Modul Bimtek BUMDes
Modul Bimtek BUMDes
IPPMI
Wadah komunikasi, konsultasi, pembinaan & pengembangan
kapasitas pelaku pemberdayaan masyarakat
2017
Kata Sambutan
Ketua Dewan Pimpinan Cabang
Ikatan Pelaku Pemberdayaan Masyarakat
Kabupaten Lampung Selatan
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT dengan rahmatnya
bahwa Modul Bimbingan Teknis BUMDes dalam rangka mendukung
pelaksanaan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 telah hadir dihadapan
pembaca. Secara umum modul pelatihan ini dimaksudkan untuk
menyiapkan pengurus BUMDes di tingkat desa dalam rangka mendukung
kebijakan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi bidang pembangunan dan pemberdayaan masyarakat melalui
upaya pengembangan ekonomi desa secara efektif dan bekelanjutan.
Musni, S.H.
Sampul ................................................................................................. i
Kata Sambutan ..................................................................................... ii
Daftar Isi .............................................................................................. iii
Pokok Bahasan 1 Pengantar BUM Desa & BUM Desa Bersama .............. I-1
1.1. Rencana Pembelajaran BUM Desa Bersama ................................. I-1
1.2. Bahan Bacaan BUM Desa Bersama ............................................. I-4
1.3. Rencana Pembelajaran BUM Desa ............................................... I-8
1.4. Bahan Bacaan BUM Desa ............................................................ I-10
Pokok Bahasan 2 Dasar Hukum Pendirian BUM Desa .......................... II-1
2.1. Rencana Pembelajaran ................................................................ II-1
2.2. Bahan Bacaan Peraturan Desa .................................................... II-4
Pokok Bahasan 3 Dasar Pengelolaan BUM Desa ................................... III-1
3.1. Rencana Pembelajaran ................................................................ III-1
3.2. Bahan Bacaan Anggaran Dasar & Rumah Tangga BUM Desa ...... III-4
Pokok Bahasan 4 Pembentukan Struktur Organisasi ............................ IV-1
4.1. Rencana Pembelajaran ................................................................ IV-1
4.2. Bahan Bacaan Struktur Organisasi BUM Desa ............................ IV-4
Pokok Bahasan 5 Pembentukan Pelaksana Operasional BUM Desa ....... V-1
5.1. Rencana Pembelajaran ................................................................ V-1
5.2. Bahan Bacaan Peraturan Kepala Desa ......................................... V-4
Pokok Bahasan 6 Dasar Hukum Penyertaan Modal ............................... VI-1
6.1. Rencana Pembelajaran ................................................................ VI-1
6.2. Bahan Bacaan Peraturan Desa .................................................... VI-4
Pokok Bahasan 7 Studi Kelayakan Usaha BUM Desa ............................ VII-1
7.1 Rencana Pembelajaran Studi Kelayakan Usaha BUM Desa ........... VII-1
7.2 Bahan Studi Kelayakan Usaha BUM Desa ................................... VII-4
Tujuan
Waktu
1 JP (60 menit)
Metode
Couching and Concelling, yaitu bentuk bimbingan teknis yang
mengaharapkan timbal balik dalam penampilan kerja, dukungan
dari pelatih, dan penjelasan secara perlahan terhadap cara
melakukan pekerjaan secara tepat.
Media
Slide presentasi
Instrumen perundangan & akademik
Alat Bantu
Flip chart
Alat tulis
Kertas ukuran plano
Laptop
Lcd
Proses penyajian :
1. Nasarasumber menjelaskan tujuan, hasil, dan proses yang
diharapkan dari sub pokok bahasan “Badan Usaha Milik Desa
Bersama”
2. Bagilah peserta menjadi 5 (lima) kelompok, kemudian
tugaskan masing-masing kelompok untuk melakukan speed
reading dan diskusi selama 15 menit, tentang hal-hal sebagai
berikut :
Pokok kebijakan pengembangan ekonomi pedesaan
Alasan mendasar pentingnya BUM Desa Bersama
3. Minta satu kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya,
berikan kesempatan bagi kelompok lain untuk memberikan
tanggapan.
