Anda di halaman 1dari 36

Daftar Isi

Kata Sambutan_______________________________________________ iii


Kata Pengantar______________________________________________ iv
Daftar Isi _________________________________________________ v
Peta Konsep_________________________________________________ vi

BAB 1 IKLIM DAN CUACA__________________________________ 1


A. Apa Itu Iklim, Cuaca dan Perubahan Iklim?_____ 1
B. Bagaimana Iklim dan Cuaca di Indonesia?_____ 6
C. Perubahan iklim di Indonesia___________________ 10

BAB 2 IMPLEMENTASI 4A _________________________________ 14
1A Amati___________________________________________ 14
2A Analisa__________________________________________ 19
3A Ajarkan__________________________________________ 20
4A Aksi_____________________________________________ 23

DAFTAR PUSTAKA___________________________________________ 29
LAMPIRAN __________________________________________________ 31

v
Peta Konsep

Iklim, Cuaca dan


Perubahan Iklim

Laut Indonesia Iklim dan Cuaca


di Indonesia

Dampak Perubahan Iklim


Terhadap Masyarakat Pesisir

Implementasi
4A

• Pengamatan temperatur
• Pengamatan arah angin dan kecepatan angin
AMATI • Pengamatan curah hujan
• Pengamatan arah dan kecepatan arus

• Membuat tabel dan grafik dari data yang diperoleh


ANALISA • Membandingkan data yang diperoleh dengan data BMKG

• Menentukan anggota masyarakat yang sangat membutuhkan data


AJARKAN yang diperoleh
• Menyampaikan hasil analisa pengamatan dengan menggunakan
media yang sesuai

AKSI • Menyebarkan informasi cuaca

vi MODUL 5: Pengamatan dan Penyebaran Informasi Iklim dan Cuaca


Bab 1

Iklim dan Cuaca


Apa itu Iklim, Cuaca dan Perubahan Iklim?
Iklim merupakan pola cuaca jangka panjang pada suatu wilayah. Iklim diketahui
dengan mengukur pola variasi pada suhu, kelembapan, tekanan atmosfir, angin,
penguapan, partikel pada atmosfir, dan berbagai fenomena meteorologi lainnya.
Fenomena meteorologi adalah segala bentuk aktivitas cuaca yang dapat diamati.
Meteorologi merupakan bidang ilmu yang mempelajari proses fisika dan kimia
yang terjadi pada atmosfir. Sedangkan Ilmu yang mempelajari tentang iklim disebut
dengan klimatologi. Bidang ilmu klimatologi mempelajari sifat-sifat iklim, variasi
pada iklim, dan hubungan antara iklim dan aktivitas manusia.
Iklim berbeda dengan cuaca. Cuaca merupakan gabungan seluruh fenomena
meteorologi pada atmosfer Bumi dalam waktu singkat (hingga beberapa hari saja).
Sebagian besar fenomena cuaca terjadi pada lapisan troposfer, yaitu lapisan di bawah
stratosfer. Pada umumnya, cuaca dikendalikan oleh adanya perbedaan tekanan
udara dari satu tempat dengan tempat lainnya akibat temperatur dan kelembapan.
Perbedaan pada suhu dapat terjadi akibat perbedaan sudut datangnya matahari
pada suatu titik yang bergantung pada letak lintangnya di permukaan bumi. Cuaca
rata-rata dalam jangka waktu yang panjang akan membentuk iklim. Oleh karena
itu, perubahan cuaca dalam jangka panjang diamati oleh ahli klimatologi sebagai
indikator perubahan iklim.
Perubahan iklim merupakan perubahan jangka panjang (puluhan hingga jutaan
tahun) pada pola cuaca pada suatu kawasan. Perubahan iklim dapat disebabkan
oleh banyak faktor alami, seperti variasi pada sinar Matahari, pergerakan lempeng
tektonik, letusan gunung berapi, serta aktivitas makhluk hidup. Akan tetapi,
perubahan iklim saat ini 95% penyebabnya didorong oleh aktivitas manusia dalam
bentuk pelepasan gas rumah kaca (GRK) ke atmosfer melalui penggunaan bahan
MODUL 5: Pengamatan dan Penyebaran Informasi Iklim dan Cuaca 1
bakar fosil, pembakaran, konversi lahan, dan lain sebagainya (IPCC 2014). Akibatnya,
terjadi penumpukan GRK yang menahan panas dari radiasi sinar Matahari, yang
pada akhirnya menyebabkan naiknya suhu di Bumi atau yang dikenal dengan
pemanasan global.

Radiasi Matahari:
Matahari 343 watt per m2
Sebagian radiasi Radiasi matahari yang
matahari dipantulkan meninggalkan Bumi:
oleh atmosfir dan 103 watt per m2
permukaan bumi
Sebagian radiasi Radiasi inframerah yang
inframerah menembus meninggalkan Bumi:
atmosfir dan menuju 240 watt per m2
luar angkasa

Radiasi matahari
yang melewati
Atmosfir
atmosfir
Radiasi matahari
yang masuk: 240
Efek Rumah Kaca
watt per m2
Sekitar setengah Sebagian radiasi inframerah diserap
radiasi matahari dan diemisi kembali oleh molekul gas
diserap oleh rumah kaca.

Bumi
permukaan Bumi.
Sekitar setengah radiasi Radiasi diubah menjadi energi panas, sehingga
matahari diserap oleh menyebabkan emisi radiasi gelombang panjang
permukaan Bumi. (inframerah) kembali ke atmosfir.

Memantul Lepas dari


atmosfer Bumi
Tepia
n atmo
sfer
Diserap

Diserap oleh Dipantulkan kembali


hutan s atmosfer Bumi ke atmosfer Bumi
akan a
Perus ngi kapasit
ura O2
meng yerapan C
pen CFC

Gas rumah kaca dan


bahan bakar fosil

Mesin-mesin
berbahan bakar
minyak bumi

Gambar 1.1 Ilustrasi efek rumah kaca (Sumber: Olimpiade sains nasional SMP 2013)

2 MODUL 5: Pengamatan dan Penyebaran Informasi Iklim dan Cuaca


Gambar 1.2 Konsentrasi karbondioksida di Atmosfir. (Sumber: http://co2now.org)

Global Land-Ocean Temperature Index


Temperature Anomaly (0C)

Gambar 1.3 Indeks Temperatur Daratan-Samudra Global yang menunjukkan adanya peningkatan suhu secara
signifikan mulai dari tahun 1880 hingga 2014. (+ GISTEMP Team, 2015).

MODUL 5: Pengamatan dan Penyebaran Informasi Iklim dan Cuaca 3


Gambar 1.4 Perbandingan luas tutupan es di Benua Antartika antara zaman es terakhir (26.500 tahun yang lalu)
dengan saat ini. (Sumber: Spreen, 2007)

Gambar 1.5 Luas lapisan es rata-rata dari tahun 1979 – 2012. (Sumber: National Snow and Ice Data Center, 2007)

4 MODUL 5: Pengamatan dan Penyebaran Informasi Iklim dan Cuaca


Gambar 1.6 Peningkatan permukaan laut 1880 – 2013. (Summber: Douglas, 1997)

CO2 CO2

partikel terlarut
terlarut pendinginan
anorganik

anorganik
organik

arus naik

sedimentasi sirkulasi perairan dalam

Karbonat karbon organik karbonat CaCO3

Gambar 1.7 Ilustrasi pompa karbon, mekanisme kesetimbangan karbon antara udara dan samudra.

