Anda di halaman 1dari 7

Kelompok 4

Anggota:

1. Adimas Wicaksono 19401241046


2. Frisca Dyan Areza 19401244006
3. Octavia Wulandari 19401244019
4. Iga Harwenita 19401244025
5. Fardha Lifianika 19401244026

RESUME ARTIKEL
Hardiwinoto, S., dkk. 2016. Peranan United Nations Educational Scientific and Cultural
Organization (UNESCO) dalam Perlindungan Benda-Benda Bersejarah yang Hancur
Akibat Konflik Bersenjata (Studi Kasus Perlindungan Benda-Benda Bersejarah yang
Hancur Akibat Konflik Bersenjata di Suriah). Diponegoro Law Journal, 5 (4): 1-10.
Peranan UNESCO terhadap permasalahan internasional dan kontribusinya bagi
masyarakat internasional
A. Pengertian dan Sejarah singkat UNESCO
UNESCO ini merupakan singkatan dari United Nations Educational, Scientific and
Cultural Organization. UNESCO adalah sebuah organisasi internasional di bawah PPB
yang mengurusi semua hal yang berhubungan dengan pendidikan, sains, serta kebudayaan
didalam rangka meningkatkan rasa saling menghormati yang berlandaskan pada keadilan,
peraturan hukum, serta HAM. UNESCO adalah satu-satunya organisasi internasional yang
memandatkan negara anggotanya untuk membentuk Komisi Nasional sebagaimana klausul
yang tertuang dalam Piagam Komisi Nasional untuk UNESCO.

Berdirinya UNESCO dimulai pada 1942 saat negara-negara di Benua Eropa


menghadapi Nazi dan sekutunya. Lalu mereka duduk bersama di Inggris untuk
melaksanakan Konferensi Menteri Pendidikan Sekutu (Conference of Allied Ministers of
Education/CAME). Perang Dunia II masih jauh dari selesai, namun negara-negara di Eropa
mencari cara dan sarana untuk merekonstruksi sistem pendidikan mereka setelah
dilakukannya perdamaian. Tak memakan waktu lama, rencana tersebut telah direalisasikan
dan Amerika Serikat pun ikut bergabung. Berkat usul CAME, Konferensi Perserikatan
Bangsa-Bangsa didorong untuk membentuk organisasi pendidikan dan budaya, yang
diadakan di London sejak 1 November sampai 16 November 1945. Konferensi PBB
tersebut berhasil mengumpulkan 44 negara yang memutuskan untuk bergabung demi
mewujudkan organisasi yang memiliki visi-misi budaya perdamaian. Mereka menganggap
organisasi tersebut harus dibangun dengan landasan solidaritas intelektual dan moral umat
manusia, sehingga dapat mencegah perang dunia lain. Di akhir konferensi, konstitusi
UNESCO ditandatangani pada 16 November 1945 dan mulai berlaku pada 4 November
1946 setelah diratifikasi oleh 20 negara, yaitu:

Australia Mesir Norwegia


Brasil Prancis Arab Saudi
Kanada Yunani Afrika Selatan
China India Turki
Cekoslowakia Lebanon Inggris
Denmark Meksiko Amerika Serikat
Republik Dominika Selandia Baru
Sementara itu, konferensi umum UNESCO pertama kali diadakan di Paris, Prancis mulai
19 November sampai 10 Desember 1946.

