berasal dari dua kata Yunani yaitu Pharmakon yang berarti obat dan
gnosis yang berarti ilmu atau pengetahuan. Jadi farmakognosi berarti pengetahuan tentang
obat.Farmakognosi adalah sebagai bagian biofarmasi, biokimia dan kimia sintesa
Definisi yang mencakup seluruh ruang lingkup farmakognosi diberikan oleh
Fluckiger, yaitu pengetahuan secara serentak berbagai macam cabang ilmu pengetahuan
untuk memperoleh segala segi yang perlu diketahui tentang obat.
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung pada :
Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pembentukan senyawa aktif di dalam bagian
tanaman yang akan dipanen. Waktu panen yang tepat pada saat bagian tanaman tersebut
mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang terbesar.
2. SORTASI BASAH
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya
dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat,
bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta
pengotoran lainnya harus dibuang. Tanah mengandung bermacam-macam mikroba dalam
jurnlah yang tinggi, oleh karena itu pembersihan simplisia dari tanah yang terikut dapat
mengurangi jumlah mikroba awal.
3. PENCUCIAN
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya yang melekat pada
bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air sumur
atau air PAM. Bahan simplisia yang mengandung zat yang mudah larut di dalam air yang
mengalir, pencucian agar dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin. Menurut Frazier
(1978), pencucian sayur-sayuran satu kali dapat menghilangkan 25% dari jumlah mikroba
awal, jika dilakukan pencucian sebanyak tiga kali, jumlah mikroba yang tertinggal hanya
42% dari jumlah mikroba awal. Pencucian tidak dapat membersihkan simplisia dari semua
mikroba karena air pencucian yang digunakan biasanya mengandung juga sejumlah mikroba.
Cara sortasi dan pencucian sangat mempengaruhi jenis dan jumlah rnikroba awal simplisia.
Misalnya jika air yang digunakan untuk pencucian kotor, maka jumlah mikroba pada
permukaan bahan simplisia dapat bertambah dan air yang terdapat pada permukaan bahan
tersebut dapat menipercepat pertumbuhan mikroba. Bakteri yang umum terdapat dalam air
adalah Pseudomonas, Proteus, Micrococcus, Bacillus, Streptococcus, Enterobacter dan
Escherishia. Pada simplisia akar, batang atau buah dapat pula dilakukan pengupasan kulit
luarnya untuk mengurangi jumlah mikroba awal karena sebagian besar jumlah mikroba
biasanya terdapat pada permukaan bahan simplisia. Bahan yang telah dikupas tersebut
mungkin tidak memerlukan pencucian jika cara pengupasannya dilakukan dengan tepat dan
bersih.
4. PERAJANGAN
Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan. Perajangan bahan
simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan.
Tanaman yang baru diambil jangan langsung dirajang tetapi dijemur dalam keadaan utuh
selama 1 hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin perajang khusus
sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran yang dikehendaki.
Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan, semakin cepat penguapan air, sehingga
mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis juga dapat
menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat yang mudah menguap. Sehingga
mempengaruhi komposisi bau dan rasa yang diinginkan. Oleh karena itu bahan simplisia
seperti temulawak, temu giring, jahe, kencur dan bahan sejenis lainnya dihindari perajangan
yang terlalu tipis untuk mencegah berkurangnya kadar minyak atsiri. Selama perajangan
seharusnya jumlah mikroba tidak bertambah. Penjemuran sebelum perajangan diperlukan
untuk mengurangi pewarnaan akibat reaksi antara bahan dan logam pisau. Pengeringan
dilakukan dengan sinar matahari selama satu hari.
5. PENGERINGAN
Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga
dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi kadar air dan
menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia. Air
yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat merupakan media pertumbuhan
kapang dan jasad renik lainnya.Enzim tertentu dalam sel, masih dapat bekerja, menguraikan
senyawa aktif sesaat setelah sel mati dan selama bahan simplisia tersebut masih mengandung
kadar air tertentu. Pada tumbuhan yang masih hidup pertumbuhan kapang dan reaksi
enzimatik yang merusak itu tidak terjadi karena adanya keseimbangan antara proses-proses
metabolisme, yakni proses sintesis, transformasi dan penggunaan isi sel. Keseimbangan ini
hilang segera setelah sel tumbuhan mati. Sebelum tahun 1950, sebelum bahan dikeringkan,
terhadap bahan simplisia tersebut lebih dahulu dilakukan proses stabilisasi yaitu proses untuk
menghentikan reaksi enzimatik. Cara yang lazim dilakukan pada saat itu, merendam bahan
simplisia dengan etanol 70% atau dengan mengaliri uap panas. Dari hasil penelitian
selanjutnya diketahui bahwa reaksi enzimatik tidak berlangsung bila kadar air dalam
simplisia kurang dari 10%.