Perubahan pada temperatur, menyebabkan mencairnya es di kutub. Air


tambahan dari es yang mencair, menyebabkan meningkatnya permukaan laut.
Akibatnya, daerah-daerah pesisir terancam tenggelam.

MODUL 5: Pengamatan dan Penyebaran Informasi Iklim dan Cuaca 5


Tingginya konsentrasi karbon dioksida (salah satu GRK) menyebabkan banyak
pula karbon dioksida yang larut ke laut, dan menghasilkan asam karbonat. Akibatnya
air laut menjadi asam dan cangkang berbagai jenis hewan akan melemah.

Gambar 1.8 Perbandingan bentuk cangkang Foraminifera sebelum revolusi industry dan saat ini (Sumber: Moy, et.
al. 2009).

Bagaimana Iklim dan Cuaca di Indonesia?


Berdasarkan posisi lintangnya, iklim suatu kawasan diklasifikasi sebagai berikut:
1. Iklim tropis (23,5°LU-23,5°LS). Kawasan dengan iklim tropis memiliki suhu
udara rata-rata yang tinggi, umumnya berada antara 20-23°C, dengan variasi
suhu yang rendah. Tekanan udara pada kawasan tersebut rendah dan berubah
secara perlahan dan beraturan. Kawasan tropis juga banyak diguyur hujan, jika
dibandingkan dengan daerah-daerah lain.
2. Iklim subtropis (23,5°LU-40°LU dan 23,5°LS-35°LS). Kawasan subtropis
merupakan peralihan antara iklim tropis dan iklim sedang. Terdapat empat
musim pada kawasan subtropics, yaitu musim panas, dingin, gugur, dan semi.
3. Iklim sedang (40°LU-60,5°LU dan 35°LS-66,5°LS). Kawasan beriklim sedang
ditandai dengan tekananan udara yang sering berubah. Selain itu, kawasan
tersebut terjadi variasi suhu tahunan yang tinggi. Secara umum, kawasan
dengan iklim sedang lebih dingin daripada sub tropis.
4. Iklim dingin (60,5°LU-90°LU dan 66,5°LS-90°LS). Iklim dingin dibagi dua, yaitu
iklim tundra dan iklim kutub. Kawasan dengan iklim tundra memiliki musim
dingin yang berlangsung lama, dan musim panas yang sebentar. Udara pada
kawasan tersebut kering dengan tanah yang selalu membeku sepanjang tahun.
Pada musim dingin, tanah ditutupi es dan salju, sedangkan pada musim panas
banyak terbentuk rawa akibat mencairnya es di permukaan tanah. Sedangkan
pada kawasan dengan iklim kutub, suhu selalu rendah sepanjang tahun. Oleh
sebab itu, terdapat salju dan lapisan es yang abadi.
Selain dari posisi lintang, iklim suatu kawasan juga dipengaruhi oleh bentuk
bentang alam, ketinggian, serta adanya badan air berikut dengan pola arusnya.
Oleh sebab itu, terdapat pula pembagian kategori iklim berdasarkan keadaan nyata
akibat pengaruh berbagai variabel tersebut. Pembagian iklim tersebut dikenal
dengan iklim fisis. Iklim fisis terdiri atas:

6 MODUL 5: Pengamatan dan Penyebaran Informasi Iklim dan Cuaca


900KU
Iklim dingin 60 0LU
Iklim sedang 40 0LU
Iklim sub tropis 23 0LU

Iklim tropis Katulistiwa 00

Iklim sub tropis 23 0LS


Iklim sedang 350LS
Iklim dingin 66 0LS
900KS
Gambar 1.9 Pembagian iklim berdasarkan lintang. (Sumber: Waryono, 1987)

1. Iklim maritim, terdapat pada kawasan tropis atau subtropis yang dikelilingi oleh
laut. Pada kawasan tropis, iklim maritim memiliki ciri-ciri: variasi suhu rata-rata
tahunan yang rendah, banyak awan, dan sering hujan lebat disertai badai.
2. Iklim daratan, terdapat pada kawasan dengan daratan yang luas. Pada kawasan
tropis iklim daratan memiliki ciri-ciri: variasi suhu harian tinggi dan curah hujan
sedikit dengan waktu singkat.
3. Iklim dataran tinggi, yang terdapat pada kawasan dengan daratan tinggi.
Kawasan tersebut mengalami variasi suhu harian dan tahunan yang tinggi,
tekanan udara yang rendah, sinar matahari yang terik, dan kelembapan rendah.
4. Iklim pegunungan, yang terdapat di daerah pegunungan. Ciri-ciri iklim tersebut
adalah sebagai berikut: variasi suhu lebih kecil daripada iklim dataran tinggi,
hujan banyak jatuh di lereng bagian depan dan sedikit di daerah bayangan
hujan, kadang-kadang banyak turun salju
5. Iklim muson, dengan ciri-ciri adanya pergantian musim setiap setengah tahun,
yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Indonesia dipengaruhi oleh tiga tipe iklim, yaitu iklim tropis, iklim muson,
dan iklim maritim. Posisi lintang Indonesia yang berada pada garis khatulistiwa
menyebabkan Indonesia mengalami iklim tropis yang bersifat panas dan banyak
hujan.
Selain itu, terdapat dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Musim adalah periode waktu dalam satu tahun yang memiliki kondisi iklim
yang mencolok, misalnya pada musim panas maka unsur iklim yang mencolok
adalah suhu udara yang tinggi, sementara pada musim hujan, unsur iklim yang
mencolok adalah jumlah curah hujan yang berlimpah. Musim hujan terjadi akibat
hembusan angin muson barat pada bulan Oktober hingga April. Angin muson barat
berhembus dari Benua Asia menuju Benua Australia. Pada periode ini, Indonesia
akan mengalami musim hujan akibat adanya massa uap air yang dibawa oleh angin
ini, saat melalui lautan luas di bagian utara (Samudra Pasifik dan Laut Tiongkok

MODUL 5: Pengamatan dan Penyebaran Informasi Iklim dan Cuaca 7


Gambar 1.10 Peta Pergerakan Angin Muson Barat. (Sumber: Tjasyono, 1999)

Selatan) Angin muson timur berhembus pada bulan April hingga Oktober yang
berasal dari daratan Australia yang sedikit membawa air. Pada saat itu, Indonesia
mengalami musim kemarau.
Indonesia merupakan negara kepulauan dan sebagian besar daratan di
Indonesia dikelilingi oleh laut atau samudra. Oleh sebab itu, Indonesia dipengaruhi
iklim maritim, yang lembap dan banyak mendatangkan hujan. Akibat pengaruh
ketiga tipe iklim tersebut yang menyebabkan walaupun musim kemarau, masih
sering pula terjadi hujan. Walaupun curah hujan antar daerah bervariasi, tapi
pada umumnya berada pada kisaran 1.500 - 3.000 mm/tahun. Hujan terbanyak di

Gambar 1.11 Peta Pergerakan Angin Muson Timur. (Sumber: Tjasyono, 1999)

8 MODUL 5: Pengamatan dan Penyebaran Informasi Iklim dan Cuaca


Gambar 1.12 Peta rata-rata curah hujan tahunan periode 1981 – 2010. (Sumber: http://bogor.jabar.bmkg.go.id)