B. Konflik Bersenjata di Suriah


Perang saudara yang terjadi di Suriah sejak Agustus 2014, telah mengorbankan
nyawa lebih dari 200 ribu orang. Selain itu, peperangan ini mengakibatkan jutaan orang
menjadi pengungsi. Tidak hanya terkait manusia, perang Suriah juga merugikan warisan
sejarah dunia.
Suriah merupakan negara yang kaya akan peninggalan bersejarah. Sebab, negara
ini memang masuk ke dalam kawasan “bulan sabit subur”, yang memiliki kisah peradaban
dunia. Mulai dari periode Mesopotamia hingga masa-masa keemasan Islam. Namun, kini
hampir 300 situs bersejarah di Suriah bergelimang puing atau bahkan hancur sama sekali.
PBB melansir data, terdapat 290 situs bersejarah terimbas konflik bersenjata.
Rinciannya, sebanyak 24 situs di antaranya hancur sama sekali. Lalu, 104 situs bersejarah
mengalami kerusakan parah, 85 situs mengalami kerusakan ringan, dan 77 situs sisanya
dinilai perlu perbaikan segera.
Dari semua situs bersejarah yang terkena dampak Perang Suriah, kebanyakan
merupakan peninggalan zaman prasejarah. Selain itu, ada pula kompleks jejak peninggalan
perdagangan Jalur Sutra. Bahkan, ada yang merupakan masjid-masjid terkenal berusia
ratusan tahun. Demikian pula, situs peninggalan masa Perang Salib. Selebihnya, ada jutaan
benda-benda bernilai sejarah tinggi yang tak berbentuk lagi kini. Enam di antaranya
merupakan kawasan warisan dunia yang tercatat UNESCO yakni antara lain, Kawasan
Kota Tua Aleppo, Bosra, Damaskus, Kastil Crac des Chevaliers, dan area oasis Palmyra,
yang sudah ada sejak zaman Romawi Kuno.
C. Peranan UNESCO dalam Perlindungan Benda-Benda Bersejarah yang Berada
Dibawah Ancaman Konflik Bersenjata di Suriah.
UNESCO terbentuk berdasarkan atas kesadaran negara-negara dalam
merekonstruksi pendidikan di seluruh dunia dan disahkan di London pada tahun 1945
dimana tujuan awalnya adalah untuk mempromosikan budaya kedamaian, membentuk
solidaritas intelektual dan moral umat manusia, dan mencegah perang dunis lainnya. Pada
November tahun 2015 konferensi umum ke-38 dari UNESCO mengadopsi strategi untuk
memperkuat tindakan UNESCO untuk melindungi budaya dan mempromosikan
pluralisme budaya dalam konflik bersenjata. Hal ini penting yang dapat diambil dari
strategi yang dimaksud diatas dalam kaitannya dengan peranan UNESCO melindungi
benda-benda bersejarah antara lain:

1. UNESCO menjamin akan terus mengadvokasikan secara penuh semua pihak yang
berkepentingan dengan standar hukum humaniter internasional berkaitan dengan
perlindungan warisan budaya terjadi konflik bersenjata, khususnya Konvensi Den
Haag 1954.

2. UNESCO akan bekerjasama dengan beberapa partnernya dalam bidang warisan


budaya bersama dengan Badan Pengamat Warisan dunia di Suriah oleh UNESCO dan
dibantu dengan Uni Eropa yang kemudian dibentuk badan khusus dalam menangani
warisan budaya di Suriah yang berada dibawah ancaman konflik bersenjata.

3. UNESCO berkoordinasi bersama International Criminal Court (ICC) dalam


menginvestigasi kasus-kasus yang terjadi selama konflik bersenjata berlangsung yang
menyerang tempat beragama, pendidikan, kesenian,dan monumen sejarah.
4. Dibentuk suatu lembaga yang khusus bergerak untuk Suriah oleh UNESCO yaitu The
UNESCO Observatory of Syrian Cultural Heritage. Sebagai satu-satunya badan
dibawah PBB yang hanya khusus untuk bertanggungjawab menjaga kekayaan warisan
budaya dunia yang beragam di Suriah.