Pendahuluan
Usaha skala lokal Desa yang dijalankan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa)
mulai tumbuh pasca UU No. 6/2014 Desa dijalankan. Selain BUM Desa yang
tumbuh pada skala lokal desa, UU Desa juga memberikan ruang dan
kesempatan kepada 2 (dua) Desa atau lebih menjalin kerjasama, termasuk
membangun BUM Desa Bersama. Pengembangan BUM Desa Bersama itu
juga menjadi kebijakan strategis Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi. Melanjutkan kebijakan ini, selama tahun 2016,
Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan (PKP) telah
memfasilitasi pendirian BUM Desa Bersama di sejumlah kabupaten.
Prakarsa awal ini membangkitkan minat banyak daerah dan Desa untuk
mendirikan BUM Desa Bersama secara mandiri, dan pada saat yang sama
ada usulan dari banyak daerah kepada Ditjen PKP untuk memfasilitasi lebih
lanjut.
Apa makna dari norma yuridis tentang pembentukan BUM Desa Bersama?
Pertama, pendirian BUM Desa Bersama. BUM Desa Bersama secara langsung
didirikan sebagai BUM Desa untuk memberikan pelayanan usaha antar-
Desa. Misalnya, 8 (delapan) Desa sepakat bekerjasama untuk mengelola
potensi ekonomi, SDA, dan SDM melalui BUM Desa Bersama “Nusantara” di
kecamatan Ngebel, Ponorogo, Jawa Timur. Istilah “pendirian BUM Desa
Bersama” dalam norma Pasal 141 PP No. 43/2014 jo. PP No. 47/2015 tidak
mensyaratkan terbentuknya BUM Desa skala lokal Desa terlebih dahulu,
tanpa meninggalkan alas sosial kerjasama antar Desa.
Ketiga, peleburan BUM Desa Bersama. BUM Desa Bersama didirikan atas
Tujuan
Waktu
1 JP (60 menit)
Metode
Couching and Concelling, yaitu bentuk bimbingan teknis yang
mengaharapkan timbal balik dalam penampilan kerja, dukungan
dari pelatih, dan penjelasan secara perlahan terhadap cara
melakukan pekerjaan secara tepat.
Media
Slide presentasi
Instrumen perundangan & akademik
Alat Bantu
Flip chart
Alat tulis
Kertas ukuran plano
Laptop
Lcd
Proses penyajian :
1. Nasarasumber menjelaskan tujuan, hasil, dan proses yang
diharapkan dari sub pokok bahasan “Badan Usaha Milik
Desa”
2. Bagilah peserta menjadi 5 (lima) kelompok, kemudian
tugaskan masing-masing kelompok untuk melakukan speed
reading dan diskusi selama 15 menit, tentang hal-hal sebagai
berikut :
Pokok kebijakan pengembangan ekonomi pedesaan
Alasan mendasar pentingnya BUM Desa
3. Minta satu kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya,
berikan kesempatan bagi kelompok lain untuk memberikan
tanggapan.
Pendahuluan
Masyarakat desa masih jauh dari kata sejahtera, menurut Indeks Desa
Membangun (IDM) sebanyak 18,87% desa termasuk dalam kategori desa
sangat tertinggal, sebanyak 45,41% desa berstatus desa tertinggal, sebanyak
30,66% desa termasuk dalam kategori desa berkembang, sebanyak 4,83%
desa berstatus desa maju, dan persentase terendah desa mandiri sebanyak
0,23% dari total jumlah desa. Permasalahan umum di desa saat ini adalah
kemiskinan dan ketimpangan. Menurut data BPS September 2015 sebanyak
62,75% penduduk miskin Indonesia berada di desa. Selanjutnya rasio gini
di desa pada 2014 sebesar 0,32 lebih rendah dibandingkan rasio gini kota
yang mencapai 0,43.