Indonesia terdapat di Baturaden Jawa Tengah, yaitu curah hujan mencapai 7,069
mm/tahun. Hujan paling sedikit di Palu Sulawesi Tengah, merupakan daerah yang
paling kering dengan curah hujan sekitar 547 mm/tahun.
Pola umum curah hujan di Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Pantai sebelah barat setiap pulau memperoleh jumlah hujan lebih banyak
dibanding sebelah timur.
2. Curah hujan di Indonesia bagian barat lebih besar dibandingan bagian timur
3. Curah hujan mengikuti perubahan ketinggian, dengan curah hujan terbanyak
berada pada ketinggian antara 600 – 900 m dari permukaan laut.
4. Pada daerah pedalaman setiap pulau dan daerah dengan rawa besar, musim
hujan jatuh pada musim pancaroba.
5. Curah hujan tertinggi pada suatu bulan mengikuti letak Daerah Konvergensi
Antar Tropika (DKAT). DKAT merupakanwilayah yang temperature udaranya
lebih tinggi dibandingkan daerah sekitarnya akibat pengaruh sinar Matahari.
6. Saat mulai turunnya hujan bergeser dari barat ke timur seperti:
a. Pantai barat pulau Sumatera sampai ke Bengkulu mendapat hujan
terbanyak pada bulan November.
b. Lampung-Bangka yang letaknya ke timur mendapat hujan terbanyak pada
bulan Desember.
c. Jawa bagian utara, Bali, NTB, dan NTT pada bulan Januari – Februari.
MODUL 5: Pengamatan dan Penyebaran Informasi Iklim dan Cuaca 9
7. Di Sulawesi Selatan bagian timur, Sulawesi Tenggara, Maluku Tengah, musim
hujannya berbeda, yaitu bulan Mei-Juni. Pada saat itu, daerah lain sedang
mengalami musim kering. Batas daerah hujan Indonesia barat dan timur
terletak pada kira-kira 120° Bujur Timur.
Pola curah hujan di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
monsun, Inter-tropical Convergene Zone (ITCZ), Dipole mode Samudera Hindia
(IODM), ENSO, dan sirkulasi regional lainnya yang terdapat di samudera Pasifik
dan Samudera Hindia. Pola curah hujan Indonesia terbagi menjadi tiga daerah
utama dengan sebuah wilaya peralihan yaitu:
1. Daerah monsunal (zona A) merupakan pola yang dominan di Indonesia, karena
melingkupi hampir seluruh wilayah Indonesia. Daerah tersebut memiliki satu
puncak pada bulan November-Maret (NDJFM) dipengaruhi oleh monsun
barat yang bersifat basah dan lembah pada bulan Mei-September (MJJAS)
dipengaruhi oleh monsun tenggara yang bersifat kering, sehingga dapat
dibedakan dengan jelas antara musim kemarau dan musim hujan. Selain itu
daerah A berkorelasi kuat dengan perubahan suhu permukaan laut.
2. Daerah kuatorial (zona B) mempunyi dua puncak pada bulan Oktober-
November (ON) dan pada bulan Maret-Mei (MAM). Pola ini dipengaruhi oleh
pergeseran ke utara dan selatan dari ITCZ.
3. Daerah iklim lokal (zona C) mempunyai satu puncak pada bulan Juni-Juli (JJ)
dan satu lembah pada bulan November-Februari (NDJF). Pola ini merupakan
kebalikan dari pola A.
Pola hujan tersebut dapat diurakan pada gambar

Samudera
Pacifik

Papua

Samudera Hindia Australia

Gambar 1.13 Tiga daerah pla curah hujan (A,B dan C) di Indonesia. (Sumber Aldrian dan
Susanto, 2003).

10 MODUL 5: Pengamatan dan Penyebaran Informasi Iklim dan Cuaca


Perubahan iklim di Indonesia
Indonesia memiliki 13.466 pulau, dimana sebagian besar masuk ke kategori
pulau-pulau kecil. Oleh sebab itu, Indonesia sangat rentan terhadap dampak
perubahan iklim, terutama pada pesisir dan pulau-pulau kecil. Salah satu bukti
perubahan iklim adalah melelehnya es di Puncak Jayawijaya di Papua.
Dampak-dampak perubahan iklim di Indonesia meliputi:
1. Kenaikan permukaan air laut dapat menenggelamkan pesisir dan pulau-pulau
kecil
2. Meluasnya kekeringan dan banjir
3. Menurunnya produksi pertanian
4. Perubahan pola cuaca
5. Meningkatnya prevalensi penyakit terkait iklim
6. Meningkatnya frekuensi cuaca ekstrim
7. Perubahan lokasi tangkapan ikan

Gambar 1.14 Daerah-daerah dengan resiko tenggelam akibat kenaikan permukaan laut (Sumber: Santoso & Forner
2007).

Kota-kota besar di Indonesia pada umumnya terletak di pesisir. Kota-kota


tersebut terancam tenggelam akibat meningkatnya permukaan air laut. Jakarta,
Makassar, Padang, dan kota-kota besar lainnya di Banten dan Jawa Barat akan
tenggelam dalam beberapa decade mendatang. Produksi pangan juga dapat
menurun akibat gagal panen, perubahan musim tanam, banjir, dan kekeringan juga
diperkirakan akan sering terjadi. Wilayah Indonesia bagian timur seperti Papua dan
Nusa Tenggara Timur merupakan wilayah yang paling rentan terhadap dampak
tersebut.

MODUL 5: Pengamatan dan Penyebaran Informasi Iklim dan Cuaca 11


Meningkatnya suhu memicu peningkatan prevalensi penyakit yang terkait
iklim, seperti malaria, diare, dan infeksi saluran pernapasan. Peningkatan suhu
dapat menyebabkan nyamuk, hewan pembawa malaria, dapat hidup di tempat-
tempat yang tinggi walaupun sebelumnya hanya dapat hidup di dataran rendah.
Akibatnya, malaria akan muncul di daerah yang sebelumnya bebas malaria. Air
bersih juga akan menjadi semakin langka, akibat kekeringan dan rembesan air
laut ke darat.
Pada abad ke-20, kenaikan permukaan laut adalah 1,7mm per tahun, secara
global. Akan tetapi, kenaikan tersebut tidaklah merata di seluruh dunia. Akibat adanya
perbedaan kenaikan permukaan laut, akan menyebabkan perubahan pola arus laut.
Ikan dan makhluk laut lainnya
akan mengikuti pola tersebut,
sehingga pola penangkapan dan
lokasi tangkapan ikan juga akan
berubah.
Kenaikan suhu air laut juga
menyebabkan semakin seringnya
insiden pemutihan karang missal
dan meningkatnya prevalensi Pemutihan karang yang terjadi di Kepulauan Seribu.

Pemutihan karang di Bali Pemutihan karang di Aceh

Gambar 1.15 Pemutihan karang yang terdokumentasi di Indonesia. (Sumber foto: Yayasan TERANGI, Yayasan
Reefcheck Indonesia dan WCS Indonesia Marine Programme)

Black band disease White syndromes White syndromes Yellow band disease
Gambar 1.16 Beberapa jenis penyakit-penyakit karang. (Sumber foto: Yayasan TERANGI)

12 MODUL 5: Pengamatan dan Penyebaran Informasi Iklim dan Cuaca


penyakit pada karang. Contoh yang sudah terdokumentasi misalnya di Kepulauan
Seribu (Suharsono, 1998; Yusri & Estradivari 2007). Karang merupakan bangunan
pembentuk terumbu yang utama, oleh sebab itu, gangguan pada karang akan
menyebabkan ekosistem dapat berubah dan kehilangan fungsinya.
Kajian yang dilakukan BAPPENAS pada tahun 2010 dan DNPI tahun 2011
menunjukkan semakin banyaknya insiden gelombang badai dan iklim ekstrim.
Berdasarkan data simulasi gelombang, di Laut Jawa, tinggi gelombang maksimum
mencapai 3,5 m, terutama di bulan Januari dan Februari. Oleh sebab itu, Pantai
Utara Jawa sering terancam banjir rob karena pada saat yang sama bulan tersebut
merupakan puncak musim hujan. El Niño dan La Niña juga berpeluang terjadi lebih
sering, sehingga insiden badai dan gelombang ekstrim akan mengganggu distribusi
barang antar pulau yang mengandalkan transportasi laut.
Huelsenbeck & Oceana pada tahun 2012 juga menemukan bahwa pengasaman
air laut akan berdampak pada ketersediaan makanan dari hasil laut di Indonesia.
Green dan Waldbusser pada tahun 2009, juga menemukan berkurangnya ketebalan
cangkang larva kerang hijau akibat meningkatnya keasaman air laut.