Suhu pengeringan tergantung kepada bahan simplisia dan cara pengeringannya. Bahan
simplisia dapat dikeringkan pada suhu 300 sampai 90°C, tetapi suhu yang terbaik adalah
tidak melebihi 60°C. Bahan simplisia yang mengandung senyawa aktif yang tidak tahan
panas atau mudah menguap harus dikeringkan pada suhu serendah mungkin, misalnya 300
sampai 450 C, atau dengan cara pengeringan vakum yaitu dengan mengurangi tekanan udara
di dalam ruang atau lemari pengeringan, sehingga tekanan kira-kira 5 mm Hg. Kelembaban
juga tergantung pada bahan simplisia,cara pengeringan, dan tahap tahap selama pengeringan.
Kelembaban akan menurun selama berlangsungnya proses pengeringan. Berbagai cara
pengeringan telah dikenal dan digunakan orang. Pada dasarnya dikenal dua cara pengeringan
yaitu pengeringan secara alamiah dan buatan.
1. Pengeringan Alamiah.
Tergantung dari senyawa aktif yang dikandung dalam bagian tanaman yang dikeringkan,
dapat dilakukan dua cara pengeringan :
1. Dengan panas sinar matahari langsung. Cara ini dilakitkan untuk mengeringkan
bagian tanaman yang relatif keras seperti kayu, kulit kayu, biji dan sebagainya, dan
rnengandung senyawa aktif yang relatif stabil. Pengeringan dengan sinar matahari
yang banyak dipraktekkan di Indonesia merupakan suatu cara yang mudah dan murah,
yang dilakukan dengan cara membiarkan bagian yang telah dipotong-potong di udara
terbuka di atas tampah-tampah tanpa kondisi yang terkontrol sepertl suhu,
kelembaban dan aliran udara. Dengan cara ini kecepatan pengeringan sangat
tergantung kepada keadaan iklim, sehingga cara ini hanya baik dilakukan di daerah
yang udaranya panas atau kelembabannya rendah, serta tidak turun hujan. Hujan atau
cuaca yang mendung dapat memperpanjang waktu pengeringan sehingga memberi
kesempatan pada kapang atau mikroba lainnya untuk tumbuh sebelum simplisia
tersebut kering. F’IDC (Food Technology Development Center IPB) telah merancang
dan membuat suatu alat pengering dengan menggunakan sinar matahari, sinar
matahari tersebut ditampung pada permukaan yang gelap dengan sudut kemiringan
tertentu. Panas ini kemudian dialirkan keatas rak-rak pengering yang diberi atap
tembus cahaya di atasnya sehingga rnencegah bahan menjadi basah jika tiba-tiba
turun hujan. Alat ini telah digunakan untuk mengeringkan singkong yang telah
dirajang dengan demikian dapat pula digunakan untuk mengeringkan simplisia.
2. Dengan diangin-anginkan dan tidak dipanaskan dengan sinar matahari langsung. Cara
ini terutama digunakan untuk mengeringkan bagian tanaman yang lunak seperti
bunga, daun, dan sebagainya dan mengandung senyawa aktif mudah menguap.
2. Pengeringan Buatan
Kerugian yang mungkin terjadi jika melakukan pengeringan dengan sinar matahari dapat
diatasi jika melakukan pengeringan buatan, yaitu dengan menggunakan suatu alat atau mesin
pengering yang suhu kelembaban, tekanan dan aliran udaranya dapat diatur. Prinsip
pengeringan buatan adalah sebagai berikut: “udara dipanaskan oleh suatu sumber panas
seperti lampu, kompor, mesin disel atau listrik, udara panas dialirkan dengan kipas ke dalam
ruangan atau lemari yang berisi bahan yang akan dikeringkan yang telah disebarkan di atas
rak-rak pengering”. Dengan prinsip ini dapat diciptakan suatu alat pengering yang sederhana,
praktis dan murah dengan hasil yang cukup baik.
Dengan menggunakan pengeringan buatan dapat diperoleh simplisia dengan mutu yang
lebih baik karena pengeringan akan lebih merata dan waktu pengeringan akan lebih cepat,
tanpa dipengaruhi oleh keadaan cuaca. Sebagai contoh misalnya jika kita membutuhkan
waktu 2 sampai 3 hari untuk penjemuran dengan sinar matahari sehingga diperoleh simplisia
kering dengan kadar air 10% sampai 12%, dengan menggunakan suatu alat pengering dapat
diperoleh simplisia dengan kadar air yang sama dalam waktu 6 sampai 8 jam.
Daya tahan suatu simplisia selama penyimpanan sangat tergantung pada jenis simplisia,
kadar airnya dan cara penyimpanannya. Beberapa simplisia yang dapat tahan lama dalam
penyimpanan jika kadar airnya diturunkan 4 sampai 8%, sedangkan simplisia lainnya
rnungkin masih dapat tahan selama penyimpanan dengan kadar air 10 sampai 12%.
