Peran UNESCO Sebagai Wadah Pelindung Warisan Budaya Tak Benda
Faradila Natasya Sabrina Rahariyanto
Universitas Pendidikan Ganesha 2021 UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) atau Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB ini merupakan badan khusus PBB (United Nation) yang telah didirikan sejak 1945. Organisasi UNESCO merupakan sebuah organisasi fungsional, sebagaimana klasifikasi dari organisasi, yang keanggotaannya tidak terdiri dari negara bangsa. Disebut sebagai sebuah organisasi independen karena terlepas dari pengaruh negara manapun, dan pengelolannya bersifat mandiri, walaupun tetap berdasarkan arahan dan prinsip dari PBB. Dengan tujuan untuk mendukung perdamaian dan keamanan dengan mempromosikan kerja sama antar negara melalui Pendidikan, ilmu pengetahuan, dan budaya dalam rangka meningkatkan rasa saling menghormati yang berlandaskan kepada keadilan, peraturan hukum, HAM, dan kebebasan hakiki (Artikel 1, Kontitusi UNESCO). Selain itu, UNESCO memiliki misi yaitu melindungi dan mengamati ketiga bidang yang menjadi focus daripada organisasi tersebut. Tujuan yang lebih luas dan lebih nyata dari UNESCO adalah dalam rangka mencerdaskan masyarakat internasional. Bahwa, masyarakat internasional harus lebih peka terhadap isu-isu yang selama ini dianggap tidak begitu penting khususnya dalam bidang kebudayaan. UNESCO mendukung tujuan dari pembangunan milenium dalam MDGs, bahwa masyarakat internasional juga harus turut mendukung tujuan tersebut. UNESCO memiliki visi yaitu “ …Since wars begin in the mind of men, it is in the minds of men that the defenses of peace must be constructed…”. Sementara misi dari UNESCO dalam meciptakan perdamaian melalui pengetahuan, dengan melaksanakan strategi yang berdasarkan pada: 1. Promosi prinsip dan norma universal, berdasarkan atas shared values, dalam kompetensi UNESCO untuk melindungi dan mempertahankan common value 2. Promosi keragaman dengan menghormati hak asasi manusia 3. Pemberdayaan dan penguatan partisipasi dalam lingkungan masyarakat intelektual, melalui pemerataan, peningkatan dan penyebaran penggunaan ilmu pengetahuan Adapun Fungsi daripada UNESCO yaitu: a. Sebagai sebuah laboratorium untuk mencipatakan ide, gagasanm, maupun pandangan b. Sebagai sebuah wadah untuk menciptakan standarisasi berskala internasioal c. Sebagai sebuah organisasi yang netral dan tidak memihak kemanapun d. Sebagai sebuah organisasi yang memiliki kapasitas atau capacity building e. Sebagai forum kerjasama internasional yang mampu menciptakan berbagai skema Kerjasama f. Sebagai sebuah forum dialog g. Sebagai sebuah organisasi yang membantu negara di dunia untuk membangun sumber daya manusianya h. Sebagai sebuah wadah dan rumah untuk penerbitan berskala internasional atau International Publishing House i. Sebagai sebuah organisasi yang menciptakan aturanaturan main atau yang dikenal dengan UNESCO Prizes Selain itu, UNESCO dalam hal ini tentunya bertanggung jawab dalam menjamin perlindungan dan pelestarian terhadap budaya-budaya setiap negara yang tidak hanya karena berpotensi mengalami kepunahan, tetapi lebih dari itu yaitu untuk mempertahankan peradaban dunia. Dalam hal ini juga termasuk mengenai penjagaan warisan budaya tak benda. Warisan budaya adalah keseluruhan peninggalan kebudayaan yang memiliki nilai penting sejarah, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan/atau seni. Warisan budaya dimiliki bersama oleh suatu komunitas atau masyarakat dan mengalami perkembangan dari generasi ke generasi, dalam alur suatu tradisi. Warisan budaya tak benda atau intangible cultural heritage bersifat tak dapat dipegang (intangible/ abstrak), seperti konsep dan teknologi; dan sifatnya dapat berlalu dan hilang dalam waktu seiring perkembangan zaman, misalnya bahasa, musik, tari, upacara, serta berbagai perilaku terstruktur lain. Warisan Budaya Tak benda berdasarkan UNESCO Convention For The Safeguarding Of The Intangible Cultural Heritage 2003: Warisan Budaya Tak benda adalah berbagai praktik, representasi, ekspresi, pengetahuan, keterampilan -serta instrumen, obyek, artefak dan ruang- ruang budaya terkait dengannya- bahwa masyarakat, kelompok dan, dalam beberapa kasus, perorangan merupakan