Gambar 1.17 Perbandingan larva kerang hijau sebelum revolusi industry dan saat ini. (Huelsenbeck & Oceana,
2012)

MODUL 5: Pengamatan dan Penyebaran Informasi Iklim dan Cuaca 13


Bab 2

Implementasi
4A
1A Amati
Pengamatan cuaca dapat dilakukan dengan melakukan pengamatan variabel-
variabel meteorologi dan dapat diamati dengan menggunakan peralatan sederhana.
Variabel-variabel tersebut meliputi: temperatur, arah angin, dan curah hujan.
Pengamatan dapat dilakukan sesuai kebutuhan. Pengamatan dapat dilakukan

Pengamatan temperatur
Alat dan bahan:
1. Termometer
2. Alat tulis dan lembar pengamatan
3. Data prakiraan cuaca dari BMKG
Cara kerja:
1. Pergilah ke luar kelas dan carilah tempat terbuka yang masih ada naungan.
2. Tunggu selama dua atau tiga menit agar termometer dapat menyesuaikan
dengan temperatur udara.
3. Sambil berdiri peganglah termometer setinggi mata.

14 MODUL 5: Pengamatan dan Penyebaran Informasi Iklim dan Cuaca


4. Catatlah suhu yang ditunjukkan oleh termometer.
5. Ulangi pencatatan selama dua kali dengan selang waktu satu atau dua menit.
6. Pencatatan dapat dilakukan pada waktu-waktu berikut sebagai pembanding,
yaitu: pagi, siang, sore, dan malam hari.
7. Hitung temperatur rata-rata di lembar pengamatan.
8. Pengamatan dapat diulangi pada hari lain sebagai pembanding.
9. Hitunglah temperatur rata-rata dari setiap hari pengamatan.
Hal-hal yang perlu diingat:
1. Usahakan pengambilan data dilakukan pada daerah yang terlindung dari sinar
Matahari.
2. Pastikan thermometer tidak ditempatkan di tanah.
3. Pastikan tidak ada sentuhan jari pada tabung labu thermometer.
4. Jika hujan, gunakanlah payung ketika melakukan pengamatan.

Pengamatan arah angin


Alat dan bahan:
1. Windsock
2. Kompas
3. Alat tulis dan lembar pengamatan
4. Data prakiraan cuaca dari BMKG
Cara kerja:
1. Pergilah ke luar kelas dan carilah tempat terbuka dimana angin tidak terhalang.
2. Tempatkan windsock pada lokasi dimana angin tidak terhalang.
3. Perhatikan pergerakan arah windsock dan bandingkan dengan arah kompas.
4. Catatlah arah yang ditunjukkan oleh windsock.
5. Ulangi pencatatan selama dua kali dengan selang waktu satu atau dua menit.
6. Pencatatan dapat dilakukan pada waktu-waktu berikut sebagai pembanding,
yaitu: pagi, siang, sore, dan malam hari.
7. Pengamatan dapat diulangi pada hari lain sebagai pembanding.
8. Tentukanlah arah yang paling sering ditemukan.
Hal-hal yang perlu diingat:
1. Usahakan pengambilan data dilakukan pada daerah yang terlindung dari sinar
Matahari.
2. Jika hujan, gunakanlah payung ketika melakukan pengamatan.
Lembar pengamatan arah angin tersedia di Lampiran 2.

MODUL 5: Pengamatan dan Penyebaran Informasi Iklim dan Cuaca 15


Cara membuat Windsock

Siapkan alat dan bahan yang meliputi :


• Plastik
• Kawat
• Tali
• Masking
• Pembolong/steples
• Kayu dan sedotan/pipa
Langkah-langkah pembuatan windsock:
1. Potong sebuah plastik sehingga membentuk seperti lorong.
2. Ambil kawat kemudian buat lingkaran untuk dipasang di mulut plastik.
3. Ikat 4 potong tali di kawat tersebut dan ujung tali yang dilain disatukan.
4. Ujung tali yang disatukan dipasang pada sedotan dan dimasking kuat.
5. Masukkan sedotan tersebut ke dalam kayu / lidi.
6. Letakkan windsock di area yang terbuka dengan radius minimal 10 meter.
7. Arahkan windsock ke angin, coba kamu lihat kemana arah anginnya.

Untuk mengetahui kisaran kecepatan angin dapat menggunakan skala Beaufort.

19 k
m/h 5
r km
/h
r
22 km/hr 18 km/hr 14 km/hr

Gambar 2.1 Skala Beaufort

Pengamatan cura hujan

Alat dan bahan:


1. Wadah (Botol plastik, kaleng, ember)
2. Corong plastik (jika menggunakan wadah botol plastik)
3. Alat tulis dan lembar pengamatan
4. Gelas ukur dengan skala ukur 0 sampai 25 mm atau alat suntik.
5. Data prakiraan cuaca dari BMKG

16 MODUL 5: Pengamatan dan Penyebaran Informasi Iklim dan Cuaca


Cara kerja:
1. Buat alat penampung curah hujan, prinsip dari alat penampung ini adalah
minimal diameternya 14 cm (standar minimal yang disarankan oleh BMKG).
2. Pergilah ke luar kelas dan carilah tempat terbuka yang bebas naungan.
3. Pasanglah penampung curah hujan di tempat yang tepat. Penakar harus
dipasang pada lapangan terbuka tanpa ada gangguan di sekitar penakar,
seperti pohon dan bangunan, kabel, atau antena yang melintang di atasnya.
Jarak terdekat antara pohon/bangunan dengan penakar hujan adalah sama
dengan tinggi pohon/bangunan tersebut.
4. Penampung curah hujan tidak boleh dipasang pada tanah miring, puncak
bukit, di atas dinding atau atap.
5. Lakukan pengamatan pada setiap hari pada jam yang sama, misal setiap jam
8 pagi (agar periode pengamatan tetap terjaga 24 jam).
6. Tuangkan air yang didapat oleh penakar ke gelas ukur. Jika gelas ukur tidak
ada gunakan alat suntik untuk mengambil air.
7. Catat volume air pada setiap unit penakar (lembar pengamatan curah hujan
terlampir).
8. Untuk mendapatkan nilai curah hujan, hitung volume air yang tertampung
dengan luas permukaan alat penampung curah hujan.
9. Hitunglah curah hujan rata-rata harian.
10. Lakukan pengamatan setiap hari selama 1 bulan.