6. SORTASI KERING
Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuan
sortasi untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak
diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masill ada dan tertinggal pada sirnplisia
kering. Proses ini dilakukan sebelum sirnplisia dibungkus untuk kernudian disimpan. Seperti
halnya pada sortasi awal, sortasi disini dapat dilakukan dengan atau secara mekanik. Pada
simplisia bentuk rimpang sering jurnlah akar yang melekat pada rimpang terlampau besar dan
harus dibuang. Demikian pula adanya partikel-partikel pasir, besi dan benda-benda tanah lain
yang tertinggal harus dibuang sebelum simplisia dibungkus.
Pengawetan
Simplisia nabati atau simplisia hewani harus dihindarkan dari serangga atau cemaran atau
mikroba dengan penambahan kloroform, CCl4, eter atau pemberian bahan atau penggunaan
cara yang sesuai, sehingga tidak meninggalkan sisa yang membahayakan kesehatan.
Wadah
Wadah adalah tempat penyimpanan artikel dan dapat berhubungan langsung atau tidak
langsung dengan artikel. Wadah langsung (wadah primer) adalah wadah yang langsung
berhubungan dengan artikel sepanjang waktu. Sedangkan wadah yang tidak bersentuhan
langsung dengan artikel disebut wadah sekunder.
Wadah dan sumbatnya tidak boleh mempengaruhi bahan yang disimpan didalamnya baik
secara fisika maupun kimia, yang dapat mengakibatkan perubahan kekuatan, mutu atau
kemurniannya hingga tidak memenuhi persyaratan resmi.
Wadah tertutup baik: harus melindungi isi terhadap masuknya bahan padat dan mencegah
kehilangan bahan selama penanganan, pengangkutan, penyimpanan dan distribusi.
Suhu Penyimpanan
Dingin : suhu tidak lebih dari 80C, Lemari pendingin mempunyai suhu antara 2 0C– 80C,
sedangkan lemari pembeku mempunyai suhu antara -200C dan -100C.
Sejuk : suhu antara 80C dan 150C. Kecuali dinyatakan lain, bahan yang harus di simpan
pada suhu sejuk dapat disimpan pada lemari pendingin.
Suhu kamar : suhu pada ruang kerja. Suhu kamar terkendali adalah suhu yang di atur antara
150C dan 300C.
Semua simplisia yang termasuk daftar narkotika, diberi tanda palang medali berwarna merah
di atas putih dan harus disimpan dalam lemari terkunci. Semua simplisia yang termasuk
daftar obat keras kecuali yang termasuk daftar narkotika, diberi tanda tengkorak dan harus
disimpan dalam lemari terkunci.
Kemurnian Simplisia
Persyaratan simplisia nabati dan simplisia hewani diberlakukan pada simplisia yang
diperdagangkan, tetapi pada simplisia yang digunakan untuk suatu pembuatan atau isolasi
minyak atsiri, alkaloida, glikosida, atau zat aktif lain, tidak harus memenuhi persyaratan
tersebut.
Persyaratan yang membedakan strukrur mikroskopik serbuk yang berasal dari simplisia
nabati atau simplisia hewani dapat tercakup dalam masing–masing monografi, sebagai
petunjuk identitas, mutu atau kemurniannya.
Benda Asing
Simplisia nabati dan simplisia hewani tidak boleh mengandung organisme patogen, dan harus
bebas dari cemaran mikro organisme, serangga dan binatang lain maupun kotoran hewan.
Simplisia tidak boleh menyimpang bau dan warna, tidak boleh mengandung lendir, atau
menunjukan adanya kerusakan. Sebelum diserbukkan simplisia nabati harus dibebaskan dari
pasir, debu, atau pengotoran lain yang berasal dari tanah maupun benda anorganik asing.
Dalam perdagangan, jarang dijumpai simplisia nabati tanpa terikut atau tercampur bagian
lain, maupun bagian asing, yang biasanya tidak mempengaruhi simplisianya sendiri.
Simplisia tidak boleh mengandung bahan asing atau sisa yang beracun atau membahayakan
kesehatan. Bahan asing termasuk bagian lain tanaman yang tidak dinyatakan dalam paparan
monografi.
Simplisia dianggap bermutu rendah jika tidak memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah
ditetapkan, khususnya persyaratan kadarnya. Mutu rendah ini dapat disebabkan oleh tanaman
asal, cara panen dan pengeringan yang salah, disimpan terlalu lama, kena pengaruh
kelembaban, panas atau penyulingan.
Simplisia dianggap rusak jika oleh sebab tertentu, keadaannya tidak lagi memenuhi syarat,
misalnya menjadi basah oleh air laut, tercampur minyak pelumas waktu diangkut dengan
kapal dan lain sebagainya.