bagian dari warisan budaya tersebut. Warisan budaya takbenda ini diwariskan dari generasi ke generasi, yang secara terus menerus diciptakan kembali oleh masyarakat dan kelompok dalam menanggapi lingkungan sekitarnya, interaksi mereka dengan alam dan sejarah mereka, dan memberikan rasa identitas yang berkelanjutan, untuk menghargai perbedaan budaya dan kreativitas manusia. Warisan Budaya Tak Benda diwujudkan antara lain pada bidang-bidang berikut ini: 1. Tradisi dan Ekspresi Lisan Contoh: Bahasa, naskah kuno, permainan tradisional, pantun, cerita rakyat, mantra, doa, nyanyian rakyat dan lain-lain; 2. Seni pertunjukan Contoh: Seni tari, seni suara, seni musik, seni teater, film dan lian-lain; 3. Adat istiadat masyarakat adat, ritus, dan perayaan-perayaan Contoh: Upacara tradisional (upacara daur hidup), system organisasi sosial, sister ekonomi tradisional dan lain-lain; 4. Pengetahuan dan kebiasaan perilaku mengenai alam semesta Contoh: Pengetahuan tradisional, kearifan local, pengebatan tradisional dan lain-lain; 5. Kemahiran dan ketrampilan tradisional Contoh: Teknologi tradisional, arsitektur tradisional, pakaian tradisional, aksesoris tradisional, kerajinan tradisional, kuliner tradisional, media transportasi tradisional, senjata tradisional dan lain-lain. Supaya warisan budaya tak benda dapat diselesksi dalam daftar ICH UNESCO harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 1) Merupakan identitas budaya dari satu atau lebih Komunitas Budaya; 2) Memiliki nilai-nilai budaya yang dapat meningkatkan kesadaran akan jati diri (pengampu budaya dan masyarakat Indonesia) dan persatuan bangsa; 3) Memiliki kekhasan/keunikan/langka dari suatu suku bangsa yang memperkuat jati diri negara tersebut dan merupakan bagian dari komunitas; 4) Merupakan living tradition dan memory collective yang berkaitan dengan pelestarian alam, lingkungan, dan berguna bagi manusia dan kehidupan; 5) Warisan Budaya Tak Benda yang memberikan dampak sosial ekonomi, dan budaya (multiplier effect); 6) Mendesak untuk dilestarikan (unsur/karya budaya dan pelaku) karena perisitwa alam, bencana alam, krisis sosial, (krisis budaya, )krisis politik, dan krisis ekonomi; 7) Menjadi sarana (dan penjamin) untuk pembangunan yang berkelanjutan dan menjadi penjamin untuk sustainable development; 8) Karya budaya yang diusulkan harus mewakili provinsi (jenis pengusulan bisa terdiri dari beberapa karya budaya sejenis yang tersebar di daerah-daerah yang ada dalam provinsi tersebut); 9) Tidak mengajukan karya budaya yang sudah punah atau tidak ada lagi masyarakat pendukungnya; 10) Yang keberadaannya terancam punah; 11) Warisan Budaya Tak Benda diprioritaskan di wilayah perbatasan dengan negara lain; 12) Rentan terhadap klaim Warisan Budaya Tak Benda oleh Negara lain; 13) Sudah diwariskan dari lebih dari satu generasi; 14) Dimiliki seluas komunitas tertentu; 15) Tidak bertentangan dengan HAM dan konvensi-konvensi yang ada di dunia; 16) Mendukung keberagaman budaya dan lingkungan alam. Warisan budaya yang memenuhi kriteria diatas akan mendapatkan perlindungan hukum dari UNESCO. Perlindungan adalah memberikan pengayoman kepada hak asasi manusia yang dirugikan orang lain dan perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum atau dengan kata lain perlindungan hukum adalah berbagai upaya hukum yang harus diberikan oleh aparat penegak hukum untuk memberikan rasa aman, baik secara pikiran maupun fisik dari gangguan dan berbagai ancaman dari pihak manapun. Kecenderungan masyarakat dunia saat ini menyebabkan eksplorasi dan eksploitasi terhadap kekayaan masyarakat asli/tradisional semakin meningkat karena masyarakat asli/tradisional selama ini memang dikenal mempunyai kearifan tersendiri sehingga mereka memiliki sejumlah kekayaan intelektual yang sangat ”bersahabat” dengan alam. Namun, karena lemahnya perlindungan hukum terhadap kekayaan intelektual masyarakat asli tradisional ini, maka yang kebanyakan terjadi justru adalah eksplorasi dan eksploitasi yang tidak sah oleh pihak asing. Oleh karena itu PBB memiliki lembaga yang memiliki fungsi untuk pencegahan sebelum konflik tersebut terjadi. Yaitu UNESCO dengan World Heritage Centre, yang mendokumentasikan dan mengakui sejumlah