Kritis Baca 3
Kritis Baca 3
Karim, Normaya
Abstrak. Kemampuan berpikir kritis sangat penting dimiliki, karena dengan memiliki
kemampuan berpikir kritis dapat membantu kita dalam berpikir secara rasional dalam
mengatasi permasalahan yang tengah kita hadapi dan mencari serta
mengembangkan alternatif pemecahan bagi permasalahan tersebut. Salah satu
upaya untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir kritis adalah melalui
penerapan model Jucama (pengajuan dan pemecahan masalah) yang menuntut
siswa untuk memecahkan masalah sekaligus mengajukan masalah sehingga siswa
benar-benar berperan sebagai seorang pemikir kritis. Berdasarkan hal tersebut
dilakukan penelitian yang bertujuan untuk (1) mengetahui kemampuan berpikir kritis
siswa, (2) mengetahui respon siswa terhadap penerapan model Jucama dalam
pembelajaran matematika, dan (3) mengetahui hubungan antara kemampuan
berpikir kritis dengan respon siswa terhadap model Jucama. Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif.. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII A SMP
Negeri 13 Banjarmasin. Teknik pengumpulan data berupa tes dan angket. Teknik
analisis data menggunakan persentase dan uji korelasi pearson product moment.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kemampuan berpikir kritis yang dicapai
siswa secara keseluruhan berada pada kategori tinggi, (2) siswa memberikan respon
setuju terhadap pelaksanaan model Jucama dan (3) terdapat hubungan yang sangat
kuat antara kemampuan berpikir kritis dengan respon siswa terhadap model Jucama.
Model jucama adalah suatu model pembelajaran matematika yang berorientasi pada
pengajuan dan pemecahan masalah matematika sebagai fokus pembelajarannya (Siswono, 2008).
Kegiatan inti dari model jucama bertipe pengajuan setelah solusi (post
terletak pada fase kedua, ketiga, dan solution posing). Dalam model jucama guru
keempat. Pada kegiatan inti siswa diberi berperan sebagai fasilitator atau mediator
kesempatan mengkonstruksi aktif yang membantu siswa mengkonstruksi
pengetahuan berdasarkan pengalaman atau pemahamannya sendiri. Pengaturan kelas
pengetahuannya sendiri melalui pemecahan yang diperlukan dalam model ini adalah
dan pengajuan masalah yang memper- kelas yang memungkinkan siswa bergerak
timbangkan perkembangan pola pikirnya dan berdiskusi antar anggota kelompok
sehingga siswa terbiasa berpikir kritis. maupun antar kelompok. Sistem pengajaran-
Dalam model jucama, pemecahan nya dapat secara klasikal maupun
masalah matematika diartikan sebagai kelompok-kelompok kecil. Perangkat
proses siswa dalam menyelesaikan suatu pembelajaran dapat berupa buku siswa atau
masalah matematika yang langkahnya terdiri Lembar Kerja Kelompok (LKK) yang di
dari memahami masalah, merencanakan dalamnya memuat soal yang dipilih untuk
penyelesaian, melaksanakan rencana memicu proses pemecahan maupun
tersebut dan memeriksa kembali jawaban. pengajuan masalah.
Sedangkan pengajuan masalah matematika
merupakan tugas yang meminta siswa untuk METODE
mengajukan atau membuat soal atau Metode penelitian yang digunakan
masalah matematika berdasar informasi dalam penelitian ini adalah metode
yang diberikan, sekaligus menyelesaikan deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah
soal atau masalah yang dibuat tersebut. siswa kelas VII A yang merupakan kelas
Pengajuan masalah diberikan setelah siswa unggulan SMP Negeri 13 Banjarmasin tahun
menyelesaikan suatu masalah matematika pelajaran 2014-2015 yang berjumlah 30
(Siswono, 2009). orang, dengan 13 siswa laki-laki dan 17
Siswono (2009) menyatakan siswa perempuan. Adapun objek dalam
dalam model jucama pengajuan masalah penelitian ini adalah kemampuan berpikir
merupakan bagian dari pemecahan kritis dan respon siswa kelas VII A SMP
masalah. Siswa setelah menyelesaikan Negeri 13 Banjarmasin tahun pelajaran
masalah diminta untuk mengajukan soal- 2014-2015 pada materi garis dan sudut
soal baru yang dapat berupa modifikasi dalam pembelajaran matematika dengan
tujuan atau kondisi soal yang sudah menggunakan model jucama.
diselesaikan untuk membuat soal yang baru.
