Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ILLEGAL FISHING DI INDONESIA

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 1

1. Jumriani (TIDAK BEKERJA)


2. Andi Abdullah al.m (TIDAK BEKERJA)
3. Ahmad Jaelani (BEKERJA)
4. Andi hersya n a (BEKERJA)
5. Andi.moh. Akbar (TIDAK BEKERJA)
6. Andi .Moh. asyidiq (TIDAK BEKERJA)
7. Annisa Nurhidayah (BEKERJA)
8. Bintang. A. Rayhan (BEKERJA)
9. Dela Sapareng (BEKERJA)
10.Dina Aulia zalzabilah (BEKERJA)
11.Fatisa Salsabila (BEKERJA)
12. Hidayat (TIDAK BEKERJA)
KELAS XI MIA 1
MAN TOLI-TOLI
KATA PENGANTAR

Puji syukur yang dalam kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Membuat indikator dari zat
warna pada tumbuhan”.

Dalam Penulisan makalah ini, kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Kami berharapsemoga makalah ini dapat membantu teman-teman mengetahui tentang


membuat indikator dari zat warna pada tumbuhan. Terimah kasih kami ucapkan atas
waktunya untuk membaca makalah ini.

Tolitoli, February 2021


i

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................................i
Daftar Isi...................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................3
1.2 Perumusan Masalah.....................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................3
1.4 Metode Penelitian................................................................................3
1.5 Metode pengumpulan Data............................................................3

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Illegal Fishing.........................................................................4-5
2.2 Perkembangan Illegal Fishing Di Indonesia.....................................5-6
2.3 Upaya Menangani Dan Menanggulangi Illegal Fishing Di Indonesia...................6-7
2.4 Peran Masyarakat Dan Media Dalam Memberantas Illegal Fishing Di Indonesia........7-8
2.5 Faktor Yang Menyebabkan Illegal Fishing Terjadi Di indonesia....................8-9
2.6 Dampak Dari Illegal Fishing....................................................................9-10
2.7 Kerugian Yang Diakibatkan Oleh Praktik Illegal Fishing.....................10-11

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan................................................................................12
3.2 Saran..................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Illegal fishing merupakan masalah klasik yang sering dihadapi oleh
negara yang memiliki banyak pantai karena masalah tersebut sudah ada sejak
dulu. Namun hingga sekarang masalah illegal fishing masih belum dapat
diberantas. Hal itu dikarenakan untuk mengawasi wilayah laut yang banyak
secara bersamaan itu merupakan hal yang sulit. Negara yang sudah memiliki
teknologi yang maju dibidang pertahanan dan keamanan sekalipun pasti juga
pernah terkena kejahatan illegal fishing.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki banyak pantai
mengingat status Indonesia sebagai negara kepulauan. Hal ini tentu saja
mengakibatkan Indonesia juga terkena masalah illegal fishing. Apalagi
Indonesia juga dikenal sebagai negara dengan potensi sumber daya hayati
yang besar.

1.2 Perumusan Masalah


1. Apa definisi illegal fishing
2. Bagaimana perkembangan illegal fishing di Indonesia
3. Bagaimana upaya menangani dan menanggulangi illegal fishing di Indonesia
4. Bagaimana peran masyarakat dan media dalam memberantas illegal fishing di
Indonesia
5. Apa sajakah faktor yang menyebabkan illegal fishing terjadi di Indonesia
6. Apa sajakah dampak dari illegal fishing
7. Apa sajakah kerugian yang diakibatkan oleh praktik illlegal fishing

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui apa definisi dari illegal fishing.
2. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan illegal fishing di Indonesia.
3. Untuk mengetahui bagaimana upaya menangani dan menanggulangi illegal fishing
di Indonesia.
4. Untuk mengetahui peran masyarakat dan media dalam memberantar illegal fishing di
Indonesia.
5. Untuk mengetahui apa sajakah faktor yang menyebabkan illegal fishing di Indonesia.
6. Untuk mengetahui apa sajakah dampak dari illegal fishing.
7. Untuk mengetahui apa sajakah kerugian yang diakibatkan oleh praktik illegal fishing.

1.4 Metode Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Deskriptif
analisis merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan secara
sistematis dan akurat mengenai faktor-faktor dan sifatsifat tertentu yang terdapat dalam
objek penelitian.