Fakta lain menunjukkan sumberdaya yang ada di Desa malah dikuasai oleh
bukan penduduk desa, sehingga Desa tidak dapat menikmati hasil
sumberdaya yang mereka miliki. Hal inilah yang memicu semakin tingginya
ketimpangan pendapatan yang akut. Selain itu, masalah yang terjadi di Desa
adalah Desa sebagai produsen barang primer dan konsumen barang tersier.
Dapat diartikan bahwa Desa hanya sebagai pemasok kebutuhan barang
Pokok Kebijakan
Tri Matra Pembangunan Desa adalah pokok kebijakan yang dilakukan
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi untuk
menindaklanjuti fakta di atas. Program pertama (Matra I) adalah Jaring
Komunitas Wiradesa. Masalah yang dihadapi saat ini adalah perampasan
daya manusia warga Desa itu yang ternyatakan pada situasi
ketidakberdayaan, kemiskinan dan bahkan marjinalisasi. Program kedua
(Matra II) adalah Lumbung Ekonomi Desa. Masalah utama yang ada di desa
adalah penguasaan sumberdaya yang ada di desa. Terakhir, Program ketiga
(Matra III) adalah Lingkar Budaya Desa. Pembangunan Desa haruslah
dilakukan karena kolektivisme, yang di dalamnya terdapat kebersamaan,
persaudaraan, solidaritas, dan kesadaran untuk melakukan perubahan
secara bersama.
Salah satu Implementasi Tri Matra Pembangunan Desa kepada Desa adalah
mendorong desa untuk mendirikan BUM Desa sebagai penopang
perekonomian di Desa. BUM Desa dapat menjadi representasi Desa dalam
mengelola sumber daya yang dimiliki Desa. Di samping itu, permasalahan
keterbatasan desa untuk mengakses pasar dapat diatasi oleh BUM Desa.
Dengan menerapkan strategylinkage antar BUM Desa (BUM Desa bersama
dan BUMADes) penghasil bahan baku perantara dengan industri yang
bergerak di sektor hilir. Dalam skema ini, BUM Desa berfungsi sebagai
penyedia input bagi industri pengolahan akhir.
BUM Desa
Geliat pengembangan ekonomi perdesaan dapat dipicu melalui lembaga
ekonomi yang dimiliki oleh desa, yaitu BUM Desa. BUM Desa secara jelas
diatur pada Permendesa No.4 Tahun 2015. Pendirian BUM Desa bertujuan :
Waktu
1 JP (30 menit)
Metode
Couching and Concelling, yaitu bentuk bimbingan teknis yang
mengaharapkan timbal balik dalam penampilan kerja, dukungan
dari pelatih, dan penjelasan secara perlahan terhadap cara
melakukan pekerjaan secara tepat.
Media
Slide presentasi
Instrumen perundangan & akademik
Alat Bantu
Flip chart
Alat tulis
Kertas ukuran plano
Laptop
Lcd
Proses penyajian :
1. Nasarasumber menjelaskan tujuan, hasil, dan proses yang
diharapkan dari sub pokok bahasan “Dasar Hukum”
2. Bagilah peserta menjadi 5 (lima) kelompok, kemudian
tugaskan masing-masing kelompok untuk melakukan speed
reading dan diskusi selama 10 menit, tentang hal-hal sebagai
berikut :
Dasar hukum (Peraturan dalam sistem peraturan
perundangan)
Jenis-jenis peraturan di desa
3. Minta satu kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya,
berikan kesempatan bagi kelompok lain untuk memberikan
tanggapan.
4. Fasilitator memberikan komentar terhadap proses diskusi,
kemudian memberikan penjelasan dengan menggunakan
Peraturan Desa atau disingkat Perdes pernah diatur dalam Pasal 7 ayat (2)
UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan, tetapi ketentuan tentang Perdes tersebut dihapus dalam
ketentuan UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan.
