari sempurna sehingga masukan dari para
pembaca dan praktisi masih sangat diperlukan.
Terima kasih kepada Universitas Islam Indonesia dan Pusat Studi Operational
Excelence and Asset Management, FTI UII yang sudah memberikan dukungan
hingga dapat diterbikannya buku ini.
vii
viii
DAFTAR ISI
Dedication....................................................................................................... v
Kata Pengantar.............................................................................................. vi
2.1 Value.................................................................................................................... 12
2.2 Alignment.......................................................................................................... 15
2.3 Leadership......................................................................................................... 17
2.4 Assurance........................................................................................................... 18
2.5 Life Cycle Activities......................................................................................... 19
2.6 Asset Management Decision Making...................................................... 19
2.7 Check Point Bab 2:.......................................................................................... 21
ix
5.2 Asset Management Decision Making...................................................... 43
5.3 Organisation and People Enabler............................................................. 45
5.4 Asset Lifecycle Delivery................................................................................ 46
5.5 Asset Knoweledge Enabler.......................................................................... 47
5.6 Risk and Review............................................................................................... 48
5.7 Check Point Bab 5:.......................................................................................... 50
BAB 6 : Asset Life Cycle and Life Cycle Cost Model .................................... 51
Referensi....................................................................................................... 91
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Ilustrasi Grey Cloud Antara Rencana Strategis Organisasi dan
Operasional Aset..........................................................................................6
Gambar 1.2. Peran Manajemen Aset Menjembatani antara Rencana Strategis
Organisasi dan Operasional Aset...........................................................7
Gambar 1.3. House of Asset Management (HAM) v.1................................................. 8
Gambar 2.1. Hirarki aset di dalam sistem managemen...........................................14
Gambar 2.2. Representasi aktivitas yang berhubungan dengan aset
di sebuah organisasi...................................................................................15
Gambar 2.3. Contoh System Matrix di departemen perawatan............................16
Gambar 2.4. Hubungan keempat fundamental dari manajemen aset..............21
Gambar 3.1. Hubungan sistem manajemen aset dan manajemen aset...........24
Gambar 3.2. Klausul dan Sub-Klausul ISO 55001 dalam konteks
PDCA (Woodhouse, 2014).........................................................................27
Gambar 4.1. Asset Complexity and Criticality Matrix................................................. 31
Gambar 4.2. 10 Langkah impementasi manajemen aset.......................................34
Gambar 4.3. Metode dan tool yang dapat dipakai masing- masing langkah
impementasi manajemen aset (diambil dari Simple (2017)).......35
Gambar 4.4. Hubungan 10 langkah impementasi manajemen aset dengan
5 core questions of asset management...............................................36
Gambar 5.1. The Conceptual Model of Asset Management (adopted from
IAM (2015)).....................................................................................................40
Gambar 5.2. Subyek- subyek dalam keenam group di manajemen aset..........42
Gambar 8.1. Hubungan ketiga aspek utama manajemen risiko (ISO, 2009)...77
Gambar 8.2. Kerangka kerja manajemen risiko dan klausulnya (ISO, 2009)....81
Gambar 8.3. Proses Manajemen Risiko (ISO, 2009)...................................................82
Gambar 9.1. Level Tingkat Kematangan (dari IAM (2015)) ....................................86
Gambar 9.2. Tampilan Assessment Form SAM+.........................................................89
Gambar 9.3. Tampilan Hasil Assessment SAM+...........................................................90
xi
DAFTAR TABEL
xii
BAB 1 :
Introduction to Asset Management
Capaian Pembelajaran
In t ro duct io n to Asse t M an ag e m e n t 1
kendaraan, bahkan hingga goodwill. Dalam buku ini, definisi aset akan dibatasi
hanya untuk aset fisik (physical asset) atau biasa disebut dengan engineering
asset. Engineering asset dapat didefinisikan sebagai sistem fisik buatan manusia
yang digunakan organisasi untuk menyokong proses pencapaian tujuannya,
misalnya adalah gedung, kendaraan, mesin produksi, jaringan pipa distribusi,
jaringan rel kereta, jalan, jembatan, tambang, oilrigs. Menurut Davis (2015),
ada beberapa ciri dari aset fisik, antara lain adalah:
1. nilai dari aset tersebut secara jelas dapat ditemukan di dalam neraca
perusahaan.
2. aset tersebut terdaftar dalam sistem informasi aset atau ter-register di
dalam daftar aset perusahaan.
3. biasanya mempunyai nilai yang terpresiasi dan kondisinya menurun
seiring waktu.
4. Mempunyai peran atau fungsi dalam proses produksi (baik produksi
barang atau jasa) di perusahaan atau organisasi.
Saat ini, setiap organisasi yang mempunyai aset yang bersifat kompleks
atau kritis, atau keduanya, mengelola aset secara efektif untuk mencapai
tujuan organisasi bukanlah suatu pilihan. Itu adalah suatu keharusan! Aset
yang kompleks bisa berupa kumpulan aset dengan cacah yang banyak atau
hubungan antar-aset yang komplek. Sedangkan kriteria aset kritis adalah
aset yang kritis dalam mendukung kinerja perusahaan. Contoh perusahaan
dengan aset yang kompleks adalah perusahaan manufaktur atau perbankan.
Mereka mempunyai aset yang banyak untuk mendukung proses produksi
atau pelayanannya. Jaringan pipa distribusi gas atau minyak adalah contoh
aset yang sifatnya kritis, sehingga bisa dikatakan perusahaan tambang minyak
dan gas seperti pertamina adalah perusahaan yang mempunyai aset yang
kompleks dan kritis.
Organisasi dengan kumpulan aset kompleks menghadapi tantangan
untuk mengoptimalkan sumber daya mereka untuk mempertahankan kinerja
aset mereka. Tantangan bagi organisasi dengan aset kritis adalah bagaimana
mengurangi dan mengurangi risiko terkait aset dengan biaya minimum.
Organisasi dengan aset yang kompleks dan kritis menghadapi tantangan
yang lebih besar dalam mengoptimalkan sumber daya mereka untuk menjaga
kinerja aset dan juga diminta untuk meminimalkan risiko dengan biaya optimal.
2 Pe n ga n ta r E n gi n e e r i n g A s s e t Ma n age me n t
Dengan demikian, penting bagi organisasi untuk menyeimbangkan kinerja,
risiko, dan biaya (performance, risk, and cost) terkait dengan aset mereka.