1.5 Metode Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan oleh peneliti di dalam penelitian analisis
menggunakan metode studi literatur, yaitu dengan mencari beberapa referensi yang ada
kaitannya dengan illegal fishing melalui catatan dengan bentuk tulisan, partitur, internet,
makalah, berbagai tulisan ilmiah serta rekaman audio serta video secara audiovisual.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Illegal Fishing
Dalam peraturan perundang-undangan tentang kelautan, terutama menyangkut masalah
perikanan, kategori tindak pidana dibedakan menjadi “kejahatan” dan “pelanggaran”.
Namun, baik dalam tindak kejahatan maupun pelanggaran tidak terdapat istilah illegal
fishing. istilah ini terdapat dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang perikanan, tetapi
tidak diberikan definisi ataupun penjelasan lebih lanjut.

Illegal fishing merupakan kasus yang sering terjadi di wilayah perairan Indonesia. Illegal
fishing merupakan suatu tindakan pencurian ikan yang dilakukan oleh para nelayan/kapal
yang tidak sah atau tidak memiliki izin, termasuk nelayan/kapal asing. Tindakan illegal
fishing merupakan suatu tindakan yang melanggar aturan dalam pemanfaatan sumber daya
laut. Tindakan ini hanya memberikan keuntungan yang besar bagi para nelayan, tetapi
disamping itu akan memberikan dampak yang buruk bagi ekosistem laut. Tindakan illegal
fishing hanya memberikan kerugian bagi suatu negara karena sumber daya laut terus
dieksploitasi tanpa melihat dampak buruk yang diakibatkannya.

Illegal fishing berasal dari kata illegal yang berarti tidak sah atau tidak resmi. Fishing
merupakan kata benda yang berarti perikanan; dari kata fish dalam bahasa Inggris yang
berarti ikan; mengambil, merogoh; mengail, atau memancing.
Pengertian illegal fishing tidak hanya ditinjau secara umum. Berdasarkan International Plan
of Action to Prevent, Deter and Eliminate IUU Fishing (IPOAIUU Fishing) tahun 2001, yang
dianggap sebagai tindakan illegal fishing adalah:

1. Kegiatan perikanan oleh orang atau kapal asing di perairan yang menjadi yurisdiksi
suatu negara, tanpa izin dari negara tersebut, atau bertentangan dengan hukum dan
peraturan perundangundangan;

2. Kegiatan perikanan yang dilakukan oleh kapal yang mengibarkan bendera suatu
negara yang menjadi anggota dari satu organisasi pengelolaan perikanan regional,
akan tetapi dilakukan melalui cara yang bertentangan dengan pengaturan mengenai
pengelolaan dan konservasi sumber daya yang diadopsi oleh organisasi tersebut,
dimana ketentuan tersebut mengikat bagi negara-negara yang menjadi anggotanya,
ataupun bertentangan dengan hukum internasional lainnya yang relevan;

3. Kegiatan perikanan yang bertentangan dengan hukum nasional atau kewajiban


internasional, termasuk juga kewajiban negara-negara anggota organisasi
pengelolaan perikanan regional terhadap organisasi tersebut;

4. Kegiatan penangkapan ikan yang melanggar hukum yang paling umum terjadi di
WPP-NRI adalah pencurian ikan oleh kapal penangkap ikan berbendera asing,
khususnya dari beberapa negara tetangga.
Jika pada pernyataan diatas pengertian illegal fishing hanya sebatas tindakan pencurian
ikan yang dilakukan oleh nelayan/kapal asing, namun pada kenyataannya tindakan illegal
fishing juga dapat dilakukan oleh nelayan/kapal milik negara Indonesia.
Ada beberapa kategori pada nelayan/kapal berbendera Indonesia yang disebut melakukan
tindakan illegal fishing, yaitu:

1. kapal penangkap ikan dalam pengoperasiannya tidak dilengkapi dengan Surat Izin
Penangkapan Ikan (SIPI);
2. kapal pengangkut ikan dalam pengoperasiannya tidak dilengkapi dengan Surat Izin
Kapal Pengangkutan Ikan (SIKPI);
3. jalur dan daerah penangkapan tidak sesuai dengan yang tertera dalam izin;
4. penggunaan bahan atau alat penangkapan ikan berbahaya atau alat penangkapan
ikan yang dilarang;
5. pemalsuan surat izin penangkapan ikan;
6. manipulasi dokumen kapal, antara lain ukuran, lokasi pembuatan, dan dokumen
kepemilikan kapal;
7. nama kapal, ukuran kapal dan/atau merek, nomor seri, dan daya mesin tidak sesuai
dengan yang tercantum dalam izin;
8. jenis, ukuran dan jumlah alat tangkap dan/atau alat bantu penangkapan tidak sesuai
dengan yang tercantum dalam izin;
9. kapal beroperasi tanpa Surat Persetujuan Berlayar (SPB);
10. tidak memasang atau tidak mengaktifkan alat pemantauan kapal penangkap ikan
dan kapal pengangkut ikan yang ditentukan (antara lain transmitter VMS);
11. kapal penangkap ikan dan kapal pengangkut ikan melakukan bongkar muat di
tengah laut tanpa izin;
12. kapal penangkap ikan mengangkut hasil tangkapan langsung ke luar negeri tanpa
melapor di pelabuhan yang ditentukan;
13. kapal penangkap ikan dan kapal pengangkut ikan berbendera Indonesia
menangkap/mengangkut ikan di wilayah yurisdiksi negara lain tanpa izin dari negara
yang bersangkutan dan tanpa persetujuan dari Pemerintah Republik Indonesia.
.
Dari penjelasan diatas, definisi dari illegal fishing secara umum adalah penangkapan
sumber daya laut yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak memiliki izin. Selain itu
penangkapan sumber daya laut yang juga disebut sebagai illegal fishing yaitu ketika
penangkapan ikan dilakukan dengan menggunakan alat atau bahan tangkap yang dapat
merusak biota laut.

2.2 Perkembangan Illegal Fishing Di Indonesia


Tindakan illegal fishing pada umumnya terjadi di seluruh wilayah perairan di dunia,
termasuk di Negara Indonesia. Negara Indonesia yang merupakan negara maritim juga
tidak lepas dari masalah illegal fishing. Tindakan kejahatan yang terjadi di wilayah perairan
ini menjadi tindakan yang sudah terorganisir dalam tingkat nasional hingga internasional.
Pencurian ikan merupakan musuh bersama bangsa-bangsa di dunia. Betapa tidak, selain
menguras ketersediaan sumber daya ikan, juga menggerogoti pendapatan negara. Tak
kurang pelbagai deklarasi regional dan internasional dipublikasikan untuk meneguhkan
komitmen memerangi praktek pencurian ikan.22 Tindakan illegal fishing ini menjadi
perhatian organisasi dunia, seperti Food and Agriculture Organization yang juga ikut dalam
mengatur kasus ini. FAO mengamati kasus illegal fishing dengan melihat aspek
keberlangsungan ekosistem dan sumber daya perikanan yang terkandung didalamnya.
Selain itu terdapat juga aspek ekonomi yang menjadi perhatian dalam tindakan Illegal
Fishing.

Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir tindakan pencurian ikan semakin merajalela.
Tingginya kasus pencurian ikan di Indonesia menunjukkan bahwa masih lemahnya
pengawasan terhadap wilayah perairan. Beberapa peneliti dan lembaga di Indonesia telah
melakukan pengamatan terhadap kasus illegal fishing yang terjadi di wilayah perairan
Indonesia, seperti pada Kementerian Kelautan dan Perikanan. KKP belum dapat dikatakan
maksimal dalam pengawasan wilayah perairan, karena kapal yang dimiliki sangat terbatas
yaitu hanya 24 kapal pengawas. Kurangnya jumlah kapal pengawas menjadi salah satu
faktor masih lemahnya pengawasan wilayah perairan di Negara Indonesia. Selain itu,
kewenangan bidang kelautan dan perikanan yang terbagi pada TNI Angkatan Laut dan
Kepolisian juga menjadi penyebab dari lemahnya pengawasan sehingga menyebabkan
kasus illegal fishing masih sering terjadi.