Simplisia dinyatakan bulukan jika kwalitasnya turun karena dirusak oleh bakteri, cendawan
atau serangga.
Simplisia dinyatakan tercampur jika secara tidak sengaja terdapat bersama-sama bahan-bahan
atau bagian tanaman lain, misalnya kuncup Cengkeh tercampur dengan tangkai Cengkeh,
daun Sena tercampur dengan tangkai daun.
Simplisia dianggap dipalsukan jika secara sengaja diganti, diolah atau ditambahi bahan lain
yang tidak semestinya. Misalnya minyak zaitun diganti minyak biji kapas, tetapi tetap dijual
dengan nama minyak Zaitun. Tepung jahe yang ditambahi pati terigu agar bobotnya
bertambah, ditambah serbuk cabe agar tetap ada rasa pedasnya, ditambah serbuk temulawak
agar warnanya tampak seperti keadaan semula.
Pengolahan Simplisia
Pengeringan
Hasil panen tanaman obat untuk dibuat simplisia umumnya perlu segera
dikeringkan. Tujuan pengeringan adalah untuk mengurangi kadar air, untuk menjamin dalam
penyimpanan, mencegah pertumbuhan jamur, serta mencegah terjadinya proses atau reaksi
enzimatika yang dapat menurunkan mutu.
Dalam pengeringan faktor yang penting adalah suhu, kelembaban dan aliran udara
( ventilasi ). Sumber suhu dapat berasal dari matahari atau dapat pula dari suhu buatan.
Umumnya pengeringan bagian tanaman yang mengandung minyak atsiri atau
komponen lain yang termolabil, hendaknya dilakukan pada suhu tidak terlalu tinggi dengan
aliran udara berlengas rendah secara teratur. Untuk simplisia yang mengandung alkaloida,
umumnya dikeringkan pada suhu kurang dari 70 0 C.
Agar dalam pengeringan tidak terjadi proses pembusukan , hendaknya simplisia
jangan tertumpuk terlalu tebal. Sehingga proses penguapan berlangsung dengan cepat.
Sering suhu yang tidak terlalu tinggi dapat menyebabkan warna simplisia menjadi lebih
menarik. Misalnya pada pengeringanTemulawak suhu awal pengeringan dengan panas buatan
antara 50 0– 55 0 C.
2. Pengawetan
Simplisia nabati atau simplisia hewani harus dihindarkan dari serangga atau
cemaran atau mikroba dengan penambahan kloroform, CCl4, eter atau pemberian bahan atau
penggunaan cara yang sesuai, sehingga tidak meninggalkan sisa yang membahayakan
kesehatan.
3. Wadah
Wadah adalah tempat penyimpanan artikel dan dapat berhubungan langsung atau
tidak langsung dengan artikel. Wadah langsung (wadah primer) adalah wadah yang langsung
berhubungan dengan artikel sepanjang waktu. Sedangkan wadah yang tidak bersentuhan
langsung dengan artikel disebut wadah sekunder.
Wadah dan sumbatnya tidak boleh mempengaruhi bahan yang disimpan didalamnya
baik secara fisika maupun kimia, yang dapat mengakibatkan perubahan kekuatan, mutu atau
kemurniannya hingga tidak memenuhi persyaratan resmi.
Wadah tertutup baik : harus melindungi isi terhadap masuknya bahan padat dan
mencegah kehilangan bahan selama penanganan, pengangkutan, penyimpanan dan distribusi.
4. Suhu penyimpanan
Dingin : adalah suhu tidak lebih dari 80C, Lemari pendingin mempunyai suhu antara
20C– 80C, sedangkan lemari pembeku mempunyai suhu antara -200C dan -100C.
Sejuk : adalah suhu antara 80C dan 150C. Kecuali dinyatakan lain, bahan yang harus di
simpan pada suhu sejuk dapat disimpan pada lemari pendingin.
Suhu kamar : adalah suhu pada ruang kerja. Suhu kamar terkendali adalah suhu yang di atur
antara 150 dan 300.
Hangat : hangat adalah suhu antara 300 dan 400 .
Panas berlebih : panas berlebih adalah suhu di atas 400.
5. Tanda dan Penyimpanan
Semua simplisia yang termasuk daftar narkotika, diberi tanda palang medali berwarna
merah di atas putih dan harus disimpan dalam lemari terkunci. Semua simplisia yang
termasuk daftar obat keras kecuali yang termasuk daftar narkotika, diberi tanda tengkorak
dan harus disimpan dalam lemari terkunci.
6. Kemurnian Simplisia
Persyaratan simplisia nabati dan simplisia hewani diberlakukan pada simplisia yang
diperdagangkan, tetapi pada simplisia yang digunakan untuk suatu pembuatan atau isolasi
minyak atsiri, alkaloida, glikosida, atau zat aktif lain, tidak harus memenuhi persyaratan
tersebut.