In t ro duct io n to Asse t M an ag e m e n t 5
Gambar 1.1. Ilustrasi Grey Cloud Antara Rencana Strategis Organisasi dan Operasional Aset
Hal ini disebabkan karena aset dianggap sebagai “budak” yang hanya
diperah tenaganya dan mengelola aset merupakan cost centre yang harus
ditekan hingga seminimal mungkin. Dengan pola pikir seperti ini , maka
manajemen lebih banyak fokus ke proses di hilir organisasi seperti pemasaran
tanpa memperhatikan bagaimana aset berperan dalam mendukung strategi
organisasi. Di sisi lain, para pelaku yang berhubungan dengan aset seperti
bagian perawatan, gudang spare part, dan purcashing spare part, juga
akan merasa menjadi anak tiri yang hanya diminta untuk bekerja dengan
tuntutan kinerja yang semakin berat setiap hari tanpa ada dukungan dari top
manajemen dan miskin informasi mengenai peran mereka dalam mendukung
kinerja organisasi. Hal ini yang menyebabkan adanya grey cloud yang menutupi
pandangan top management ke bawah dan pandangan pelaku aset ke atas.
6 Pe n ga n ta r E n gi n e e r i n g A s s e t Ma n age me n t
Berbeda dengan kondisi pada gambar 1.2 . dimana peran manajemen
aset akan mentransfer rencana strategis organisasi ke dalam kebijakan dan
rencana yang berhubungan dengan proses penelolaan aset.
Gambar 1.2. Peran Manajemen Aset Menjembatani antara Rencana Strategis Organisasi dan
Operasional Aset
In t ro duct io n to Asse t M an ag e m e n t 7
kesinambungan antara rencana dan strategi aset dengan opeasional dan
perawatan aset sehari- hari. Dengan ini makan para pelaku yang berhubungan
dengan aset di organisasi dapat dengan jelas melihat peran mereka terhadap
kinerja organisasi dan top management juga bisa dengan lebih jelas melihat
dan memahami bagaimana peran aset dalam mendukung kinerja organisasi
serta dapat lebih memberikan dukungan ke pelaku aset di ranah operasional.
Konsekuensi dari kebutuhan implementasi manajemen aset di sebuah
organisasi adalah perlunya dibuat sebuah unit di organisasi tersebut yang
bertugas seluruh aset fisik perusahaan. Unit ini bisa setingkat devisi atau
departemen jika unit manajemen aset di letakkan di struktural organisasi.
Alternatif kedua adalah memposisikan manajemen aset sebagai unit fungsional
di dalam struktur organisasi. Alternatif ini membuat unit manajemen aset
menjadi lebih fleksible dalam menjalankan perannya.
8 Pe n ga n ta r E n gi n e e r i n g A s s e t Ma n age me n t
Gambar 1.3. House of Asset Management (HAM) v.1
Menurut ISO 55000 (2014), proses mencapai tujuan manajemen aset ini
meliputi dan harus mempertimbangkan keseimbangan dari biaya, kinerja, dan
risiko dari aset. Oleh karena itu ketiga faktor tersebut dijadikan pilar- pilar dari
HAM. Ketiga pilar tersebut harus mempunyai beban dan keseimbangan yang
sama. Jika salah satu pilar lebih kecil dari yang lain atau lebih tinggi dari yang
lain, maka keseimbangan ini tidak akan dapat tercapai dan proses pencapaian
tujuan manajemen aset tidak akan optimal.
Untuk mencapai tujuan manajemen aset melalui penyeimbangan
biaya, kinerja, dan risiko harus didukung dengan pondasi (fundamental) yang
tangguh. Ada empat fundamental dari aset manajemen yaitu:
1. Value
2. Alignment
3. Leadership
4. Assurance
In t ro duct io n to Asse t M an ag e m e n t 9
1.4 Check Point Bab 1:
10 Pe n ga n ta r E n gi n e e r i n g A s s e t Ma n age me n t
BAB 2 :
Fundamental and Features of Asset Management
Capaian Pembelajaran
12 Pe n ga n ta r E n gi n e e r i n g A s s e t Ma n age me n t
Dari persamaan 2-1, value bisa bertambah dengan cara menaikkan
benefit atau menurunkan biaya. Jika dihibungkan dengan House of Asset
Management di Gambar 1.3, jika kinerja aset dapat diassosiasikan dengan
beneft yang diperoleh organisasi dari aset mereka, maka pada tingkat risiko
yang sama maka value akan meningkat jika kinerjanya naik atau biayanya
dapat diturunkan. Pada aset yang sudah berumur, menaikkan kinerja adalah
sebuah tantangan tersendiri. Karena secara normal, kinerja aset engineering
(engineering asset) ada kecenderungan turun. Oleh karena itu, menaikkan
value dengan implementasi strategi untuk menekan biaya akan lebih rasional.
Pembahasan lebih detil tentang biaya yang berhubungan dengan aset akan
dibahas detil di bab mengenai asset life cycle and life cycle cost Model di buku
ini.
Value dari aset terhadap perusahaan dapat diperoleh baik dari aset secara
individual (individual aset) atau kumpulan dari aset (asset sistem = sistem aset).
Di dalam sistem manufaktur, aset individual bisa berupa satu buah mesin
dan sistem aset adalah keseluruhan mesin yang mendukung keseluruhan
proses produksi. Di sistem transportasi kereta api, gerbong kereta adalah aset
individual dan sistem asetnya terdiri dari gerbong, lokomotif, rel, statsiun,
dan semua aset yang berhubungan untuk mendukung proses pelayanan
transportasi kereta api. Perbedaan antara value yang dapat diberikan oleh aset
individual dan aset sistem dijelaskan dalam IAM (2015) dan dapat dilihat di
Gambar 2.1.
14 Pe n ga n ta r E n gi n e e r i n g A s s e t Ma n age me n t
Gambar 2.2. Representasi aktivitas yang berhubungan dengan aset di sebuah organisasi
2.2 Alignment
16 Pe n ga n ta r E n gi n e e r i n g A s s e t Ma n age me n t
tahun tertentu, di mana laba diperoleh dari pendapatan dan biaya. Pendapatan
organisasi dapat diperoleh dari jumlah produk yang dijual oleh departemen
pemasaran, sehingga jumlah produk terjual per satuan waktu menjadi KPI dari
manajer pemasaran. Jumlah produk yang dijual harus didukung oleh keandalan
tingkat produksi dan keandalan produksi tergantung pada keandalan mesin
produksi. Dengan demikian, keandalan mesin produksi menjadi salah satu
KPI dari manajer pemeliharaan. Ini adalah deskripsi singkat bagaimana KPI
didistribusikan dari manajemen puncak ke yang lebih rendah, begitu pula
distribusi KPI dari manajer pemeliharaan kepada bawahannya. Selain itu ada
juga beberapa KPI departemen pemeliharaan terkait dengan departemen
lain, seperti: tingkat kehadiran, dan biaya. Dengan konsep ini maka semua
personil di departemen perawatan mengetahui bagaiman aktivitas yang
mereka lakukan dan keputusan yang diambil dapat berkontribusi terhadap
pencapaian tujuan organisasi.