Banyaknya tindakan illegal fishing yang terjadi di wilayah perairan Indonesia disebabkan
oleh beberapa hal. Rata-rata para pelaku illegal fishing tidak memiliki surat izin untuk
menangkap ikan. Para nelayan banyak yang tidak memiliki surat-surat atau dokumen
lengkap. Selain itu, penggunaan bahan kimia dan alat tangkap yang terlarang telah menjadi
hal yang biasa bagi para nelayan. Bagi para nelayan, jika menggunakan alat pancing
seadanya hasil yang diperoleh sedikit dan hanya mendapat keuntungan kecil. Banyak
pelanggaran yang dianggap menjadi tindakan illegal fishing. seperti pada tabel berikut
merupakan jenis-jenis pelanggaran yang dianggap sebagai tindakan illegal fishing.

Dari tabel diatas, terlihat jika jenis tindak pidana tanpa adanya izin dan alat tangkap
terlarang masih menjadi masalah utama dalam pengelolaan wilayah maritim. Banyak para
nelayan yang masih belum memiliki izin untuk menangkap ikan. Rata-rata nelayan yang
tidak memiliki izin bukan hanya dari nelayan asing, namun juga ada yang merupakan
nelayan asli warga Indonesia. Yang kedua adalah fishing ground masih sering menjadi
masalah dalam tindak pidana perikanan. Fishing ground dilarang karena dapat merusak
terumbu karang. Masih banyak para nelayan yang melakukan hal tersebut juga dengan
menggunakan alat dan bahan terlarang, akibatnya banyak biota laut yang rusak.

Sistem pengawasan wilayah perairan terus dilakukan dengan maksimal oleh Kementerian
Kelautan dan Perikanan. KKP terus berupaya dalam menangani kasus illegal fishing demi
mewujudkan Negara Indonesia sebagai negara kepulauan yang berdaulat.

2.3 Upaya Menangani Dan Menanggulangi Illegal Fishing Di Indonesia


Berikut ini adalah beberapa upaya untuk menangani dan menanggulangi illegal fishing di
Indonesia:
1) Melakukan perlindungan wilayah perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) untuk
pencegahan pencurian ikan (illegal fishing) di wilayah indonesia. Hal ini harus
dilakukan TNI Angkatan Laut sebagai bentuk perlindungan wilayah perairan Zona
Ekonomi Eksklusif Indonesia berkewajiban menjaga kedaulatan Indonesia serta
melindungi sumber daya alam
2) laut dari tindakan-tindakan pencurian ikan di Zona Ekonomi Eksklusif.
3) Melakukan tindakan hukum tegas bagi pelaku pencurian ikan (illegal fishing) yang
dilakukan oleh kapal asing di perairan zona ekonomi eksklusif (zee) berdasarkan
undang-undang nomor 31 tahun 2004 tentang perikanan.
4) Meningkatkan kompetensi nelayan tradisional dengan pemberdayaan nelayan
dapat mencegah pencurian ikan oleh kapal asing.
5) Menambah armada pengawas laut.
6) Membentuk badan peradilan kelautan yang berhubungan dengan illegal fishing.
7) Memperberat hukuman kepada pelaku yang terbukti melakukan illegal fishing.
8) Memperbaiki sarana dan prasarana serta menambah peralatan yang digunakan
untuk menganggulangi illegal fishing.

2.4 Peran Masyarakat Dan Media Dalam Memberantas Illegal Fishing di Indonesia
Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti mengaku bahwa baik dirinya
maupun pihak Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) serta Satuan Pengawas
(Satgas) Pemberantasan Illegal Fishing tidak akan bisa bekerja dengan maksimal untuk
mengamankan laut Indonesia dari pencurian ikan secara besar-besaran dan merajalela
tanpa bantuan masyarakat.

Untuk itu, dirinya mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan masyarakat
dan peran aktif yang terjadi selama ini sehingga membuat seluruh pihak terkait dalam tugas
pemberantasan pencurian tersebut menjadi lebih mudah untuk dilakukan.

“Saya sering mendapatkan informasi dari masyarakat di luar sana. Ini sangat
mempermudah kami dalam bekerja. Tanpa itu, kami tidak akan bias melakukannya,” ujar
Susi dalam kunjungan ke kantor media Kompas, di Jakarta, Jumat (20/11).

