Anda di halaman 1dari 5

Salah satu kewajiban kita yang bermukim, atau tinggal “Wahai orang - orang yang beriman!

beriman! Apabila telah di seru


menetap dalam satu tempat, apakah di pedesaan atau untuk melaksanakan shalat Jum'at, maka segeralah kamu
kampung, asrama atau komplek-komplek perumahan mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian
lainnya, adalah melaksanakan Shalat Jum’at. itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”

Shalat Jum’at hukumnya Fardhu ‘ain, artinya wajib bagi Yang dimaksud jual beli di sini ialah, segala pekerjaan atau
setiap umat Islam laki-laki yang dewasa, merdeka, dan kegiatan yang dilakukan selain dari urusan shalat,
tetap di dalam negeri /kampung. termasuklah atau jual beli

Rasulullah saw bersabda : Yang harus segera ditinggalkan bila waktu shalat Jum’at
sudah hampir tiba, Tidak boleh melalaikan diri menunggu
adzan dikumandangkan baru berangkat menuju shalat
Jum’at. Kecuali bila ada hal-hal yang membahayakan,
sehingga kita harus menunggu bahaya itu berlalu/selesai.

Begitu pentingnya Shalat Jum’at itu sehingga Rasulullah ‫ﷺ‬


mengatakan:
Artinya :
“Jum’at itu hak yang wajib dikerjakan oleh tiap-tiap
orang Islam, dengan berjama’ah, dikecualikan 4 macam : 1.
Hamba Sahaya, 2. Perempuan, 3. Anak-anak dan 4. Orang
Sakit.”
“Barangsiapa yang meninggalkan shalat Jum’at 3 kali
Dalam Surah Jum’ah ayat 9 lebih tegas dijelaskan : dengan meremehkannya, maka Allah akan mengunci mata
hatinya” (HR. Malik)

Jama’ah Juma’at yang dirahmati Allah,


Rasulullah saw menganjurkan kepada umatnya untuk Dan apabila imam sudah keluar (untuk memberi
bergegas dan lebih awal datang ke Masjid pada hari Jum’at khuthbah), maka para malaikat hadir mendengarkan dzikir
dengan memberikan kelebihan-kelebihan terhadap orang- (khuthbah tersebut).” (HR. Bukhari no. 881 dan Muslim no.
orang yang duluan datang, sebagaimana hadisnya: 850)

Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah.

Selanjutnya, ada beberapa kegiatan yang tergolong ibadah


sebelum melaksanakan shalat Jum’at, di antaranya :

 Membersihkan diri; seumpama mandi sebelum


Jum’at, lalu berhias dengan memakai pakaian yang
bersih dan bagus, serta memakai wangi-wangian.

Sabda Rasulullah saw :

Barangsiapa mandi pada hari jumat sebagaimana mandi


janabah, lalu berangkat menuju masjid, maka dia seolah
berkurban dengan seekor unta. Barangsiapa yang datang
pada kesempatan (waktu) kedua maka dia seolah
berkurban dengan seekor sapi. Barangsiapa yang datang
pada kesempatan (waktu) ketiga maka dia seolah
berkurban dengan seekor kambing yang bertanduk.
Barangsiapa yang datang pada kesempatan (waktu)
keempat maka dia seolah berkurban dengan seekor ayam.
Dan barangsiapa yang datang pada kesempatan (waktu)
kelima maka dia seolah berkurban dengan sebutir telur.
“Barangsiapa mandi pada hari Jumat, memakai minyak Hal-hal yang harus menjadi perhatian Jama’ah Jum’at
wangi (apabila dia memilikinya), memakai pakaian (syar’i) bahwa :
yang paling bagus, kemudian keluar menuju ke masjid,
 Apabila Khatib sedang menyampaikan Khutbah Jum’at,
lantas dia shalat dan tidak mengganggu orang lain,
Jama’ah harus mendengarkannya dan tidak boleh
kemudian diam (mendengar khutbah) apabila imam
berbicara. Hadits Rasulullah ‫ ﷺ‬:
berkhutbah sampai dia shalat, hal-hal itu menjadi
penghapus dosa-dosanya antara Jumat tersebut dan Jumat
berikutnya.” (HR. Ahmad)
“apabila engkau berkata kepada temanmu “diamlah”
pada hari Jum’at padahal Imam sedang berkhutbah,
maka benar-benar telah melakukan satu perkara yang
 Kemudian memotong kuku, menggunting kumis,
sia-sia yaitu lalai.” (HR. Bukhari & Muslim)
menyisir jenggot, sabda Rasulullah saw :

“Rasulullah saw memotong kuku dan menggunting  Bermain handphone, membuka WA, SMS, Fesbuk, dan
kumisnya pada hari Jum’at.” lain-lain juga tidak boleh karena akan mengganggu
konsentrasi kita dan jama’ah lainnya untuk
mendengarkan Khutbah.
Kisah kaum Nabi Musa a.s yang berada di tepi laut antara
Negeri Mesir dan Makkah, menurut beberapa riwayat,
daerah tersebut bernama Aylah. Mata pencarian mereka
adalah menangkap ikan di laut.

Mereka melanggar perintah Allah yang mengharamkan


untuk menangkap ikan pada hari sabtu. Karena hari sabtu
kala itu mereka diwajibkan melaksanakan ibadah, berdzikir
dan meninggalkan perdagangan serta hal-hal yang bersifat
keduniawian.

Menurut salah satu riwayat, awalnya perintah ibadah itu


jatuh pada hari Jum’at, namun mereka meminta dengan
berbagai alasan agar pelaksanaan ibadah dipindah pada
hari sabtu, usul mereka diterima Nabi Musa.

Hingga datang ujian Allah, bahwa pada hari Sabtu itu ikan-
ikan bermunculan, lalu mereka sibuk mengambil ikan, dan
berulang kali diingatkan oleh Nabi Musa namun mereka
tidak peduli, maka akhirnya Allah mengutuk mereka
menjadi kera.
“Dan sungguh, kamu telah mengetahui orang-orang yang
melakukan pelanggaran di antara kamu pada hari Sabat,
lalu Kami katakan kepada mereka, “Jadilah kamu kera
yang hina!” (Q.S. Al-Baqarah : 65) Maka setelah mereka bersikap sombong terhadap segala
apa yang dilarang. Kami katakan kepada mereka, “Jadilah
kamu kera yang hina.” (Q.S. Al-A’raf : 66)

Para ulama tafsir berbeda pendapat tentang riwayat


selanjutnya kera-kera tersebut. Ada sebagian ulama yang
mengatakan bahwa setelah berubah menjadi kera, mereka
pun mati begitu saja dan punah setelah tiga hari. Kutukan
menjadi kera itu untuk menghinakan mereka sebelum
dimatikan, agar sempat merasakan kehinaan di dunia ini.

Sebagian lagi mengatakan bahwa Allah dengan kekuasaan-


“Katakanlah (Muhammad), “Apakah akan aku beritakan
Nya, setelah mereka menjadi kera dalam beberapa waktu,
kepadamu tentang orang yang lebih buruk pembalasannya
Allah Ta’ala mengembalikan lagi mereka ke wujud semula.
dari (orang fasik) di sisi Allah? Yaitu, orang yang dilaknat
Dengan sifat-sifat kera dan dimatikan dalam keadaan hina.
dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan
kera dan babi dan (orang yang) menyembah Thaghut.”
Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari
jalan yang lurus” (Q.S. Al-Maidah : 60)

Anda mungkin juga menyukai