2.3 Leadership
2.4 Assurance
18 Pe n ga n ta r E n gi n e e r i n g A s s e t Ma n age me n t
Keempat fundamental dari manajemen aset tersebut tidak berdiri
sendiri tetapi saling berhubungan satu dengan yang lain. Hubungan keempat
fundamental tersebut dapat dilihat di Gambar 2.4. Pembahasan mengenai
bagaimana hubungan keempatkan dapat dilihat di bagian akhir bab ini. Seperti
yang sudah disampaikan bahwa selain keempat fundamental manajemen aset,
ada dua fitur yang membedakan manajemen aset dari disiplin manajemen
yang lain. Kedua fitur tersebut akan dibahas sebagai berikut:
Dalam manajemen aset, dikenal istilah asset life cycle yang terdiri dari
tahap mulai dari perencanaan aset dan hingga disposal dari aset. Namun
secara umum aset mempunyai empat tahap yaitu:
1. Tahap akuisisi aset (acquisition)
2. Tahap operasi aset (operation)
3. Tahap perawatan aset (maintenance)
4. Tahap pemusnahan aset (disposal)
Periode aset life cycle ini bisa hingga belasan hingga puluhan tahun. Di
dalam dunia manufaktur, rata-rata life cycle untuk mesin biasanya antara 10
tahun hingga 15 tahun dan 5 tahun hingga 10 tahun untuk aset kendaraan.
Selama waktu life cycle ini, ada ratusan, ribuan, bahkan puluhan ribu aktivitas
yang terjadi. Semua aktivitas di seluruh periode life cycle ini harus disinergikan
dan bukan hanya berfokus pada salah satu tahap di life cycle saja. Pembahasan
lebih lanjut mengenai aktivitas selama periode life cycle ini akan dibahas lebih
lanjut di bab 5.
20 Pe n ga n ta r E n gi n e e r i n g A s s e t Ma n age me n t
Gambar 2.4. Hubungan keempat fundamental dari manajemen aset
Capaian Pembelajaran
Di bab ini akan dibahas lebih detil mengenai sistem manajemen aset
beserta standar internasional yang mendukung implementasi dari sistem
manajemen aset di sebuah organisasi. Secara umum sistem dapat didefiniskan
sebagai kumpulan elemen yang saling ber-interaksi untuk mencapai tujuan
dari sistem. Dari definisi tersebut, sesuatu akan dianggap sebagai sebuah
sistem jika memiliki tiga kata kunci, yaitu:
1. elemen
2. interaksi
3. tujuan.
Jika ada “sesuatu” mempunyai ketiga kata kunci tersebut maka bisa
dianggap sebagai sistem. Manajemen aset mempunyai tujuan untuk
merealisasikan value dari aset dan elemen yang ada di dalamnya yang
saling ber-interaksi antara lain adalah manusia, mesin, informasi, metode,
energi, material, dan sebagainya. Dengan demikian maka dapat diambil
sebuah kesimpulan bahwa di organisasi yang menerapkan manajemen aset
memerlukan sistem manajemen aset.
24 Pe n ga n ta r E n gi n e e r i n g A s s e t Ma n age me n t
secara formal dikelola di dalam manajemen aset. Aspek- aspek tersebut
misalnya budaya organisasi, kepemimpinan, perilaku organisasi, motivasi,
risiko, keuangan, dan sebagainya. Aspek aspek tersebut akan dikelola oleh
sistem manajemen yang lain di dalam organisasi. Sebagai ilustrasi, seperti
yang disampaikan di bab2 bahwa salah satu fundamental menajemen
aset adalah leadeship (kepemimpinan). ISO hampir di semua standar yang
dikeluarkan selalu memasukkan aspek ini sebagai faktor yang determinan
untuk mendukung kesuksesan sebuah sistem organisasi. Namun, bagaimana
organisasi mengelola, mengembangkan dan melakukan pengkaderan
mengenai kepemimpinan bukan merupakan ranah manajemen aset. Contoh
lain adalah risiko, dimana pengelolaan risiko yang baik di sebuah organisasi
akan berpengaruh terhadap efektivitas pengelolaan aset. Namun, pengelolaan
risiko (risk management) tidak secara detil dibahas di sistem manajemen aset
namun ada sistem tersendiri di dalam organisasi yang mengelola risiko ini.
Dalam studi tentang quality assurance ada pendapat yang menyatakan
bahwa luaran sebuah sistem akan sesuai dengn kualitas yang diinginkan
dengan cara mengontrol prosesnya. Hal ini yang mendasari adanya
standardisasi di berbagai sistem manajemen, termasuk sistem manajemen
aset. Standar untuk sistem manajemen aset secara internasional adalah ISO
55000 : 2014.
ISO 55000 : 2014 adalah standardisasi untuk sistem manajemen aset dan
diklaim sebagai digunakan untuk semua jenis aset. Standar ini diinisiasi dari
PAS 55 (Publicly Available Specification) yang diterbitkan oleh British Standards
Institution pada tahun 2004. Untuk seri ISO 55000 sendiri terdiri dari 3 jenis
yaitu:
1. ISO 55000 : 2004 yang berisi Asset Management – Overview, principles and
terminologi
2. ISO 55001 : 2004 yang berisi Asset Management - Requirements
3. ISO 55002 : 2004 yang berisi Asset Management – Guidelines for the
application of ISO 55000
Menurut Dieter (2007), ISO 55000 merupakan dokumen untuk level CEO
dan berisi prinsip- prinsip serta definisi yang diperlukan untuk mengatur
Ruh dari hampir semua standar yang dikeluarkan oleh ISO adalah
menggunakan filosofi PDCA (Plan, Do, Check, Act). Klausul keempat hingga
kesepuluh yang menjadi klasul implementasi ISO 55001 jika dipetakan ke
dalam lingkaran PDCA dapat dilihat pada Gambar 3.2. Gambar 3.2 juga
memuat sub- sub klausul dari klausul empat hingga sepuluh di ISO 55001
26 Pe n ga n ta r E n gi n e e r i n g A s s e t Ma n age me n t
Gambar 3.2. Klausul dan Sub-Klausul ISO 55001 dalam konteks PDCA (Woodhouse, 2014)
Untuk tahapan PDCA yang terakhir, yaitu Act, akan berasosiasi dengan
klausul ke 10. Di mana klausul nomer sepuluh ini juga mempunyai tiga sub
klausul, yaitu:
1. Non-Conformity & Corrective Action
2. Preventive Action
3. Continual Improvement.
1. Apa perbedaan dari manajemen aset dan sistem manajemen aset? Mana
yang skupnya lebih besar?
2. Gambarkan klausul- klausul di dalam ISO 55001 ke dalam skema PDCA.
Klausul mana yang masuk ke dalam masing- masing komponen PDCA.