Ketentuan lama Pasal 7 ayat (2) UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan menyatakan, “Peraturan Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e meliputi:....c. Peraturan
Desa/peraturan yang setingkat, dibuat oleh badan perwakilan desa atau
nama lainnya bersama dengan kepala desa atau nama lainnya.” Norma
hukum tersebut meletakkan kedudukan Perdes sebagai bagian dari
Peraturan Daerah (Perda), sehingga bertentangan dengan Pasal 18B ayat (2)
UUD NRI 1945. Norma pengaturan bahwa Perdes menjadi bawahan Perda
dalam UU No. 10 Tahun 2004 dicabut oleh UU No. 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Perdes bukan lagi sebagai
aturan hukum yang menjadi bagian dan bawahan Perda.
Kedudukan Perdes diatur dalam Pasal 8 ayat (1) UU No. 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan bahwa jenis
Peraturan Perundangundangan. selain UUD NRI 1945, Ketetapan MPR,
UU/Perppu, PP, Perpres, Perda Provinsi dan Perda Kabupaten/Kota adalah
“mencakup peraturan yang ditetapkan oleh Kepala Desa atau yang setingkat.”
Perdes merupakan jenis peraturan perundangundangan lain diluar jenis dan
hirarki 7 (tujuh) peraturan perundang-undangan yang disebut dalam UU No.
Jenis peraturan di Desa telah diatur dalam UU No. 6 Tahun 2014 tentang
Desa. Ketentuan dalam Pasal 69 ayat (1) UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa
menyatakan, “Jenis Peraturan di Desa terdiri atas Peraturan Desa, peraturan
bersama Kepala Desa, dan peraturan Kepala Desa”. Pada prinsipnya
Peraturan Desa, peraturan bersama Kepala Desa, dan peraturan Kepala Desa
merupakan delegated legislation yakni suatu produk hukum yang disusun
atas dasar norma delegasi dari peraturan perundangundangan yang lebih
tinggi.
Tujuan
Waktu
1 JP (60 menit)
Metode
Couching and Concelling, yaitu bentuk bimbingan teknis yang
mengaharapkan timbal balik dalam penampilan kerja, dukungan
dari pelatih, dan penjelasan secara perlahan terhadap cara
melakukan pekerjaan secara tepat.
Media
Slide presentasi
Instrumen perundangan & akademik
Alat Bantu
Flip chart
Alat tulis
Kertas ukuran plano
Laptop
Lcd
Proses penyajian :
1. Nasarasumber menjelaskan tujuan, hasil, dan proses yang
diharapkan dari sub pokok bahasan “AD & ART BUM Desa”
2. Bagilah peserta menjadi 5 (lima) kelompok, kemudian
tugaskan masing-masing kelompok untuk melakukan speed
reading dan diskusi selama 15 menit, tentang hal-hal sebagai
berikut :
AD & ART BUM Desa
Prosedur penetapan AD & ART BUM Desa
3. Minta satu kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya,
berikan kesempatan bagi kelompok lain untuk memberikan
tanggapan.
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang biasa disingkat AD/ART
merupakan landasan operasional dalam menjalankan suatu usaha atau
organisasi. Di dalamnya terdapat visi, misi, tujuan, tugas pokok, sampai
bidang usahanya termasuk kualifikasi apa dan siapa saja yang menanam
modal serta berapa modal yang ditanamkan. AD/ART organisasi berbeda
dengan AD/ART perusahaan. AD/ART organisasi biasanya disahkan oleh
forum yang merupakan anggota organisasi. Sedangkan AD/ART perusahaan
biasanya disepakati oleh masing-masing pemilik modal yang di tandatangani
di atas notaris, artinya badan usaha tersebut sah secara hukum.
Tujuan
Waktu
1 JP (30 menit)
Metode
Couching and Concelling, yaitu bentuk bimbingan teknis yang
mengaharapkan timbal balik dalam penampilan kerja, dukungan
dari pelatih, dan penjelasan secara perlahan terhadap cara
melakukan pekerjaan secara tepat.
