TANAMAN OBAT
Oleh:
Meiliza Ekayanti
PENDAHULUAN
Bahan baku tanaman obat atau obat tradisional sebagian besar berupa tanaman
obat yang melewati beberapa tahap pananganan sebelum dinyatakan sebagai
simplisia.
Beberapa tahapan tersebut adalah budidaya, panen, dan penanganan pasca
panen.
Tanaman yang digunakan sebagai bahan baku sebaiknya berupa tanaman
budidaya. Tumbuhan liar jarang dipilih karena tidak memiliki kejelasan asal-usul
bahan, kemurnian spesies, umur dan saat panen, cara budidaya, cara panen, dan
kondisi lingkungan tumbuhnya termasuk iklim, kandungan zat hara dan air dalam
tanah.
Teknik budidaya yang baik namun tanpa disertai penanganan pasca panen yang
tepat dapat menurunkan kualitas simplisia yang dihasilkan.
Tenik pengumpulan simplisia Good Collection Practice.
OUTLINE
• Pengelolaan panen
Persiapan Bibit
Pemeliharaan
Persiapan dan Pengelolaan Tanah
Pembuatan bedengan.
[LANJ.]
Bibit yang akan ditanam di areal budidaya tanaman obat adalah bibit yang sudah
diseleksi yaitu bibit sehat dan pertumbuhannya baik.
Bibit disemaikan dengan menggunakan polibag dipindahkan ke lubang tanam yang
telah disiapkan. Bibit diusahakan agar media tanam tidak melekat pada bibit.
Pemindahan bibit ke lapangan tanam dilakukan pagi atau sore hari.
Pemeliharaan
Pemupukan
• Pupuk yang diberikan pada tanaman obat dapat berupa pupuk organik maupun
anorganik.
• Sebaiknya pupuk yang digunakan dalam budidaya tanaman obat adalah pupuk
organik, penggunaan pupuk anorganik dikhawatirkan dapat menimbulkan
pengaruh yang kurang baik bagi kandungan/senyawa-senyawa berkhasiat obat
yang ada pada tanaman.
• Pupuk organik yang dapat digunakan adalah berbagai jenis pupuk kandang dan
kompos, yang harus diperhatikan pupuk organik yang digunakan harus benar-
benar matang dan tidak mengandung bahan pencemar.
Penyiraman
• Pada awal penanaman dan musim kemarau penyiraman harus dilakukan
dengan teratur. Kelembaban tanah harus selalu dijaga, sebaiknya penyiraman
dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Pada musim hujan frekuensi
penyiraman dapat dikurangi tergantung kondisi kelembaban tanah.
[LANJ.]
Penyiangan Penyiangan gulma harus dilakukan secara intensif untuk menghindarkan kompetisi antara gulma dengan
tanaman obat yang dibudidayakan, yaitu persaingan dalam penyerapan unsur hara dan air, penerimaan cahaya
tumbuhan matahari, dan gulma juga dapat menjadi tanaman inang bagi hama yang dapat menyerang tanaman obat yang
dibudidayakan.
Penurunan produksi akibat gulma cukup besar bisa lebih dari 50%
Pengendalian
hama dan Pengendalianm hama dan penyakit dapat dilakukan secara mekanis, kultur teknis, dan kimia.
Pengendalian secara mekanis menangkap hama yang menyerang tanaman atau membuang bagian tanaman
penyakit yang terserang hama atau penyakit.
Pengendalian secara kultur teknis pengaturan kelembaban udara, pengaturan pelindung dan intensitas sinar
matahari.
Pengendalian secara kimia -- insektisida dan fungsida. Sebaiknya penggunaan insektisida dan fungisida
pada budidaya tanaman obat dihindari, dikhawatirkan residu bahan kimia tersebut dapat mempengaruhi
senyawa-senyawa berkhasiat obat pada tanaman. Apabila dibutuhkan dapat digunakan insektisida dan
fungisida nabati.