Gambar 2.2 Alat takar pengukur curah hujan yang terbuat dari botol plastik bekas dan corong plastikkan
(Sumber foto: https://ywiharja.wordpress.com)

MODUL 5: Pengamatan dan Penyebaran Informasi Iklim dan Cuaca 17


Gambar 2.3 Penempatan lokasi alat takar pengukur curah hujan (Sumber foto: https://ywiharja.wordpress.com)

Pengamatan arah dan kecepatan arus


Alat dan bahan:
1. Boya, pelampung, atau Styrofoam.
2. Tali yang diberi tanda setiap meter
3. Stopwatch
4. Kompas
5. Alat tulis dan lembar pengamatan
6. Data prakiraan cuaca dari BMKG
Cara kerja:
1. Ikatlah boya, pelampung, atau styrofoam ke tali yang telah diberi tanda setiap
meternya.
2. Pergilah ke pantai dan carilah perairan yang ingin diukur arusnya.
3. Tempatkanlah boya yang telah diikat pada permukaan air.
4. Mulailah menghitung waktu dengan stopwatch sambil memegang tali.
5. Biarkan tali mengikuti boya yang terbawa oleh arus.
6. Gunakanlah kompas untuk menentukan arah arus.
7. Tunggulah selama 60 detik (satu menit).
8. Catatlah jarak yang ditempuh boya dalam satu menit dengan bantuan tanda
pada tali.
9. Ulangi pencatatan selama dua kali dengan selang waktu satu atau dua menit.
10. Pencatatan dapat dilakukan pada waktu-waktu berikut sebagai pembanding,
yaitu: pagi, siang, sore, dan malam hari.

18 MODUL 5: Pengamatan dan Penyebaran Informasi Iklim dan Cuaca


11. Hitung kecepatan arus dengan membagi jarak/60 detik. Maka satuan kecepatan
arus adalah m/detik.
12. Hitung temperatur rata-rata di lembar pengamatan.
13. Pengamatan dapat diulangi pada hari lain sebagai pembanding.
14. Hitunglah kecepatan arus rata-rata dari setiap hari pengamatan.
Hal-hal yang perlu diingat:
1. Usahakan pengambilan data dilakukan pada daerah yang aman.
2. Pastikan tidak ada hambatan yang menghalangi boya.
3. Jika hujan, gunakanlah payung ketika melakukan pengamatan.

Gambar 2.3 Ilustrasi pengukuran kecepatan arus dengan menggunakan boya tambat dan tali.

2A Analisa
Bandingkanlah data yang didapat pada masing-masing pengukuran (temperatur,
kecepatan angin dan curah hujan) dengan data dengan prakiraan cuaca BMKG
yang dapat diakses di:

Jenis data Alamat website BMKG


Temperatur http://www.bmkg.go.id/BMKG_Pusat/
Informasi_Cuaca/Prakiraan_Cuaca/
Prakiraan_Cuaca_Indonesia.bmkg
Kecepatan angin http://www.bmkg.go.id/BMKG_Pusat/
Informasi_Cuaca/Prakiraan_Angin.bmkg
Curah hujan http://www.bmkg.go.id/BMKG_Pusat/
Informasi_Cuaca/Prakiraan_Cuaca/
Prakiraan_Cuaca_Indonesia.bmkg

Seberapa miripkah data yang diperoleh dengan data BMKG?

MODUL 5: Pengamatan dan Penyebaran Informasi Iklim dan Cuaca 19


3A Ajarkan
Informasi yang akan disampaikan dalam hal ini terkait dengan cuaca dan iklim.
Sumber informasi dapat berupa hasil pengamatan ataupun data dari BMKG. Akan
tetapi, setiap kelompok target memiliki prefrensi sendiri, harus dibuat kegiatan
penjangkauan.
Penjangkauan merupakan suatu strategi untuk menjangkau individu atau
kelompok masyarakat yang tidak dapat atau kesulitan mengakses informasi.
Hambatan-hambatan tersebut dapat berupa masalah hambatan geografis,
birokratis, keadaan sosial, dan adat istiadat.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah:
1. Memilih kelompok target. Semua elemen masyarakat pasti membutuhkan
informasi tersebut, akan tetapi, masing-masing kelompok target memiliki
preferensi sendiri, sesuai dengan peran dan peminatan. Pilihlah kelompok
masyarakat yang akan menjadi kelompok target, dan catatlah peran dan
peminatannya.
2. Mengidentifikasi saluran informasi. Saluran komunikasi merupakan sarana
penyampaian pesan ke kelompok target. Agar pesan dapat tersampaikan
secara efektif, saluran komunikasi harus mampu menarik perhatian kelompok
target dengan tepat dan berulang-ulang. Saluran komunikasi ada dua, yaitu
saluran komunikasi pribadi (berkomunikasi secara langsung), maupun non
pribadi (berkomunikasi menggunakan media).
3. Membuat pesan. Informasi yang akan kita sebarkan perlu diringkas sesuai
dengan kebutuhan kelompok target. Kemudian, hasil ringkasan informasi perlu
dikemas dalam bentuk pesan. Pesan yang dihantarkan melalui media juga
harus efektif dan kreatif, sehingga dapat diterima oleh penerima pesan.
4. Memilih media komunikasi. Media merupakan segala bentuk sarana untuk
membawa pesan dari sumber ke penerima. Pilihlah media sesuai dengan peran
dan peminatan dari kelompok target tersebut. Pertimbangkan pula kedalaman
pesan yang dapat disampaikan oleh suatu media.
5. Memilih metode penjangkauan. Pilihlah metode penjangkauan sesuai dengan
kelompok target, dengan mempertimbangkan saluran dan media komunikasi
yang akan digunakan. Metode tersebut bergantung pada kebutuhan lapangan,
jadwal, dan anggaran.
6. Menentukan lokasi dan waktu pelaksanaan. Tentukan lokasi dan waktu dimana
kelompok target akan semakin sering terpapar pesan.

20 MODUL 5: Pengamatan dan Penyebaran Informasi Iklim dan Cuaca


Dalam memilih media, pilihlah media sesuai dengan saluran komunikasi yang
akan digunakan. Hasil pengamatan cuaca dan iklim juga dapat dikemas menjadi
menarik dengan cara menggabungkan informasi dengan grafik, dan menghasilkan
infografis. Infografis dibuat dengan membuat visualisasi data dan penyusunan
informasi secara terstruktur. Penyampaian secara visual membuat informasi lebih
cepat ditangkap, karena otak akan langsung memproses informasi visual secara
langsung.
Saluran-saluran komunikasi dan medianya dapat berupa:
1. Saluran komunikasi pribadi, yang melibatkan dua atau beberapa orang yang
berkomunikasi langsung satu sama lain. Media saluran komunikasi pribadi
dapat berupa:
a. Ceramah
b. Telepon
c. Email
d. Pesan singkat
2. Saluran komunikasi non pribadi, yang diarahkan pada lebih dari satu orang
secara tidak langsung. Media saluran komunikasi non pribadi dapat berupa:
a. Media massa cetak, seperti koran, majalah, dan tabloid. Media tersebut
biasanya tersebar luas, tetapi membutuhkan dana untuk mendapatkan
ruang. Alternatif cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengundang
wartawan untuk meliput atau menjadi penulis di dalam rubrik yang telah
disediakan redaksi.
b. Media massa penyiaran, seperti radio dan televisi. Siaran radio dan televisi
dapat mencakup daerah yang luas, akan tetapi dibatasi oleh waktu siaran.
Dapat pula mengundang wartawan untuk meliput atau menjadi pengisi
acara.
c. Media elektronik, seperti film, CD, dan DVD. Media elektronik efektif untuk
memberikan gambaran tentang suatu topik. Penyebaran media tersebut
dapat dilakukan melalui kegiatan menonton bersama, dilampirkan pada
jejaring sosial, atau dikirimkan melalui pos.
d. Media tampilan (mural, billboard, papan pengumuman, dan poster). Media
tampilan biasanya berisi pesan yang singkat dan dapat dibaca sekilas oleh
orang-orang yang melewati tempat tersebut. Media tersebut harus dibuat
sesederhana mungkin untuk menampilkan suatu pesan sejelas mungkin.
e. Pementasan dan festival (drama, pentas boneka, cerita, dongeng, lagu,
lomba, dan tarian). Skala dari pementasan dan festival akan menentukan
seberapa besar upaya dan jangkauannya.
f. Buku, buklet, dan majalah non fiksi (buku panduan lapangan, buklet
peraturan, buku teks, jurnal). Media tersebut dapat memberikan informasi
yang mendalam tentang topik yang akan disampaikan. Dengan membuat