Persyaratan yang membedakan strukrur mikroskopik serbuk yang berasal dari
simplisia nabati atau simplisia hewani dapat tercakup dalam masing – masing monografi,
sebagai petunjuk identitas, mutu atau kemurniannya.
7. Benda asing
Simplisia nabati dan simplisia hewani tidak boleh mengandung organisme patogen,
dan harus bebas dari cemaran mikro organisme , serangga dan binatang lain maupun kotoran
hewan . Simplisia tidak boleh menyimpang bau dan warna, tidak boleh mengandung lendir ,
atau menunjukan adanya kerusakan. Sebelum diserbukkan simplisia nabati harus dibebaskan
dari pasir, debu, atau pengotoran lain yang berasal dari tanah maupun benda anorganik asing.
Dalam perdagangan , jarang dijumpai simplisia nabati tanpa terikut atau tercampur
bagian lain , maupun bagian asing, yang biasanya tidak mempengaruhi simplisianya sendiri.
Simplisia tidak boleh mengandung bahan asing atau sisa yang beracun atau membahayakan
kesehatan. Bahan asing termasuk bagian lain tanaman yang tidak dinyatakan dalam paparan
monografi.
1. Simplisia Utuh adalah simplisia dari bahan alamiah, hewani atau mineral yang
digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga. Misalkan
Biji kedawung, Cacing kering, Belerang endap
2. Simplisia Rajangana adalah simplisia yang mengalami proses pemotongan atau
perajangan sehingga menjadi bentuk yang lebih kecil. Misalkan rajangan simplisia
jahe, serutan kayu secang.
3. Simpliasi Serbuk adalah simplisia yang telah mengalami proses penghalusan menjadi
serbuk. Misalkan tepug beras, serbuk jati belanda.
4. Simplisia Extrak adalah simplisia yang mengalami proses extraksi sehinggan
didapatkan sediaan berupa extrak cair atau padat. Misalkan extrak beladona
5. Simplisia Cair adalah simplisia berupa cairan murni atau hasil pemurnian yang
biasanya di lakukan melalu proses penyulingan. Misalkan minyak jeruk
CORTEX adalah kulit batang, merupakan bagian kulit yang digunakan sebagai ramuan obat.
Simplisia kulit batang umumnya diambil dari bagian kulit terluar tanaman tingkat tinggi yang
berkayu. Bagian yang sering digunakan sebagai bahan ramuan meliputi kulit batang, cabang
atau kulit akar sampai ke lapisan epidermis. Daftar cortex yang akan dibahas:
Keluarga : Apocynaceae
Keluarga : Apocynaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Alkaloida zat pahit, kumarin, zat penyamak, minyak atsiri, asam
organik
Nama lain : Kulit manis jangan, Kulit kayu manis padang, Keningar
Keluarga : Lauraceae
Zat berkhasiat utama / isi : Minyak atsiri yang mengandung sinamil aldehid, sinamil asetat,
borneol, simen. Zat penyamak, damar, bornil asetat
Waktu panen : Panen pada umur 8 tahun, semakin tua umur tanaman, kulit
relatif lebih tebal dan volume kulit pohon bertambah pula, sehingga kualitas dan kuantitas
produksi akan lebih baik.
Ada 2 varietas :
1. Berdaun muda, berwarna merah pekat, banyak ditanam di Sumatera Barat dan Kerinci
2. Berdaun hijau ungu.
Perbedaan : Kayu manis pucuk merah mempunyai kualitas lebih baik,
tetapi produksinya lebih rendah dari pada yang berpucuk hijau.
Keluarga : Rubiaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Alkaloida kinina, sinkonina, sinkodina, kina tanat, kinidin, asam
tanat, asam kina, damar, malam
Pemerian : Bau khas terutama dari kulit dahan, pada penyimpanan lama bau
menghilang, rasa pahit dan kelat.
Perbedaan :
Untuk cepat-cepat mendapat banyak alkaloida ditanam Cinchona ledgeriana diatas Cinchona
succirubra secara okulasi.
1. Dicabut (cara Indonesia) pohon-pohon yang jaraknya 60 cm – 100 cm satu sama lain,
dicabut seluruhnya dan diambil kulit batang dan kulit akarnya, setelah 6-7 tahun, pada
daerah tadi dilakukan pencabutan lagi.
2. Dipangkas : pohon-pohon yang berumur 7 tahun dipangkas batangnya beberapa cm di
atas tanah, dari pangkal batang nanti tumbuh sejumlah cabang baru yang nanti juga
dipungut.
3. Dikikis : Kulit batang dikikis tanpa mengenai kulit kayunya
4. Menurut penelitian ternyata kulit kina yang banyak terkena sinar matahari alkaloidnya
lebih rendah dari kulit kina yang ditempat teduh. Jika kulit kina tersebut ditutupi
dengan lumut, maka kadar alkaloidnya akan naik luar biasa. Setelah kulit kina ini di
panen, bekasnya ditutupi lumut kembali, maka timbul kulit kulit kina baru yang juga
tinggi kadar alkaloidnya. Pengambilan kulit dilakukan sedikit demi sedikit sampai
seluruh kulit lama terambil.
