Disusun oleh :
VETERAN YOGYAKARTA
TAHUN 2016/2017
A. Pengertian
Culture adalah segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam.
(Soekanto, 1990:188).
Kebudayaan adalah sesuatu yang mempengaruhi tingkat pengetahuan yang meliputi ide,
pikiran, dan gagasan yang terdapat pada pikiran manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Selo Sumarjan & Sulaeman Sumardi kebudayaan adalah semua hasil karya,
rasa, cipta dan karsa masyarakat. (Soekanto, 1990:189).
Rasa meliputi jiwa manusia, mewujudkan segala kaidah dan nilai-nilai sosial yang perlu
untuk mengatur masalah-masalah kemasyarakatan dalam arti luas. Misalnya agama, ideologi,
kebatinan, kesenian, dan semua unsur yang merupakan hasil ekspresi jiwa manusia yang hidup
sebagai anggota masyarakat. Contohnya adalah 6 agama di Indonesia, Pancasila sebagai ideologi
bangsa Indonesia, lagu tradisional, dll.
Karsa merupakan kecerdasan dlm menggunakan karya, rasa dan cipta menghasilkan
sesuatu yang bermanfaat bagi manusia.
Kebudayaan dibagi menjadi dua yaitu kebudayaan materi dan nonmateri. Kebudayaan
materi berupa ciptaan manusia yang nyata dan konkret, seperti mangkuk tanah liat, perhiasan,
senjata, jembatan, televisi, dll. Sedangkan kebudayaan nonmateri berupa ciptaan abstrak
manusia yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya dongeng, cerita rakyat, lagu dan
tari tradisional.
B. Fungsi Kebudayaan
Fungsi kebudayaan pada hakikatnya adalah untuk mengatur agar manusia dapat mengerti
satu sama lainnya, bagaimana manusia bertindak dan bagaimana manusia itu berbuat untuk
kebaikan bersama. Jadi pada initinya kebudayaan ini sebagai cerminan kehidupan manusia, jika
suatu masyarakat memegang teguh kebudayaannya maka akan tercipta kehidupan yang
harmonis.
C. Unsur Kebudayaan
Kebudayaan umat manusia mempunyai unsur unsur yang bersifat universal. Unsur-unsur
kebudayaan tersebut dianggap universal karena dapat ditemukan pada semua kebudayaan bangsa
bangsa di dunia. Menurut Koentjaraningrat ada tujuh unsur kebudayaan universal yaitu:
1. Bahasa
2. Sistem Pengetahuan
3. Sistem Kemasyarakatan atau Organisasi Sosial
4. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
5. Sistem Mata Pencaharian Hidup
6. Sistem Religi
7. Kesenian
1) Bahasa
Bahasa adalah suatu pengucapan yang indah dalam elemen kebudayaan dan sekaligus
menjadi alat perantara yang utama bagi manusia untuk meneruskan atau mengadaptasikan
kebudayaan.
2) Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan itu berkisar pada pegetahuan tentang kondisi alam sekelilingnya dan
sifat sifat peralatan yang dipakainya. Sistem pengetahuan meliputi ruang pengetahuan tentang
alam sekitar, flora dan fauna, waktu, ruang dan bilangan, sifat sifat dan tingkah laku sesama
manusia, tubuh manusia.
Organisasi Sosial adalah sekelompok masyarakat yang anggotanya merasa satu dengan
sesamanya. Sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial yang meliputi: kekerabatan, asosiasi
dan perkumpulan, sistem kenegaraan, sistem kesatuan hidup, perkumpulan.
Yang dimaksud dengan teknologi adalah jumlah keseluruhan teknik yang dimiliki oleh
para anggota suatu masyarakat, meliputi keseluruhan cara bertindak dan berbuat dalam
hubungannya dengan pengumpulan bahan bahan mentah, pemrosesan bahan bahan itu untuk
dibuat menjadi alat kerja, penyimpanan, pakaian, perumahan, alat trasportasi dan kebutuhan lain
yang berupa benda meterial.
Unsur teknologi yang paling menonjol adalah kebudayaan fisik yang meliputi, alat-alat
produksi, senjata, wadah, makanan dan minuman, pakaian dan perhiasan, tempat berlindung dan
perumahan serta alat-alat transportasi.
6) Sistem Religi
Sistem religi dapat diartikan sebagai sebuah sistem yang terpadu antara keyakinan dan
praktik keagamaan yang berhubungan dengan hal hal suci dan tidak terjangkau oleh akal. Sistem
religi yang meliputi, sistem kepercayaan, sistem nilai dan pandangan hidup, komunikasi
keagamaan, upacara keagamaan.