Pengajuan masalah dalam model jucama ini
Ada dua instrumen yang digunakan yaitu soal tes dan angket. Soal tes berbentuk uraian
yang terdiri dari 3 soal untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa.. Indikator kemampuan
berpikir kritis siswa dapat dilihat dalam tabel 2 di bawah ini.
Nilai persentase kemampuan berpikir kritis yang diperoleh dari perhitungan kemudian
dikategorikan sesuai dengan tabel berikut ini :
Dalam penelitian ini, angket yang digunakan berupa angket tertutup untuk mengetahui
respon siswa terhadap pembelajaran dengan meggunakan model jucama. Respon jawaban terdiri
dari 4 kategori yaitu Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S), dan Sangat Setuju
(SS). Penskoran terhadap alternatif respon bergerak dari angka 1 sampai dengan 4.
STS TS S SS
30 60 90 120
Jika skor total berada pada daerah Dan jika skor total yang berada pada daerah
antara dua buah kategori maka ditentukan > setengah interval (jarak dari dua buah
skor total tersebut akan masuk ke dalam kategori) termasuk dalam kategori yang di
salah satu kategori, dengan syarat skor total sebelah kanan.
yang berada pada daerah ≤ setengah Untuk mengetahui tingkat
interval (jarak dari dua buah kategori) persetujuan responden dapat dilakukan
termasuk dalam kategori yang di sebelah kiri. dengan rumus Sugiyono (2012) :
korelasi PPM yang diperoleh dari analisis sesuai dengan interpretasi koefisien korelasi
menggunakan SPSS 18 diinterpretasikan sebagai berikut :
tinggi, serta menganalisis termasuk dalam karena dalam membuat model matematika
kategori sedang. siswa harus berpikir kritis dalam menganalisis
model yang sesuai dalam konteks soal.
Indikator 1 : Interpretasi
Berdasarkan Tabel 7 dan Tabel 8, Indikator 3 : Evaluasi
tingginya kemampuan berpikir kritis siswa Tingginya kemampuan berpikir
pada indikator interpretasi dikarenakan pada kritis siswa pada indikator ini tidak lepas dari
kegiatan pembelajaran peneliti mendorong peran model jucama karena pada fase ketiga
siswa melalui LKK dan kuis untuk terbiasa yaitu dalam membimbing penyelesaian
menuliskan apa yang diketahui dan apa yang peneliti mengajak siswa bekerja kelompok
ditanyakan sehingga memudahkan siswa untuk mendiskusikan strategi-strategi yang
dalam memahami soal. Dengan demikan hal dihasilkan setiap anggota kelompok dan
tersebut menunjukkan bahwa dengan memilih satu strategi yang paling tepat
melaksanakan kegiatan pembelajaran sebagai cara menyelesaikan masalah.
menggunakan mode jucama melalui fase Dalam menyelesaikan tes evaluasi
kedua yaitu mengorientasikan siswa pada akhir, strategi yang digunakan hampir seluruh
pemecahan atau pengajuan masalah mampu siswa sudah sangat jelas dan benar mau
membentuk kemampuan berpikir kritis siswa dibawa kemana arah penyelesaiannya.
dalam menginterpretasi suatu masalah. Namun hal yang luput dari perhatian hampir
seluruh siswa adalah ketidak telitian mereka
Indikator 2 : Analisis dalam proses menghitung, sehingga tidak
Pada pembelajaran dengan model sedikit dari mereka yang benar dalam
jucama, peneliti membimbing siswa melakukan strategi penyelesaian namun
menyelesaikan LKK dan membantu siswa melakukan kesalahan dalam perhitungan.
menyajikan hasil penyelesaian pemecahan Oleh karena itu dapat disimpulkan
dan pengajuan masalah, peneliti telah bahwa dengan melaksanakan kegiatan
mengorganisasikan siswa untuk memberikan pembelajaran menggunakan model jucama
penjelasan pada model matematika yang mampu membentuk kemampuan berpikir
telah mereka buat. kritis siswa dalam mengevaluasi suatu
Namun pada saat tes evaluasi akhir masalah.