Keluarga : Lauraceae
Zat berkhasiat utama / isi : Minyak atsiri yang mengandung egenol sinamilaldehida, zat
penyamak, pati, lendir
Cara panen : Tanaman yang berumur 2-3 tahun dipotong beberapa cm
diatas tanah. Tunas-tunas baru dipilih 5-6 buah dan dibiarkan tumbuh untuk dipotong lagi
setelah mencapai tinggi 2-3 meter.
Keluarga : Punicaceae
Keluarga : Punicaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Tanin sampai lebih kurang 20 % alkaloida yang terdiri dari
peletrina, metil-peletrina, psudopeletrina, metil isopeletrina, isopeletrina
Penggunaan : Pengelat usus (astringensia), obat cacing
Keluarga : Lauraceae
Zat berkhasiat utama / isi : Minyak atsiri mengandung sitral, limonen, sapinen,
metilheptanon, sitronelal. Tanin galat, allagat.
Pemerian : Bau khas aromatik, rasa agak pedas, dan agak pahit.
Keluarga : Apocynaceae
Keluarga : Symplocaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Glucosida, symplokosin, metil salisilat, aluminium sulfat
Penggunaan : Antisariawan
Nama tanaman asal : Syzygium jambolanum (L) Skeels yang disebut pula Eugenia
cumini
Keluarga : Myrtaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Zat penyamak, asam galat, jambulol, jambolisin.
Nama tanaman asal : Catharanthus roseus (L), Vinca rosea (L), Lochnera rosea
Keluarga : Apocynaceae
Zat berkhasiat utama /isi : Alkaloida: ajmalisin, serpentina, tetrahidroalstonin, vindesin,
vinkristin, vinblastin
ELEPHANTOPI RADIX (MMI)
Keluarga : Asteraceae
Keluarga : Simarubaceae
Pemerian : Tidak berbau, mula-mula tidak berasa lama- lama agak pahit
Nama tanaman asal : Glycyrrhiza glabra varietas typical, Glycyrrhiza glabra, varietas
glandulifera dan jenis Glycyrrhiza lainnya
Keluarga : Papilionaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Glysirisin dengan kadar 5-10 %, yaitu garam K dan Ca dari
asam glisirizat (zat ini 50 x lebih manis dari gula tebu), pati, gula, asparagin
Persyaratan kadar : Kadar zat yang larut dalam air tidak kurang dari 20%, dihitung
terhadap zat yang telah dikeringkan di udara
Penggunaan : Antitusiva.
Waktu panen : Akar-akar digali tiap 3 tahun, disisakan secukupnya agar dapat
dipungut pada tahun berikutnya
Keterangan lain : Yang belum dikupas berwarna coklat kekuningan atau coklat
tua, berkeriput memanjang kadang – kadang terdapat tunas kecil dan daun sisik yang tersusun
melingkar.
Keluarga : Rubiaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Alkaloid emetina, sefaelina, psikotrina, emetina, orthomethil,
sikotrina
Ipeka Panama: diperoleh dari Cephaelis acuminata Warna coklat keabuan atau coklat
kemerahan, cincin hanya melingkar sampai tengah batang,
Ipeca Cartagena: lebih gelap dan tidak banyak buku-bukunya, warna sama dengan Ipeka
Panama
Keluarga : Araliaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Glukosida panakuilon, minyak atsiri, damar, panaks, sapoginol
Waktu panen : Dikumpulkan pada musim gugur dari tanaman yang berumur 5 –
6 tahun
Keluarga : Apocynaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Alkaloid – alkaloid: aymalin, aymalisina, aymalinina,
serpentina, reserpina,
Persyaratan kadar : Alkaloid sejenis reserpina, dihitung sebagai reserpina tidak
kurang dari 0,15 %
Nama tanaman asal : Rheum palmatum, Rheum officinale dan species atau hibrida
lainnya kecuali Rheum rhaponticum
Keluarga : Polygonaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Antraglukosida yang pada penguraian memberikan emodin,
rhein, aloe emodin dan asam krisofanat. Terdapat pula tanin, pektin, katekhin, pati, kalsium
oksalat
Penggunaan : Laksativa
Pemerian : Bau khas agak aromatik, rasa agak pahit tidak enak dan agak
sepat
Jenis – jenis :
VALERIANA RADIX
Keluarga : Valerianaceae
Zat berkhasiat utama/ isi : Minyak atsiri yang mengandung ester borneo (ester dengan
format). Alkaloida – alkaloida katinina dan valerianin, zat penyamak.