Media
Slide presentasi
Instrumen perundangan & akademik
Alat Bantu
Flip chart
Alat tulis
Kertas ukuran plano
Laptop
Lcd
Proses penyajian :
1. Nasarasumber menjelaskan tujuan, hasil, dan proses yang
diharapkan dari sub pokok bahasan “Struktur Organisasi
Pengelola BUM Desa”
2. Bagilah peserta menjadi 5 (lima) kelompok, kemudian
tugaskan masing-masing kelompok untuk melakukan speed
reading dan diskusi selama 15 menit, tentang hal-hal sebagai
berikut :
Struktur organisasi pengelola BUM Desa
Prosedur penetapan struktur organisasi pengelola BUM
Desa
2. Kejelasan kedudukan.
Yang selanjutnya yaitu kejelasan mengenai kedudukan,disini artinya anggota
atau seseorang yang ada didalam struktur organisasi sebenarnya dapat
mempermudah dalam melakukan koordinasi dan hubungan, sebab adanya
keterkaitan penyelesaian mengenai suatu fungsi yang telah di percayakan
kepada seseorang atau anggota.
Tujuan
Waktu
1 JP (60 menit)
Metode
Couching and Concelling, yaitu bentuk bimbingan teknis yang
mengaharapkan timbal balik dalam penampilan kerja, dukungan
dari pelatih, dan penjelasan secara perlahan terhadap cara
melakukan pekerjaan secara tepat.
Media
Slide presentasi
Instrumen perundangan & akademik
Alat Bantu
Flip chart
Alat tulis
Kertas ukuran plano
Laptop
Lcd
Proses penyajian :
1. Nasarasumber menjelaskan tujuan, hasil, dan proses yang
diharapkan dari sub pokok bahasan “Pelaksana Operasional
BUM Desa”
2. Bagilah peserta menjadi 5 (lima) kelompok, kemudian
tugaskan masing-masing kelompok untuk melakukan speed
reading dan diskusi selama 10 menit, tentang hal-hal sebagai
berikut :
Pentingnya susunan pelaksana operasional BUM Desa
Prosedur penetapan sususnan pelaksana operasional BUM
Desa
Ketua pelaksana atau Direktur BUM Desa memegang peranan penting dalam
perencanaan dan pelaksanaan BUM Desa Bersama. Direktur BUM Desa
bertugas menjelaskan tentang visi, misi, program, dan operasional BUM
Desa. Beberapa hal pokok dalam memilih direktur adalah perihal pemilihan
waktu dan kriteria seleksi.
Pemilihan Waktu. Musyawarah Desa adalah patokan waktu yang tepat untuk
memilih direktur. Direktur dan timnya harus cepat terlibat dalam
perencanaan BUM Desa sehingga akan segera bekerja menjalankan
usahanya.
Memilih tim pelaksana tergantung pada tujuan dan hasil yang diharapkan,
pekerjaan teknis yang harus dilakukan, dan kemampuan yang dibutuhkan
untuk menarik, menugaskan, mendelegasikan, mengawasi,
mengkomunikasikan, dan melakukan pekerjaan yang dibutuhkan di BUM
Peraturan Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain mempunyai
fungsi sebagai peraturan pelaksana dari peraturan desa ataupun pelaksana
dari peraturan yang lebih tinggi. Dalam posisinya sebagai peraturan
pelaksana dari Peraturan Desa (subdelegated legislation), Peraturan Kepala
Desa hanya dapat mengatur hal-hal yang diperintahkan secara konkret
dalam Peraturan Desa. Organisasi pengelola BUM Desa termasuk
didalamnya susunan kepengurusan (struktur organisasi dan nama pengurus).
Waktu
1 JP (60 menit)
Metode
Couching and Concelling, yaitu bentuk bimbingan teknis yang
mengaharapkan timbal balik dalam penampilan kerja, dukungan
dari pelatih, dan penjelasan secara perlahan terhadap cara
melakukan pekerjaan secara tepat.
Media
Slide presentasi
Instrumen perundangan & akademik
Alat Bantu
Flip chart
Alat tulis
Kertas ukuran plano
Laptop
Lcd
Proses penyajian :
1. Nasarasumber menjelaskan tujuan, hasil, dan proses yang
diharapkan dari sub pokok bahasan “Dasar Hukum
Penyertaan Modal Desa”
2. Bagilah peserta menjadi 5 (lima) kelompok, kemudian
tugaskan masing-masing kelompok untuk melakukan speed
reading dan diskusi selama 10 menit, tentang hal-hal sebagai
berikut :
Dasar hukum penyertaan modal desa
Prosedur penetapan penyertaan modal desa
3. Minta satu kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya,
berikan kesempatan bagi kelompok lain untuk memberikan
tanggapan.