7) Kesenian
Secara sederhana eksenian dapat diartikan sebagai segala hasrat manusia terhadap
keindahan. bentuk keindahan yang beraneka ragam itu timbul dari permainan imajinasi kreatif
yang dapat memberikan kepuasan batin bagi amnusia. Secara garis besar, kita dapat memetakan
bentuk kesenian dalam tiga garis besar, yaitu seni rupa, seni suara dan seni tari.
Menurut Ralph Linton, unsur kebudayaan dapat dibagi menjadi bagian-bagian kecil yang
lebih terperinci. Cultural universals merupakan unsur kebudayaan itu sendiri, cultural activity
merupakan bagian dari cultural universals, traits complexes merupakan bagian dari cultural
activity, traits merupakan bagian pelengkap dari traits complexes, dan yang terakhir yaitu items,
merupakan bagian terkecil dari unsur kebudayaan.
Contohnya yaitu kita ambil dari unsur peralatan kehidupan dan teknologi (cultural
universals), misalnya kegiatan pertanian (cultural activity), dalam kegiatan pertanian ada
beberapa kegiatan yaitu irigasi, pengolahan tanah menggunakan bajak, hak milik tanah, dan
sebagainya (traits complexes), diambil satu contoh yaitu pengolahan tanah menggunakan bajak,
maka dibutuhkan bajak untuk mengolah tanah tersebut, alat bajak tersebut bisa berupa bajak
mesin atau bajak hewan seperti kerbau. Kegiatan pertanian tersebut termasuk dalam unsur
peralatan hidup dan teknologi.
Berbagai masyarakat telah mencoba berbagai macam pola yang dapat dilaksanakan.
Sebagai contoh suatu masyarakat sudah mencoba makan sambil berdiri, duduk di lantai, duduk
di kursi atau jongkok di lantai; mereka boleh makan bersama, atau masing-masing sendiri; boleh
menggunakan tangan, sendok; boleh memulai dengan minum anggur, makan soup atau tidak
keduanya. Setiap cara merupakan sekumpulan sejumlah kemungkinan, yang semuanya dapat
dikerjakan. Melalui coba-coba, situasi kebetulan, atau beberapa pengaruh yang tidak disadari
suatu masyarakat sampai pada salah satu kemungkinan, mengulanginya dan menerimanya
sebagai cara yang wajar untuk memenuhi kebutuhan tertentu, pakai baju batik, makan nasi dsb.
Generasi baru menyerap kebiasaan tersebut. Mereka terus menerus melihat cara berperilaku
tertentu, mereka yakin itulah cara yang benar. Kejadian itu diteruskan kepada generasi penerus
sebagai salah satu kebiasaan. Folkways (kebiasaan) : cara yang lazim yang wajar dalam
melakukan sesuatu oleh sekelompok orang. Sebagai contoh berjabat tangan, makan dengan
tangan, makan dengan sumpit, makan dengan sendok-garpu, mengenakan sarung, kopiah, pada
kesempayan-kesempatan tertentu. Ada dua kebiasaan yaitu:
1. Hal-hal yang seharusnya diikuti sebagai sopan santun dan perilaku sopan,
2. Hal-hal yang harus diikuti karena yakin kebiasaan itu penting untuk kesejahteraan
masyarakat.
Pandangan salah benar yang menyangkut kebiasaan disebut tata kelakuan (mores). Jadi
mores (tata kelakuan) adalah gagasan yang kuat mengenai salah dan benar yang menuntut
tindakan tertentu dan melarang yang lain. Biasanya anggota suatu masyarakat sama-sama
merasakan keyakinan yang luhur bahwa pelanggaran pada tata kelakuan mereka akan
menimbulkan bencana bagi anggota masyarakat tersebut.
Namun kadang-kadang orang luar melihatnya sebagi sesuatu yang tidak masuk akal.
Kalau orang yakin bahwa perilaku tertentu merugikan, maka ia akan dikutuk oleh tata kelakuan.
Tata kelakuan adalah keyakinan tentang salah dan benar dalam perilaku/tindakan. Sebagi contoh
kenduri merupakan kebiasaan masyarakat jawa. Dipercaya apabila orang tidak melaksanakan
kenduri akan mendatangkan bencana bagi masyarakat tersebut.