D. Pengaturan Hukum Humaniter Internasional Terhadap Perlindungan Benda-Benda


Bersejarah yang Berada dibawah Ancaman Konflik Bersenjata
The Convention for the Protection of Cultural Property in the Event of Armed
Conflictadopted at The Hague(Netherlands) pada tahun 1954 dibuat akibat dari kerusakan
besar warisan budaya selama Perang Dunia Kedua dan merupakan perjanjian internasional
pertama yang memanggil masyarakat di seluruh dunia untuk berfokus secar eksklusif
tentangperlindungan warisan budaya yang berada dibawah ancaman konflik bersenjata.
Tempat yang dijadikan sarana untuk melakukan perlindungan khusus terhadap
benda-benda budaya bersifat sementara yaitu hanya pada saat konflik bersenjata terjadi
dan tempat itu jika ingin dijadikan salah satu tempat yang mendapat perlindungan khusus
dengan mengajukan permintaan pada Komisaris Jendral, yaitu orang yang berasal dari
negara- negara pihak konvensi yang telah ditunjuk oleh Direktur Jendral UNESCO, dan
usulan permintaanperlindungan khusus akan dilaporkan pada Direktur Jendral UNESCO
dan proses persetujuandilakukan dalam 30 hari dan tempat itu akan dimasukkan pada
Daftar Tempat DibawahPerlindungan Khusus. Kemudianyang kedua adalah memberikan
kekebalan terhadap benda-benda budaya mulai dari pendaftaran internasional dimana
pendaftaran ini diurus oleh Direktur Jendral UNESCO dan diberikan juga kepada
Sekretaris Jendral PBB dan daftar ini terbagi atas tiga kategori yaitu: (i) tempat
penampungan benda-benda budaya, (ii) pusat- pusat dimana monumen berada, benda-
benda budaya yang tidak dapat dipindahkan, penghentian tindakan permusuhan yang
ditujukan langsung padabenda-benda budaya, danpenggunaan benda-benda budayauntuk
tujuan militer.
Pada Konvensi Den Haag 1954 yang membahas mengenai perlindungan benda-
benda budayapada masa konflik bersenjata dimana pada protokol pertama yang disahkan
bersamaan dengan konvensi berisi mengenai ketentuan-ketentuan umum maka untuk
melengkapi pengaturan- pengaturan konvensi diperlukan peranan dari protokol kedua.
Protokol kedua ini disebut The Second Protocol for The Hague Convention for the
Protection of Cultural Property in the Event of Armed Conflict 1954. Protokol Kedua ini
menguraikan ketentuan- ketentuan Konvensi yang berkaitan dengan pengamanan dan
menghormati kekayaan budaya dan perilaku permusuhan; sehingga memberikan
perlindungan yang lebih besar dari sebelumnya, dan kemudian protokol ini membentuk
Komite Antar Pemerintah yang berisikan 12 anggota untuk mengawasi pelaksanaan
ProtokolKedua ini dan Konvensi. Berdasarkan protokol ini akandibentuk suatu komite
yang ditugaskan untuk mengawasi perkembangan perlindungan benda-benda budaya.
Dalam pasal 8 Konvensi Den Haag membahas mengenai tindakan konkretnyayaitu
dengan:
1. Memindahkan benda-benda budaya dari tempat yang dijadikan kawasankonflik
bersenjata ataupun menjadi sasaran militer atau dengan memberikan perlindungan
yangmemadai disekitar tempat itu.
2. Menghindarkan benda- benda budaya dari tempat yang dimungkinkan menjadi
sasaran militer
Dalam pembuatan sanksi pidana setiap negara wajib melampirkan lima
pelanggaran serius kedalam kodifikasi hukum nasionalnya yang sesuai dengan Pasal 15
Protokol Kedua yaitu:
1. Menjadikan benda-benda budaya yang dalamperlindungan khusus suatu sasaran
serangan.
2. Menggunakan benda-benda budaya yang dalam perlindungan khusus atau
lingkungan sekitarnyasebagai pendukung dari kegiatan militer.
3. Pengerusakan secara luas dan merata terhadap benda- benda budaya yang berada
dibawah perlindungankhusus Konvensi Den Haag 1954 dan Protokol Kedua.
4. Menjadikan benda-benda yang berada dibawah Konvensi Den Haag 1954 dan
Protokol Kedua sebagaiobjek sasaran serangan.
5. Pencurian, penjarahan atau penyalahgunaan, atau tindakan vandalisme yang
diarahkan terhadap kekayaan budaya yang dilindungi berdasarkan Konvensi
Den Haag 1954.
6. Segala jenis penggunaan benda-benda budaya yang melanggar Konvensi Den
Haag 1954 dan Protokol Kedua.
7. Segala jenis penggalian ilegal, perdagangan gelap, pemindahan kepemilikan
benda-benda budaya yang dilarang dalam Konvensi Den Haag 1954 dan Protokol
Kedua.