Persyaratan kadar : Kadar minyak atsiri tidak kurang dari 0,8 %
Penggunaan : Sedativa
Bagian yang digunakan : Akar cabang berikut pangkal batang dan batang dibawah tanah
VETIVERIAE RADIX (MMI)
Keluarga : Poaceae
Zat berkahasiat utama /isi : Minyak atsiri, hars dan zat pahit
Keluarga : Zingiberaceae
Penggunaan : Antidiare
Pemerian : Bau khas aromatik, rasa agak pahit menimbulkan rasa agak tebal
Keluarga : Araceae
Zat berkhasiat utama/isi : Minyak atsiri mengandung egenol. asaron. asaril aldehid. Zat
pahit akorin, zat penyamak, pati, akoretin, tannin. Kadar minyak atsiri tidak kurang dari 2,5
% v/b
Waktu panen : Dikumpulkan pada waktu daun mulai kering, dibersihkan dari
semua bagian tanaman lain,tetapi tidak dikupas, biasanya diperoleh dari tanaman berumur 1
tahun. Bila panenan dilakukan kurang dari 1 tahun hasilnya berkurang, dan bila lebih dari 1
tahun hasilnya masih dapat ditingkatkan.
CURCUMAE RHIZOMA ( FI )
Keluarga : Zingiberaceae
Zat berkhasiat utama/isi : Minyak atsiri yang mengandung felandren dan tumerol, zat
warna kurkumin, pati. Kadar minyak atsiri tidak kurang dari 8,2 % b/v
Waktu panen : Panenan dilakukan apabila daun dan bagian diatas yang sudah
mengering. Untuk daerah yang musim kemaraunya jelas penanamannya dilakukan pada
musim kemarau berikutnya.
Di daerah yang banyak dan merata curah hujannya dan tidak jelas musim kemaraunya
tanaman dapat dipanen pada umur 9 bulan atau lebih. Cara panen dilakukan dengan
membongkar rimpang menggunakan garpu
Kelembaban : Maksimum 12 %
Abu : 3 – 7 %
Pasir : 1 %
Keluarga : Zingiberaceae
Keluarga : Zingiberaceae
Pemerian : Bau khas, rasa pahit, agak pedas, lama – lama rasa tebal
Keluarga : Zingiberaceae
Zat berkhasiat utama/isi : Minyak atsiri, zat warna kurkumin, pati, damar
Pemerian : Bau khas aromatik, agak pedas, lama –lama menjadi tebal
Waktu panen : Dilakukan pada waktu berumur 1 tahun atau lebih dari waktu
tanam
Keluarga : Cyperaceae
Waktu panen : Dapat diambil setiap saat , setelah umbi yang ditanam akan
mengeluarkan umbi baru dalam jangka waktu 3 minggu untuk kemudian akan tumbuh
menjadi + / – 146 umbi dalam jangka waktu 3,5 bulan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Keluarga : Poaceae
– Varietas condensata
Keluarga : Zingiberaceae
Zat berkhasiat utama/isi : Alkaloida, minyak atsiri yang mengandung sineol dan kamferin,
mineral dan pati
Penggunaan : Ekspektoransia, diaforetika, karminativa, stimulansia,
roboransia
Pemerian : Bau khas aromatik, rasa pedas, hangat, agak pahit, akhirnya
menimbulkan rasa pedas
Keluarga : Zingiberaceae
Zat berkhasiat utama/isi : Minyak atsiri yang mengandung; metilsinamat, sineol, kamfer
dan galangol
Waktu panen : Pada umur 2,5 – 4 bulan, agar diperoleh rimpang muda yang
belum banyak berserat. Cara panen dilakukan dengan mencabut tanaman, rimpang dipisahkan
dari batang kemudian dicuci dan dikeringkan.
Zat berkhasiat utama/isi : Pati, damar, oleo resin, gingerin, minyak atsiri yang
mengandung zingeron, zingiberol, zingiberin, borneol, kamfer, sineol dan felandren
Bagian yang digunakan : Akar tinggal yang sebagian kulitnya telah dikupas
Waktu panen : Panenan dapat dilakukan pada umur 9 – 12 bulan setelah tanam.
Panenan pada umur 6 bulan dapat dilakukan untuk mendapatkan rimpang muda, kurang
berserat, yang umumnya dipakai membuat manisan dan keperluan bumbu dapur. Panen pada
umur 9 – 12 bulan dilakukan bila tanaman mulai mengering seluruhnya sampai sudah rebah
rumpun-rumpunnya
Jenis – jenis :
1. Jahe putih besar, rimpangnya lebih besar dan ruas rimpangnya lebih menggembung.
2. Jahe putih kecil, ruasnya kecil agak rata sampai sedikit menggembung.
3. Jahe merah, rimpangnya berwarna merah dan lebih kecil dari jahe putih kecil
Berdasarkan pengolahan :
1. Jahe segar yang direndam dalam air mendidih, kemudian dikeringkan cepat- cepat
disebut Jahe hitam (Black ginger)
2. Jahe segar yang dicuci secara hati – hati dikupas lapisan gabus dan dicuci berulang –
ulang dan dikelantang, Jika dimaserasi dengan air kapur akan nampak putih karena
lapisan kapurnya dan disebut Jahe putih (White ginger).