Hal ini terlihat banyaknya masyarakat yang mulai peduli dan aktif melaporkan kondisi yang
terjadi di lapangan. Info-info inilah yang membuat pihaknya dapat mengetahui keberadaan
kapal-kapal asing pencuri ikan yang berkeliaran di perairan Indonesia.

Selain keberadaan informan dari berbagai kalangan, salah satunya masyarakat itu, Susi
juga menuturkan bahwa dukungan media juga sangat membantu kinerjanya dalam
menyampaikan pesan dan kebijakan di sektor kelautan dan perikanan yang ingin
disampaikannya ke khalayak lebih luas.

“Tanpa whistle blower kami tidak akan bisa mendapatkan informasi tersebut. Sementara
media menjadi salah satu guard (penjaga) untuk tetap menjalankan tugas,” tambahnya.

Menteri Susi menyadari bahwa kebijakan yang diambil oleh pihaknya terkadang
kontrovesial, di mana ada pro dan kontra di dalamnya. Namun, lanjutnya, itu merupakan hal
yang biasa dalam sebuah keputusan kebijakan yang dibuat. Kendala pun kerap
dihadapinya saat memastikan dan menjalankan kebijakan tersebut.

Tidak dipungkiri, Susi juga tidak menampik banyak pihak yang ingin melakukan intervensi di
dalam pekerjaan yang dilakukannya. Seperti kabar berita yang beredar selama ini. Bahkan
ada lobi besar yang ingin membelinya, seperti yang pernah disampaikannya bahwa ada
yang ingin membelinya dengan angka yang bernilai fantastis sebesar Rp 5 triliun.
“Tanpa media saya tidak punya power. Lobi itu besar sekali. Saya kirim pesan kalau saya
mau dibeli Rp 5 triliun. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih atas kerja sama yang luar
biasa. Media, seperti Kompas menjadi mediator kami kepada masyarakat dan internasional
dalam menyampaikan pesan dan kebijakan tersebut. Saya dapat kekuatan dari media,
kalau tidak kami akan frustasi,” ujarnya.

Seperti diketahui, KKP yang dipimpinnya ini kerap menenggelamkan kapal asing yang
ketahuan menangkap dan mencuri ikan di laut Indonesia. Penindakan ini menimbulkan pro
dan kontra. Banyak yang mendukung aksinya, ada juga yang menyayangkan karena
terkesan memubazirkan kapal-kapal tangkapan karena bisa dimanfaatkan. Namun, Susi
mempunyai alasan sendiri melakukan itu dan dia menjalankan apa yang sudah
diperintahkan dalam Undang-Undang.

Selain itu, KKP juga mengeluarkan kebijakan moratorium bagi kapal eks asing. Moratorium
tersebut berisi penghentian untuk mengeluarkan izin baru bagi kapal baru. Selain itu, tidak
memperpanjang izin kapal yang sudah habis masa berlakunya dan mengkaji kembali izin
yang sudah dikeluarkan terkait dengan kepatuhan dan kedisiplinan yang telah diatur
sebelumnya.

Moratorium itu juga akan melarang kegiatan bongkar muat di tengah laut seperti yang
selama ini terjadi sehingga ikan hasil tangkapan tidak memberikan pemasukan bagi negeri.
Jika hal tersebut dilanggar, maka izin kapal akan dibekukan. Penghentian sementara
(moratorium) Menteri Kelautan dan Perikanan terkait izin usaha kapal eks-asing habis pada
31 Oktober 2015 lalu. Moratorium ini sudah berakhir karena sudah tidak ada arahan untuk
diperpanjang oleh Presiden Republik Indonesia.

2.5 Faktor Yang Menyebabkan Illegal Fishing Terjadi Indonesia


Tindakan illegal fishing yang masih sering terjadi menandakan bahwa lemahnya kebijakan
yang mengatur masalah illegal fishing. Kebijakan maritim dalam mengawasi wilayah
perairan Indonesia belum berjalan secara optimal, sehingga laut Indonesia masih saja
dikuasai oleh para nelayan asing.