meskipun hampir seluruh siswa membuat
model matematika dengan tepat ternyata Indikator 4 : Inferensi
masih banyak siswa yang hanya membuat Untuk indikator yang terakhir yaitu
model matematika tanpa memberi inferensi, berdasarkan Tabel 7 dan Tabel 8
penjelasan. Tidak diberikannya penjelasan tingginya kemampuan berpikir kritis indikator
dalam model matematika yang telah mereka ini dikarenakan pada fase keempat dari
buat tidak lepas dari pendapat Ennis model jucama yaitu menyajikan hasil
(Susanto, 2015) bahwa berpikir kritis sebagai pemecahan dan pengajuan masalah, siswa
suatu proses berpikir sehingga penjelasan berpikir kritis dalam mengungkapkan gagasan
dari model matematika tersebut tersimpan serta kesimpulan dari masalah yang diberikan
dalam memori mereka dan tidak mereka maupun mengajukan pertanyaan kepada
tuangkan ke dalam jawaban. Buktinya siswa yang sedang presentase. Selain itu
meskipun mereka tidak memberikan pada Dalam hal ini hampir seluruh siswa
penjelasan untuk model matematika yang sudah dapat membuat kesimpulan yang
telah mereka buat, mereka masih bisa sesuai dengan konteks soal. Meskipun sudah
menyelesaikan tes evaluasi dengan strategi dapat membuat kesimpulan sesuai dengan
yang tepat. konteks soal, ada sebagian siswa yang tidak
Meskipun dikategorikan sedang, hal tepat dalam membuat kesimpulan. Salah satu
ini bukan berarti model jucama tidak mampu penyebabnya adalah pada saat
membentuk kemampuan berpikir kritis siswa menyelesaikan masalah (evaluasi) siswa
Karim, Normaya, Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Pembelajaran Matematika dengan …… 101
Dari tabel 9 dapat dililihat bahwa dilihat dari LKK yang diberikan kepada siswa,
tidak ada siswa yang memiliki kemampuan dimana dalam setiap LKK siswa diminta untuk
berpikir kritis dengan kategori rendah maupun memecahkan masalah kemudian mengajukan
sangat rendah. Kemampuan berpikir kritis masalah berdasarkan masalah yang telah
siswa tersebar dalam 3 kategori yaitu sangat ada. Dalam pembelajaran matematika
tinggi, tinggi dan sedang. Hasil ini dengan menggunakan model jucama, siswa
membuktikan bahwa dengan mengkombinasi- telah terbiasa mengajukan dan memecahkan
kan model pengajuan dan pemecahan masalah matematika sehingga mereka
masalah mampu membentuk kemampuan cenderung berpikir kritis. Sebaliknya siswa
berpikir kritis siswa. yang kritis terbantu dalam mengajukan dan
Tingginya kemampuan berpikir memecahkan masalah matematika. Siswa
kritis siswa di kelas dikarenakan dengan yang berpikir kritis adalah siswa yang mampu
penerapan model jucama siswa dituntut untuk menginterpretasi (memahami masalah),
berpikir kritis dalam memecahkan masalah menganalisis, mengevaluasi, dan meng-
dan mengajukan masalah. Hal ini dapat inferensi (menarik kesimpulan).
(3) Siswa kelas VII A SMP Negeri 13 berpikir kritis sehingga siswa nantinya
Banjarmasin memberikan respon setuju mampu menerapkan kemampuan
terhadap penerapan model jucama berpikir kritis yang dimilikinya dalam
dalam pembelajaran matematika. mengambil keputusan dan memecahkan
(4) Terdapat hubungan yang sangat kuat masalah yang terkait konsep
antara kemampuan berpikir kritis matematika dalam kehidupan sehari-
dengan respon siswa kelas VII A SMP hari.
Negeri 13 Banjarmasin terhadap model (3) Guru matematika, khususnya guru
jucama. matematika di SMP Negeri 13
Banjarmasin dapat menerapkan model
Saran jucama dalam pembelajaran matematika
Berdasarkan hasil penelitian, pada materi selajutnya.
pembahasan, dan simpulan yang diperoleh (4) Diharapkan adanya penelitian lanjutan
dalam penelitian ini, maka disampaikan yang menggunakan model jucama ini
beberapa saran yaitu: untuk membentuk kemampuan berpikir
(1) Siswa hendaknya diarahkan untuk kritis maupun kemampuan lainnya.
belajar terlebih dahulu materi pada (5) Dalam menerapkan model jucama untuk
pertemuan berikutnya sehingga pada membentuk kemampuan berpikir kritis
saat kegiatan pembelajaran siswa sudah diharapkan untuk indikator analisis lebih
siap untuk belajar. Cara mengarahkan ditingkatkan lagi pengorganisasian
siswa misalnya dengan memberikan siswa sehingga siswa benar-benar
beberapa pertanyaan pada kegiatan dapat membuat model matematika dari
akhir pembelajaran yang harus dijawab soal yang diberikan dengan tepat dan
siswa pada pertemuan selanjutnya. memberi penjelasan dengan tepat.
(2) Soal-soal yang diberikan kepada siswa
selalu diarahkan pada kemampuan