4. Fasilitator memberikan komentar terhadap proses diskusi,
kemudian memberikan penjelasan dengan menggunakan
Beberapa persiapan awal yang perlu dilakukan oleh Desa antara lain, yaitu:
Sosialisasi ide atau inisiatif pendirian BUM Desa. Ide atau inisiatif ini bisa
muncul dari Pemerintah Desa dan atau masyarakat. Dari manapun inisiatif
tersebut jika dirasa baik bagi masyarakat, maka kuncinya adalah harus
dibahas didalam Musyawarah Desa. Kemudian melakukan tinjauan atau
kajian ringkas mengidentifikasi potensi-potensi apa saja yang ada di desa,
baik potensi sumberdaya alam, potensi pertanian, peternakan, perikanan,
pariwisata, potensi budaya dan tradisi, potensi SDM masyarakat yang ada,
potensi aset dan kekayaan desa yang menjadi kewenangan desa;
dan melakukan identifikasi atas aset-aset dan kekayaan yang ada di desa,
serta memililah-milah mana yang merupakan kewenangan desa dan mana
yang bukan kewenangan desa atas aset dan kekayaan yang ada di desa
tersebut. Berdasarkan identifikasi tersebut kemudian ditetapkan peraturan
desa tentang aset dan kekayaan desa yang menjadi kewenangan desa.
Tahapan pendirian BUM Desa dapat dirinci sebagai berikut: Tahap I (Pra
Musyawarah Desa) Melakukan sosialisasi dan penjajakan kepada warga desa
peluang pendirian BUM Desa, melakukan pemetaan aset dan kebutuhan
warga, menyusun draf Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga BUM
Desa, dan menentukan kriteria pengurus organisasi pengelola BUM Desa.
Tahap II (Musyawarah Desa) Menyampaikan hasil pemetaan dan potensi jenis
usaha, menyepakati pendirian BUM Desa sesuai dengan kondisi ekonomi,
potensi jenis usaha dan sosial budaya masyarakat; membahas Draf Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, memilih kepengurusan organisasi
Transaksi terjadi apabila ada dua belah pihak yang saling bertukar manfaat.
Adanya kelembagaan BUMDES memungkinkan Pemerintah Desa melakukan
transaksi dengan BUMDES secara sah dan meyakinkan. Hal ini telah diatur
dalam Undang-Undang Desa dan peraturan-peraturan turunannya. Kita
Waktu
1 JP (225 menit)
Metode
Couching and Concelling, yaitu bentuk bimbingan teknis yang
mengaharapkan timbal balik dalam penampilan kerja, dukungan
dari pelatih, dan penjelasan secara perlahan terhadap cara
melakukan pekerjaan secara tepat.
Media
Slide presentasi
Instrumen perundangan & akademik
Alat Bantu
Flip chart
Alat tulis
Kertas ukuran plano
Laptop
Lcd
Proses penyajian :
1. Nasarasumber menjelaskan tujuan, hasil, dan proses yang
diharapkan dari sub pokok bahasan “Studi Kelayakan Usaha
BUM Desa”
2. Bagilah peserta menjadi 5 (lima) kelompok, kemudian
tugaskan masing-masing kelompok untuk melakukan speed
reading dan diskusi selama 10 menit, tentang hal-hal sebagai
berikut :
Pentingnya studi kelayakan usaha BUM desa
Prosedur studi kelayakan usaha BUM desa
3. Minta satu kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya,
berikan kesempatan bagi kelompok lain untuk memberikan
tanggapan.