Terdapat beberapa faktor-faktor yang menyebabkan maraknya praktek IUU fishing di


Indonesia, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Terjadinya overfishing (tangkap lebih) di negara-negara tetangga yang kemudian


mencari daerah tangkapan di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan produksi dan
pemasarannya. Meskipun, beberapa stok ikan di beberapa wilayah perairan (Pantai
Utara Jawa, sebagian Selat Malaka, Pantai Selatan Sulawesi, dan Selat Bali) telah
mengalami overfishing. Tetapi, masih cukup banyak wilayah laut Indonesia lainnya
yang masih memiliki sumberdaya ikan cukup besar, seperti Natuna dan ZEEI (Zona
Ekonomi Eksklusif Indonesia) di Laut Cina Selatan, Laut Arafura, Laut Sulawesi,
ZEEI di Samudera Pasifik, ZEEI di Samudera Hindia, dan wilayah laut perbatasan.
Indonesia dengan potensi produksi lestari (Maximum Sustainable Yield = MSY) ikan
laut sebesar 6,5 juta ton/tahun merupakan salah satu negara dengan potensi ikan
laut terbesar di dunia. MSY ikan laut dunia sekitar 90 juta ton/tahun (FAO, 2010).
Artinya, sekitar 7,2 persen ikan laut dunia terdapat di Indonesia. Sementara, negara-
negara yang selama ini melakukan pencurian ikan di wilayah laut Indonesia
(Thailand, Pilipina, Vietnam, Malaysia, RRC, dan Taiwan) memiliki potensi
sumberdaya ikan laut yang jauh lebih kecil ketimbang yang dimiliki Indonesia.

2. Sistem penegakan hukum di laut masih lemah, terutama dilihat dari aspek legalnya
maupun kemampuannya yang tidak sebanding antara luas laut dan kekuatan yang
ada. Contohnya, saat ini Indonesia baru punya 25 kapal patroli perikanan di bawah
pengelolaan KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan), dan dari jumlah itu, hanya
6 kapal patroli yang mampu beroperasi di ZEEI dan laut dalam. Sisanya hanya
mampu beroperasi di laut pinggir dan dangkal. Padahal, harusnya untuk mengawasi
wilayah laut Indonesia yang sangat luas (5,8 juta km2 ) dibutuhkan 90 kapal patroli
perikanan.

3. Sebagian oknum penegak hukum di laut (TNI-AL, POLRI, Kejaksaan, dan KKP)
ditenggarai merupakan bagian dari jaringan usaha penangkapan ikan oleh para
nelayan (perusahaan) asing secara illgal di wilayah laut Indonesia.

4. Sistem dan mekanisme perizinan kapal ikan masih diwarnai oleh praktik KKN
(Kolusi, Korupsi dan Nepotisme).

5. Kebanyakan pengusaha penangkapan ikan Indonesia yang lebih senang sebagai


broker (menjual izin kepada pengusaha asing), tanpa memiliki kapal ikan sendiri atau
kalaupun memiliki kapal ikan, mereka tidak bekerja cerdas, keras, dan serius seperti
pengusaha negara-negara tetangga itu.

6. Peraturan dan kebijakan dalam pengaturan usaha perikanan masih belum kondusif
dan menghasilkan kontrol yang kurang efektif, sehingga celah-celah selalu
dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

7. Dari sekitar 600.000 unit kapal ikan Indonesia, hanya sekitar 1 persen yang mampu
beroperasi dan menangkap ikan di wilayah laut ZEEI, laut perbatasan, dan laut
dalam. Sisanya, 99 persen armada kapal ikan hanya mampu beroperasi di wilayah
laut yang dekat pantai atau laut dangkal. Akibatnya, pencurian ikan oleh kapal asing
merajalela di wilayah laut yang tidak rejangkau oleh nelayan nasional itu.

8. Pengadilan perikanan seringkali menjatuhi hukuman (sanksi) kepada nelayan (kapal


ikan) asing yang melakukan pelanggaran (IUU fishing) terlalu ringan. Sehingga, tidak
ada efek jera bagi para nelayan (pengusaha) asing itu.