kebudayaan di seluruh dunia sebagai warisan budaya dunia. UNESCO, telah mengakui 981 situs berdasarkan data UNESCO 2015, sedangkan 2016 ini jumlah situs dunia UNESCO bertambah 21 situs, melalui The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) of 40th Session of the Committee, sehingga total 1.002 situs di dunia menjadi warisan budaya (The World Heritage), termasuk 14 warisan diantaranya milik Indonesia yang dikelompokkan dalam tiga kategori berbeda, yaitu warisan alam, cagar alam atau situs, dan karya tak benda. Karena dalam mendapatkan pengakuan UNESCO sebagai situs maupun warisan budaya dunia, berbagai keuntungan baik dari sisi prestise maupun bantuan pendanan dunia meskipun melalui berbagai ketentuan dan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh UNESCO. Selain memperoleh pembiayaan dari UNESCO terkait dengan pelestarian warisan budaya tersebut, secara otomatis perhatian dunia internasional akan tertuju kepada negara pemilik situs warisan budaya tersebut apabila diketahui terjadi masalah terhadap warisan tersebut. Dari analisis mengenai dampak positif dengan didaftarkanya sejumlah kebudayaan di suatu negara missal Indonesia sebagai warisan budaya tak benda UNESCO tentunya akan berakibat potensi di klaimnya budaya suatu negara tersebut menjadi budaya milik bangsa lain, karena tidak mendapatkan pengakuan dari UNESCO sebagai warisan budaya dunia yang berasal dari suatu negara asal yaitu Indonesia. Di satu sisi, keuntungan pengakuan terhadap ekspresi budaya tradisional maupun situs Indonesia oleh UNESCO, menimbulkan konsekuensi yang tidak ringan. Konsekuensi tersebut adalah sanggup untuk menjaga, melestarikan dan mewariskan secara turun-temurun kepada generasi berikutnya. Selain itu, negara yang memiliki warisan budaya terdaftar di UNESCO harus melaporkan kondisi keterawatan warisan-warisan tersebut secara berkala. Apabila tidak melaksanakan kewajiban-kewajiban tersebut terhadap situs atau warisan budaya yang telah diakui oleh UNESCO, maka akan dikenai sanksi, yaitu dicabutnya atau dihapuskan situs atau warisan budaya dunia tersebut dari pengakuan UNESCO. Terhadap warisan takbenda, yang pada umumnya berwujud kebudayaan warisan dunia, agar warisan tersebut tidak mendapatkan sanksi yang sama dari UNESCO terhadap kelalaian- kelalaian dari negara asal, maka salah satu poin penting yang perlu diperhatikan adalah tanggung jawab dalam manajemen pelestarian warisan budaya, apalagi jika sudah ditetapkan menjadi warisan dunia. Jadi, UNESCO sebagai penaung World Heritage Culture memiliki tanggung jawab dalam menjalankan tugas dan tujuannya yaitu mendukung perdamaian dan keamanan dengan mempromosikan kerja sama antar negara melalui Pendidikan, ilmu pengetahuan, dan budaya dalam rangka meningkatkan rasa saling menghormati yang berlandaskan kepada keadilan, peraturan hukum, HAM, dan kebebasan hakiki. Serta memfokuskan penyelesaian dari permasalahan di tiga bidang tersebut. Misalnya sebagai wadah terhadap warisan tak benda dari seluruh dunia. UNESCO memiliki tugas sebagai penyeleksi serta bertanggung jawab apabila terdapat permasalahan dalam pengklaiman warisan budaya takbenda secara illegal. Daftar Pustaka Asri, D. P. B. (2018). Perlindungan Hukum Terhadap Kebudayaan Melalui World Heritage Centre UNESCO. Jurnal Hukum Ius Quia Iustum, 25(2), 256-276. Harianja, J., & Waluyo, T. J. (2018). Upaya United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (Unesco) Dalam Menjaga Keberadaan Museum Sangiran Sebagai Warisan Budaya Dunia Tahun 2011-2016 (Doctoral dissertation, Riau University). Mangku, D. G. S. (2021). PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TARI TRADISIONAL SEBAGAI WARISAN BUDAYA BANGSA INDONESIA DITINJAU DARI HUKUM INTERNASIONAL. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha, 9(1), 97-106. Purnamasari, W. A. (2015). Penyelesaian Sengketa Perselisihan Tradisional dan Ekspresi Budaya Antar Negara: Sengketa Lagu Rasa Sayange Antara Negara Indonesia dan Negara Malaysia. Jurnal Hukum & Pembangunan, 45(4), 468-487. Sakul, P. (2020). PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK CIPTA WARISAN BUDAYA BATIK BANGSA INDONESIA DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL. LEX PRIVATUM, 8(3).