DAFTAR PUSTAKA___________________________________________ 29
LAMPIRAN __________________________________________________ 31
v
Peta Konsep
Implementasi
4A
• Pengamatan temperatur
• Pengamatan arah angin dan kecepatan angin
AMATI • Pengamatan curah hujan
• Pengamatan arah dan kecepatan arus
Radiasi Matahari:
Matahari 343 watt per m2
Sebagian radiasi Radiasi matahari yang
matahari dipantulkan meninggalkan Bumi:
oleh atmosfir dan 103 watt per m2
permukaan bumi
Sebagian radiasi Radiasi inframerah yang
inframerah menembus meninggalkan Bumi:
atmosfir dan menuju 240 watt per m2
luar angkasa
Radiasi matahari
yang melewati
Atmosfir
atmosfir
Radiasi matahari
yang masuk: 240
Efek Rumah Kaca
watt per m2
Sekitar setengah Sebagian radiasi inframerah diserap
radiasi matahari dan diemisi kembali oleh molekul gas
diserap oleh rumah kaca.
Bumi
permukaan Bumi.
Sekitar setengah radiasi Radiasi diubah menjadi energi panas, sehingga
matahari diserap oleh menyebabkan emisi radiasi gelombang panjang
permukaan Bumi. (inframerah) kembali ke atmosfir.
Mesin-mesin
berbahan bakar
minyak bumi
Gambar 1.1 Ilustrasi efek rumah kaca (Sumber: Olimpiade sains nasional SMP 2013)
Gambar 1.3 Indeks Temperatur Daratan-Samudra Global yang menunjukkan adanya peningkatan suhu secara
signifikan mulai dari tahun 1880 hingga 2014. (+ GISTEMP Team, 2015).
Gambar 1.5 Luas lapisan es rata-rata dari tahun 1979 – 2012. (Sumber: National Snow and Ice Data Center, 2007)
CO2 CO2
partikel terlarut
terlarut pendinginan
anorganik
anorganik
organik
arus naik
Gambar 1.7 Ilustrasi pompa karbon, mekanisme kesetimbangan karbon antara udara dan samudra.
Gambar 1.8 Perbandingan bentuk cangkang Foraminifera sebelum revolusi industry dan saat ini (Sumber: Moy, et.
al. 2009).
1. Iklim maritim, terdapat pada kawasan tropis atau subtropis yang dikelilingi oleh
laut. Pada kawasan tropis, iklim maritim memiliki ciri-ciri: variasi suhu rata-rata
tahunan yang rendah, banyak awan, dan sering hujan lebat disertai badai.
2. Iklim daratan, terdapat pada kawasan dengan daratan yang luas. Pada kawasan
tropis iklim daratan memiliki ciri-ciri: variasi suhu harian tinggi dan curah hujan
sedikit dengan waktu singkat.
3. Iklim dataran tinggi, yang terdapat pada kawasan dengan daratan tinggi.
Kawasan tersebut mengalami variasi suhu harian dan tahunan yang tinggi,
tekanan udara yang rendah, sinar matahari yang terik, dan kelembapan rendah.
4. Iklim pegunungan, yang terdapat di daerah pegunungan. Ciri-ciri iklim tersebut
adalah sebagai berikut: variasi suhu lebih kecil daripada iklim dataran tinggi,
hujan banyak jatuh di lereng bagian depan dan sedikit di daerah bayangan
hujan, kadang-kadang banyak turun salju
5. Iklim muson, dengan ciri-ciri adanya pergantian musim setiap setengah tahun,
yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Indonesia dipengaruhi oleh tiga tipe iklim, yaitu iklim tropis, iklim muson,
dan iklim maritim. Posisi lintang Indonesia yang berada pada garis khatulistiwa
menyebabkan Indonesia mengalami iklim tropis yang bersifat panas dan banyak
hujan.
Selain itu, terdapat dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Musim adalah periode waktu dalam satu tahun yang memiliki kondisi iklim
yang mencolok, misalnya pada musim panas maka unsur iklim yang mencolok
adalah suhu udara yang tinggi, sementara pada musim hujan, unsur iklim yang
mencolok adalah jumlah curah hujan yang berlimpah. Musim hujan terjadi akibat
hembusan angin muson barat pada bulan Oktober hingga April. Angin muson barat
berhembus dari Benua Asia menuju Benua Australia. Pada periode ini, Indonesia
akan mengalami musim hujan akibat adanya massa uap air yang dibawa oleh angin
ini, saat melalui lautan luas di bagian utara (Samudra Pasifik dan Laut Tiongkok
Selatan) Angin muson timur berhembus pada bulan April hingga Oktober yang
berasal dari daratan Australia yang sedikit membawa air. Pada saat itu, Indonesia
mengalami musim kemarau.