Capaian Pembelajaran
S te pping wi t h the Ri g ht F o o t 31
Di Gambar 4.1, pada sumbu axis merupakan sumbu untuk asset
criticality (tingkat kekritisan aset) dan sumbu ordinat adalah untuk asset
compexity (komplesitas aset). Di kedua sumbu tersebut tersebar tingkatan
mulai rendah hingga tinggi. Sebuah organisasi yang mempunyai asset
criticality yang rendah dan asset complelxity yang rendah, maka tidak perlu
mengimplementasikan manajemen aset. Tetapi jika salah satu dari keduanya
tinggi, maka impelementasi manajemen aset akan sangat membantu
organisasi dalam mengelola aset-asetnya untuk mendukung tujuan organisasi.
Jika kedua variable ini tinggi, maka organisasi harus mempertimbangkan
untuk memasukkan manajemen aset ke dalam sistem manajemen enterprises.
Hal ini dapat dilakukan dengan impementasi sistem manajemen aset berbasis
ISO 55000. Contoh dari organisasi yang mempunyai aset dengan tingkat
komplesitas tingi tetapi dengan tingkat kekritisan yang tidak tinggi adalah
organisasi seperti perguruan tinggi, dan pengelola apartemen. Sedangkan
contoh organisasi yang mempunyai aset dengan tingkat komplesitas yang
tidak tinggi tetapi tingkat kekritisan tinggi adalah perusahaan distribusi gas
(piping gas distribution) dan sistem distribusi minyak dengan kapal tanker.
Contoh organisasi dengan tingkat kekritisan dan tingkat komplesitas yang
tinggi adalah perusahaan tambang, baik tambang minyak, batu bara, dan
sebagainya. Contoh lain adalah perusahaan pembangkit dan distribusi energi
seperti PLN.
Implementasi manajemen aset hanya disarankan untuk perusahaan yang
memerlukan saja. Dalam Asset Complexity and Criticality Matrix, perusahaan
yang berada di tingkat complesitas dan kekritisan aset yang tidak tinggi
bisa jadi tidak perlu menerapkan manajemen aset. Karena pada kondisi ini,
implementasi manajemen aset hanya akan menimbulkan biaya – biaya yang
tidak perlu. Tetapi sebaliknya, jika organisasi- organisasi yang seharusnya
menerapkan manajemen aset tetapi tidak secara matang menerapkannya atau
mereka gagal menerapkan menajemen aset maka hal ini akan mengakibatkan
semakin besarnya risiko yang mungkin akan dihadapi perusahaan. Risiko ini
bisa risiko yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan aset
organisasi.
32 Pe n ga n ta r E n gi n e e r i n g A s s e t Ma n age me n t
4.1 Lima Pertanyaan Inti Manajemen Aset
Jika ada satu dari kelima pertanyaan di atas tidak bisa terjawab (meski
hanya satu saja), maka itu adalah indikasi kuat bahwa organisasi tersebut
perlu untuk menerapkan manajemen aset berbasis seri ISO 550000 dalam
mengelola asetnya.
S te pping wi t h the Ri g ht F o o t 33
4.2 Sepuluh Langkah Implementasi Manajemen Aset
Gambar 4.3. Metode dan tool yang dapat dipakai masing- masing langkah impementasi
manajemen aset (diambil dari Simple (2017))
Untuk menentukan total biaya siklus hidup dan penggantian ini dapat
dipergunakan model life cycle cost (LCC) seperti misalnya yang diusulkan
S te pping wi t h the Ri g ht F o o t 35
oleh Ebeling (2010) dan Cahyo (2015). Proses pembuatan model matematis
untuk LCC dapat dilihat di bab tentang life cycle dan life cycle cost di bab
lain di buku ini. Jika organisasi sudah selesai menetapkan biaya untuk siklus
hidup aset beserta biaya penggantiannya, maka langkah berikutnya yang
harus dilakukan adalah menentukan Target Level of Service (target tingkat
pelayanan yang diharapkan). Untuk menentukan target level of service ini,
organisasi dapat menggunakan pendekataan seperti demand analysis dan
balanced score card, begitu seterusnya hingga organisasi mencapai langkah
terakhir dari manajemen aset.
Kesepuluh langkah manajemen aset tersebut dapat dihubungkan dengan
lima pertanyaan inti dari manajemen aset. Atau dengan kata lain, untuk lebih
memberikan gambaran detil tentang kelima pertanyaan inti manajemen aset
tersebut dengan kesepuluh langkah manajemen aset dapat dilihat di Gambar
4.4. Untuk menjawab pertanyaan pertama: what is the current state of my asset?,
maka organisasi perlu mengevaluasi langkah pertama hingga langkah ketiga,
dan begitu seterusnya.
Gambar 4.4. Hubungan 10 langkah impementasi manajemen aset dengan 5 core questions of
asset management
S te pping wi t h the Ri g ht F o o t 37
BAB 5 :
Asset Management Conceptual Model
Capaian Pembelajaran
Gambar 5.1. The Conceptual Model of Asset Management (adopted from IAM (2015))
Seperti yang terlihat pada Gambar 5.1, keenam group di dalam mdel
konseptual manajemen aset tersebut adalah:
1. Asset Strategy and Planning
2. Asset Management Decision Making
3. Organisation and People Enabler
4. Asset Lifecycle Delivery
5. Asset Knowledge Enaabler
6. Risk and Review
40 Pe n ga n ta r E n gi n e e r i n g A s s e t Ma n age me n t
Terlihat di Gambar 5.1, terdapat Organisational Strategic Plan, namun ini
bukan merupakan bagian dari model konseptual. Karena aset itu ada untuk
mendukung tujuan organisasi maka model konseptual manajemen aset
ini akan dimulai dari tujuan organisasi yang di desain dari Organisational
Strategic Plan. Sesuai dengan model konseptual manajemen aset, untuk
membuat Organisational Strategic Plan, organisasi perlu mempertimbangkan
empat faktor utama, yaitu: Customer, Legislation, Investors, dan Commercial
Environment. Setelah Organisational Strategic Plan terbentuk, langkah
berikutnya adalah bagaimana menurunkan Organisational Strategic Plan
tersebut ke dalam strategi dan perencanaan aset (Strategy and Planning).
Dalam tahap ini pembahasan tentang desain sistem menggunakan system
matrix dapat dipergunakan. Selain mempertimbangkan Organisational
Strategic Plan, dalam membangun strategi dan perencanaan aset juga harus
mempertimbangkan Organisation and People Enabler, dan Asset Management
Decision Making. Dalam menentukan Asset Management Decision Making,
diperlukan dukungan data dari group Asset Knowledge Enabler. Setelah strategi
dan perencanan aset selesai dibuat, strategi dan perencanaan ini kemudian
diimplementasikan ke dalam lifecycle delivery dari aset. Tentu saja mash
dengan dukungan dari Asset information. Selama pelaksanaan lifecycle delivery
dari aset tersebut, juga diperlukan proses pengelolaan risiko dan review yang
menjadi group terakhir yaitu group Risk and Review. Keenam group tersebut
terdiri dari beberapa subyek. Detil subyek- subyek yang ada di tiap- tiap group
dapat dilihat di Gambar 5.2.