MODUL 5: Pengamatan dan Penyebaran Informasi Iklim dan Cuaca 21


tampilan yang menarik,media tersebut juga dapat menjangkau berbagai
kalangan.
g. Buku, buklet, dan majalah fiksi (komik, cerita bergambar, novel grafis,
novel). Secara umum, jangkauan media fiksi lebih luas dari pada non fiksi.
Komik dapat menjangkau anak-anak dan target umum.
h. Demonstrasi. Penyampaian pesan berupa demonstrasi biasanya terkait
dengan hal-hal teknis yang dapat dipraktikkan langsung.
i. Gimmick (alat tulis kantor, prangko, stiker, mug, topi, dan kaos). Gimmick
dalam bentuk kebutuhan sehari-hari memungkinkan orang untuk menerima
pesan berulang-ulang setiap hari.
Anda mungkin telah terbayang strategi menjangkau kelompok target
yang Anda pilih. Berikut ini beberapa contoh metode penjangkauan kepada
kelompok target:
• Untuk menjangkau anak-anak di usia sekolah, maka kegiatan-kegiatan di
atau bersama sekolah akan lebih efektif. Media-media juga dapat disiapkan
sebagai alat bantu ajar.
• Untuk menjangkau kaum wanita dapat melalui kegiatan PKK ataupun
pengajian wanita.
• Nelayan, pengusaha transportasi, dan pendatang akan selalu melewati
pelabuhan, maka penempatan media tampilan di pelabuhan, atau kegiatan
di pelabuhan akan lebih efektif.
• Untuk menjangkau pihak pemerintah, Anda dapat melakukan audiensi dan
presentasi. Anda dapat juga menggunakan acara-acara yang dikoordinir
oleh pemerintah untuk menyampaikan pesan.
• Muslim memiliki kewajiban shalat jumat sedangkan umat kristiani
berkumpul di gereja setiap minggu, untuk menjangkau mereka, ceramah
yang menghubungkan pesan-pesan dengan nilai-nilai agama dapat
dilakukan.
• Anak-anak muda di Indonesia sangat aktif menggunakan internet, maka
media internet seperti facebook, twitter, blog, youtube, dan lain sebagainya
dapat digunakan untuk menjangkau mereka.
• Media massa dapat menjangkau kelompok target yang luas, oleh sebab
itu, dapat digunakan untuk menyampaikan pesan secara luas. Pelibatan
media massa dapat dilakukan dengan cara mengundang wartawan atau
mengisi acara atau rubrik yang tersdia pada media tersebut.
• Untuk menjangkau akademisi, maka seminar-seminar yang menghasilkan
jurnal dan prosiding; atau pembuatan buku-buku teks dan panduan
lapangan dapat dilaksanakan.

22 MODUL 5: Pengamatan dan Penyebaran Informasi Iklim dan Cuaca


4A Aksi
Menyarikan informasi
Informasi yang akan disebarkan haruslah digali dari sumber-sumber yang
benar-benar relevan dan dapat dipercaya sehingga informasi yang didapat benar-
benar berkualitas dan memberikan manfaat. Informasi tersebut dapat diambil dari
hasil pengamatan atau laman web BMKG (http://bmkg.go.id). Khusus untuk kondisi
laut, dapat masuk ke: http://maritim.bmkg.go.id, yang akan menampilkan laman
gambar 2.4 Selain itu, KKP juga mengeluarkan Peta Daerah Penangkapan Ikan yang
dapat diakses di: http:// http://bpol.litbang.kkp.go.id/. Contoh peta penangkapan
ikan dapat dilihat pada gambar 2.5

Gambar 2.4 Laman informasi maritime di BMKG.

MODUL 5: Pengamatan dan Penyebaran Informasi Iklim dan Cuaca 23


Gambar 2.5 Contoh Peta Daerah Penangkapan Ikan.

Jika informasi berasal dari hasil pengamatan, buatlah ringkasan hasil


pengamatan dan interpretasi data tersebut. Jika informasi diambil dari sumber
lain, maka berikut ini cara menyarikannya:
1. Membaca naskah asli
Bacalah naskah asli sekali atau dua kali, kalau perlu berulang kali agar Anda
mengetahui kesan umum tentang karangan tersebut secara menyeluruh. Penulis
ringkasan juga perlu mengetahui maksud dan sudut pandangan penulis naskah
asli. Untuk mencapainya, judul dan daftar isi tulisan (kalau ada) dapat dijadikan
pegangan karena perincian daftar isi memunyai pertalian dengan judul dan alinea-
alinea dalam tulisan menunjang pokok-pokok yang tercantum dalam daftar isi.
2. Mencatat gagasan utama
Jika Anda sudah menangkap maksud, kesan umum, dan sudut pandangan
pengarang asli, silakan memperdalam dan mengonkritkan semua hal itu. Bacalah
kembali karangan itu bagian demi bagian, alinea demi alinea sambil mencatat semua
gagasan yang penting dalam bagian atau alinea itu. Pokok-pokok yang telah dicatat
dipakai untuk menyusun sebuah ringkasan. Langkah kedua ini juga menggunakan
judul dan daftar isi sebagai pegangan. Yang menjadi sasaran pencatatan adalah
judul-judul bab, judul anak bab, dan alinea, kalau perlu gagasan bawahan alinea
yang betul-betul esensial untuk memperjelas gagasan utama tadi juga dicatat.

24 MODUL 5: Pengamatan dan Penyebaran Informasi Iklim dan Cuaca


3. Tulis kembali dengan gaya Anda
Pakailah kesan umum dan hasil pencatatan untuk membuat ringkasan. Urutan
isi disesuaikan dengan naskah asli, tapi kalimat-kalimat dalam ringkasan yang
dibuat adalah kalimat-kalimat baru yang sekaligus menggambarkan kembali isi
dari karangan aslinya. Bila gagasan yang telah dicatat ada yang masih kabur, silakan
melihat kembali teks aslinya, tapi jangan melihat teks asli lagi untuk hal lainnya
agar Anda tidak tergoda untuk menggunakan kalimat dari penulis asli. Karena
kalimat penulis asli hanya boleh digunakan bila kalimat itu dianggap penting
karena merupakan kaidah, kesimpulan, atau perumusan yang padat.
4. Ketentuan Tambahan
Setelah melakukan langkah ketiga, terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan agar ringkasan itu diterima sebagai suatu tulisan yang baik.
• Susunlah ringkasan dalam kalimat tunggal daripada kalimat majemuk.
• Ringkaskanlah kalimat menjadi frasa, frasa menjadi kata. Jika rangkaian gagasan
panjang, gantilah dengan suatu gagasan sentral saja.