Indonesia merupakan negara kepulauan dan sebagian besar daratan di
Indonesia dikelilingi oleh laut atau samudra. Oleh sebab itu, Indonesia dipengaruhi
iklim maritim, yang lembap dan banyak mendatangkan hujan. Akibat pengaruh
ketiga tipe iklim tersebut yang menyebabkan walaupun musim kemarau, masih
sering pula terjadi hujan. Walaupun curah hujan antar daerah bervariasi, tapi
pada umumnya berada pada kisaran 1.500 - 3.000 mm/tahun. Hujan terbanyak di
Gambar 1.11 Peta Pergerakan Angin Muson Timur. (Sumber: Tjasyono, 1999)
Indonesia terdapat di Baturaden Jawa Tengah, yaitu curah hujan mencapai 7,069
mm/tahun. Hujan paling sedikit di Palu Sulawesi Tengah, merupakan daerah yang
paling kering dengan curah hujan sekitar 547 mm/tahun.
Pola umum curah hujan di Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Pantai sebelah barat setiap pulau memperoleh jumlah hujan lebih banyak
dibanding sebelah timur.
2. Curah hujan di Indonesia bagian barat lebih besar dibandingan bagian timur
3. Curah hujan mengikuti perubahan ketinggian, dengan curah hujan terbanyak
berada pada ketinggian antara 600 – 900 m dari permukaan laut.
4. Pada daerah pedalaman setiap pulau dan daerah dengan rawa besar, musim
hujan jatuh pada musim pancaroba.
5. Curah hujan tertinggi pada suatu bulan mengikuti letak Daerah Konvergensi
Antar Tropika (DKAT). DKAT merupakanwilayah yang temperature udaranya
lebih tinggi dibandingkan daerah sekitarnya akibat pengaruh sinar Matahari.
6. Saat mulai turunnya hujan bergeser dari barat ke timur seperti:
a. Pantai barat pulau Sumatera sampai ke Bengkulu mendapat hujan
terbanyak pada bulan November.
b. Lampung-Bangka yang letaknya ke timur mendapat hujan terbanyak pada
bulan Desember.
c. Jawa bagian utara, Bali, NTB, dan NTT pada bulan Januari – Februari.
MODUL 5: Pengamatan dan Penyebaran Informasi Iklim dan Cuaca 9
7. Di Sulawesi Selatan bagian timur, Sulawesi Tenggara, Maluku Tengah, musim
hujannya berbeda, yaitu bulan Mei-Juni. Pada saat itu, daerah lain sedang
mengalami musim kering. Batas daerah hujan Indonesia barat dan timur
terletak pada kira-kira 120° Bujur Timur.
Pola curah hujan di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
monsun, Inter-tropical Convergene Zone (ITCZ), Dipole mode Samudera Hindia
(IODM), ENSO, dan sirkulasi regional lainnya yang terdapat di samudera Pasifik
dan Samudera Hindia. Pola curah hujan Indonesia terbagi menjadi tiga daerah
utama dengan sebuah wilaya peralihan yaitu:
1. Daerah monsunal (zona A) merupakan pola yang dominan di Indonesia, karena
melingkupi hampir seluruh wilayah Indonesia. Daerah tersebut memiliki satu
puncak pada bulan November-Maret (NDJFM) dipengaruhi oleh monsun
barat yang bersifat basah dan lembah pada bulan Mei-September (MJJAS)
dipengaruhi oleh monsun tenggara yang bersifat kering, sehingga dapat
dibedakan dengan jelas antara musim kemarau dan musim hujan. Selain itu
daerah A berkorelasi kuat dengan perubahan suhu permukaan laut.
2. Daerah kuatorial (zona B) mempunyi dua puncak pada bulan Oktober-
November (ON) dan pada bulan Maret-Mei (MAM). Pola ini dipengaruhi oleh
pergeseran ke utara dan selatan dari ITCZ.
3. Daerah iklim lokal (zona C) mempunyai satu puncak pada bulan Juni-Juli (JJ)
dan satu lembah pada bulan November-Februari (NDJF). Pola ini merupakan
kebalikan dari pola A.
Pola hujan tersebut dapat diurakan pada gambar
Samudera
Pacifik
Papua
Gambar 1.13 Tiga daerah pla curah hujan (A,B dan C) di Indonesia. (Sumber Aldrian dan
Susanto, 2003).
Gambar 1.14 Daerah-daerah dengan resiko tenggelam akibat kenaikan permukaan laut (Sumber: Santoso & Forner
2007).