42 Pe n ga n ta r E n gi n e e r i n g A s s e t Ma n age me n t
Aset. Strategi & Perencanaan Manajemen Aset juga perlu memperhitungkan
ketidakpastian yang terkait dengan perencanaan jangka panjang.
Ketidakpastian ini dapat meliputi:
• Apa tingkat permintaan di masa depan?
• Apakah tingkat layanan yang diperlukan akan berubah?
• Akankah aset memburuk pada tingkat yang diasumsikan?
• Bagaimana risiko akan berubah seiring waktu?
• Teknologi baru apa yang akan tersedia?
• Apa perubahan di masa depan dalam peraturan dan perundang-undangan?
• Seperti apa lingkungan bisnis ekonomi di masa depan?
Manajemen Aset adalah cara berpikir. Ini adalah sesuatu yang perlu
diperhitungkan dalam segala hal yang dilakukan organisasi. Ini bukan hanya
seluruh biaya dan seluruh hidup tetapi seluruh perusahaan juga. Ini sering kali
mempertanyakan pola pikir tradisional, kepentingan pribadi di ruang dewan,
struktur dan kompetensi yang ada, proses pengambilan keputusan yang
mapan, dan hubungan pemasok. Pengalaman pengadopsi awal Manajemen
Aset sangat menyarankan masalah ini harus ditangani lebih cepat daripada
nanti. Ada hubungan dua arah antara Strategi Manajemen Aset dan budaya
dan kemampuan organisasi. Masing-masing memiliki implikasi untuk yang
lain yang perlu didefinisikan, diukur dan dikelola secara aktif jika strategi
ingin berhasil. Kelompok kegiatan ini berkaitan dengan memastikan ada
garis pandang yang jelas antara Kebijakan Manajemen Aset dan Strategi
Manajemen Aset dan kegiatan dan proses yang mendukungnya, antara ruang
rapat dan garis depan. Organisasi-organisasi Manajemen Aset yang efektif
jelas tentang kegiatan apa yang bisa di-outsourcing-kan dan apa yang perlu
disimpan. Pendekatan mereka terhadap Kontrak dan Manajemen Pasokan
mencerminkan tujuan strategis untuk manajemen biaya, risiko dan kinerja.
Mereka mengembangkan dan mengelola kemampuan dan hubungan
pemasok dan kontraktor dengan tujuan jangka panjang dalam Manajemen
Aset.
Kepemimpinan Manajemen Aset diperlukan di semua tingkatan untuk
memastikan strategi dan rencana Manajemen Aset tidak dibatalkan oleh
perspektif yang saling bertentangan di antara departemen, fungsi profesional
atau kelompok kerja tentang apa yang merupakan nilai terbaik atau oleh
kurangnya kejelasan tentang tujuan dan prioritas organisasi. Struktur & Budaya
Organisasi adalah penting karena memiliki efek mendalam pada apa yang
orang anggap baik dan percaya itu mungkin, bagaimana mereka berperilaku
dan bagaimana komitmen yang mereka rasakan. Peran kunci bagi manajemen
senior adalah secara proaktif membentuk budaya, struktur, peran, dan
tanggung jawab organisasi yang kondusif bagi pemikiran Manajemen Aset
• Data - Angka, kata, simbol, gambar, dll. Tanpa konteks atau makna, mis.
Data dalam format mentah, mis. 25 meter.
• Informasi - Kumpulan data yang diungkapkan dengan konteks
pendukung mis. Rentang jembatan adalah 25 meter.
• Pengetahuan - Kombinasi pengalaman, nilai-nilai, informasi dalam
konteks, dan wawasan yang membentuk dasar untuk pengambilan
keputusan.
Informasi aset adalah istilah kolektif yang dapat mencakup jenis informasi
umum berikut:
• Catatan keberadaan aset fisik, secara kolektif dikenal sebagai inventaris
aset.
• Atribut tentang aset ini, mis. membuat, model, nomor seri, umur,
kapasitas.
• Lokasi, informasi spasial dan informasi konektivitas - terutama dalam
Sistem Informasi Geografis (SIG).
Grup Risiko dan Peninjauan Lanskap Manajemen Aset ini adalah blok
bangunan fundamental untuk Pengambilan Keputusan Manajemen Aset yang
berkelanjutan. Ini memfasilitasi pertukaran timbal balik yang konstan dan
berkembang antara kinerja, biaya, dan risiko sambil memberikan umpan balik
48 Pe n ga n ta r E n gi n e e r i n g A s s e t Ma n age me n t
dan mekanisme peninjauan untuk memfasilitasi adaptasi tujuan dan evolusi
pemahaman tentang kekritisan aset terhadap penyampaian tujuan bisnis.
Grup ini membutuhkan pemahaman tentang toleransi organisasi
terhadap risiko dalam hal risiko keselamatan, lingkungan, keuangan, reputasi,
dan kinerja agar kekritisan dapat didefinisikan dengan tepat dan proses
pengambilan keputusan diinformasikan. Pengembangan dan pengelolaan
hubungan pemangku kepentingan yang berkelanjutan adalah kunci untuk
memahami, menggambarkan dan mengkomunikasikan toleransi ini. Selain
peran kunci yang dimainkan risiko dalam menginformasikan pengambilan
keputusan Manajemen Aset, ini juga merupakan mekanisme di mana
organisasi dapat mempersiapkan peristiwa penting seperti kecelakaan,
insiden atau dampak perubahan iklim untuk memastikan bahwa ia memiliki
perencanaan kontingensi yang sesuai di tempat. dan mekanisme untuk
memastikan kelangsungan bisnis.