Merangkai pesan
Pesan yang dihantarkan melalui media juga harus efektif dan kreatif, sehingga
dapat diterima oleh penerima pesan. Oleh sebab itu, pesan harus memenuhi hal-
hal berikut:
1. Menarik perhatian. Fokus pada suatu ide atau pesan pokok. Jangan terlalu
banyak ide, yang dapat membingungkan khalayak sasaran.
2. Pesan arus mudah, sederhana, jelas. Pesan yang efektif harus memberikan
informasi yang relevan dan baru bagi kelompok target.
3. Pesan harus dapat dipercaya, tidak bohong, dan terjangkau.
4. Pesan harus dibuat sehingga terlihat menguntungkan kelompok target.
5. Pesan harus konsisten disebarkan dengan makna yang selalu sama.
6. Pesan harus mendorong kelompok target untuk bertindak, dapat berupa
himbauan-himbauan.
Himbauan untuk melakukan sesuatu dapat dilakukan dengan beberapa cara,
yaitu:
1. Rasional. Menghimbau dengan pesan rasional yang berdasarkan akal sehat.
Misalnya, “Dukunglah zonasi TWP Gili Matra untuk keberlanjutan sumber daya
alam”
2. Emosional. Menghimbau dengan pesan yang menggugah emosi. Misalnya,
“Bom ikan berbahaya. Stop penggunaannya”
3. Ancaman. Menghimbau dengan pesan mengancam. Misalnya, “Penggunaan
bom ikan akan diancam hukuman penjara minimal 5 tahun atau denda
1.000.000 (satu milyar) rupiah”.

MODUL 5: Pengamatan dan Penyebaran Informasi Iklim dan Cuaca 25


4. Ganjaran. Menghimbau dengan menjelaskan hasil yang akan didapat. Misalnya,
“Melindungi Gili Meno, demi kelangsungan hidup anak cucu kita.”
5. Motivasional. Menghimbau dengan memotivasi. Misalnya, “Ayo, kamu bisa!”.

Rencana penjangkauan
Ikutilah langkah-langkah sebagai berikut untuk mengembangkan rencana
penjangkauan:
1. Pilihlah salah satu kelompok target, pesan, atau media.
2. Diskusikanlah metode penjangkauan yang akan dipilih dengan menggunakan
contoh-contoh yang diberikan pelatih.
3. Pilihlah metode penjangkauan sesuai dengan kebutuhan lapangan, jadual, dan
anggaran.
4. Diskusikanlah pesan dan himbauan yang akan disampaikan hingga pesan
terdengar menarik dan kreatif.
5. Diskusikanlah media yang akan digunakan menggunakan matriks identifikasi
media.
6. Diskusikanlah lokasi dan waktu penerapan
7. Tuliskanlah ke dalam formulir penjangkauan.

Formulir Rencana Penjangkauan

Judul :
__________________________________________________
Topik :
__________________________________________________
Kelompok target : __________________________________________________
Pesan :
__________________________________________________
Metode penjangkauan : __________________________________________________
Media :
__________________________________________________
Lokasi penerapan : __________________________________________________
Waktu pelaksanaan : __________________________________________________

8. Setelah Anda menentukan semua aspek di atas, maka langkah berikutnya


adalah merealisasikan media misalnya berupa SMS.

26 MODUL 5: Pengamatan dan Penyebaran Informasi Iklim dan Cuaca


Menggunakan SMS sebagai media penyebaran informasi
SMS populer karena sederhana. SMS dapat terkirim walaupun penerima tidak
dalam keadaan aktif dengan batas waktu tertentu (validity period). Keterbatasan
SMS adalah jumlah karakter yang dapat dikirim, yaitu, maksimal 160 karakter.
Informasi yang dapat diteruskan meliputi:
1. Prakiraan cuaca dari BMKG (cuaca, arah angin, kecepatan angin, gelombang).
2. informasi Potensi Ikan dari BPOL-KKP
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
• Nelayan tradisional kurang memahami ukuran kecepatan dalam satuan
knot sehingga diberikan satuan ukuran lainnya (km/jam).
• Nelayan jarang memperhatikan tanggal sehingga perlu dibarengi dengan
informasi hari. Dengan demikian nelayan dapat memahami masa berlaku
prakiraan yang diberikan.
• SMS harus menunjukkan sumber informasinya.
• Nelayan tradisional biasanya tidak menggunakan kecepatan angin dan arus
dalam bentuk angka (kuantitatif). Mereka terbiasa menggunakan istilah
‘pelan’, ‘sedang’, atau “kencang”.
• BMKG memberikan kategori Cuaca Buruk berdasarkan tinggi gelombang.
Tinggi gelombang 3meter membuat nelayan dengan ukuran kapal 3GT ke
bawah akan kesulitan melaut.
• Ada nelayan yang membutuhkan prakiraan cuaca mingguan, karena
mereka melaut tidak Cuma dalam satu hari.
• Lokasi potensi ikan disajikan dalam bentuk titik koordinat.Bagi nelayan
dengan peralatan GPS maka informasi tersebut dapat langsung diteruskan
dengan menyebutkan titik koordinat lokasi Daerah Penangkapan Ikan
maupun lokasi Potensi Ikan.Akan tetapi bagi nelayan tradisional yang tidak
memiliki perlengkapan GPS, maka informasi tersebut mesti diterjemahkan
menjadi ‘arah’ dan ‘jarak’ dari lokasi bermukim nelayan.
Contoh meneruskan informasi dengan sms:
1. Waspada, Hari Rabu 10 Juni 2015, Pelabuhan Ratu cuaca hujan, angin
kencang (10-15 knot) ke arah tenggara. Gelombang tinggi (3-5 m). Sumber:
BMKG
2. Laut pada 1 Maret hingga 7 maret (sabtu-jumat): gelombang antara 1m-
1.5 m (sedang).
3. Lokasi potensi ikan berada pada jarak 65 mil laut arah tenggara dari
Teluk Pelabuhan Ratu, berlaku mulai senin-rabu (9-11 Mei 2011). Sumber:
BPOL-KKP

MODUL 5: Pengamatan dan Penyebaran Informasi Iklim dan Cuaca 27


Evaluasi penjangkauan
Evaluasi program penjangkauan perlu dievaluasi untuk mengetahui efektivitas
dari program, pembenahan atau revisi pada kegiatan, dan lain sebagainya. Tujuan
dari evaluasi kegiatan penjangkauan adalah untuk menentukan apakah kegiatan
tersebut menghasilkan dampak yang diharapkan. Terdapat dua jenis evaluasi, yaitu:
1. Evaluasi formatif, yang mengizinkan pelaksana untuk mendapatkan umpan
balik terhadap kegiatan mereka saat kegiatan dilaksanakan.
2. Evaluasi sumatif, untuk mengetahui dampak kegiatan pasca pelaksanaan.
Untuk melaksanakan evaluasi, terdapat beberapa perangkat yang dapat
digunakan, yaitu:
1. Survei
2. Wawancara
3. Gabungan survei dan wawancara
4. Diskusi kelompok focus
5. Observasi
Dalam pelaksanaan evaluasi perlu dibandingkan target yang diharapkan dengan
hasil kegiatan. Oleh sebab itu, target harus dibuat serealistis mungkin. Selain itu,
untuk membandingkan secara obyektif, dibutuhkan indicator dari target yang
diharapkan. Indikator harus memiliki sifat:
1. Specific (spesifik)
2. Measurable (terukur)
3. Assignable (jelas siapa yang bertanggung jawab)
4. Realistic (realistis)
5. Time-bound (jelas waktu capaiannya)
Oleh sebab itu, formulir rencana penjangkauan dapat dilengkapi dengan
rencana evaluasi seperti di bawah ini:
Formulir Rencana Penjangkauan dan Evaluasi
Rencana Capaian
Judul:
Topik:
Kelompok target:
Target capaian:
Indikator target:
Pesan:
Metode penjangkauan:
Media :
Lokasi penerapan:
Waktu pelaksanaan:

28 MODUL 5: Pengamatan dan Penyebaran Informasi Iklim dan Cuaca


Daftar Pustaka
+ GISTEMP Team, 2015: GISS Surface Temperature Analysis (GISTEMP). NASA
Goddard Institute for Space Studies. Dataset accessed 2015-06-01 at
http://data.giss.nasa.gov/gistemp/.
Aldrian E., and R.D. Susanto. 2003. Identification of three dominant rainfall
regions within Indonesia and their relationship to sea surface temperature.
Int. J. Climatol. 23: 1435–1452.
Bayong Tjasyono HK.2004. Klimatologi. Bandung: ITB.
BAPPENAS. 2010. Indonesia Climate Change Sectoral Roadmap. Bappenas,
Jakarta: 147 pp.
DNPI. 2011. DNPI Green Review on REDD+. Jakarta: Dewan Nasional Perubahan
Iklim. Jakarta.
Douglas, B. C. 1997. Global Sea Rise: A Redetermination. Surveys in Geophysics.
18: 279 - 292.
Dressler,R. 2012. NASA - Introduction to Modern Climate Change. Cambridge
University Press, New York: 252 pp.
Etheridge, D.M.,L.P. Steele,R.L. Langenfelds,R.J. Francey,J.M. Barnola, & V.I.
Morgan. 1996. Natural and anthropogenic changes in atmospheric CO2
over the last 1000 years from air in Antartic ice and rim. J. Geophys. Res.
101: 4115 - 4128.
Green, M. A., G. G. Waldbusser, S. L. Reilly, K. Emerson & S. O’Donnell. 2009.
Death by dissolution: sediment saturation state as a mortality factor for
juvenile bivalves. Limnol. Oceanogr. 54:1037–1047.
Gutro, R. 2005. What’s the difference between climate and weather. NASA:
http://www.nasa.gov/mission_pages/noaa-n/climate/climate_weather.
html.
Huelsenbeck, M. 2012. Ocean-based food security threatened in a high CO2
world. OCEANA, Washington DC: 16 pp.
IPCC, 2014: Climate Change 2014: Synthesis Report. Contribution of Working
Groups I, II and III to the Fifth Assessment Report of the Intergovernmental
Panel on Climate Change [Core Writing Team, R.K. Pachauri and L.A. Meyer
(eds.)]. IPCC, Geneva, Switzerland, 151 pp.
Keraf, G. 1994. Komposisi. Penerbit Nusa Indah, Ende.
Mitigationguide.org. 2014. How to develop your outreach strategy.http://
mitigationguide.org/task-3/how-to-develop-your-outreach-strategy/.
Accesed: June 8th 2014.

MODUL 5: Pengamatan dan Penyebaran Informasi Iklim dan Cuaca 29


Moy, A.D., W.R. Howard, S.G. Bray, & T.W. Trull. 2009. Reduced calcification in
modern Southern Ocean planktonic foraminifera. Nature Geosci. 2: 276 - 280.
Mukminan & Saliman. 2008. Teknologi informasi dan media pembelajaran ilmu
pengetahuan sosial. Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
National Snow and Ice Data Center. 2007. Arctic Sea Ice Shatters All
Previous Record Lows. NSIDC: http://nsidc.org/news/newsroom/2007_
seaiceminimum/20071001_pressrelease.html
Nurseto, T. 2011.Membuat Media Pembelajaran Yang Menarik.Jurnal EKonomi &
Pendidikan, Vol. 8 No. 1: 19 – 35 hlm.
Parker, R. 2009. Krisis Iklim. Translated from:Climate Crisis. By: Yusri, S. Bhuana
Ilmu Populer, Jakarta: 36 pp.
Ramachandran, R. K. Jaggarajamma, M. Muniyandi, & R. Balasubramanian. 2006.
Identifying effective communication channels in a rural community: a field
report from south India. Indian J Tuberc, No.53: 206 – 211 hlm.
Reiter, P. 2008. Global warming and malaria. Malaria Journal 2008, 7(Suppl 1):S3
Rogers, K. L. Howell, A. Smith, P. Clarke, & C. Henderson. 2013. Ensiklopedi Sains
Usborne. Translated form: Usborne Science Encyclopedia. By: Yusri, S. Bhuana
Ilmu Populer, Jakarta: vi + 438 pp.
Santoso, H. & C. Forner. 2007. Climate change projections for Indonesia. CIFOR,
Bogor.
Spreen, G. 2007. Sea ice extent in the Antarctic today compared to the last glacial
maximum. http://commons.wikimedia.org/wiki/File:Antarctic_LGM-today_
sea_ice.png
Suharsono. 1998. Condition of coral reef resources in Indonesia. Jurnal Pesisir dan
Lautan, 1(2) : 44 – 52.
Susandi, A. 2010. Bencana Perubahan Iklim Global dan Proyeksi Perubahan Iklim
Indonesia.
Tjasyono, B. 1999. Klimatologi. Penerbit ITB, Bandung: 317 pp.
Wardiyatmoko, K. 2006. Geografi untuk SMA Kelas X KTSP 2006. Erlangga, Jakarta:
233 pp.
Waryono. 1987. Pengantar Meteorologi dan Klimatologi. Bina Ilmu: Surabaya
WHO. 2012. Atlas of health and climate. WHO Press, Geneva: 68 pp.
WWF. 2013. Pulau Lombok di Indonesia dan langkah awal untuk beradaptasi
terhadap dampak dari perubahan iklim. WWF, Jakarta: 8 pp.
Yusri, S. & Estradivari. 2007. Distribusi infeksi penyakit white syndromes dan karang
memutih (coral bleaching) pada komunitas karang keras di Pulau Petondan
Timur, Kepulauan Seribu. Berita Biologi. 8, 223-229 pp
http://bogor.jabar.bmkg.go.id
http://co2now.org/
https://ywiharja.wordpress.com

30 MODUL 5: Pengamatan dan Penyebaran Informasi Iklim dan Cuaca


LEMBAR PENGAMATAN TEMPERATUR
Nama :
..............................................................................................................................
Lokasi :
..............................................................................................................................

No Tanggal Waktu Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Rata-rata

MODUL 5: Pengamatan dan Penyebaran Informasi Iklim dan Cuaca 31


LEMBAR PENGAMATAN ARUS
Nama :
..............................................................................................................................
Lokasi :
..............................................................................................................................

No Tanggal Waktu Arah Jarak Kecepatan Arus

32 MODUL 5: Pengamatan dan Penyebaran Informasi Iklim dan Cuaca


LEMBAR PENGAMATAN ANGIN
Nama :
..............................................................................................................................
Lokasi :
..............................................................................................................................

No Tanggal Waktu Arah Perkiraan Kecepatan Angin

MODUL 5: Pengamatan dan Penyebaran Informasi Iklim dan Cuaca 33


LEMBAR PENGAMATAN CURAH HUJAN
Nama :
..............................................................................................................................
Lokasi :
..............................................................................................................................
No Tanggal Waktu Volume air Curah Hujan
Volume air/luas penampang

34 MODUL 5: Pengamatan dan Penyebaran Informasi Iklim dan Cuaca

Anda mungkin juga menyukai