E. Kontribusi UNESCO bagi masyarakat internasional


UNESCO sejak awal memiliki komitmen untuk melindungi dan melestarikan
kebudayaan dunia. Bahwasanya, setiap budaya yang memiliki nilai-nilai sejarah dan nilai-
nilai universal yang luar biasa, berhak mendapatkan predikat dan pengakuan sebagai
sebuah warisan budaya dunia. Dengan pengakuan tersebut, maka akan muncul berbagai
bantuan dalam rangka pelestariannya. UNESCO sendiri berkewajiban tidak hanya
memberikan bantuan berupa pendanaan, tetapi juga mengawasi, melindungi, dan
memastikan bahwa suatu kebudayaan tidak akan berakhir dalam kepunahan.

Peran UNESCO dalam melestarikan kebudayaan dunia, yaitu:

1. Membentuk konvensi yang melahirkan komitmen untuk melindungi kebudayaan dunia

2. Mampu membentuk aturan main yang mengatur warisan budaya dunia

3. Mampu menjadi ruang bagi negara-negara anggota untuk membahas dan berdialog
secara khusus mengenai kebudayaan

4. Menghasilkan suatu komite yang memberikan klasifikasi dan kriteria penilaian,


sekaligus melakukan penilaian

5. Menetapkan dan mengakui suatu kebudayaan sebagai sebuah warisan budaya dunia

6. Memberikan perlindungan, pengawasan, dan pelestarian terhadap warisan budaya dunia.

7. Memastikan terjaminnya hak-hak dari warisan budaya dunia.

8. Memastikan bahwa suatu warisan budaya dunia tetap mendapatkan bantuan dalam
rangka pelestarian

9. Memastikan suatu warisan budaya dunia tidak mengalami kepunahan dan kehancuran.

10. Memastikan suatu warisan budaya tetap mendapatkan support finansial baik itu dari
UNESCO, ataupun dari masyarakat Internasional
11. Memastikan suatu warisan budaya dunia bermanfaat bagi generasi saat ini maupun
generasi mendatang.

UNESCO juga berkolaborasi dalam pekerjaan saling memajukan pengetahuan dan


pemahaman masyarakat, melalui semua sarana komunikasi massa dan untuk
merekomendasikan bahwa akhir perjanjian internasional seperti mungkin diperlukan untuk
mempromosikan arus bebas ide dengan kata dan gambar. Selain itu UNESCO memberikan
dorongan untuk pendidikan popular dan penyebaran budaya; pengembangan kegiatan
pendidikan; melembagakan kolaborasi antara bangsa-bangsa untuk memajukan cita-cita
persamaan kesempatan pendidikan tanpa memperhatikan ras, jenis kelamin atau
perbedaan- perbedaan, ekonomi atau sosial; menyarankan metode pendidikan yang paling
cocok untuk mempersiapkan anak-anak di dunia untuk tanggung jawab kebebasan. Unesco
juga memiliki peran dalam memelihara, meningkatkan dan pengetahuan
menyebar,menjamin konservasi dan perlindungan warisan dunia buku, karya seni dan
monument sejarah dan ilmu pengetahuan, dan merekomendasikan kepada bangsabangsa
yang bersangkutan mengenai konvensi internasional yang diperlukan, mendorong
kerjasama antar negara di semua cabang aktifitas intelektual, termasuk pertukaran
internasional orang-orang yang aktif dibidang pendidikan, ilmu pengetahuan, dan
kebudayaan, objek dan karya artistic ilmiah dan bahan informasi lain, memulai metode
kerja sama internasional untuk memberikan orang-orang dari semua negara akses ke bahan
cetak dan diterbitkan dihasilkan oleh salah satu dari mereka.

Anda mungkin juga menyukai