4. Fasilitator memberikan komentar terhadap proses diskusi,
kemudian memberikan penjelasan dengan menggunakan
Aturan tentang BUMDesa ada pada Bab X pasal 87 hingga pasal 90. Desa
bisa menentukan jenis usahanya, apakah di bidang pertanian, perikanan,
termasuk juga pariwisata. Dalam peraturan yang ada sebelumnya, badan
usaha ini hanya sampai pada tingkat kabupaten/kota, tetapi Undang-
Undang Desa mendorong badan usaha bisa didirikan di desa. BUMDesa pada
dasarnya merupakan bentuk konsolidasi atau penguatan terhadap lembaga-
lembaga ekonomi desa dan merupakan instrumen pendayagunaan ekonomi
lokal dengan berbagai ragam jenis potensi, yang bertujuan untuk
peningkatan kesejahteran ekonomi masyarakat desa melalui pengembangan
usaha ekonomi mereka, serta memberikan sumbangan bagi peningkatan
sumber pendapatan asli desa yang memungkinkan desa mampu
melaksanakan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan rakyat secara
optimal. Diharapkan keberadaan BUMDesa mampu mendorong dinamisasi
kehidupan ekonomi di pedesaan. Oleh karena itu dalam pengelolaan
BUMDesa dibutuhkan startegi yang matang.
Studi Kelayakan Bisnis merupakan metode ilmiah. Salah satu syarat metode
ilmiah adalah sistematis. Penyusunan studi kelayakan bisnis sebagai salah
satu metode ilmiah pada umumnya meliputi beberapa langkah kegiatan.
Penemuan ide bisnis. Tahap penemuan ide merupakan tahap
seseorang menemukan sebuah ide bisnis. Ide bisnis muncul karena
peluang bisnis yang dipandang memiliki prospek yang baik terlihat.
Penemuan ide bisnis ini dapat bersumber dari bacaan, hasil
pengamatan, informasi dari orang lain, media masa, maupun
berdasarkan pengalaman.
Melakukan studi pendahuluan. Studi pendahuluan dilakukan untuk
memperoleh gambaran umum peluang bisnis dari ide bisnis yang akan
dijalankan, termasuk di dalamnya prospek dan kendala yang dapat
muncul dari bisnis yang akan dilakukan. Jika berdasarkan studi
pendahuluan suatu ide bisnis yang akan dijalankan memiliki kendala
yang besar dan kurang prospek maka penyusunan studi kelayakan
yang lebih mendalam tidak perlu dilakukan. Sebaliknya, jika
berdasarkan studi pendahuluan sebuah ide bisnis memiliki prospek
yang baik dan pelaku bisnis memiliki keyakinan untuk mengatasi
kendala yang mungkin muncul maka proses dilanjutkan dengan tahap
berikutnya.
Membuat desain studi kelayakan. Setelah gambaran umum tentang
peluang bisnis dari ide bisnis yang akan dijalankan diperoleh, langkah
selanjutnya adalah membuat desain studi kelayakan yang meliputi
Waktu
1 JP (60 menit)
Metode
Couching and Concelling, yaitu bentuk bimbingan teknis yang
mengaharapkan timbal balik dalam penampilan kerja, dukungan
dari pelatih, dan penjelasan secara perlahan terhadap cara
melakukan pekerjaan secara tepat.
Media
Slide presentasi
Instrumen perundangan & akademik
Alat Bantu
Flip chart
Alat tulis
Kertas ukuran plano
Laptop
Lcd
Proses penyajian :
1. Nasarasumber menjelaskan tujuan, hasil, dan proses yang
diharapkan dari sub pokok bahasan “Perencanaan Bisnis
BUM Desa”
2. Bagilah peserta menjadi 5 (lima) kelompok, kemudian
tugaskan masing-masing kelompok untuk melakukan speed
reading dan diskusi selama 10 menit, tentang hal-hal sebagai
berikut :
Pentingnya perencanaan bisnis BUM desa
Prosedur perencanaan bisnis BUM desa
3. Minta satu kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya,
berikan kesempatan bagi kelompok lain untuk memberikan
tanggapan.
4. Fasilitator memberikan komentar terhadap proses diskusi,
kemudian memberikan penjelasan dengan menggunakan
Perencanaan Usaha (business plan) adalah proses penentuan visi, misi dan
tujuan, strategi, kebijakan, prosedur, aturan, program, dan anggaran yang
diperlukan untuk menjalankan suatu usaha tertentu (Bogadenta, 2013).