Pusat data KIARA (Agustus 2014) mencatat sedikitnya terdapat tiga faktor yang
menyebabkan masing tingginya kasus pencurian ikan di Tanah Air.24 Faktor pertama,
pengawasan laut yang masih terpecah belah dan tak terkoordinasi dengan baik di sejumlah
kementerian/lembaga negara. Faktor kedua, kebijakan perikanan di dalam negeri yang
memperbolehkan kapal asing ikut memanfaatkan sumber daya ikan nasional. Faktor ketiga,
dukungan anggaran yang minim untuk melakukan pengawasan di seluruh laut Indonesia.
anggaran itu tidak sebanding dengan luas wilayah laut Indonesia.

2.6 Dampak Dari Illegal Fishing


Indonesia sebagai suatu Negara kepulauan yang memiliki wilayah perairan sangat luas
memiliki ancaman bagi wilayah perairannya. Tindakan illegal fishing merupakan salah satu
ancaman bagi wilayah perairan Indonesia. Potensi sumber daya laut dieksploitasi secara
terus-menerus sehingga banyak biota laut yang rusak hingga mati. Tidak hanya sumber
daya laut yang menjadi dampak dari tindakan illegal fishing, namun tindakan pencurian ikan
tersebut telah memberi dampak bagi keamanan dan perekonomian Indonesia. Tindakan
illegal fishing merugikan para nelayan lokal yang mencari ikan secara jujur. Nelayan lokal
tidak bebas melakukan aktivitasnya di laut karena banyak sumber daya laut yang telah
dikuasai oleh para pelaku illegal fishing. Nelayan lokal kalah bersaing dengan mereka
sehingga pendapatan dari hasil memancing di laut tidak sebanyak yang didapatkan oleh
para pelaku illegal fishing. Dengan begitu, nelayan lokal banyak yang merugi karena
wilayahnya dikuasai oleh para pencuri ikan. Selain itu, dampak dari tindakan illegal fishing
juga mempengaruhi perekonomian Negara Indonesia. Banyaknya hasil laut yang dicuri oleh
para pelaku illegal fishing mengakibatkan rendahnya pendapatan negara.

Tindakan illegal fishing menjadi perhatian bagi pemerintah Indonesia. Masalah ini
merupakan masalah serius yang akan terus dihadapi oleh negara. Indonesia yang
merupakan negara dengan wilayahnya yang dikelilingi oleh perairan menjadikan tindakan
illegal fishing sering terjadi. Eksploitasi hasil laut secara terus-menerus menyebabkan
perekonomian negara mengalami penurunan sehingga kesejahteraan masyarakat juga ikut
terancam karena sumber daya laut yang seharusnya menjadi lahan kerja bagi mereka,
namun ternyata tidak dapat diandalkan karena hasil laut yang terus berkurang akibat
eksploitasi besarbesaran. Kerugian sosial akibat illegal fishing ini menyebabkan nelayan
lokal akan kalah bersaing sehingga mata pencaharian mereka berkurang. Eksploitasi
secara besar-besaran tidak hanya merugikan para nelayan, namun juga mengakibatkan
efek buruk bagi lingkungan.

Dampak dari tindakan Illegal Fishing adalah kerusakan ekosistem dan sumber hayati laut.
Banyak terumbu karang yang rusak dan hancur akibat penangkapan ikan yang dilakukan
menggunakan alat dan bahan yang dilanggar. Penggunaan bahan-bahan kimia dan alat
berbahaya yang tidak ramah lingkungan hanya akan membunuh biota laut, yang pada
akhirnya ikan-ikan yang seharusnya tidak untuk ditangkap ikut mati akibat penggunaan alat
dan bahan tangkap ikan yang tidak ramah lingkungan. Populasi ikan akan menjadi sedikit
karena penggunaan alat tangkap ikan dalam skala besar yang dapat mengakibatkan
keberlangsungan perikanan terganggu.

Seperti yang telah dijelaskan, tindakan illegal fishing yang terjadi di Indonesia dipengaruhi
beberapa faktor yang salah satunya adalah masih lemahnya penegakan hukum dalam
mengatasi kasus ini. Kebijakan pemerintah dalam pengawasan dan pengelolaan wilayah
perairan Indonesia juga berpengaruh pada kasus illegal fishing.

2.7 Kerugian Yang Diakibatkan Oleh Praktik Illegal Fishing


Praktik illegal fishing atau pencurian ikan masih mengancam berbagai negara di belahan
dunia. Ancaman tersebut telah menimbulkan kerugian yang tak sedikit, terlebih untuk
negara maritim seperti Indonesia.