Setelah memahami toleransi terhadap risiko dan dengan demikian peran
aset dalam hal kritikalitas terhadap pengambilan keputusan bisnis, penting
untuk memastikan bahwa umpan balik dan mekanisme peninjauan sudah
ada dan sesuai. Pemahaman yang kuat tentang kinerja aset dan kesehatan
aset menginformasikan evolusi kritikalitas dan risiko. Investigasi insiden dan
kegagalan serta proses tinjauan manajemen terkait menyediakan mekanisme
untuk menyatukan pemahaman kinerja aset dan kesehatan dalam konteks
kekritisan dan tujuan bisnis sehingga memastikan bahwa perubahan
diinformasikan dan sesuai. Proses Manajemen Perubahan menyediakan
kontrol yang diperlukan. Praktik Akuntansi memberikan jaminan bahwa
termometer kinerja keuangan kami dikalibrasi dengan benar dan audit
memberikan jaminan bahwa segala sesuatu dalam organisasi sebagaimana
mestinya. Kedua elemen ini memberikan umpan balik tambahan untuk
menginformasikan evolusi proses Manajemen Aset di seluruh bisnis. Risk &
Review Group berisi Subjek Manajemen Aset berikut:
• Kekritisan, Penilaian Risiko, dan Manajemen
• Perencanaan Kontinjensi dan Analisis Ketahanan
• Pembangunan berkelanjutan
• Cuaca dan Perubahan Iklim
• Kinerja Aset & Sistem & Pemantauan Kesehatan
50 Pe n ga n ta r E n gi n e e r i n g A s s e t Ma n age me n t
BAB 6 :
Asset Life Cycle and Life Cycle Cost Model
Capaian Pembelajaran
LCC = acquisition cost + fixed cost of operating + unit annual operating cost +
failure cost + initial acquisition cost for repair channel + annual support
cost for repair channel + replacement cost – salvage cost ..….........Eq. 6-1
52 Pe n ga n ta r E n gi n e e r i n g A s s e t Ma n age me n t
Asys = Ketersediaan sistem yang efektif (rata-rata
persentase dari m unit yang beroperasi)
Fo = Biaya operasi tetap
Co = Biaya operasi tahunan untuk per unit aset
Frep = Biaya awal akuisisi untuk setiap jalur perbaikan
Crep = Biaya pendukung tahunan untuk setiap jalur
perbaikan
Cf = Biaya tetap per kejadian kerusakan
Ci = Biaya per unit untuk komponen i
Crep,i = Biaya tahunan untuk setiap jalur perbaikan
komponen i
L = Biaya tenaga kerja ($ per jam)
t0 = Waktu operasi per tahun per unit
td = Umur aset yang direncanakan (in years)
Sa = Nilai akhir aset
r = discount rate
PF(r,td) = 1/(1+r)td adalah faktor present value dari nilai future
pada tahun ke td dengan discount rate r
PA(r,td) = [1/(1+r)td-1]/ [r/(1+r)td] adalah faktor present value
untuk anuitas selama tahun td pada discount rate r
Dalam Persamaan. 4-2, istilah discount rate (r) digunakan untuk mewakili
bunga bank (i). Jadi pada dasarnya nilai discount rate sama dengan bunga
bank. Untuk menggunakan model LCC yang diusulkan oleh Ebeling (2010),
pengembangan lebih lanjut diperlukan agar sesuai dengan kondisi umum
dari aset. Model yang disampaikan oleh Ebeling (2010) mempunyai beberapa
asumsi yang terkait. Asumsi-asumsi tersebut adalah:
1. Komponen yang diganti sama seperti baru
2. Semua unit operasi identik dan diperoleh pada saat yang sama
3. Persyaratan operasi tahunan yang konstan
4. Sistem dalam kondisi stabil
5. Tidak ada pemeliharaan preventif yang dilakukan selama periode
operasional unit
6. Tidak ada kegagalan terjadi di standby, switching sempurna dengan
down time yang tidak signifikan.
Oleh karena itu, model LCC yang baru harus memperhitungkan biaya
sumber daya manusia, biaya pembelian dan biaya persediaan. Elemen biaya
dan model LCC baru yang diusulkan disajikan sebagai Eq. 6-3 dan Eq. 6-4.
Penyesuaian dilakukan pada model LCC di Eq. 6-1 untuk sampai pada model
LCC dalam Eq. 6-3 adalah dengan menambahkan kategori biaya baru dan
merestrukturisasi beberapa elemen biaya lama sebagai sub-elemen di dalam
kategori biaya baru sebagai berikut:
Detail dari usulan LCC yang baru dapat dilihat di Eq. 6-3 and Eq. 6-4:
LCC = acquisition cost + fixed cost of operating + unit annual operating cost +
maintenance cost + stoppage loss + human resource provisioning cost +
purchasing and inventory cost – salvage cost ………………..…..Eq. 6-3
LCC =
Eq. 6-4
Eq. 6-4 dibuat dengan merumuskan setiap elemen biaya dalam Eq. 6-2
yang disampaikan oleh Ebeling (2010) dalam hal variabel yang mencerminkan
hubungan antara pemeliharaan dan fungsi penyediaan sumber daya. Eq. 6-5
dibuat dengan tidak memasukkan nilai uang terhadap waktu dari biaya operasi
tahunan dan biaya pemusnahan dalam Eq. 6-4. Penyesuaian ini dilakukan
untuk memungkinkan masuknya perubahan nilai waktu dan inflasi.
Eq. 6-5
Elemen biaya yang baru di dalam model persamaam LCC yang baru dapat
dilihat di dalam Tabel 6-2.
Tabel 6.2. Elemen biaya baru yang dimasukan ke dalam model LCC baru
4 Purchasing and
inventory cost
56 Pe n ga n ta r E n gi n e e r i n g A s s e t Ma n age me n t
sulit untuk dipenuhi, namun pendekatan kejadin acak dari MTBF dan MTTR
dapat dilakukan. Dari ide ini, persamaan biaya pemeliharaan yang baru
diperkenalkan di dalam persamaan LCC. Persamaan ini mengandung biaya
untuk pemeliharaan terjadwal dan tidak terjadwal seperti yang terlihat di
Eq. 6-6. Persamaan biaya ini juga mengakomodasi biaya tetap dan variabel
dari kedua jenis perawatan. Biaya variabel pemeliharaan dinotasikan oleh
CSM dan CUM masing-masing untuk mewakili variable pemeliharaan terjadwal
(scheduled maintenance) dan tidak terjadwal (unscheduled maintenance), dan
dapat ditentukan dengan mengalikan biaya harian dengan jumlah hari yang
diperlukan untuk melakukan aktivitas pemeliharaan tersebut.
Eq. 6-8
58 Pe n ga n ta r E n gi n e e r i n g A s s e t Ma n age me n t
FRO : biaya tetap outsourcing
no :cacah personil dari outsourcing
Co : gaji personil outsourcing
TCt = CA,t + Fo,t + Co,t + CM,t + CSL,t + CHR,t + CPI,t + CS,t …………..………… Eq. 6-10
Jika td adalah waktu akhir dari asset atau akhir tahun di mana aset akan
dimusnahkan, maka model LCC dapat disesuaikan dan disajikan di Eq. 6-11.
Jika elemen biaya naik setiap tahun berdasarkan inflasi (π), model LCC dapat
ditunjukkan di Eq. 6-12.
60 Pe n ga n ta r E n gi n e e r i n g A s s e t Ma n age me n t
Dengan menkombinasikan Eq. 6-5 and Eq. 6-13 akan menghasilkan
model persamaan LCC baru yang mempertimbangkan inflasi dan nilai uang
terhadap waktu sepetti yang terlihat pada Eq. 6-14.