Kebiasaan (folkways)
Adalah suatu bentuk perbuatan berulang-ulang dengan bentuk yang sama yang dilakukan
secara sadar dan mempunyai tujuan-tujuan jelas dan dianggap baik dan benar, dan mengikatnya
yang lebih kuat daripada usage (cara), karena kebiasaan dilakukan berulang-ulang sehingga
merupakan bukti bahwa orang yang melakukannya menyukai dan menyadari perbuatan tersebut
dan dilakukan secara sadar dan mempunyai tujuan-tujuan jelas dan dianggap baik dan benar oleh
masyarakat. Menurut MacIfer dan Page, kebiasaan merupakan perilaku yang diakui dan
diterima oleh masyarakat. Selanjutnya, dikatakan bahwa apabila kebiasaan tersebut tidak
semata-mata dianggap sebagai cara perilaku saja, akan tetapi, bahkan diterima sebagai norma-
norma pengatur, maka kebiasaan tadi selanjutnya akan menjadi mores atau tata kelakuan.
Kebiasaan yang dijalankan oleh anggota masyarakat akhirnya jadi tradisi yang
merupakan ciri atau identitas masyarakat yang bersangkutan.
Contoh kebiasaan antara lain:
1. Kebiasaan memberi hormat dan patuh kepada orang yang lebih tua
2. Kebiasaan menggunakan tangan kanan apabila memberikan sesuatu kepada orang lain
3. Kebiasaan setiap hari lebaran memasak ketupat, pulang mudik bagi yang bekerja atau
bertempat tinggal di daerah lain, dan sebagainya.
4. Memberi hadiah kepada orang-orang yang berprestasi dalam suatu kegiatan atau
kedudukan, memakai baju yang bagus pada waktu pesta.
5. Memberi salam atau bahkan berjabat tangan ketika bertemu orang lain.
6. Jika hal-hal tersebut tidak dilakukan, maka dianggap penyimpangan terhadap kebiasaan
umum dalam masyarakat dan orang akan menyalahkannya. Ancaman-ancaman sanksi
terhadap pelanggaran-pelanggaran folkways pun hanya akan datang dari kelompok-
kelompok tertentu saja. Sanksinya dapat berupa celaan, cemoohan, teguran, sindiran,
atau bahkan digunjingkan masyarakat (gosip).
Mores ialah norma yang lebih kuat daripada folkways. Kalau kebiasaan tersebut tidak
semata-mata sebagai cara perilaku saja, tetapi diterima sebagai norma pengatur maka kebiasaan
tersebut menjadi tata kelakuan. Tata kelakukan mencerminkan sifat-sifat yang hidup dari
kelompok manusia dan dilaksanakan sebagai alat pengawas. Tata kelakuan, di satu pihak,
memaksakan suatu perbuatan. Di lain pihak, sebagai larangan sehingga secara langsung menjadi
alat agar anggota masyarakat menyesuaikan perbuatan dengan tata kelakuan tadi.
E. Etnosentrisme
Contoh dari etnosentrisme adalah kebiasaan memakai koteka bagi masyarakat papua
pedalaman. Jika dipandang dari sudut masyarakat yang bukan warga papua pedalaman, memakai
koteka mungkin adalah hal yang sangat memalukan. Tapi oleh warga pedalaman papua,
memakai koteka dianggap sebagai suatu kewajaran, bahkan dianggap sebagai suatu kebanggan.
F. Xenosentrisme
Istilah ini berarti suatu pandangan yang lebih menyukai hal-hal yang berbau asing. Ini
adalah kebalikan yang tepat dari etnosentrisme. Ada banyak kebanggaan bagi orang-orang
tertentu ketika mereka membayar lebih mahal untuk barang-barang impor dengan asumsi bahwa
segala yang datang dari luar negeri lebih baik.
G . Relativisme Kebudayaan.
Kita tidak mungkin memahami perilaku kelompok lain dengan sudut pandang motif,
kebiasaan dan nilai yang kita anut. Relativisme kebudayaan fungsi dan arti dari suatu unsur
adalah berhubungan dengan lingkungan atau keadaan kebudayaannya. Motif, kebiasaan, nilai
suatu kebudayaan harus dinilai atau dipahami dari sudut pandang mereka.
Relativisme kebuadayaan juga bisa diartikan segala sesuatu benar pada suatu tempat-tetapi tidak
benar pada semua tempat. Abdala (2008) menyatakan bahwa relativisme budaya adalah paham bahwa
semua budaya baik; tidak ada budaya yang dianggap superior, sementara yang lain inferior; budaya
adalah hasil dari kesepakatan sosial (social construction). Budaya tidak mengandung esensi tertentu yang
membuatnya baik atau buruk. Mungkin saja sebuah perilaku budaya dinilai baik pada suatu
komunitas masyarakat tertentu, tetapi sebaliknya ia dinilai aneh, ganjil, atau bahkan lucu oleh komunitas
masyarakat yang lain. Jadi, kalaupun mungkin ada keunggulan budaya, ia hanya sebatas unggul pada
konteks masyarakatnya, bukan karena dibandingkan dengan budaya-budaya lainnya.