3. Jahe segar atau yang dikeringkan tanpa pengolahan khusus dan dipakai untuk bumbu
masak disebut Jahe hijau (Green ginger)
Keluarga : Zingiberaceae
Zat berkhasiat utama/isi : Minyak atsiri yang mengandung zerumbon bumolen, limonen
Penggunaan : Karminativa, stomakika
Keluarga : Zingiberaceae
Penggunaan : Stomakik
Nama tanaman asal : Zingiber cassumunar (Roxb), disebut juga Zingiber purpureum
(Roxb)
Keluarga : Zingiberaceae
Zat berkhasiat utama/isi : Minyak atsiri mengandung sineol; Damar lunak yang pahit,
albuminoid
Pemerian : Bau aromatik khas, rasa agak pahit dan agak pedas
Bagian yang digunakan : Akar tinggal
Keluarga : Zingiberaceae
Zat berkhasiat utama/isi : Minyak atsiri yang mengandung zerumbon, Sineol, pinen,
kariofilen, kamfer
Umbi lapis (bulbus) merupakan sejenis umbi yang terbentuk dari tumpukan (pangkal) daun
yang tersusun rapat dalam format roset. Umbi lapis dipandang berbeda dari umbi yang
lainnya karena tidak mengakumulasi karbohidrat dalam bentuk polisakarida. Pembesaran
terjadi karena berkumpulnya cairan di sel-selnya.
Umbi jenis ini dibentuk oleh beberapa suku-suku monokotil seperti Amaryllidaceae (arti luas,
termasuk kelompok bawang-bawangan) dan Liliaceae.
Umbi lapis memiliki bagian pangkal yang agak keras yang disebut cakram (discus). Cakram
ini sebnearnya adalah batang[1]. Dari cakram akan tumbuh lapisan-lapisan daun yang tebal,
lunak, dan berair. Karena tebal dan berlapis inilah terbentuk struktur yang membengkak
sehingga disebut "umbi". Apabila lapisan-lapisan ini besar dan saling menutupi ia disebut
tunica, dan apabila lapisan-lapisan ini kecil dan hanya saling menyirap disebut squama
(sisik).
Umbi lapis mudah dikacaukan dengan sejenis umbi asal batang yang dikenal sebagai cormus
atau bulbotuber. Dilihat dari strukturnya, umbi lapis berbeda dari cormus. Apabila dibelah,
umbi lapis memperlihatkan lapisan-lapisan sampai ke bagian paling pusat. Cormus, karena
berasal dari batang, apabila dibelah memperlihatkan struktur padat, serupa dengan rimpang.
Allii sativi Bulbus
Nama lain : Bawang putih
Tanaman asal : Allium sativum
Keluarga : Liliaceae
Minyak atsiri yang mengandung 60% dialildisulfida, 6%
Zat berkhasiat utama/isi :
alilpropildisulfida
dan aliin
Penggunaan : Antikolesterol
Pemerian : Bau khas dan rasa agak pedas
Bagian yang digunakan : Umbi lapis
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Colchici Cormus
Nama lain : Daun umbi colchici
Tanaman asal : Colchicum autumnale L.
Keluarga : Liliaceae
Zat berkhasiat utama/isi : Alkaloida kolkisina
Persyaratan kadar : Kadar alkaloida tidak kurang dari 0,25%
Penggunaan : Antireumatika
Pemerian : Tidak berbau, rasa pahit dan bergetir
Bagian yang digunakan : Daun umbi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Merremiae Tuber
Sappan Lignum
Nama lain : Kayu secang
Tanaman asal : Caesalpinia sappan L.
Keluarga : Caesalpiniaceae
Zat berkhasiat utama/isi : Brazilin, zat warna merah sappan, asam tanat, asam galat
Penggunaan : Adstringensia
Pemerian : Tidak berbau dan rasa kelat
Bagian yang digunakan : Irisan kecil atau serutan kayu
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Tinosporae Caulis
Nama lain : Bratawali
Tanaman asal : Tinospora tuberculate, Tinospora rumphii, Tinospora crispa, Tinospora
Cordifolia
Keluarga : Menispermaceae
Zat berkhasiat utama/isi : Pati, glukosida pikroretosida, alkaloida berberin dan palmatin, harsa,
zat pahit pikroretin
Penggunaan : Obat demam, tonikum dan antidiabetes
Pemerian : Bau lemah dan rasa sangat pahit
Bagian yang digunakan : Batang dan kulit batang
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik