Literatur Kajian Hadits
Literatur Kajian Hadits
Tahap kedua, penjabaran tuntas terhadap isi kalimat secara analitis, dari
yang bersifat mantuqat sampai yang bersifat mafhumat, bahkan sering terjadi
respon dengan memberikan alasan-alasan yang memperkuat ungkapan itu
sendiri atau kadang-kadang menentang sekaligus meluruskan yang dipandang
tidak benar atau tidak tepat sebagaimana lazimnya dilakukan oleh para
pengarang kitab sharh dan hashiyat. Dari cara itu, seringkali digunakan kitab
ibanat al-ahkam atau kitab subul al-salam bahkan kitab nayl al-awtar dalam
kegiatan bahts al-masa’il.
Dengan dua tahap itu, banyak santri yang secara aplikatif lebih dapat
memahami kaedah-kaedah ilmu nahw dan sarf dibanding dengan sistem
pengajaran kitab melalui metode penerjemahan secara bebas. Lebih dari itu,
para santri dapat menumbuhkan dhawq ‘arabi 17 yang sangat mempengaruhi
terhadap pemahaman nilai sastra yang terkandung dalam alQur’an dan juga
hadis.
Di samping itu, di Madrasah Hidayatul Mubtadi’in diterapkan metode
pengajaran yang bervariasi, seperti ceramah, latihan, demontrasi (praktek),
tanya jawab dan penugasan untuk menerangkan kembali materi pelajaran yang
telah dipelajari, seperti pada mata pelajaran fiqih, bahkan dalam satu mata
pelajaran digunakan dua metode yang saling melengkapi. Namun pelajaran
nahw dan sarf lebih banyak menggunakan metode hafalan, pemahaman, cara
menulis kata yang benar dan praktek membaca teks kitab serta menguraikan
susunan kata (tarkib al-kalimat) pada semua konteks kalimat (siyaq al-kalam).
Hal: 133-142
Web http://repository.iainkediri.ac.id/51/1/2.%20Mengkaji%20Hadis%20di
%20Pesantren%20Salaf%2C%202015.pdf