LCC=
Eq. 614
Capaian Pembelajaran
Praktek perawatan (maintenance) masa lalu dan saat ini baik di sektor
swasta dan pemerintah akan menyiratkan bahwa pemeliharaan adalah
tindakan yang terkait dengan perbaikan peralatan setelah rusak. Definisi
umum dari perawatan adalah “pekerjaan menjaga sesuatu dalam kondisi yang
tepat”. Ini akan menyiratkan bahwa perawatan harus diambil untuk mencegah
perangkat atau komponen gagal atau untuk memperbaiki degradasi yang
dialami peralatan normal. Data yang diperoleh dalam banyak penelitian
selama dekade terakhir menunjukkan bahwa sebagian besar fasilitas swasta
dan pemerintah tidak mengeluarkan sumber daya yang diperlukan untuk
memelihara peralatan dalam urutan kerja yang tepat. Mereka menunggu
kegagalan peralatan terjadi dan kemudian mengambil tindakan apa pun
yang diperlukan untuk memperbaiki atau mengganti peralatan. Tidak ada
yang bertahan selamanya dan semua peralatan telah dikaitkan dengan itu
beberapa harapan hidup yang telah ditentukan atau kehidupan operasional.
Peralatan adalah sumber daya penting yang secara konstan digunakan
untuk menambah nilai pada produk. Jadi, itu harus dijaga pada kondisi
operasi terbaik. Kalau tidak, akan ada downtime yang berlebihan dan juga
gangguan produksi jika digunakan dalam jalur produksi massal. Buruknya
kinerja peralatan akan menyebabkan masalah terkait kualitas. Oleh karena itu,
mutlak diperlukan untuk menjaga peralatan dalam kondisi operasi yang baik
dengan biaya ekonomis. Sehingga, diperlukan pendekatan terpadu untuk
meminimalkan biaya perawatan. Dalam kasus tertentu, peralatan akan menjadi
usang selama periode waktu tertentu. Jika suatu perusahaan ingin berada
dalam bisnis yang sama secara kompetitif, ia harus mengambil keputusan
Jenis strategi ini pada dasarnya adalah ‘run to failure’. Tidak ada tindakan
atau upaya yang dilakukan untuk memelihara peralatan seperti yang awalnya
dirancang untuk memastikan umur desain tercapai. Studi terbaru menunjukkan
bahwa, ini masih merupakan mode pemeliharaan yang dominan. Keuntungan
Namun implementasi strategi ini juga mempunyai kerugian, antara lain yaitu:
1. Bertambahnya biaya yang disebabkan karena downtime yang tidak
terencana
2. Biaya tenaga kerja bisa naik khsusnya karena diperlukannya lembur
untuk perbaikan.
3. Biaya yang berhubungan dengan perbaikan dan pergantian peralatan
bisa jadi tidak terprediksi.
4. Kemungkinan kerusakan dapat menjalar ke peralatan yang lain
5. Penggunaan sumberdaya sering tidak efisien dan tidak terencana.
68 Pe n ga n ta r E n gi n e e r i n g A s s e t Ma n age me n t
Keuntungan
1. Peningkatan umur operasional komponen / ketersediaan.
2. Memungkinkan untuk tindakan perbaikan pre-emptive.
3. Penurunan peralatan atau waktu henti proses.
4. Penurunan biaya untuk suku cadang dan tenaga kerja.
5. Kualitas produk yang lebih baik.
6. Meningkatkan keselamatan pekerja dan lingkungan.
7. Peningkatan moral pekerja.
8. Penghematan energi.
9. Diperkirakan penghematan biaya 8% hingga 12% dari program
pemeliharaan preventif.
Kekurangan
1. Peningkatan investasi dalam peralatan diagnostik.
2. Peningkatan investasi dalam pelatihan staf.
3. Potensi penghematan tidak mudah dilihat oleh manajemen.
• <10% Reaktif
• 25% hingga 35% Pencegahan
• 45% hingga 55% Prediktif
Keuntungan
1. Dapat menjadi program perawatan yang paling efisien.
2. Biaya lebih rendah dengan menghilangkan pemeliharaan atau perbaikan
yang tidak perlu.
3. Minimalkan frekuensi perbaikan.
4. Mengurangi kemungkinan kegagalan peralatan mendadak.
5. Mampu memfokuskan kegiatan pemeliharaan pada komponen penting.
6. Peningkatan keandalan komponen.
7. Menggabungkan analisis akar permasalahan.
Kekurangan
1. Dapat memiliki biaya awal yang signifikan, pelatihan, peralatan, dll.
2. Potensi penghematan tidak mudah dilihat oleh manajemen.
70 Pe n ga n ta r E n gi n e e r i n g A s s e t Ma n age me n t
1. Kembangkan daftar peralatan utama yang mengidentifikasi peralatan di
fasilitas Anda.
2. Prioritaskan komponen yang terdaftar berdasarkan pentingnya proses.
3. Tetapkan komponen ke dalam pengelompokan logis.
4. Tentukan jenis dan jumlah kegiatan pemeliharaan yang diperlukan dan
periodisitas menggunakan:
• Manual teknis pabrikan
• Sejarah mesin
• Temuan analisis penyebab akar - Mengapa gagal?
• Teknik penilaian yang bagus
5. Kaji ukuran staf pemeliharaan.
6. Identifikasi tugas yang dapat dilakukan oleh personel pemeliharaan
operasi.
7. Menganalisis mode dan efek kegagalan peralatan.
8. Identifikasi tugas perawatan yang efektif atau strategi mitigasi.
72 Pe n ga n ta r E n gi n e e r i n g A s s e t Ma n age me n t
3. Gantt chart digunakan untuk mewakili penentuan waktu tugas yang
diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek.
4. Bar chart digunakan untuk analisis teknis yang mewakili besarnya relatif
dari nilai-nilai.
5. PERT / CPM digunakan untuk menemukan waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan pekerjaan dan membantu dalam alokasi sumber daya.
Capaian Pembelajaran
Gambar 8.1. Hubungan ketiga aspek utama manajemen risiko (ISO, 2009)
Gambar 8.1 terdiri dari prinsip- prinsip, kerangka kerja, dan proses
manajemen risiko. Pada bagian prinsip- prinsip manajemen risiko, terdiri dari
P engantar Risk Manag e m e n t 77
sebelas prinsip. Kesebelas prinsip tersebut adalah:
1. Create value – manajemen risiko menciptakan dan melindungi nilai
Manajemen risiko berkotribusi dalam pencapaian tujuan yang dapat
dibuktikan serta proses peningkatan kinerja. Misalnya pada bidang
kesehatan dan keselamatan kerja, keamanan, kepatuhan terhadap
hokum dan regulasi, penerimaan publik, kualitas produk, manajemen
proyek, efisiensi di operasi, dan sebagainya.
78 Pe n ga n ta r E n gi n e e r i n g A s s e t Ma n age me n t
Masukan untuk proses pengelolaan risiko didasarkan pada sumber
informasi seperti data historis, pengalaman, umpan balik stakeholder,
observasi, peramalan dan penilain pakar. Akan tetapi pembuat keputusan
harus memahami dan mempertimbangkan semua batasan data atau
pemodelan yang dipergunakan atau kemungkinan dari perbedaan
antarpakar.
