Anda di halaman 1dari 3

Outsourced Film

Dalam film ‘outsourced’, terdapat banyak perbedaan dalam hal budaya yang terjadi. Todd yang
berkewarganegaraan Amerika ditugaskan outsourcing ke India untuk mencapai target perusahaan
tempat ia bekerja. Sesampainya di India, Todd menghadapi berbagai kebiasaan yang tidak biasa
baginya. Di sana selain perbedaan kultur budaya yang terjadi di masyarakat, Todd juga
menghadapi kultur budaya yang terjadi dalam workplace environment yang tidak biasa. Dalam
hal ini, Todd harus berusaha beradaptasi dengan lingkungan kerja maupun masyarakat yang
baru.
Saya menggunakan metode teori Hofstede’s Framework untuk menganalisa perbedaan culture
yang terjadi di film ini.
 Low / High Uncertainty Avoidance
Adanya terjadi high and low uncertainty avoidance di film ini. Contohnya pada
bagian ketika Asha (seorang wanita India yang ditunjuk Todd sebagai asisten
manager) memberi tahu Todd bahwa ia sudah bertunangan sejak kecil. Bagi Asha, ini
adalah hal yang biasa dan bisa ditoleransi maka ia merasa low uncertainty avoidance.
Sedangkan bagi Todd yang sudah memegang beliefs ‘kebebasan untuk memilih’ dari
Amerika, maka ia merasa high uncertainty avoidance karena hal ini adalah baru
baginya dan tradisi tersebut dipikir tidak aman untuk Kesehatan mental Asha.
Jika di dalam lingkungan kerja, Dave (boss Todd) yang baru saja sampai ke India,
merasa high uncertainty avoidance di bagian adegan ketika kantor outsourcing di sana
terendam air karena perairan pertanian tetangga. Todd yang sudah merasa low
uncertainty avoidance akan hal ini, dapat menanganinya dengan tenang yaitu
memanggil kenalannya untuk membenarkan aliran listrik di perusahaan outsource
tersebut. Dave yang tidak biasa, berpikir bahwa Todd sudah gila memanggil
kenalannya yang bukan tukang listrik ahli.

 Short/Long term orientation


Short term orientation yang terjadi di film ini adalah budaya pada perusahaan
Amerika yang memikirkan keuntungan jangka pendek. Dimana saat ada informasi
bahwa outsourcing yang baru berada di China, mereka segera merencanakan
menghapus semua data perusahaan yang ada di India dan dengan segera menyiapkan
yang baru di China. Maksudnya dalam teori ini adalah stress perusahaan berada pada
pengambila profit jangka pendek bukan future market position. Dalam hal budaya di
masyarakat juga culture Amerika memegan short term orientation, disebutkan di
adegan film disebutkan tingkat divorce atau perceraian di sana mencapai lima puluh
persen karena memikirkan rasa cinta yang terjadi pada hari itu. Sedangkan budaya di
India memikirkan long term orientation di mana mereka semua dinikahkan
berdasarkan kepribadian dari masing-masing pasangan dan kesuksesan karir.

 Low/High Power Distance


Low power distance dapat ditemuka pada scene awal film ini. Adegan di mana Dave
(boss Todd) memberikan perintah untuk melatih replacement baginya di India.
Percakapan antara Todd dengan bosnya yang terlihat sangat casual dan informal
hingga terjadi negosiasi, berbeda saat di India dimana Todd menegur manager (Puro)
di sana karena tidak ada peningkatan hasil kinerja. Saat di india tingkat hirarki sangat
dihargai, Puro saat ditegur hanya meminta maaf dan berjanji akan meningkatkan
kinerja perusahaan segera.

 Collectivist / Individualist
Hal ini terjadi di adegan film di mana saat Todd dan Puro sedang mengobrol di suatu
tempat. Puro sangat terkejut ketika mendengar cerita Todd yang sudah tidak serumah
dengan orang tuanya dan hanya mengunjungi mereka beberapa kali dalam setahun.
Sedangkan di India, kedekatan keluarga sangatlah penting dan sangat dijaga. Todd
yang berasal dari Amerika sangat memegang kebudayaan individualist yang tinggi
sedangkan Puro yang memiliki culture India sangat memegang kebudayaan
collectivist.

 Masculinism / Feminism
India termasuk negara masculinism, salah satunya dalam hal gender. Di bagian
adegan saat Todd mempercayai Asha sebagai asisten manager, Puro sempat tidak
percaya bahwa Asha mampu melakukannya karena ia adalah seorang perempuan. Hal
ini salah satu contoh masculinism di lingkungan kerja yang berkaitan dengan gender.

Bibliography

Browaeys, & Price. (2015). Understanding Cross Cultural Management 3rd edition. England:
Pearson.

Anda mungkin juga menyukai