TEKNIK PENGELOLAAN SIMPLISIA
Herbal Medicine
TUJUAN
Rhizoma-
Biji Korteks Lignum
Radix
Tahap Pengolahan Simplisia
Pencucian
Sortasi Basah Perajangan Pengeringan
Bahan
Pengemasan
Pemeriksaan
Penyimpanan dan Pemberian Sortasi kering
mutu
Label
[LANJ.]
Secara alamiah
- Bunga, daun : harus hati-hati dan secepat mungkin pada suhu cukup rendah (400-600C),
karena umumnya mengandung minyak atsiri, warna akan tetap, bau tidak hilang.
- Rhizoma – Radix :
Suhu pengeringan umumnya adalah kurang dari 60oC dan untuk bahan yang termolabil pada
digunakan pengeringan suhu 30-40oC selama waktu tertentu.
Persyaratan Bahan Pengemas
Mampu mencegah
Bersifat inert/
terjadinya
tidak bereaksi
kerusakan mekanis
dengan simplisia
dan fisiologis
Mudah digunakan,
tidak terlalu berat
dan harga relatif
murah
Pengolahan Simplisia Skala Industri
[LANJ.]
[LANJ.]
Pemeriksaan Mutu
• Sinar panjang gelombang • Terjadinya perubahan • Oksigen dari udara dapat • Kelembapan di luar lebih
tertentu dapat kimia simplisia karena menyebabkan terjadinya rendah daripada di dalam
mempengaruhi mutu proses fermentasi, oksidasi pada senyawa simplisia maka terjadi
simplisia secara fisik dan polimerisasi dan aktif dalam simplisia proses kehilangan air
kimiawi. autooksidasi sehingga kualitas (shrinkage)
menurun
Reaksi kimiawi
Cahaya Oksidasi Dehidrasi
internal
• Simplisia bersifat • Sumber kontaminan • Adanya kerusakan yang • Bila kadar air masih tinggi
higroskopis menyerap air utama berupa debu, pasir, mengotori dalam bentuk maka akan mudah
dari lingkungan sekitarnya kotoran dan bahan asing. larva, imago, dan sisa ditumbuhi kapang, jamur,
metamorfosis. ragi dan jasar renik lain
yang dapat menghasilkan
aflatoksin dan
membahayakan
konsumen.
• Pembuatan simplisia dengan cara pengeringan pada suhu tidak terlalu tinggi. Pengeringan tidak
dilakukan dalam waktu yang lama karena akan mempengaruhi mutu dan mengakibatkan
perubahan kimia pada kandungan senyawa aktif.
• Proses fermentassi dilakukan dengan cara seksama agar tidak terjadi proses berkelanjutan.
• Pembuatan simplisia dengan cara penyulingan, pengentalan eksudat nabati, pengeringan sari
air dan proses lainnya sesuai dengan persyaratan mutu.
• Pembuatan simplisia dengan memerlukan air seperti pati, talk, dan lainnya. Air yang digunakan
bebas dari cemaran (racun dan pestisida), patogen, logam berat, dll.
REFERENSI
(
file:///C:/Users/HP/Downloads/agr.312_handout_budidaya_tanaman_obat_-_oba
tan_secara_umum%20(1).pdf)
Diakses pada tanggal 15 Oktober 2020.
Ningsih, I. Y. 2016. Modul Saintifikasi Jamu Penanganan Pasca Panen. (https://rep
ository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/77275/Modul%20SJ%20Pasca%2
0Panen_Indah%20Yulia%20Ningsih.pdf?sequence=1
). Diakses pada tanggal 15 Oktober 2020.
http://repository.unib.ac.id/7403/1/PDF%20BU%20ENTANG%20PENGELOLAAN%
20TANAMAN%20OBAT.pdf
. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2020.
http://balittro.litbang.pertanian.go.id/. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2020.