Di dalam kerangka kerja manajemen risiko, terdapat empat proses lain selain
proses pembangunan atau penentuan mandate and commitment untuk
manajemen risiko. Keempat proses yang lain itu adalah:
1. Design of framework for managing risk – desain kerangka kerja untuk
mengelola risiko.
2. Implementing Risk Management – menerapkan manajemen risiko
80 Pe n ga n ta r E n gi n e e r i n g A s s e t Ma n age me n t
3. Monitoring and review of the framework – memonitor dan mereview
kerangka kerja
4. Continual improvement of the framework – perbaikan berkelanjutan dari
kerangka kerja.
Detil dari kelima komponen utama kerangka kerja manajemen risiko beserta
klausul ISO 31000 yang berhubungan dapat dilihat di Gambar 8.2
Gambar 8.2. Kerangka kerja manajemen risiko dan klausulnya (ISO, 2009)
Pada Gambar 8.3 terlihat ada sebuah kumpulan proses yang disebut
dengan Risk Assessment yang mengacu ke klausul 5.4. Proses ini terdiri dari
tiga sub proses yaitu Risk identification, Risk analysis, dan Risk evaluation yang
mengacu ke klausul 5.4.2, klausul 5.4.3, dan 5.4.3 berturut- turut. Hasil dari risk
assessment ini akan menjadi masukan pada proses risk treatment. Hasil risk
treatment ini akan dievaluasi untuk mencari tahu apakah hasil treatment yang
berupa residual risk dalam level yang ecceptable bagi organisasi. Proses mulai
dari Establishing the context hingga Risk treatment harus selalu melalui proses
komunikasi dan konsultasi dengan stakeholder baik dari internal atau eksternal
82 Pe n ga n ta r E n gi n e e r i n g A s s e t Ma n age me n t
organisasi. Selain itu juga setiap prosesnya harus melalui proses monitoring
dan review.
Capaian Pembelajaran
S te pping wi t h the Ri g ht F o o t 85
Penilaian terhadap sistem manajemen aset dapat dilakukan dengan
39 perspektif apabila mengacu pada AM Landscape, 27 perspektif apabila
mengacu pada ISO 55001:2014 serta 28 perspektif apabila mengacu kepada
mengacu kepada BSI PAS 55:2008. Hal ini didukung oleh Asset Management
Landscape Subjects, Second Edition yang diterbitkan oleh Global Forum on
Maintenance & Asset Management (2014), yang juga menjabarkan mengenai
metode-metode penilaian tersebut. Pada bab ini, metode yang akan digunakan
adalah ISO 55001:2014 yang merupakan metode pengukuran tingkat
kematangan dengan menggunakan 27 elemen dari 7 klausul yang berbeda
dengan total 39 pertanyaan yang mereplikasikan keseluruhan elemen dari
sistem manajemen aset organisasi. Menurut Institute of Asset Management
(2015), langkah selanjutnya adalah pemberian bobot berdasarkan pertanyaan
yang diajukan tersebut untuk mengetahui tingkat kematangan dari masing-
masing klausul yang diujikan. Level tingkat kematangan pembobotan tersebut
dijabarkan di gambar 9.1:
86 Pe n ga n ta r E n gi n e e r i n g A s s e t Ma n age me n t
Skala Level Keterangan
Organisasi belum menyadari perlunya penerapan
0 Innocent klausul- klausul terkait dan tidak terdapat langkah pasti
untuk menerapkannya.
Organisasi memahami perlunya penerapan klausul
1 Aware
terkait dan adanya inisiasi untuk menerapkan.
Organisasi telah mengidentifikasi sistem yang sesuai
dan secara konsisten mencapai target dari klausul
2 Developing
terkait serta tengah dalam progres penerapan untuk
meningkatkan kinerja.
Organisasi telah mengidentifikasi sistem yang sesuai
3 Competent dan secara konsisten mencapai target dari klausul
terkait yang tercantum dalam ISO 55001.
Organisasi telah mengidentifikasi sistem yang sesuai
dan secara konsisten mengoptimalkan kinerja
4
manajemen aset selaras dengan tujuan dan operasional
organisasi.
Beyond
Organisasi telah mencapai nilai maksimal dalam
manajemen aset dan menjadi tolak ukur dalam
5
penerapan manajemen aset yang selaras dengan tujuan
dan operasional organisasi.
S te pping wi t h the Ri g ht F o o t 87
3. Format pengambilan data bisa dilakukan dengan berbagai macam cara
mulai dari wawancara 1on 1, bisa juga dengan FGD atau kombinasi dari
keduanya.
4. Melakukan tinjauan ulang kepada level lain dari organisasi baik secara
vertikal maupun horizontal, serta pihak-pihak yang terkait dengan aset
manajemen organisasi untuk pendukung dan penunjang data yang
didapat dari responden utama.
5. Melakukan komunikasi sebelum assessment dilakukan untuk menjelaskan
mekanisme serta maksud dan tujuan assessment.
6. Mengidentifikasi pertanyaan yang akan digunakan.
88 Pe n ga n ta r E n gi n e e r i n g A s s e t Ma n age me n t
4. Panduan mengenai petunjuk dan pertanyaan tambahan yang perlu
digali untuk mendukung pertanyaan utama dan memudahkan peneliti
melakukan pembobotan.
5. Organisasi akan mendapatkan indikator ISO 55001:2014 yang sesuai
dengan kondisi yang ada apabila menjawab keseluruhan klausul dengan
sesuai.
S te pping wi t h the Ri g ht F o o t 89
Gambar 9.3. Tampilan Hasil Assessment SAM+
90 Pe n ga n ta r E n gi n e e r i n g A s s e t Ma n age me n t
Referensi
Dhillon, B. S. (2010). Life Cycle Costing for Engineers. Ottawa: Taylor and Francis
Group, LLC.
El-Akruti, K., & Dwight, R. (2013). A framework for the engineering asset
management system. Journal of Quality in Maintenance Engineering, 19(4),
398-412. doi:10.1108/jqme-01-2012-0002
Fabrycky, W. J., & Blanchard, B. S. (1991). Life-cycle cost and economic analysis.
Englewood Cliffs, N.J: Prentice Hall.
S te pping wi t h the Ri g ht F o o t 91
ISO. (2014). ISO 55000 : 2014 Asset management — Overview, principles and
terminology. Switzerland.
Woodhouse, J. (2014). ISO 55000 - What, Why and How : An introduction to the
first international standard for asset management. twpl. United Kingdom.
92 Pe n ga n ta r E n gi n e e r i n g A s s e t Ma n age me n t
Contoh Rencana Pembelajaran Semester RPS
S te pping wi t h the Ri g ht F o o t 93
94 Pe n ga n ta r E n gi n e e r i n g A s s e t Ma n age me n t
S te pping wi t h the Ri g ht F o o t 95