Gambar 1.15 Pemutihan karang yang terdokumentasi di Indonesia. (Sumber foto: Yayasan TERANGI, Yayasan
Reefcheck Indonesia dan WCS Indonesia Marine Programme)
Black band disease White syndromes White syndromes Yellow band disease
Gambar 1.16 Beberapa jenis penyakit-penyakit karang. (Sumber foto: Yayasan TERANGI)
Gambar 1.17 Perbandingan larva kerang hijau sebelum revolusi industry dan saat ini. (Huelsenbeck & Oceana,
2012)
Implementasi
4A
1A Amati
Pengamatan cuaca dapat dilakukan dengan melakukan pengamatan variabel-
variabel meteorologi dan dapat diamati dengan menggunakan peralatan sederhana.
Variabel-variabel tersebut meliputi: temperatur, arah angin, dan curah hujan.
Pengamatan dapat dilakukan sesuai kebutuhan. Pengamatan dapat dilakukan
Pengamatan temperatur
Alat dan bahan:
1. Termometer
2. Alat tulis dan lembar pengamatan
3. Data prakiraan cuaca dari BMKG
Cara kerja:
1. Pergilah ke luar kelas dan carilah tempat terbuka yang masih ada naungan.
2. Tunggu selama dua atau tiga menit agar termometer dapat menyesuaikan
dengan temperatur udara.
3. Sambil berdiri peganglah termometer setinggi mata.
19 k
m/h 5
r km
/h
r
22 km/hr 18 km/hr 14 km/hr
Gambar 2.2 Alat takar pengukur curah hujan yang terbuat dari botol plastik bekas dan corong plastikkan
(Sumber foto: https://ywiharja.wordpress.com)
Gambar 2.3 Ilustrasi pengukuran kecepatan arus dengan menggunakan boya tambat dan tali.
2A Analisa
Bandingkanlah data yang didapat pada masing-masing pengukuran (temperatur,
kecepatan angin dan curah hujan) dengan data dengan prakiraan cuaca BMKG
yang dapat diakses di:
Merangkai pesan
Pesan yang dihantarkan melalui media juga harus efektif dan kreatif, sehingga
dapat diterima oleh penerima pesan. Oleh sebab itu, pesan harus memenuhi hal-
hal berikut:
1. Menarik perhatian. Fokus pada suatu ide atau pesan pokok. Jangan terlalu
banyak ide, yang dapat membingungkan khalayak sasaran.
2. Pesan arus mudah, sederhana, jelas. Pesan yang efektif harus memberikan
informasi yang relevan dan baru bagi kelompok target.
3. Pesan harus dapat dipercaya, tidak bohong, dan terjangkau.
4. Pesan harus dibuat sehingga terlihat menguntungkan kelompok target.
5. Pesan harus konsisten disebarkan dengan makna yang selalu sama.
6. Pesan harus mendorong kelompok target untuk bertindak, dapat berupa
himbauan-himbauan.
Himbauan untuk melakukan sesuatu dapat dilakukan dengan beberapa cara,
yaitu:
1. Rasional. Menghimbau dengan pesan rasional yang berdasarkan akal sehat.
Misalnya, “Dukunglah zonasi TWP Gili Matra untuk keberlanjutan sumber daya
alam”
2. Emosional. Menghimbau dengan pesan yang menggugah emosi. Misalnya,
“Bom ikan berbahaya. Stop penggunaannya”
3. Ancaman. Menghimbau dengan pesan mengancam. Misalnya, “Penggunaan
bom ikan akan diancam hukuman penjara minimal 5 tahun atau denda
1.000.000 (satu milyar) rupiah”.
Rencana penjangkauan
Ikutilah langkah-langkah sebagai berikut untuk mengembangkan rencana
penjangkauan:
1. Pilihlah salah satu kelompok target, pesan, atau media.
2. Diskusikanlah metode penjangkauan yang akan dipilih dengan menggunakan
contoh-contoh yang diberikan pelatih.
3. Pilihlah metode penjangkauan sesuai dengan kebutuhan lapangan, jadual, dan
anggaran.
4. Diskusikanlah pesan dan himbauan yang akan disampaikan hingga pesan
terdengar menarik dan kreatif.
5. Diskusikanlah media yang akan digunakan menggunakan matriks identifikasi
media.
6. Diskusikanlah lokasi dan waktu penerapan
7. Tuliskanlah ke dalam formulir penjangkauan.
Judul :
__________________________________________________
Topik :
__________________________________________________
Kelompok target : __________________________________________________
Pesan :
__________________________________________________
Metode penjangkauan : __________________________________________________
Media :
__________________________________________________
Lokasi penerapan : __________________________________________________
Waktu pelaksanaan : __________________________________________________