Akan tetapi, kenyataannya banyak orang gagal membuat sebuah rencana
bisnis (business plan) disaat akan melakukan bisnis.
1. Executive Summary, Biasanya terdiri dari satu atau dua halaman yang
menjelaskan secara singkat tentang usaha bisnis suatu perusahaan.
Hal ini sudah termasuk didalamnya sasaran bsinis, operasional, upaya
pemasaran, dan modal pendapatan.
2. Mission Statement, Pada umumnya menjelaskan visi dan misi dari
suatu perusahaan mengenai bisnis yang akan dijalankan. Pastikan visi
dan misi yang dibuat harus jelas, singkat dan mencakup kegiatan
bisnis yang akan dilakukan oleh perusahaan ke depannya.
3. Company Background, Menjelaskan latar belakang atau historikal
berdirinya suatu perusahaan. Secara umum, mengambarkan bisnis
kegiatan yang dijalankan oleh perusahaan tersebut dan asal mula ide
untuk membangun bisnis tersebut.
4. Product Description, Menggambarkan secara jelas produk atau jasa
yang akan di jual atau ditawarkan kepada konsumen. Selain itu dalam
pembuatan bisnis plan, pengusaha (entrepreneur) harus dapat
menjelaskan bagaimana sistem proses produksi tersebut dilakukan
dari pengelolaan bahan mentah (raw material), proses pembuatan
(work-in-process), hingga menjadi barang jadi (finished goods) dan
akhirnya dilakukan proses pengemasan atau pelabelan produk
(packing & labelling).
5. Marketing Plan, Dalam pembuatan business plan, perlu dibuat rencana
strategi pemasaran (marketing plan) yang akan dilakukan oleh
perusahaan dalam menjual produk atau jasa mereka kepada
konsumen. Dalam merancang marketing plan, harus dibuat secara
realistis, unik dan memberikan nilai tambah (value added) bagi
perusahaan sehingga dapat bersaing dengan perusahaan yang sejenis.
Marketing Plan bisa dibuat dalam beberapa fase sesuai dengan kondisi
bisnis perusahaan, misalnya: fase pengenalan produk atau jasa
Waktu
1 JP (60 menit)
Metode
Couching and Concelling, yaitu bentuk bimbingan teknis yang
mengaharapkan timbal balik dalam penampilan kerja, dukungan
dari pelatih, dan penjelasan secara perlahan terhadap cara
melakukan pekerjaan secara tepat.
Media
Slide presentasi
Instrumen perundangan & akademik
Alat Bantu
Flip chart
Alat tulis
Kertas ukuran plano
Laptop
Lcd
Proses penyajian :
1. Nasarasumber menjelaskan tujuan, hasil, dan proses yang
diharapkan dari sub pokok bahasan “Laporan Keuangan BUM
Desa”
2. Bagilah peserta menjadi 5 (lima) kelompok, kemudian
tugaskan masing-masing kelompok untuk melakukan speed
reading dan diskusi selama 10 menit, tentang hal-hal sebagai
berikut :
Pentingnya laporan keuangan BUM desa
Prosedur laporan keuangan BUM desa
3. Minta satu kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya,
berikan kesempatan bagi kelompok lain untuk memberikan
tanggapan.
4. Fasilitator memberikan komentar terhadap proses diskusi,
kemudian memberikan penjelasan dengan menggunakan
4. Menyusun laporan keuangan yang terdiri dari laporan rugi laba dan
laporan perubahan modal serta laporan-laporan lainnya. Laporan-laporan
tersebut dapat disusun langsung di neraca lajur, karena dalam neraca lajur
sudah dipisahkan jumlah-jumlah yang dilaporkan dalam neraca atau
laporan rugi laba. Kemudian, kedua laporan tersebut diubah bentuknya
sehingga dapat dihasilkan neraca dan laporan rugi laba yang lebih mudah
dibaca dan dianalisa.