Menurut CEO Indonesian Justice Initiative (IOJI), Mas Achmad Santosa, setidaknya
Indonesia mengalami kerugian mencapai USD 4 miliar per tahun atau setara Rp 56,13
triliun."Di Indonesia sendiri, besar kerugian yang dialami negara dari praktik illegal fishing
setidaknya USD 4 miliar per tahun,"
Achmad Santoso menjelaskan, setidaknya terdapat tiga faktor pendorong maraknya IUU
Fishing. Mulai dari motivasi untuk mendapatkan profit ekonomi yang besar, governance
yang lemah, hingga penegakan hukum.

Indonesia berkomitmen untuk meniadakan aktivitas penangkapan ikan dengan cara yang
ilegal, tak dilaporkan, dan tak diatur (IUU Fishing) melalui aksi pemberantasan IUUF yang
sudah dimulai sejak 2014. Sejak saat itu, banyak kapal perikanan asing ataupun lokal tidak
bisa beroperasi karena terbukti melakukan IUUF
Tetapi, meski lima tahun telah berlalu, aktivitas IUUF dinilai masih terus berlangsung hingga
sekarang. Aktivitas tersebut juga berlangsung di seluruh dunia, utamanya di Indonesia yang
wilayah lautnya meliputi 2/3 dari total wilayah Indonesia
Ada lima modus operandi yang sering digunakan kapal perikanan pelaku IUUF. Masing-
masing modus memiliki teknik manipulasi untuk memudahkan aksi kapal mencuri ikan dan
melaksanakan praktik terlarang lain
Dengan segala kerumitan yang ada dalam praktik IUUF, aktivitas tersebut masuk dalam
kategori kejahatan lintas negara yang terorganisir (transnational organized crime/TOC).
Tanpa ada upaya pemberantasan dari setiap negara, jaringan kuat dalam TOC dinilai akan
melanggengkan aktivitas IUUF

Praktik penangkapan ikan dengan cara ilegal, tak dilaporkan, dan tidak diatur (Ilegal,
Unreported and Unregulated/IUU Fishing) hingga sekarang masih menjadi hal yang
menakutkan bagi industri perikanan di dunia. Di Indonesia, praktik seperti itu diduga kuat
masih terus terjadi hingga saat ini di banyak wilayah perairan yang ada di seluruh
Nusantara.

Kepala Badan Riset, Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM KP)
Kementerian Kelautan dan Perikanan Sjarief Widjaja di Jakarta, pekan lalu mengatakan,
praktik IUUF tak hanya menimbulkan kerugian ekonomi yang besar terhadap Negara dan
masyarakat saja, melainkan juga merusak ekosistem yang ada di laut dengan sangat cepat.

Dia menyebutkan, untuk wilayah di sekitar Samudera Pasifik saja, kerugian akibat praktik
IUUF bisa mencapai rerata 4-7 juta ton komoditas perikanan per tahun. Dari jumlah
tersebut, diperkirakan nilai kerugian secara ekonomi mencapai USD8,3 juta atau Rp116,2
miliar setiap tahunnya.

“Tak hanya secara ekonomi, negara yang mengalami praktik IUU Fishing juga
mendapatkan kerugian terhadap keanekaragaman hayati. Berdasarkan data pencatatan,
penangkapan sebelum tahun 2015 menunjukkan bahwa hasil tangkapan udang, kakap, dan
kerapu dari Laut Arafura semakin berkurang dan ukurannya pun semakin kecil,” ungkapnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Illegal Fishing termasuk kegiatan malpraktek dalam pemanfaatan sumber daya perikanan
yang merupakan kegiatan pelanggaran hukum. Tindakan Illegal Fishing umumnya bersifat
merugikan bagi sumber daya perairan yang ada. Tindakan ini semata-mata hanya akan
memberikan dampak yang tidak baik bagi ekosistem perairan.

3.2 Saran
Kami tentunya menyadari jika masih terdapat banyak kesalahan dan jauh dari kata
sempurna. Kami akan memperbaiki karya tulis ini dengan berpedoman pada banyak
sumber yang ada dan menerima kritik dan saran yang Membangun dari Guru Pembimbing.

Anda mungkin juga menyukai